Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan penduduk Indonesia. Mycrobacterium Tuberculosis (Mansyur, 1999). Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6. Pekerjaan : 1). Bekerja 2). Tidak bekerja

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case

DAFTAR PUSTAKA. Achmadi, U.F., (2008). Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: UI Press.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Care Vol. 3, No. 2, Tahun 2015 PENGETAHUAN PASIEN TUBERCULOSIS BERIMPLIKASI TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN MOTIVASI KESEMBUHAN DENGAN KEPATUHAN PENATALAKSANAAN PENGOBATAN PADA PASIEN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOJOSARI MOJOKERTO

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Fakultas Ilnu Kesehatan,

Identifikasi Faktor Resiko 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB


Ari Kurniati 1, dr. H. Kusbaryanto, M. Kes 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

ABSTRAK. Kata kunci: peran keluarga PMO, kepatuhan minum obat, penderita TB paru

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN BEROBAT PASIEN TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Jenis kelamin pasien TB-MDR pada penelitian ini lebih banyak

KUISIONER PENELITIAN

J. Teguh Widjaja 1, Hartini Tiono 2, Nadia Dara Ayundha 3 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

I. PENDAHULUAN. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis masih

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. utama. The World Health Organization (WHO) dalam Annual Report on Global

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KESEMBUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI PUSKESMAS DELANGGU KABUPATEN KLATEN

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN. Saya yang bertanda tangan dan bertanggung jawab dengan pernyataan di bawah ini: Nama : Umur :

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

I. Identitas Informan Nama : Umur : Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan Pendidikan Terakhir : Tanggal Wawancara :

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. Tali Air no. 21 Medan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM KONSUMSI OBAT. Nasrul Hadi Purwanto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

Lampiran 2

Wiwik Natalya, Khairil Anwar 1. Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk

LAMPIRAN. Lampiran 1. Copy lembar permohonan surat pengantar menuju RS Paru Surabaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

Artikel Penelitian. thedots strategysince 1995.Based on the annual report of Padang City Health Department in 2011, the treatment. Abstrak.

BAB I. Treatment, Short-course chemotherapy)

ABSTRACT. Keywords: Supervisory Swallowing Drugs, Role of Family, Compliance Drinking Drugs, Tuberculosis Patients ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang

Pengaruh Dukungan Keluarga, Pengetahuan, dan Pendidikan Penderita Tuberkulosis (TB Paru) Terhadap Kepatuhan Minum Obat

HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MENELAN OBAT DENGAN KESEMBUHAN TUBERKULOSIS DI UPT PUSKESMAS ARCAMANIK KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi TB Paru di Indonesia dan negara negara sedang berkembang lainnya

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

c. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan d. Pendidikan : 1. SD/Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah 2. SLTP 3. SLTA 4. PT

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

Cara kerja penelitian Faktor yang Berhubungan dengan Gagal Konversi Pasien TB Paru Kategori I pada Akhir Pengobatan Fase Intensif di Kota Medan

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 (Rekapan Jawaban Kuesioner dari Pasien Penderita TBC)

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

Transkripsi:

