BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang belum dapat diselesaikan sampai saat ini, salah satu penyakit menular tersebut adalah Tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang menyebar melalui batuk dan dahak yang disebabkan oleh Basil tuberkel Mycobacterium tuberculosis (Miller,2002). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sumber penularannya adalah pasien TB BTA positif yang pada saat batuk atau bersin menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak ( droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Penyakit tersebut dapat menular ke berbagai usia, mulai dari balita hingga usia lanjut. Sampai sekarang TB Paru belum berhasil diberantas serta telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia (Depkes RI,2007). Indonesia merupakan negara yang masuk dalam High Burden Countries, dimana sekarang ini berada pada rangking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden tersebut adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar dan estimasi insiden berjumlah kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan kematian per tahunnya. (Kemenkes RI, 2011). Di Kota Semarang, data yang dilaporkan Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2011 menyebutkan bahwa penemuan penderita TB Paru BTA Positif sebanyak 989 orang, mengalami peningkatan 110 kasus bila dibandingkan tahun Penderita TB tersebut, jenis kelamin laki-laki 1

2 2 sebanyak 555 kasus dan jenis kelamin perempuan sebanyak 434 kasus (DKK Semarang, 2011). Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB yang pertama adalah kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara-negara yang sedang berkembang. Kedua, kegagalan program TB selama ini yang diakibatkan oleh tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan, tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat, penemuan kasus/diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar), tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis), salah persepsi terhadap manfaat efektifitas BCG dan penyakit tuberkulosis, infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalamai krisis ekonomi atau pergolakan masyarakat. Ketiga, perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur kependudukan. Keempat, dampak pandemi HIV (Depkes RI,2007). Dari perspektif masyarakat, keluarga merupakan sistem dasar dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan, dan diamankan. Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit. Lebih jauh, keluarga mempunyai tanggungjawab utama untuk memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para profesional perawatan kesehatan (Pratt,1977;1982, dalam Friedman, 1998) Sebuah literatur menyebutkan bahwa keluarga berfungsi sebagai titik tolak penilaian tingkah laku dan memberikan definisi-definisi dasar sehat dan sakit, maka keluarga mempengaruhi persepsi-persepsi individu (Friedman, 1998). Jika seseorang yang telah terdiagnosa menderita penyakit Tuberkulosis tentu memerlukan perawatan dari keluarga, keluarga tentu memiliki porsi yang

3 3 besar terhadap berhasil atau tidaknya pengobatan pada penderita. Persepsi keluarga terhadap terhadap penyakit tuberkulosis perlu diketahui karena hal ini bisa jadi mempengaruhi tindakan yang dilakukan oleh penderita terhadap penyakit yang dideritanya. Persepsi adalah daya mengenal sesuatu yang hadir dalam sifatnya yang konkrit jasmaniah, bukan yang sifatnya batiniah, seperti benda, barang, kualitas, atau perbedaan antara dua hal atau lebih yang diperoleh melalui proses mengamati, mengetahui, dan mengartikan setelah panca inderanya mendapat rangsang (Baihaki, 2007). Persepsi merupakan praktik tingkat pertama yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan yang akan diambil (Notoatmodjo,2007). Jika keluarga dalam mempersepsikan masalah penyakit tuberkulosis saja sudah salah, maka penderita akan salah juga dalam memutuskan sikap terhadap penyakit yang sedang dialami atau yang berada disekitar penderita serta perawatannya. Penelitian yang dilakukan Aisyah (2002) terhadap 92 responden penderita TB paru BTA positif yang berobat di puskesmas kecamatan jatinegara, Jakarta Timur didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah jumlah responden yang merasakan penyakit TB Paru tidak merupakan ancaman/bahaya bagi diri mereka yaitu sebesar 54,3 %. Mereka menganggap penyakit TBC paru sebagai penyakit biasa dan umumnya dapat disembuhkan dan bahaya yang ditimbulkan tidak segera dirasakan sesuai ciri-ciri penyakit kronis. Sebuah studi pendahuluan yang dilakukan penulis dengan mewawancarai salah satu keluarga di Wilayah kerja Puskesmas Bangetayu Semarang didapatkan hasil bahwa persepsi keluarga terhadap penyakit tuberkulosis kurang baik, penyakit tuberkulosis dianggap sebagai penyakit biasa yaitu batuk-batuk dan tidak membahayakan tubuh. Jika ada anggota keluarga yang dinyatakan positif menderita Tuberkulosis, anggota keluarga lainnya enggan untuk memeriksakan diri ke Puskesmas dan merasa sehat tidak takut tertular.

