Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kebijakan Sektor ESDM Dalam Implementasi Program NDC Adaptasi Biro Perencanaan KESDMsampaikan pada Kuliah Umum DEMA FIDKOM UIN Jakarta Jakarta, 17 Januari 2018
Komitmen Nasional terhadap Perubahan Iklim Indonesia telah berkomitmen menurunkan Emisi GRK sebesar 29% terhadap BAU pada 2030 dengan upaya sendiri dan 41% dengan bantuan international Upaya adaptasi juga dilakukan dengan menjadikan aspek perubahan iklim menjadi faktor perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan nasional Adaptasi perubahan iklim di bidang energi salah satunya dengan peningkatan ketahanan energi nasional antara lain melalui : o Percepatan pembangunan infrastruktur energi yang handal diseluruh wilayah Indonesia; o Pemanfaatan energi setempat yang berkelanjutan (Swasembada Energi); dan o Peningkatan cadangan operasional
Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Energi Perubahan iklim akan berdampak pada seluruh aspek kehidupan, salah satunya dapat berdampak pada sektor energi antara lain yaitu: o Gangguan terhadap kegiatan produksi energi yang diakibatkan oleh kendala teknis maupun non teknis antara lain: Terganggunya produksi migas dan batubara serta pembangkit PLTA/MH akibat pasokan air yang berkurang/kekeringan Terjadinya gangguan/kerusakan peralatan produksi dan/pembangkit yang meningkatkan kondisi unplanned shutdown akibat dari hujan deras maupun petir; Penurunan efisiensi pembangkit, terutama pembangkit EBT yang sangat bergantung pada kondisi cuaca (PLTS, PLTA/MH, PLTB dan lainnya) o Gangguan terhadap pasokan/distribusi energi Energi sebagai Modal Pembangunan, Kehandalan Energi sebagai suatu hal yang wajib
Peningkatan Ketahanan Energi Nasional Aspek Ketahanan Energi meliputi o Ketersediaan Energi (Availability) yaitu kemampuan untuk menyediakan energi baik energi primer maupun energi final dengan memaksimalkan energi setempat untuk meningkatkan swasemba energi o Kemampuan Akses (Accesibility) yaitu Kemampuan menyediakan akses masyarakat untuk mendapatkan energi dari sumber energi secara handal (infrastruktur dan cadangan); o Harga Terjangkau (Affordability) yaitu kemampuan menyediakan energi dengan harga terjangkau untuk seluruh masyarakat o Faktor Akseptabilitas masyarakat terhadap energi yang ramah lingkungan
Prioritas Nasional Ketahanan Energi: Program Prioritas 1: Pengembangan EBTKE 2 Pengembangan Bioenergi 4 Penelitian Model Pengembangan Bioenergi Berbasis Tanaman Lokal (2 lokasi) Implementasi Teknologi Bersih & Efisien Pelaksanaan Investment Grade Audit (bangunan dan industri) (6 Rekomendasi) Penerapan Standar Kinerja Minimum (SKEM) dan Label Tanda Hemat Energi pada Peralatan Pemanfaat Energi (2 SKEM) 1 3 5 Pengembangan PLT Hidro Penyelidikan Keprospekan Sumberdaya Logam Tanah Jarang (7 Rekomendasi) Pembangunan PLT Minihidro (2 Unit) Penyusunan Pra FS/FS dan DED Pembangkit EBT (4 FS & DED) Pengembangan PLTP Pelelangan WKP Panas Bumi (5 WKP) Penyiapan Penetapan Area Prospek Panas Bumi (2 Wilayah) Rekomendasi Keprospekan Sumber Daya dan Cadangan Panas Bumi (18 Rekomendasi) Pengembangan Penyediaan Tenaga Listrik Skala Kecil (Small Grid System) Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) (249.944 Unit) 5
