BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Kinerja Lingkungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sehingga analisis deskriptif dipisahkan dari variabel lain. Tabel 4.1. Statistik Deskriptif

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif GC

maksimum, rata-rata, dan deviasi standar tentang masing-masing variabel

BAB IV ANALISIA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel perusahaan manufaktur

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Pada table 4.1 diatas menunjukan bahwa hasil uji statistik deskriptif untuk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pemilihan sampel menggunakan metode sampel bertujuan (purposive sampling), dimana

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah berjumlah 120 perusahaan. Sampel

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI), Forum for Corporate

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. statistik deskriptif untuk memperoleh gambaran atau deskripsi variabel-variabel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sektor perbankan dipilih karenakan perusahaan perbankan memiliki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Lampiran 1. Data Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemilihan sampel dengan metode purposive sampling terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. IV.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia periode Penelitian ini meggunakan data sekunder yaitu dari

Sandi Prianggoro / Pembimbing Sundari., SE.,MM

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memilih sampel seluruh perusahaan di BEI periode adalah karena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan Non Financial yang listing

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai dengan tahun 2015 berdasarkan metode purposive sampling pada. TABEL 4. 1 Prosedur Pengambilan Sampel

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin (RB) Amanda yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data Kewajiban Pajak Tangguhan Bersih terkait dengan Komponen Akrual dan Pencadangan atas Pendapatan dan Beban (ND_ACC) Sampel Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. resmi pemerintahan daerah yang terdapat di internet. Horizon waktu yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menunjukkan adanya financial distress pada perusahaan-perusahaan manufaktur

Gambaran Duplikasi Penomoran Rekam Medis. Gambaran Kualifikasi Pendidikan. Gambaran Pengetahuan. Statistics pemberian nomor. N Valid 60.

BAB 4 PEMBAHASAN. beberapa kategori, sehingga dapat dilihat banyaknya elemen yang termasuk

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. perusahaan, financial distress dan opini audit going concern terhadap auditor

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

NI - Dep

KUESIONER PENELITIAN. Pengaruh Iklim Kelompok Kerja Terhadap Tingkat Penjualan pada Divisi. Pemasaran PT. X

: Josy N Tampubolo NPM : Dosen Pembimbing : FX Aji Sukarno, SE., MM

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. mahasiswa. Setiap responden mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh

LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN

DAFTAR LAMPIRAN. Daftar Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia Periode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Tahun Berdasarkan

Kuisioner Penelitian Pengaruh Harga, Loaksi, Promosi, dan Gaya Hidup Terhadap Minat Pembelian Ulang Ke SOGO Department Store Sun Plaza Medan

Oleh: Dana Fasily (Dosen Pembimbing: Dra. Vince Rahmawati, M. Si., Ak dan Drs. Azhari S., MA., Ak) Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perbedaan Status Gizi Z-Score (IMT/U) berdasarkan Usia Remaja

Lampiran 1. Data Variabel Independen LIQ LEV ROA 1. ANTM ,7676 0, , ARTI ,0626 0, ,5797 1

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan pada variabel Profitabilitas,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bursa Efek Indonesia pada periode diperoleh jumlah sampel

LAMPIRAN 1. Hasil Tabulasi Kuesioner Harga (X 1 ) Butir Soal/item No. Responden. Skor Total. Universitas Sumatera Utara

NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Iman Murtono Soenhadji, Ph.D

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laporan tahunan selama periode pengamatan yakni Selain itu,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL REKAP DATA. Kategori Usaha. Tingkat Pendidikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. purposive sampling yaitu sampel yang diambil apabila memenuhi kriteria kriteria

merupakan pemisahan dewan komisaris perusahaan yang bertanggungjawab untuk melakukan pengawasan laporan keuangan dan proses auditing.

