HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM KONSUMSI OBAT. Nasrul Hadi Purwanto

Transkripsi

1 HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM KONSUMSI OBAT Nasrul Hadi Purwanto Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada Mojokerto nasrulraza@yahoo.co.id ABSTRAK Tubercolusis (TBC) merupakan penyakit infeksi kronik yang dapat disembuhkan bila mengkonsumsi obat secara teratur. Penyakit tubercolusis adalah penyakit yang dapat menyebabkan kematian bila tidak mengkonsumsi obat secara teratur dan teratur sampai 6 bulan. Terbukti dengan peningkatan jumlah kematian di dunia maupun indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut perlu pengatuhan dan kepatuhan pasien tubercolusis untuk minum obat secara teratur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan pasien Tubercolosis Paru tentang kepatuhan makan obat OATdi Puskesmas Kedundung Kota Mojokerto. Desain penelitian ini menggunakan analitik korelasi dengan pendekan cross sectional. Metode sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling yang diambil sebanyak 40 responden yaitu pasien tubercolusis yang masuk pengobatan di Pukesmas Kedundung Mojokerto tahun Data penelitian diambil dengan menggunkan lembar kuesioner dan lembar observasi. Setelah ditabulasi data yang ada dianalisis dengan menggunakan uji statistic pearson korelasi dengan ( = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan pasien tubercolusis sebagai besar yaitu 4 orang (10%) berpengetahuan kurang, dan sebagian besar yaitu 23 orang (57.5%) berpengetahuan baik. Dan pada kepatuhan pasien tubercolusis hampir setengahnya yaitu 15 orang (37.5%) mempunyai kepatuhan lemah, dan sebagian besar 25 (62.5%) mempunyai kepatuhan kuat. Sedangkan dari hasil uji statistik diperoleh hasil ada hubungan pengetahuan pasien tubercolusis dengan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat di Puskesmas Kedundung Mojokerto. ( = 0,002 0,05 ). Melihat hasil penelitian ini dapat di adakan penyuluhan tentang penyakit dan pengobatan tubercolusis, agar pasien tubercolusis lebih mengetahui penyakit tubercolosis dan dampak bila tidak mengkonsumsi obat secara teratur sesuai dengan pentunjuk. Kata Kunci : Pengetahuan, Kepatuhan, Tubercolusis Halaman 40

2 PENDAHULUAN Tubercolosis paru (TB paru) adalah suatu penyakit menular yg sebagaian besar disebabkan kuman mycobacterium, kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara pernapasan kedalam paru-paru, melalui saluran pernafasan (bronchus), kemudian kuman tersebut dapat menyebab dari paru-paru kebagian lain melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, atau penyebaran langsung kebagian tubuh lainnya. Situasi TB paru di dunia semakin memburuk, jumlah kasus TB paru meningkat dan banyak yang tidak berhasil sembuh. Munculnya penderita HIV/AIDS di dunia menambah permasalah TB paru. Pasien TB paru dengan HIV positif akan meningkatkan resiko kejadian TB paru secara signifikan. Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB paru terhadap obat anti TB ( multidrug resistance) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan (Dinkes Provinsi Jawa Timur,2009). TB paru menunjukan gejala yang sangat bervariasi pada masing-masing penderita, mulai dari tanpa gejala sampai gejala yang akut, dan hanya beberapa bulan setelah diketahui sehat hingga beberapa tahun sering ada hubungan antara lama sakit maupun luasnya penyakit. (Depkes RI, 2009). Tahun 1999,WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) memperkirakan setiap tahun terjadi orang penderita TBC dengan jumlah kematian sebanyak orang.secara kasar diperkirakan dari setiap penduduk indonesia terdapat 130 orang penderita TBC paru yang sangat menular.penyakit TBC menjadi masalah sosial karena sebagian besar penderitanya adalah kelompok usia kerja produktif, kelompok ekonomi lemah,dan tingkat pendidikan yang rendah.(yoannes,2008). Secara umum dapat disampaikan bahwa situasi TB diawal abad 21 ini adalah : setiap hari orang jatuh sakit TB,setiap jam 833 orang sakit TB,setiap menit 13 orang jatuh sakit TB,setiap 5 detik satu orang jatuh sakit TB,setiap hari orang meninggal akibat TB,setiap jam 208 orang meninggal akibat TB,setiap menit 3 orang meningal akibat TB,setiap 20 detik 1 orang meninggal akibat TB,dan setiap detik orang terinfeksi TB (Tjandra,2006). Di Kab. Mojokerto sendiri terdapat lebih dari 230 kasus tubercolusis. Perbaikan sosial ekonomi, peningkatan taraf hidup dan lingkungan serta kemajuan teknologi telah banyak membawa perubahan.di negara-negara maju, jauh sebelum ditemukan obat anti TB (tuberkulostatika dan tuberkulosid), jumlah penderita menurun % per tahun, berkat perbaikan sosial dan ekonomi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyakit TB sebenarnya dapat hilang dengan sendirinya dari masyarakat berkat perbaikan sosial ekonomi tanpa obat.(ahmad,2008). Berhasil atau tidaknya pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien, keadaan sosial ekonomi serta dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi kepatuhan pasien untuk mengkonsunsi obat (Dr.Indan Enjang, 2002). Apabila ini dibiarkan dampak yang akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya kuman tubercolusis yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut terus menyebar pengendalian obat tubercolusis akan semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya angka kematian terus bertambah akibat penyakit tubercolusis. Berdasarkan paparan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Pasien Tubercolosis Paru dengan Kepatuhan Pasien Dalam Makan Obat OAT Di Puskesmas Kedundung Mojokerto. Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan rantai penularan, serta mencegah terjadinya MDR TB. Selain itu peneliti mengharapkan tercapainya penemuan pasien baru TB BTA positif paling sedikit 70% dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari semua pasien tersebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat TB hingga separuhnya pada tahun 2009 dibanding tahun METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah analitik cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita tubercolusis paru di puskesmas kedundung mojokerto tahun 2009 sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel ini diambil dengan menggunakan probability Halaman 41