Prioritas Nasional Ketahanan Energi: Program Prioritas 2: Pemenuhan Kebutuhan Energi (1/2) 2 Peningkatan Kapasitas Infrastruktur Migas Pembangunan Jargas untuk rumah tangga (86.845 SR) Konversi BBM ke BBG untuk Nelayan (25.000 Unit) Fasilitasi rencana pembangunan dan pengembangan kilang minyak grass root dan RDMP (4 FEED/BFS) Penyediaan rekomendasi pelaksanaan subsidi LPG Tabung 3 KG tepat sasaran (1 Rekomendasi) Distribusi paket perdana LPG 3 Kg untuk RT dan Usaha Mikro (380.121 Paket) Penyediaan data infrastruktur pengangkutan dan niaga gas bumi melalui pipa (1 Paket Data) 1 Pembangunan Pembangkit, Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik Penyiapan rekomendasi subsidi listrik tepat sasaran (1 Rekomendasi) Penyiapan rekomendasi pengendalian pembangunan pembangkit listrik, jaringan transmisi dan gardu induk, jaringan distribusi dan gardu distribusi (1 Rekomendasi) Penyediaan data dan informasi geospasial tematik ketenagalistrikan (3 Peta) 6
6 Program Prioritas 2: Pemenuhan Kebutuhan Energi (2/2) 4 Peningkatan Cadangan Minyak & Gas Bumi Survey pengkayaan data dasar ESDM dan konsepsi geologi kelautan strategis (1 Rekomendasi) Survei energi migas kelautan (1 Rekomendasi) Penyediaan data dan informasi migas seismik (2 Wilayah) Pemenuhan DMO Batubara & Gas Penyediaan rekomendasi Intensifikasi Pemanfaatan LNG dan Gas Suar Bakar di Indonesia Serta Pengembangan Infrasrukturnya (1 Rekomendasi) Penyediaan Rekomendasi Pemenuhan Pemanfaatan Batubara untuk Kebutuhan Domestik Tahun 2018 Sebesar 131 Juta Ton (1 Rekomendasi) Persetujuan/Rekomendasi Pengendalian Produksi Batubara Tahun 2018 Sebesar 406 Juta Ton (1 Rekomendasi) 5 3 Pembentukan Cadangan Energi Nasional Penyediaan rekomendasi strategis penyediaan & pengelolaan cadangan energi nasional (2 Rekomendasi) Peningkatan Produksi Minyak & Gas Bumi Formula Surfaktan EOR untuk Injeksi Kimia (1 Usulan Paten) Penyediaan rekomendasi keprospekan migas (9 Rekomendasi WK Migas) Penawaran WK Migas Non Konvensional (2 WK) Penawaran WK Migas Konvensional (8 WK) Revisi UU Migas (1 RUU) 7
Penutup Kementerian ESDM dalam merumuskan kebijakan maupun perencanaan sektor energi juga melakukan adaptasi terhadap tantangan yang dihadapi terkait dengan perubahan iklim; Prioritas utama sektor energi saat ini yaitu peningkatan dan pemerataan akses masyarakat terhadap energi melalui pembangunan infrastruktur secara masif, ketersediaan energi secara berkelanjutan (termasuk peningkatan swasembada energi regional), dan pengembangan energi ramah lingkungan dengan tetap mengedepankan kemampuan ekonomi masyarakat #energi berkeadilan; Kementerian ESDM juga akrab dengan aspek perubahan iklim terkait kondisi alam, dimana salah satu tupoksi dari KESDM terkait dengan mitigasi dan adaptasi bencana kegeologian serta pengamanan logistik. Pengalaman ini menjadi landasan dalam merumuskan program dan kegiatan terkait dengan pengelolaan energi nasional