NET SALES SAMPEL PENELITIAN. Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri ( Di nyatakan dalam jutaan rupiah ) Net Sales (2008)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di buku Indonesia Stock Exchange (IDX) yang mengeluarkan obligasi

Lampiran 1. Perbandingan Komposisi Gizi Pada Susu Sapi, Susu Kambing dan ASI

BAB III METODE PENELITIAN. secara tidak langsung atau melalui media perantara, Sumber-sumber data dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat credit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan pembahasan tentang penelitian yang dilakukan. Pengujian dalam penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Efek Indonesia dan Singapore Exchange tahun Dari seluruh

Hasil Olah Data Tahun Hasil Olah Data Tahun 2009

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPINI DISCLAIMER BPK TERHADAP LAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DI JAKARTA

LAMPIRAN A :HASIL OUTPUT SPSS UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. PT Bursa Efek Indonesia ( IDX Statistics Book, Indonesian

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut (Sugiyono, 2007) dilihat dari sumber perolehannya data dapat dibagi

BAB III METODE PENELITIAN. menerbitkan Annual Report dan Sustainability Report yang terdaftar di Bursa

Transkripsi:

38 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Pada bagian ini akan diuraikan mengenai statistik deksriptif dari penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Kinerja Lingkungan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 0 (merah dan hitam) 6 6,3 6,3 6,3 1 (biru, hijau, emas) 89 93,7 93,7 100,0 Total 95 100,0 100,0 Sumber: Data Sekunder yang Diolah Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa ternyata dari 95 observasi pada penelitian ini perusahaan yang masuk dalam kinerja lingkungan (KL) kriteria 0 (merah dan hitam) ada 6 perusahaan dengan perincian 1 perusahaan hitam dan 5 perusahaan merah. Kemudian ada 89 perusahaan yang masuk dalam kriteria biru, hijau dan emas dengan perincian 51 perusahaan biru, 26 perusahaan dan 12 emas.

39 Tabel 4.2. Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation KL 95,00 1,00,9368,24454 SIZE 95 12,00 28,86 13,1252 2,33951 KI 95,81 97,20 59,6222 25,87161 UDK 95 1,00 9,00 4,2105 1,59717 UKA 95 2,00 7,00 3,2632,77474 DKI 95,17 1,00,5407,23403 PROFIT 95-2,06 1,26,1748,37918 Valid N (listwise) 95 Sumber: Data Sekunder yang Diolah Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa ternyata dari 95 observasi pada penelitian ini nilai kinerja lingkungan (KL) memiliki nilai minimum 0,00 dan maksimum 1,00 dengan rata-rata atau mean sebesar 0,9368 serta deviasi standar sebesar 0,24454. Untuk variabel SIZE memiliki nilai minimum 12,00 dan maksimum 28,86 dengan rata-rata (mean) sebesar 13,125 dan deviasi standar 2.33951. Artinya logaritma total aset perusahaan rata-rata sebesar 13,125 kali, dengan penyimpangan yang terjadi 2,33951. Untuk variabel kepemilikan institusional (KI) memperoleh nilai minimum 0,81 dan maksimum 97,20 dengan rata-rata 59,6222 serta deviasi standar 25,87161. Artinya kepemilikan institusi keuangan seperti bank, perusahaan asuransi, dana pensiun dan institusi lainnya sebesar 59,6222%. Untuk variabel ukuran dewan komisaris (UDK) memiliki nilai minimum 1,00 dan maksimum 9,00 dengan rata-rata (mean) sebesar 4,2105 dan deviasi standar 1,59717. Artinya rata-rata perusahaan sampel memiliki

