BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Depari dkk (2008) secara empiris harga komoditas pangan mempunyai peranan penting dalam pengendalian inflasi. Porsi sumbangannya yang cukup signifikan terhadap inflasi membuatnya layak untuk dijadikan sebagai leading indicators inflasi. Permintaan konsumsi komoditas pangan yang telah menjadi kebutuhan pokok cenderung stabil sehingga gejolak harganya lebih dipengaruhi oleh shock di sisi penawaran seperti siklus panen, bencana, dan distribusi. Salah satu faktor yang berpotensi untuk menimbulkan kelangkaan pasokan adalah distribusi, dimana hal ini pada akhirnya dapat memicu kenaikan harga dan ekspektasi inflasi masyarakat. Selain faktor gangguan distribusi, pengaruh faktor rantai distribusi dan kenaikan biaya distribusi juga berpengaruh terhadap pergerakan harga barang dan akan memberikan tekanan terhadap inflasi (Majardi, 2002). Peningkatan harga komoditas pangan memang dapat berasal dari produsen, namun sumber peningkatan harga tersebut biasanya lebih bersifat fundamental karena didorong oleh meningkatnya harga input atau sarana produksi atau karena faktor kebijakan pemerintah seperti penetapan harga dasar (floor price). Sementara peningkatan harga yang didorong oleh faktor distribusi bersifat variabel, seperti panjangnya rantai jalur distribusi, hambatan transportasi dan perilaku pedagang dalam menetapkan marjin keuntungan, aksi spekulasi maupun kompetisi antar pedagang (Depari dkk, 2008). Tingginya volatilitas harga komoditas yang terjadi selama ini mengindikasikan bahwa faktor distribusi sangat berpengaruh. Distribusi dalam rantai pasok menjadi hal yang penting, dimana aspek utamanya adalah transportasi. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa 1
2 transportasi mengambil porsi sepertiga sampai dua pertiga dari biaya logistik (Ballou, 2004). Sementara itu, menurut Chopra dan Meindl (2007), logistik memegang peranan sekitar 21% dari seluruh biaya dalam perusahaan manufaktur. Hal ini cukup menjadi alasan mengapa transportasi menjadi fokus perhatian dalam banyak pembahasan tentang rantai pasok. Konsolidasi merupakan hal yang seringkali harus dipertimbangkan dalam persoalan transportasi, dimana barang yang harus dikirim ke beberapa tujuan dikonsolidasikan dalam satu kendaraan untuk menghemat biaya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, peneliti berfokus pada distribusi komoditas bahan pangan pokok di Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Menurut Kajian Peta Distribusi Bahan Pokok, Disperindagkop dan UKM DIY (2013) bahan pokok memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) merupakan jenis produk non-perishable yaitu produk yang dapat bertahan lama atau tidak mudah busuk, 2) jumlah permintaannya continue dan cenderung inelastis karena sangat dibutuhkan oleh masyarakat, dan 3) sistem pendistribusiannya merupakan open system (dipengaruhi jumlah permintaan, regulasi, dll). Terdapat beberapa kebijakan yang mendefinisikan jenis-jenis produk yang termasuk sebagai bahan pangan pokok. Dari beberapa pengelompokan bahan pangan pokok berdasarkan berbagai kebijakan, berikut ditunjukkan beberapa komoditas yang konsisten dikelompokkan sebagai bahan pangan pokok yaitu beras, minyak goreng, gula, daging sapi, daging ayam, dan telur (Prabowo, 2014).
3 Gambar 1.1 Pengelompokan Bahan Pokok (Prabowo, 2014) Dari pengelompokkan pada Gambar 1.1, dipilih tiga komoditas bahan pangan pokok yaitu beras, gula, dan minyak goreng sebagai komoditas yang bersifat nonperishabel. Pemilihan komoditas bahan pangan pokok yang bersifat nonperishabel adalah karena jenis komoditas tersebut tidak mengalami penurunan kualitas sehingga tidak perlu mempertimbangkan biaya penurunan kualitas dan biaya penggunaan energinya. Dalam hal ini, analisis penentuan rute distribusi produk yang optimal dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas strategi konsolidasi pengiriman komoditas bahan pokok. Dalam melakukan evaluasi strategi ini, data jumlah dan frekuensi permintaan yang digunakan adalah data permintaan dari dua jenis perusahaan ritel A dan B di Kota Yogyakarta. Konsolidasi pengiriman komoditas bahan pokok ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi strategi ini dalam hal efisiensi jarak dan biaya transportasi serta minimalisasi waktu pengiriman komoditas tersebut.
4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah melakukan evaluasi strategi konsolidasi pengiriman tiga jenis komoditas bahan pokok yaitu beras, gula, dan minyak goreng melalui analisis penentuan rute pengiriman komoditas tersebut di Kota Yogyakarta. 1.3 Asumsi dan Batasan Masalah Asumsi dan batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Analisis rute distribusi komoditas minyak goreng, beras, dan gula dalam penelitian ini hanya dalam lingkup Kota Yogyakarta dan sekitarnya. 2. Penentuan rute dilakukan berdasarkan jarak tempuh dari distribution center langsung menuju chainstores perusahaan ritel di dalam Kota Yogyakarta. Hal ini didasarkan pada kenyataan di lapangan bahwa pengiriman komoditas tidak memiliki batasan waktu serta hanya berdasarkan permintaan pada hari tersebut. 3. Data jumlah kapasitas dan frekuensi pengiriman komoditas bahan pokok di Kota Yogyakarta diestimasikan oleh data permintaan perusahaan ritel A dan B. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Melakukan penentuan rute yang optimal dalam pendistribusian produk minyak goreng, beras, dan gula berdasarkan jarak tempuh terpendek. 2. Mengevaluasi strategi konsolidasi distribusi komoditas minyak goreng, beras, dan gula di Kota Yogyakarta.
5 1.5 Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Pemerintah Kota Yogyakarta dalam pertumbuhan perekonomian daerah dari sisi perbaikan distribusi komoditas bahan pangan pokok yaitu minyak goreng, beras, dan gula dalam kaitannya untuk mewujudkan ketahanan pangan. 2. Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal pengaruh rute produk minyak goreng, beras, dan gula terhadap frekuensi pemakaian jalan raya. 3. Perusahaan ritel yang bergerak dalam distribusi produk minyak goreng, beras, dan gula untuk pengembangan bisnis dari sisi manajemen rantai pasok khususnya penentuan rute yang optimal.