TERIMA KASIH KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Jl. Medan Merdeka Selatan No. 18, Jakarta
Potensi Peningkatan Mitigasi Emisi GRK Sektor Energi RUEN: Target Penyediaan Energi Primer EBT Tahun 2025 o Kapasitas pembangkit lisrtrik EBT: 45 GW o Biofuel: 13,69 Juta KL o Biomassa: 8,4 Juta ton o Biogas: 489,8 Juta m3 o CBM: 46 MMSCFD Penerapan Permen 50/2017 tentang Pemanfaatan Sumber ET Penyediaan Tenaga Listrik o Terdapat potensi EBT 210 GW di 12 wilayah priorias yang keekonomiannya menarik untuk investasi (BPP Setempat lebih besar dari BPP Nasional) Penerapan Efisensi Energi di sisi demand: o Kampanye penghematan energi 10% o Penerapan Standard & Label EE o Penerapan Manajemen Energi/ISO 50001 Penerapan Konservasi Energi di sisi suplai: o Efisiensi Energi pada pembangkit tenaga listrik o Konverter kit untuk nelayan (termasuk paket 3 kg LPG) o Gasifikasi Batubara, dll
Paris Agreement dan Mitigasi Emisi GRK Sektor Energi Republic of Indonesia Paris Agreement Komitmen Nasional Komitmen Sektor Energi Menjaga kenaikan suhu rata-rata global kurang dari 2 C - 1,5 C dari kondisi pra-industri; Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement dengan UU 16/2016 Target mitigasi GRK nasional 2030: o CM 1: 834 juta ton CO 2 o CM 2: 1081 juta ton CO 2 Aktifitas mitigasi: o Energi o Limbah o IPPU/Industri o Pertanian o Kehutanan Target mitigasi GRK sektor energi 2030: o 314 juta ton CO 2 (CM 1) o 398 juta ton CO 2 (CM 2) CM: Counter Measure
Pencapaian Mitigasi Emisi GRK Sektor Energi Target 2030 (NDC): Penurunan 314 s.d. 398 Juta Ton CO2 Target mitigasi 2020 : 30 Juta Ton CO2 (Sesuai Perpres 61/2011) Pencapaian 2017 : 33 Juta Ton CO2 (melampui target)
Perkembangan Ketenagalistrikan Nasional Rasio Elektrifikasi 2017 (%) 2017 Rasio Elektrifikasi : 94,91% Konsumsi Listrik: 1013 kwh/kapita Kapasitas Terpasang Pembangkit: 60 GW Total EBT: 12,15%
Prioritas Nasional Ketahanan Energi RKP 2018: Prioritas Nasional V KETAHANAN ENERGI Dukungan terhadap Prioritas Nasional Lainnya Program Prioritas 1: Pengembangan EBTKE Kegiatan Prioritas 1. Pengembangan PLT Hidro & Nuklir 2. Pengembangan Bioenergi 3. Pengembangan PLTP 4. Implementasi Teknologi Bersih & Efisien 5. Pengembangan Penyediaan Tenaga Listrik Skala Kecil (Small Grid System) Program Prioritas 2: Pemenuhan Kebutuhan Energi Kegiatan Prioritas 1. Pembangunan Pembangkit, Transmisi & Distribusi Tenaga Listrik 2. Peningkatan Kapasitas Infrastruktur Migas 3. Pembentukan CPE 4. Peningkatan Cadangan Migas 5. Peningkatan Produksi Migas 6. Pemenuhan DMO Batubara & Gas PN I: Pendidikan Penyelenggaraan STEM PN III: Perumahan dan Pemukiman Pembangunan Sumur Bor di Daerah Sulit Air PN IV: Pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata Layanan Pusat Informasi Terpadu Geopark Diklat Industri dan Masyarakat Bidang ESDM Peningkatan Nilai Tambah Minerba PN VII: Penanggulangan Kemiskinan Kebijakan Subsidi Tepat Sasaran PN IX: Pengembangan Wilayah Pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana Pengembangan Sistem Mitigasi Bencana Geologi 14