40 dewan komisaris sebanyak 4 orang. Hal ini telah memenuhi aturan Bapepam tentang jumlah dewan komisaris dalam sebuah perusahaan Untuk variabel UKA (Ukuran komite audit) memperoleh nilai minimum 2,00 dan maksimum 7,00 dengan rata-rata 3,2632 serta deviasi standar 0,77474. Artinya perusahaan memiliki komite audit 3 orang dan hal ini sesuai dengan pertaturan Bapepam Nomer IX.1.5 yaitu Kep-29/PM/2004. Untuk variabel Dewan komisaris independen (DKI) memperoleh nilai minimum 0,17 dan maksimum 1,00 dengan rata-rata 0,5407 serta deviasi standar 0,23403. Artinya rata-rata dewan komisaris independen dibandingkan total dewan komisaris sebesar 54,07% dan hal ini sesuai dengan Peraturan Bapepam atau OJK No. 33/POJK.04/2014. Untuk variabel rasio PROFIT yang diukur dengan ROE memperoleh nilai minimum -2,06 dan maksimum 1,26 dengan rata-rata 0,1748 serta deviasi standar 0,37918. Artinya rata-rata perusahaan sampel memiliki prosentase perbandingan antara laba bersih dengan total ekuitas sebesar 17,48%. 4.2. Pengujian Model Fit Model mampu memprediksi nilai observasinya dan dapat dikatakan model dapat diterima jika nilai Hosmer dan Lemeshow s Goodness of Fit Test > 0,05. Tampilan output SPSS menunjukkan bahwa besarnya nilai statistik Hosmer dan Lemeshow s Goodness of Fit sebesar 2,760 dengan probabilitas signifikansi 0,949 yang nilainya lebih besar

41 daripada (0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model fit dan dapat diterima. Tabel 4.3. Hosmer dan Lemeshow s Goodness of Fit Test Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 2,760 8,949 Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2010) Untuk memperjelas gambaran penjelasan ketepatan model regresi logistic dapat dilihat pada tabel klasifikasi sebagai berikut: Tabel 4.4 Tabel Klasifikasi Classification Table a Observed KL,00 1,00 Predicted Percentage Correct Step 1 KL,00 1 5 16,7 1,00 0 89 100,0 Overall Percentage 94,7 Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 6 perusahaan yang termasuk proper merah dan hitam sebanyak 5 perusahaan atau 16,7 % yang secara tepat dapat diprediksikan oleh model regresi logistik ini sebagai perusahaan yang termasuk didalamnya. Sedangkan dari 89 perusahaan yang termasuk kriteria diatas merah (hijau, biru dan emas) sebanyak 89 perusahaan dapat diprediksi dengan tepat dapat diprediksikan oleh model regresi logistik (100%). Dengan demikian secara keseluruhan dari 95 perusahaan hanya 94,7% yang dapat diprediksikan dengan tepat oleh model logistik ini. Tingginya persentase ketepatan tabel klasifikasi

42 tersebut mendukung tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap data hasil prediksi dan data observasinya yang menunjukkan sebagai model regresi yang baik. Kemudian langkah selanjutnya adalah menilai model fit dengan menggunakan -2log likehood. Berikut ini adalah hasilnya: Tabel 4.5. Tabel Iteration History -2 Log Likehood Iteration History a,b,c Coefficients Iteration -2 Log likelihood Constant Step 0 1 51,485 1,747 2 45,219 2,422 3 44,763 2,667 4 44,758 2,696 5 44,758 2,697 Menilai model fit dapat dilihat dari nilai statistik -2LogL yaitu tanpa variabel hanya konstanta saja sebesar 51,485 setelah dimasukkannya 3 variabel baru maka nilai -2LogL turun menjadi 44,763 dan setelah semua variabel dimasukkan menjadi 44,758 atau dengan kata lain terjadi penurunan sebesar 6,727 dan penurunan ini signifikan dibandingkan dengan tabel yaitu 1,98. Hal ini berarti penambahan variabel independen dapat digunakan. Tabel 4.6. Nagelkerke R Square Model Summary -2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R Step likelihood Square Square 1 34,185 a,105,280 a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than,001.