PENGARUH PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAWI KABUPATEN NGAWI Erwin Kurniasih, Hamidatus Daris Sa adah Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi ABSTRAK Latar Belakang: Di Indonesia, tuberkulosis paru masih menjadi masalah utama kesehatan di masyarakat dengan angka kematian yang tinggi. Cakupan pengobatan penderita TB paru belum mencapai seratus persen bahkan ditemukan penderita yang drop out karena tidak patuh berobat sehingga mengalami resistensi dan risiko kekambuhan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien TB paru adalah PMO yang berperan aktif menjalankan tugasnya. Tahun 2016 terdapat 43 kasus TB paru yang ditemukan di Puskesmas Ngawi dengan jumlah pasien yang diobati 41 penderita (95,35%). Tujuan: Untuk mengetahui hubungan peran pengawas menelan obat dengan kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Ngawi. Metode: Desain penelitian adalah observasional analitik pendekatan cross sectional. Teknik sampling dengan total sampel yaitu sebanyak 41 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Analisis data dengan Chi-Square. Hasil: Responden yang patuh minum obat dan memiliki pengawas menelan obat yang berperan aktif sebanyak 25 orang (94,7%) sedangkan responden yang tidak patuh dalam minum obat dan memiliki pengawas menelan obat yang tidak berperan aktif sebanyak 6 orang (40%). Hasil uji statistik Chi- Square adalah 0,006 (α = 0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara peran pengawas menelan obat dengan kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Ngawi. A. PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) menjadi perhatian utama dunia kesehatan, karena diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB di seluruh dunia (Depkes RI, 2010). Di Indonesia, TB masih menjadi masalah kesehatan prioritas di masyarakat dengan insiden kematian yang cukup tinggi. Data Survei Tuberkulosis Nasional Tahun 2009 didapatkan bahwa setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang dengan insiden ratarata 110/100.000 penduduk (Depkes RI, 2010). Jumlah pasien TB di Kabupaten Ngawi tahun 2016 ditemukan sebanyak 798 penderita dengan jumlah yang diobati 741 penderita (92,86%). Ini menunjukkan jika cakupan pengobatan belum mencapai 100%. Puskemas Ngawi sebagai salah satu wilayah dengan jumlah penderita TB paru terbanyak yaitu 43 penderita dengan jumlah pengobatan 41 penderita. Data tahun 2011 oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur menyebutkan jika Kabupaten Ngawi masih terdapat penderita yang resisten pengobatan (MDR-TB) sebanyak 2 orang. Fakta ini mengindikasikan adanya kegagalan dalam pengobatan TB. Salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah perilaku tidak patuh penderita terhadap pengobatan. Kepatuhan dalam meminum obat sangat penting untuk menghindari MDR sehingga diperlukan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). PMO bertugas mengawasi dan mendampingi pasien sampai tuntas pengobatan (sembuh) agar terhindar dari kejadian drop out yang mengarah pada kegagalan seperti resisten, kambuh bahkan kematian. Anggota keluarga atau petugas kesehatan yang dekat dengan pasien dapat memainkan peran sebagai PMO. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengaruh antara peran pengawas menelan obat dengan kepatuhan minum obat pasien TB paru di wilayah kerja Puskesmas Ngawi tahun 2017. Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru Pengaruh Peran Pengawas... 90

B. BAHAN DAN METODE Desain penelitian observasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling dengan total sampel sebanyak 41 responden. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden. Sementara data sekunder diperoleh dari observasi kartu berobat pasien TB paru di Puskesmas setelah satu bulan kegiatan pelatihan PMO. Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square. C. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. No Jenis Kelamin Frekwensi Persentase (%) 1 Laki-laki 25 61 2 Perempuan 16 39 Tabel 1. menunjukkan bahwa pasien Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Ngawi sebagian besar adalah pria sebanyak 25 orang (61%) Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan usia. Tabel 2. menunjukkan bahwa sebagian besar penderita TB paru berusia 35-44 tahun sebanyak 11 orang (26,8%) yang berada pada rentang usia produktif. Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan. Dari tabel 3. diketahui bahwa mayoritas pendidikan responden adalah setingkat SMA yaitu sebanyak 14 orang (34,1%) dan paling sedikit dari responden yang tidak tamat SD yaitu 2 orang (4,9%) 2. Hubungan Responden dengan PMO Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan hubungannya dengan PMO No Hubungan PMO Frek Persentase (%) 1 Keluarga 23 56,1 2 Petugas Kesehatan 18 43,9 Berdasarkan tabel 4. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai PMO dari keluarga yaitu sebesar 23 orang atau 56,1%. 3. Data Khusus Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Peran PMO No Peran PMO Frekwensi Prosentase (%) 1. Tidak aktif 15 36,6 2. Aktif 26 63,4 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa peran PMO di wilayah kerja Puskesmas Ngawi sebagian besar adalah aktif dengan persentase 63,4% atau sebanyak 26 orang. Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat No Kepatuhan Frekwensi Prosentase (%) 1. Tidak patuh 7 17,1 2. Patuh 34 82,9 Total 29 100 Berdasarkan tabel 6. di atas diperoleh data bahwa kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis wilayah kerja Puskesmas Ngawi mayoritas adalah patuh dengan persentase 82,9% atau sebanyak 34 orang. Tabel 7. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis. Chi-Square Tests No Usia Frek Persentase (% 1 15-24 Tahun 5 12,2 2 25-34 Tahun 8 19,5 3 35-44 Tahun 11 26,8 4 45-54 Tahun 9 22 5 55-64 Tahun 5 12,2 6 >= 65 Tahun 3 7,3 Value df Asymp. Pearson Chi- Square 20.315 a 4.000 Likelihood Ratio 19.182 4.001 Linear-by-Linear Association 11.993 1.001 N of Valid Cases 41 Berdasarkan tabel 7. diatas diketahui bahwa No Pendidikan Frek Persentase (%) 1 Tidak tamat SD 2 4,9 2 SD/Sederajat 8 19,5 3 SMP/Sederajat 13 31,7 4 SMA/Sederajat 14 34,1 5 Perguruan Tinggi 4 9,8 hasil uji statistik Chi-Square, disimpulkan bahwa Pengaruh Peran Pengawas... 91