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral #Energi Berkeadilan Jakarta, Januari 2018 15
#EnergiBerkeadilan Untuk Kesejahteraan Rakyat, Iklim Usaha dan Pertumbuhan Ekonomi Rasio Elektrifikasi Pemerataan & Keterjangkauan Keberlanjutan Investasi & Pertumbuhan Reformasi Birokrasi Peningkatan Kapasitas Listrik (35.000 MW) Listrik Perdesaan Melistriki 2500 Desa Tarif listrik EBT Subsidi Tepat Sasaran BBM Satu Harga Jaringan Gas Konverter Kit LPG untuk Nelayan 1 Nozel SPBG di setiap SPBU Pemanfaatan EBT Pokok-Pokok PPA Pembangkit Listrik Mulut Tambang Pembangkit Listrik Mulut Sumur Gas Hilirisasi Minerba PI 10% dari Kontrak Migas Kilang Swasta Harga Gas Industri PSC Gross Split Pengembalian Sunk Cost - PSC Penyederhanaan Perizinan Online System Good Governance Akuntabilitas Kedaulatan dan Kemandirian Energi 16
Triliun Rp 90 45 90 Besaran subsidi Energi terus menurun, alokasi anggaran subsidi dialihkan kepada hal-hal yang bersifat lebih produktif seperti pembiayaan infrastruktur 17
Peningkatan Rasio Elektrifikasi Dengan Peningkatan Melistriki Desa dan Akomodasi Kearifan Lokal Meningkatkan Rasio Elektrifikasi 978 kwh/kap 1250 kwh/kap (2019) Konsumsi Listrik Per Kapita Tambahan Kapasitas PLT EBT (2017) Kearifan Lokal 1.808 MW Kapasitas Terpasang PLTP 272 MW Kapasitas Terpasang PLTS dan PLTMH 5.124 MW Kapasitas Terpasang PLTA 1.812 MW Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi Kapasitas Pembangkit Terpasang (MW) 94,91% Realisasi 2017 55,528 53,065 51,019 2013 2014 2015 2016 2017 *) *) s.d. bulan Oktober 2017 59,656 60,288 1,12 MW Kapasitas Terpasang PLTB Capaian Program 35 GW COD/komisioning : 1.061 MW Konstruksi :16.992 MW PPA :12.726 MW (belum konstruksi) Pengadaan : 2.790 MW Perencanaan : 2.228 MW Percepatan Elektrifikasi Perdesaan (Permen ESDM No. 38/2016) Penyediaan listrik (utamanya berbasis Energi Baru Terbarukan ) kapasitas <50 MW bagi desa belum berkembang, desa terpencil, perdesaan perbatasan, dan pulau kecil berpenduduk yang belum memiliki akses listrik. 18
RASIO ELEKTRIFIKASI 94,91% ACEH 97,91 SUMUT 98,81 RIAU 91,01 JAMBI 91,40 KEPRI 80,26 KALBAR 86,63 KALTARA 80,68 KALTIM 99,77 SULTENG 78,59 GORONTALO 87,37 Realisasi 2017 SULUT 96,15 Rasio elektifikasi (%) 67.2 73.0 76.6 80.5 84.4 realisasi 88.3 91.2 94.9 95.2 97.4 target MALUT 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 93,86 BABEL 99,99 SULBAR 87,37 PABAR 93,77 PAPUA 60,74 SUMBAR 88,84 BENGKULU 94,50 SUMSEL 86,24 DKI JAKARTA 99,99 JATENG 96,45 KALTENG 77,55 KALSEL 91,39 SULSEL 96,42 SULTRA 75,57 MALUKU 87,89 LAMPUNG 90,01 BANTEN 99,99 JABAR 99,99 DIY 99,99 JATIM 92,43 BALI 98,63 NTB 81,55 NTT 60,74 19
20
21
22