4 4 Data yang dilaporkan Puskesmas Bangetayu, penderita Tuberkulosis Paru dengan BTA (+) pada tahun 2011 yaitu sebanyak 29 orang, mengalami peningkatan dari tahun 2010 yaitu 20 orang. Tidak hanya kasus BTA (+) yang ada disana, namun penderita yang mengalami drop out (DO) dari pengobatan sebanyak 2 orang, dan yang dicurigai suspect Multy Drug Resistence (MDR) adalah 1 orang. Angka konversi Puskesmas Banget Ayu sebesar 83%, hal tersebut berarti masih kurangnya pandangan penderita mengenai manfaat berobat secara tuntas. Angka kesembuhan penderita TB di Puskesmas Banget Ayu juga tidak mencapai 100%, tapi hanya 72%, padahal jika penderita minum obat sesuai program penyakit yang dideritanya dapat sembuh total (DKK Semarang, 2011). Tindakan perawatan agar pasien dapat sembuh termasuk juga dengan menunjang asupan nutrisi yang bergizi, lingkungan yang sehat, mencegah penularan kepada anggota keluarga yang lain, dan semua itu harus dilakukan juga oleh keluarga. Keluarga merupakan elemen masyarakat yang harus memiliki usaha dalam meningkatkan kesehatan, jika ingin bebas dari tuberkulosis. Menurut teori Health Belief Model (Notoadmodjo, 2007) untuk meyakinkan seseorang melakukan tindakan kesehatan baik untuk mencari pengobatan dan melakukan tindakan pencegahan perlu sekali mengetahui persepsi seorang tentang kerentanan, keseriusan, manfaat minus rintangan yang dirasakan. Keluarga sebagai unit terkecil dalam kelompok masyarakat berperan penting dalam kesembuhan pasien. Persepsi ini sangat penting untuk menentukan apakah keluarga patuh atau tidak patuh dalam melakukan tindakan kesehatan. Oleh karena itu begitu pentingnya menilai persepsi keluarga mengenai penyakit tuberkulosis, dan jika keluarga masih salah dalam mempersepsikan penyakit tuberkulosis maka petugas kesehatan dapat melakukan pembetulan terhadap konsep penyakit tersebut dan pelayanan yang diberikan akan diterima oleh penderita secara maksimal.

5 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah adalah Adakah Hubungan Antara Persepsi Keluarga Terhadap Tuberkulosis Dengan Upaya Praktek Perawatan Keluarga Kepada Penderita Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Tuberkulosis dengan Upaya Praktek Perawatan Keluarga Kepada Penderita Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu Kota Semarang 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk: a. Mendeskripsikan persepsi kerentanan keluarga terhadap Penyakit Tuberkulosis Paru. b. Mendeskripsikan persepsi keseriusan penyakit tuberkulosis. c. Mendeskripsikan persepsi manfaat tindakan terhadap penyakit tuberkulosis paru. d. Mendeskripsikan persepsi hambatan yang dirasakan dalam tindakan terhadap mengatasi permasalahan penyakit tuberkulosis paru. e. Mendeskripsikan upaya perawatan keluarga terhadap penderita tuberkulosis paru f. Analisis hubungan antara persepsi kerentanan dengan upaya perawatan g. Analisis hubungan antara persepsi keparahan dengan upaya perawatan h. Analisis hubungan antara persepsi manfaat dengan upaya perawatan i. Analisis hubungan antara persepsi hambatan dengan upaya perawatan

6 6 D. Manfaat Penelitian 1. Keperawatan Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi ilmu keperawatan, terutama pada keperawatan komunitas untuk menilai persepsi keluarga pasien terhadap tindakan perawatan pasien tuberkulosis sehingga perawat dapat menentukan tindakan keperawatan yang tepat pada masyarakat. 2. Peneliti dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan menambah ghiroh peneliti untuk penelitian selanjutnya yang lebih baik. 3. Bagi peneliti selanjutnya Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam tentang penyakit tuberkulosis. 4. Bagi Pemerintah terkait/pihak Puskesmas Membantu pemerintah atau pihak Puskesmas serta petugas kesehatan dalam menilai persepsi keluarga sehingga dapat menentukan tindakan yang tepat agar angka kejadian TB menurun. E. Bidang Ilmu Penelitian ini masuk dalam Bidang Ilmu Keperawatan Komunitas. F. Keaslian Penelitian No. Nama Pengarang Judul Metode penelitian Hasil Penelitian 1. Aisyah Hubungan persepsi, Penelitian ini Hasil penelitian pengetahuan TB menggunakan desain menunjukkan Paru, dan PMO cross sectional bahwa responden dengan Kepatuhan dengan yang patuh obat Berobat pasien TB memanfaatkan data 73,9% dan tidak Paru Di Puskesmas primer dan sekunder patuh berobat Kecamatan 26,1%. Terdapat Jatinegara Jakarta hubungan yang Timur Tahun 2001 bermakna secara statistik antara persepsi keseriusan, persepsi manfaat minus rintangan

7 7 2. Emma Patmawati Persepsi Masyarakat Tentang Penularan Dan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis di Kelurahan Tlogomas Rt 04 Rw 09 Kota Malang Jenis penelitian ini adalah Deskriptif dan pengawasan menelan obat dengan kepatuhan berobat penderita TB Paru. Dari hasil penelitian pernyataan responden tentang penularan penyakit tuberkulosis dapat dikategorikan baik atau positif (79,5%) dan persepsi masyarakat tentang pengobatan penyakit tuberkulosis dapat dikategorikan baik atau positif (81,4%).