terdapat hubungan antara pendidikan pasien dengan kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru. Tabel 8. Hubungan PMO dengan Pasien terhadap Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis Paru Tabel 8. diatas menunjukkan bahwa hasil uji statistik Chi-Square, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hubungan PMO dengan pasien terhadap kepatuhan minum obat pasien Ngawi Tabel 9. Hubungan Peran Pengawas Menelan Obat dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis Paru Peran PMO Tidak Patuh Kepatuhan Patuh Total Tidak Aktif 6 (40%) 9 (80%) 15(100%) Aktif 1 (3,8%) 25 (94,7%) 26(100%) Jumlah 7 (17,1%) 34(82,9%) 41(100%) Chi-Square = 0,006,α= 0,05 Berdasarkan tabel 9. diketahui bahwa hasil uji statistik Chi-Square adalah sebesar 0,006 (<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara peran pengawas menelan obat dengan kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Ngawi. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa responden yang patuh minum obat dan memiliki pengawas menelan obat yang berperan aktif sebesar 94,7% atau sebanyak 25 orang sedangkan responden yang tidak patuh dalam minum obat dan memiliki pengawas menelan obat yang tidak berperan aktif sebesar 40% atau sebanyak 6 orang. D. PEMBAHASAN Identifikasi Peran Pengawas Menelan Obat di Wilayah Kerja Puskesmas Ngawi Kabupaten Ngawi Tahun 2017. Peran PMO di wilayah kerja Puskesmas Ngawi sebagian besar adalah aktif yaitu 26 (63,4%) dan sebagian kecil tidak aktif yaitu 15 (36,6%). Peran PMO sangat dibutuhkan oleh penderita TB paru karena dapat menghindarkan penderita dari kejadian drop out. Adanya pendampingan oleh PMO ini dapat meningkatkan kepatuhan penderita dalam meminum obat sampai penderita dikatakan sembuh. PMO yang berperan aktif ini sebagian besar memiliki hubungan keluarga. Adanya ikatan keluarga memberikan kecenderungan lebih perhatian dan selalu mengingatkan untuk meminum obat. Monitoring bisa dilakukan setiap saat jika PMO berasal dari anggota keluarga terutama yang tinggal dekat atau satu rumah dengan penderita Ini juga sesuai dengan strategi DOTS dimana Chi-Square Tests Value df Asymp. Pearson Chi- Square 6.606 a 1.010 Continuity b Correction 4.631 1.031 Likelihood Ratio 9.210 1.002 Fisher's Exact Test Linear-by- Linear 6.445 1.011 Association Exact N of Valid 41 Cases pemberian obat jangka pendek harus di bawah pengawasan langsung PMO (Depkes, RI; 2010). Identifikasi Kepatuhan Minum Obat Pasien Ngawi Kabupaten Ngawi Tahun 2017. Kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis hampir seluruhnya adalah patuh pada program pengobatan yaitu 34 responden (82,9%) dan tidak patuh ada 7 responden (17,1%). Kepatuhan dalam meminum obat sangat penting untuk menghindari MDR dan kegagalan dalam program pengobatan. Bila pasien tidak patuh dalam program pengobatan akan memudahkan terjadinya penularan penyakit. Kunci utama keberhasilan pengobatan TB adalah keyakinan bahwa penderita TB meminum semua obatnya sesuai dengan yang ditetapkan dan tidak lalai atau putus berobat. Hal ini tidak terlepas dari dukungan sosial yang ada disekitar penderita. Dukungan sosial dari keluarga dan teman dekat dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam berobat, menurunkan ansietas yang disebabkan oleh penyakit serta menurunkan atau menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan. Tingkat pendidikan juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap kepatuhan pasien TB paru dalam menjalani pengobatan. Hasil uji statistik menujukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan perilaku kepatuhan minum obat. Hal ini membuktikan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin patuh dalam menjalani pengobatan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin besar Exact Sig. (1-.012.011 Pengaruh Peran Pengawas... 92