Pemerintah Mendorong Percepatan Program Kendaraan Listrik di Indonesia Draft Peraturan Presiden RI Mendorong Produksi Kendaraan Lsitrik Nasional Insentif Pajak (tidak ada PPnBM, Bebas Bea Masuk) Memperbanyak jumlah SPLU Mengapa Kendaraan Listrik? Alternatif Energi Bersih Hemat Biaya Kemandirian Energi Domestik Populasi Kendaraan Listrik Dunia Saat ini ada 875 SPLU, (Jakarta 542, Target 2017 1.000 SPLU) 23
2,519 Villages in 2009 Realisasi 2017 menerangi 80.332 rumah di 5 Provinsi 2018 Menerangi 175.782 rumah di 15 Provinsi Solar Panel dengan 4 Lampu LED dan Port USB memberikan manfaat yang besar pada Lokasi Remote. Spesifikasi LTSHE 24
Sumber Energi Terbarukan Sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain: Sinar Matahari, Angin, Tenaga Air, Biomassa, Biogas, Sampah Kota, Panas Bumi, dan gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut. *) s.d. Desember 2017 * * RKAB: Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Perusahaan PLTP dan PLTSa PLTA, PLTS, PLTB, PLTBm, PLTAlaut dan PLTBg PLTS PLTB PLTBm PLTBg PLTAlaut 25
26
Kearifan Lokal PLTP Lahendong PLTP Ulubelu PLTP Sarulla 1.808 MW Kapasitas Terpasang PLTP 27
PLT Bayu Sidrap (30x2,5 MW) Direncanakan COD pada Kuartal I 2018 Pengembangan Teknologi Masa Depan Berlokasi di Kabupaten Sindereng Rappang, Sulawesi Selatan Target COD pada KW I Tahun 2018 PPA, 11,41 USD cent/kwh Total Investasi 150 Juta USD 28
KEPASTIAN USAHA DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK Pokok-pokok Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik Permen ESDM Nomor 49 Tahun 2017 Memberikan kepastian usaha: Resiko goverment force majeur dihapus Keseimbangan/pembagian resiko yang berkeadilan Umur Teknis, Paling Lama 29
30
14,5% ICP/MMBTU (plant gate) 31
PERAN SEKTOR MIGAS 2017 815 Realisasi 804 63.551Tambahan 2017 Realisasi 1.140 Pemberdayaan Ekonomi 60,6% 32
JARINGAN GAS KOTA Capaian 2014 Capaian 2016 Capaian 2017 Capaian 2015 Target 2017 Outlook 2018 Target APBN 2018 77.880 SR terpasang Rp Mengurangi biaya rumah tangga sebesar Rp.90.000/bulan/keluarga Lebih praktis, bersih, dan aman dibanding tabung LPG 3 Kg 33
Realisasi 2017 17.081 unit Di 28 kabupaten/kota 1. Kab. Pasaman Barat, 2. Kota Padang, 3. Kab. Gorontalo, 4. Kab. Lombok Barat, 5. Kab. Lombok Timur, 6. Kab. Sukabumi, 7. Kab. Tuban, 8. Kab. Pati, 9. Kab Banyuwangi, 10.Kab. Pasuruan, 11.Kab. Probolinggo, 12.Kota Makassar, 13.Kab. Cilacap, 14.Kab. Demak, 15. Kab. Maros, 16. Kab. Jeneponto, 17. Kab. Soppeng, 18. Kab. Pemalang, 19. Kab. Pekalongan, 20. Kab. Mamuju, 21. Kab. Jembrana, 22. Kab. Malang, 23. Kab. Labuhan Batu, 24. Kab. Agam, 25. Kota Surabaya, 26. Kab. Lamongan, 27. Kab. Jepara dan 28. Kab. Cirebon. Konverter kit LPG untuk Nelayan Mengurangi biaya operasional sebesar Rp.30 ribu Rp.50 ribu per hari memberikan energi bersih, aman serta membantu ekonomi nelayan Mengurangi konsumsi BBM Outlook 2018 : 40.000 Unit di 44 Kabupaten/Kota Realisasi 2016 5.473 Unit di 10 kabupaten/kota 34 12 12
PERMEN ESDM NOMOR 25 TAHUN 2017 Bauran Energi Nasional 35
36