43 Untuk mengetahui besarnya variasi prediksi dari variable independen terhadap dependen dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Hal ini berarti diketahui bahwa dengan ukuran Nagelkerke R Square diperoleh 28,0% variasi kinerja lingkungan dapat diprediksi dari variabel independen. 4.3. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan program SPSS (Stastistical Package for Social Science), dengan menggunakan alat analisis regresi logistik. Hasil pengujian regresi logistik tersebut dapat terlihat sebagai berikut : Tabel 4.7. Hasil Pengujian Hipotesis Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Sig./2 Keterangan Step 1 a KI,018,019,863 1,035,0175 Diterima UDK,323,370,764 1,038,0191 Diterima UKA -,591,461 1,647 1,199,0995 Ditolak DKI 6,254 4,008 2,435 1,119,0595 Ditolak SIZE,158,450,123 1,026 Diterima PROFIT 2,465 1,501 2,699 1,004 Diterima Constant -2,790 6,221,201 1,654,327 Ditolak a. Variable(s) entered on step 1: SIZE, KI, UDK, UKA, DKI, PROFIT. Hipotesis Pertama Dari tabel 4.7. diketahui ternyata nilai signifikansi t untuk variabel KI adalah sebesar 0,035/2=0,0175 < 0,05 dengan nilai beta 0,018 sehingga artinya hipotesis pertama pada penelitian ini diterima. Jadi terdapat hubungan positif dan

44 signifikan antara KI terhadap KL. Artinya semakin tinggi KI akan meningkatkan KL. Hipotesis Kedua Dari tabel 4.7. diketahui ternyata nilai signifikansi t untuk variabel UDK adalah sebesar 0,038/2=0,0191 < 0,05 nilai koefisien regresi sebesar 0.323 sehingga artinya hipotesis kedua pada penelitian ini diterima. Jadi terdapat hubungan positif antara UDK dengan KL. Hipotesis Ketiga Dari tabel 4.7. diketahui ternyata nilai signifikansi t untuk variabel UKA adalah sebesar 0,199/2=0,0995> 0,05 sehingga artinya hipotesis ketiga pada penelitian ini ditolak. Artinya UKA tidak berhubungan signifikan dengan KL. Hipotesis Keempat Dari tabel 4.7. diketahui ternyata nilai signifikansi t untuk variabel DKI adalah sebesar 0,119/2=0,0595 > 0,05 sehingga artinya hipotesis keempat pada penelitian ini ditolak. Artinya DKI tidak berhubungan signifikan dengan KL. Variabel Kontrol Dari tabel 4.7. diketahui ternyata nilai signifikansi t untuk variabel kontrol Size adalah sebesar 0,026 < 0,05 artinya size dapat menjadi variabel kontrol hubungan antara variabel independen terhadap dependen (KL). Untuk variabel

45 kontrol profitabilitas memiliki nilai signifikansi sebesar 0.004 < 0.05 artinya profitabilitas dapat menjadi variabel kontrol. 4.4. Pembahasan 4.4.1. H1: Kepemilikan Institusional berhubungan positif terhadap Kinerja Lingkungan Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis pertama diketahui bahwa nilai signifikansi t untuk variabel KI adalah sebesar lebih kecil daripada 0,05 dengan nilai beta positif sehingga artinya hipotesis pertama pada penelitian ini diterima. Jadi terdapat hubungan positif dan signifikan antara KI terhadap kinerja lingkungan. Artinya semakin tinggi KI akan meningkatkan kinerja lingkungan. Struktur kepemilikan institusional dapat diukur sesuai dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan kepemilikan oleh blockholder. Pemegang saham institusional biasanya berbentuk entitas seperti perbankan, asuransi, dana pensiun, reksa dana, dan institusi lain. Investor institusional umumnya merupakan pemegang saham yang cukup besar karena memiliki pendanaan yang besar. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar untuk menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut Mursalim (2007) kepemilikan institusional dapat dijadikan sebagai upaya untuk mengurangi masalah keagenan dengan meningkatkan proses monitoring. Pemegang saham institusional juga memiliki opportunity, resources, dan expertise untuk menganalisis kinerja dan tindakan manajemen. Investor institusional sebagai pemilik sangat berkepentingan untuk membangun reputasi perusahaan. Para investor institusional menganggap bahwa