kemampuannya dalam menyerap, menerima maupun mengadopsi informasi terkait pemahaman penyakit TB paru, cara penularan, pengobatan maupun bahaya pengobatan yang tidak teratur dan tidak tuntas. (Amin dan Bahar, 2009). Hubungan Peran Pengawas Menelan Obat dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Ngawi Kabupaten Ngawi Tahun 2017. Pasien TB paru di Puskesmas Ngawi sebanyak 25 (94,7%) orang patuh pada program pengobatan memilki PMO yang berperan aktif, sedangkan pasien TB paru sebanyak 6 (40%) orang yang tidak patuh pada program pengobatan memiliki PMO yang tidak berperan aktif. Sementara itu, hasil uji statistik Chi-Square adalah sebesar 0,006 yang kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara peran pengawas menelan obat dengan kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Ngawi. Feuerstein, et.al dalam Niven (2000) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan adalah peran pengawas menelan obat dan dukungan sosial. Perilaku kepatuhan penderita TB paru di Puskesmas Ngawi dalam menjalani pengobatan kemungkinan dipengaruhi oleh faktor tersebut dimana keluarga memberikan dukungan yang penuh pada pasien dalam bentuk perannya sebagai pengawas menelan obat. Hal ini juga dikuatkan pada beberapa hasil penelitian yang menyebutkan jika dukungan keluarga merupakan variabel paling penting dalam kontribusinya meningkatkan perilaku kepatuhan penderita selama menjalani pengobatan. Inilah yang menjadi alasan bahwa PMO yang berasal dari anggota keluarga penderita TB paru dianggap lebih efektif dan efisien dalam melakukan pengawasan selama pengobatan (Aditama, 2005). E. SIMPULAN DAN SARAN PMO yang berperan aktif memberikan dampak yang positif bagi penderita TB paru untuk bisa tuntas pengobatan sehingga menghindari kejadian MDR yang mengarah pada kekambuhan dan kematian. Keberhasilan pengobatan juga dihubungkan dengan status dari PMO yang sebagian besar anggota keluarga sehingga bisa melakukan pengawasan secara langsung setiap saat. Tingkat kepatuhan ini juga berhubungan dengan tingkat pendidikan responden dimana tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan memudahkan seseorang untuk bisa menyerap informasi terkait penyakit dan pengobatannya. Untuk mencapai keberhasilan pengobatan TB, maka petugas kesehatan hendaknya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan melakukan follow up secara kontinyu tidak hanya pada pasien TB tetapi juga kepada PMO. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kerjasama dengan PMO untuk keberhasilan pengobatan dengan membantu penemuan penderita TB sejak dini, mendorong dan memberi semangat bagi penderita untuk memeriksakan diri sedini mungkin serta menjalani pengobatan sampai tuntas. Pada penelitian lebih lanjut, diharapkan penelitian ini bisa dikembangkan lebih luas dengan jumlah sampel lebih banyak serta jenis penelitian yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Aditama. 2000. Sepuluh Masalah TB dan Penanggulangannya. Jurnal Respirasi Indonesia 2000;20(1):8-12. Amin, Zulkifli dan Bahar, Asril. 2009. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Asih, Niluh Gede Yasmin. 2010. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: EGC. Bastable, Susan. 2011. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran. Jakarta: EGC Chandra, Budiman. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC. Depkes RI. 2010. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2013. Rencana Pengembangan Manajemen Terpadu Pengendalian Tb Resistan Obat Jawa Timur. Djojodibroo, Darmanto. 2010. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC. Laban Y, Yoanes, 2008. TBC: Penyakit dan Cara Pencegahanya. Yogyakarta: Kanisius. Mutaqqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika. Niven, Neil. 2010. Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk perawat dan Pengaruh Peran Pengawas... 93

Profesional Kesehatan Lain. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Price, Sylvia. 2010. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 6. Edisi 2. Jakarta: EGC. Sudoyo, A.W (Eds), 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 5. Jakarta: Internal Publising. World Health Organization. Global Tuberculosis control: WHO report.http://www.who.int/tb/publication/gl obalreport/2011/en/indx.html. Zang, Sheryl Mara, 2013. Manual Perawatan di- Rumah. Jakarta: EGC. Pengaruh Peran Pengawas... 94