Progress BBM Satu Harga s.d 14 Desember 2017 21 25 26 27 32 34 33 28 29 30 31 Kelay 25 Talabar 26 27 28 33 34 29 30 31 32 Nonggunong 376
38
39
40
KONTRAK BAGI HASIL GROSS SPLIT: Bagian Negara Lebih Baik, Keuntungan Lebih Bagi Kontraktor Porsi cost recovery selalu mengalami kenaikan Realisasi: WK Offshore North West Java (ONWJ) Penerimaan Bagian Pemerintah Penerimaan Bagian KKS Cost Recovery Total Penerimaan Bagian KKS Cost Recovery cenderung tidak efisien Cost recovery menjadi tanggungan Negara & Kontraktor Sejak tahun 2015, cost recovery lebih besar dari penerimaan negara 8 Tambahan Insentif Hulu Migas: Base Split dapat disesuaikan berdasarkan 13 Komponen, Yaitu: Kumulatif produksi Harga minyak Harga gas POD-2 Fase produksi Kandungan H2S besar Ketersediaan infrastruktur Diskresi split 41
8 Tambahan Insentif Hulu Migas pada PSC Gross Split Permen ESDM Nomor 52/2017 Terkait Revisi Bagi Hasil Gross Split Revisi Permen Gross Split: Cashflow maupun keekonomian kontraktor menjadi lebih menarik karena disesuaikan dengan keekonomian PSC cost recovery. Telah dikalibrasi pada 12 lapangan migas dengan berbagai karakteristik. #IRR PSC Gross Split Mirip Dengan PSC Cost Recovery KUMULATIF PRODUKSI Split ditambah up to 10% FASE PRODUKSI split ditambah up to 10% HARGA MINYAK split ditambah (formula) KANDUNGAN H2S BESAR split ditambah up to 5% HARGA GAS Progresif split baru (formula). Sebelumnya tidak ada POD-2 dapat tambahan split 3%. Sebelumnya tidak dapat KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR Split ditambah up to 4% DISKRESI SPLIT tidak dibatasi 42
* * RKAB: Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Perusahaan KKS yang DITANDATANGANI: 43
44
PENYEDERHANAAN PERIZINAN Migas Minerba Ketenagalistrikan EBTKE 6 Perizinan 6 Perizinan 3 Sertifikasi 3 Perizinan 2 Izin Hulu 4 Izin Hilir + 4 Non Perizinan IUP Eksplorasi; IUPK Eksplorasi; IUP Operasi Produksi; IUPK Operasi Produksi; IUP OP Khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian; Izin Usaha Jasa Pertambangan 2 Rekomendasi 7 Non Perizinan 45
KEGIATAN EKSPLORASI MIGAS BEBAS PAJAK 1. Insentif Pajak PSC Cost Recovery * * RKAB: Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Perusahaan 2. RPP Perpajakan PSC Gross Split Tidak ada pengenaan pajak dari tahapan eksplorasi hingga first production. Loss carry forward hingga 10 tahun. Depresiasi dipercepat. Pengenaan Indirect tax pada masa produksi diperhitungkan didalam keekonomian lapangan yang akan dikompensasi melalui split adjustment. 46
KONTRAK BAGI HASIL GROSS SPLIT TELAH DIMINATI KKKS Penetapan Wilayah Kerja Setelah Gross Split Lebih Banyak Kontrak Blok Migas O 2016 2017 *) Konvensional 14 19 0 10 20 - Non Konvensonal 3 1 1 5 3 - O O : Penawaran : Akses Dokumen : Penandatanganan Sebelum diterapkan GS, pengakses dokumen dan User Submit Dokumen lelang sedikit Persentase Penerimaan Negara Migas terus menurun sejak tahun 2012 Data Bahwa sejak 2015, Cost Recovery LEBIH BESAR dari Penerimaan Negara Dengan Skema GS hal ini Tidak Terjadi lagi!! 47
48