46 kinerja lingkungan sangat penting untuk dilakukan karena akan berdampak positif bagi keberlanjutan perusahaan di masa mendatang. Hal ini berarti kepemilikan institusional dapat mendorong perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepemilikan institusional berhubungan positif terhadap kinerja lingkungan perusahaan. Hal ini juga didukung oleh teori stakeholder yang menyatakan bahwa kesuksesan dan hidup matinya perusahaan tergantung pada kemampuannya menyeimbangkan kepentingan dari para stakeholdernya. Sehingga kepemilikan institusional yang merupakan salah satu dari bagian stakeholder perusahaan harus dapat diatur sedemikian sehingga dapat berjalan dengan optimal yang pada akhirnya berdampak pada kinerja lingkungan perusahaan. Hal ini mendukung penelitian Chang dan Zhang (2015). 4.4.2. H2: Ukuran dewan komisaris berhubungan positif terhadap kinerja lingkungan Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis kedua diketahui bahwa nilai signifikansi UDK lebih kecil 0,05 nilai koefisien regresi positif sehingga artinya hipotesis kedua pada penelitian ini diterima. Jadi terdapat hubungan positif antara UDK dengan kinerja lingkungan. Dewan komisaris merupakan salah satu elemen yang paling penting dalam mekanisme corporate governance. Menurut KNKG, 2006 dalam Wakidi dan Siregar, 2011 Dewan komisaris sebagai organ perusahaan, bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan serta memberikan nasehat kepada direksi dan memastikan bahwa perusahaan melaksanakan prinsip-

47 prinsip GCG. Dewan komisaris merupakan jabatan tertinggi yang ada dalam suatu perusahaan yang bertugas untuk mengawasi kinerja seluruh organ pada perusahaan tersebut.ukuran dewan komisaris yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh anggota Dewan Komisaris dalam suatu perusahaan. Dewan Komisaris diklasifikasikan dengan menghitung jumlah anggota Dewan Komisaris dalam suatu perusahaan yang disebutkan dalam laporan tahunan. Semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan maka proses monitoring dan evaluasi yang dilakukan semakin baik. Sejalan dengan teori agensi, bahwa semakin banyak jumlah dewan komisaris maka semakin menekan masalah agensi yang terjadi, hal ini akan berdampak pada peningkatan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini juga didukung oleh teori stakeholder yang menyatakan bahwa kesuksesan dan hidup matinya perusahaan tergantung pada kemampuannya menyeimbangkan kepentingan dari para stakeholdernya. Sehingga dewan komisaris independen yang merupakan salah satu dari bagian stakeholder perusahaan harus dapat berfungsi dengan optimal sehingga dapat menerapkan prinsip corporate governance yang maksimal, yang pada akhirnya berdampak pada kinerja lingkungan perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian penelitian Handayati dan Rochayatun (2015).

48 4.4.3. H3: Ukuran komite audit berhubungan positif terhadap kinerja lingkungan Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis ketiga diketahui bahwa nilai signifikansi t untuk variabel UKA lebih besar daripada 0,05 sehingga artinya hipotesis ketiga pada penelitian ini ditolak. Artinya UKA tidak berhubungan signifikan dengan kinerja lingkungan. Hal ini disebabkan karena dilihat dari nilai rata-rata ukuran komite audit sebesar 3 orang dan ini hanya formalitas untuk memenuhi peraturan Bapepam sehingga UKA tidak berhubungan terhadap kinerja lingkungan. Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap kinerja direksi dan tim manajemen sesuai dengan prinsip-prinsip GCG. Pembentukan komite audit telah memenuhi semua peraturan Bapepam-LK. Komite audit merupakan departemen yang bertugas untuk membantu pengawasan Dewan Komisaris terhadap perusahaan tersebut. Ukuran Komite Audit merupakan jumlah anggota Komite Audit dalam suatu perusahaan. Ukuran Komite Audit dihitung dengan menghitung jumlah anggota Komite Audit dalam laporan tahunan perusahaan yang tercantum pada laporan tata kelola perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa komite audit tidak berhubungan terhadap Kinerja Lingkungan. Alasan ditolaknya hipotesis ini adalah karena penerapan GCG pada sebuah perusahaan membutuhkan waktu dan akan efektif dalam jangka panjang, komite audit adalah salah satu bentuk penerapan dari GCG, sehingga dengan penerapan komite audit yang masih dalam jangka waktu yang pendek,

49 masih belum berhubungan terhadap kinerja lingkungan. Penerapan GCG akan optimal dalam jangka panjang setelah semua sesuai dengan mekanisme yang ada sehingga ini membuat komite audit tidak berhubungan terhadap kinerja lingkungan. Selain itu komite audit bertugas hanya untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat tentang laporan keuangan tersebut sehingga menjadikan komite audit tidak berhubungan signifikan terhadap kinerja lingkungan perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Nataylova (2013) yang menyatakan bahwa komite audit tidak berhubungan signifikan terhadap kinerja lingkungan perusahaan. 4.4.4. H4: Komposisi Dewan Komisaris Independen berhubungan positif terhadap kinerja lingkungan Berdasarkan pada hasil pengujian diketahui bahwa nilai signifikansi t untuk variabel DKI lebih besar daripada 0,05 sehingga artinya hipotesis keempat pada penelitian ini ditolak. Artinya DKI tidak berhubungan signifikan dengan kinerja lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari nilai statistik deskriptif untuk ratarata ukuran DKI sebesar 4 orang dan ini hanya formalitas untuk memenuhi peraturan Bapepam sehingga DKI tidak berhubungan terhadap kinerja lingkungan. Dewan komisaris independen memainkan peran penting dalam meningkatkan image perusahaan. Salah satu kontrol yang dapat dilakukan untuk meningkatkan image perusahaan adalah dengan mendorong perusahaan

50 mengungkapkan informasi sosial dan lingkungannya. Sehingga komposisi dewan komisaris independen yang merupakan salah satu dari bagian stakeholder perusahaan harus dapat berfungsi dengan optimal sehingga dapat menerapkan prinsip corporate governance yang maksimal. Tetapi hasil penelitian ini membuktikan bahwa dewan komisaris independen tidak berhubungan dengan Kinerja Lingkungan perusahaan. Alasan ditolaknya hipotesis ini adalah karena tugas dari dewan komisaris independen adalah untuk melakukan monitoring atau pengawasan terhadap kinerja manajemen. Dewan komisaris tidak bertugas membuat pengungkapan dalam laporan keuangan atau annual report perusahaan, sehingga hal ini membuat hipotesis ditolak, artinya tidak ada hubungan dewan komisaris independen terhadap kinerja lingkungan perusahaan. Selain itu penerapan GCG yang baik termasuk dewan komisaris independen dampaknya baru dirasakan setelah dalam jangka panjang sehingga menjadikan tidak ada hubungan dewan komisaris independen terhadap Kinerja Lingkungan. Dilihat dari nilai statistik deskriptifnya rata-rata untuk dewan komisaris independen sebesar 53,72% sehingga nilai rata-rata yang cenderung berada di tengah-tengah tersebut menjadikan tidak kuat dampaknya terhadap kinerja lingkungan. Sehingga menjadikan hipotesis ditolak dan tidak ada hubungan antara dewan komisaris independen terhadap kinerja lingkungan perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Nataylova (2013) yang menyatakan bahwa desan komisaris independen tidak berhubungan signifikan terhadap kinerja lingkungan perusahaan.