3 sampling. Variabel independent dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang tubercolusis paru. Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat. Penelitian dilakukan secara door to door ke rumah pasien dengan TB Paru yang sudah memenuhi kriteria penelitian. Responden akan diberikan pengarahan tentang penelitian yang dilakukan kemudian diberi kuisoner yang sudah disiapkan peneliti, kemudian lembaran kuisoner diisi dan dijawab pasien sesuai dengan pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuisoner yang berisi tentang hubungan pengetahuan pasien TB. paru terhadap kepatuhan pasien dalam makan obat OAT di Puskesmas Kedundung Mojokerto. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dan lembar observasi, kuisioner ini terdiri dari : kuisioner data demografi pasien yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan status perkawinan dan lembar observasi ini data kegiatan responden. Setelah data terkumpul melalui kuensioner dan observasi, kemudian dilakukan analisis hubungan pengetahuan pasien tubercolusis paru terhadap kepatuhan pasien dalam makan obat OAT di Pukesmas Kedundung, Mojokerto. Mengunakan uji statistic pearson dengan program SPSS 15, uji dilakukan dengan taraf signifikan α = 0.05 yang berarti jika α < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan hubungan pengetahuan pasien tb. paru terhadap kepatuhan pasien dalam makan obat. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan usia di Puskesmas Kedundung Mojokerto. No. Umur responden Jumlah Prosentase 1 Kurang dari 20 tahun 4 10% tahun % tahun % tahun 4 10% 5 Lebih dari 35 tahun 22 55% Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa usia responden sebagaian besar berumur lebih dari 35 tahun sebanyak 22responden ( 55%). Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di PuskesmasKedundung Mojokerto. No. Jenis kelamin Jumlah Prosentase 1 Laki-laki % 2 Perempuan % Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari total responden sebanyak 40 responden sebagaian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 23 responden (57.5%). Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Kedundung Mojokerto No. Jenis pekerjaan Jumlah Prosentase 1 Tidak bekerja/ IRT % 2 Petani 6 15% 3 Swasta % 4 PNS 0 0 % Dari tabel 4 dapat diketahui bahwadari total responden sebanyak 40 responden hampir setengahnya sebanyak 17 responden (42.5%) mempunyai pekerjaan dengan pekejaan IRT dan Swasta. Halaman 42

4 Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Kedundung Mojokerto.. Pendidikan Jumlah Prosentase 1 Tidak sekolah 2 5% 2 SD 6 15% 3 SMP % 4 SMA / Sederajat % 5 Perguruan Tinggi 0 0% Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa total responden sebanyak 40 responden sebagaian besar berpendidikan SMA / Sederajat sebanyak 19 responden (47.5%). Tabel 5 Tabulasi pengetahuan pasien tentang tubercolosis No. Pengetahuan Jumlah Prosentase 1 Kurang 4 10% 2 Cukup % 3 Baik % Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang tubercolusis hampir sebagaian besar baik yaitu 23 reponden (57.5%). Tabel 6 Tabulasi data khusus kepatuhan pasien tubercolusis (12x kunjungan) dalam makan obat OAT di Puskesmas Kedundung Mojokerto. No. Kepatuhan Jumlah Prosentase 1 Tidak Patuh % 2 Patuh % Dari tabel 6 dapat diketahui sebagaian besar responden patuh makan obat OAT secara teratur sebanyak 25 responden (62.5%). Tabel 7 Tabulasi silang hubungan pengetahuan pasien tubercolusis dengan kepatuhan pasien dalam makan obat di Puskesmas Kedundung Mojokerto. Kepatuhan Makan Obat Pengetahuan pasien TB. Paru Tidakpatuh Patuh Total Jumlah % Jumlah % Kurang 4 10% 0 0% 4 10% Cukup 6 15% 7 17,5% 13 37,5% Baik 5 12,5% 18 45% 23 62,5% Total 15 37,5% 25 62,5% % Berdasarkan tabel 7 tabulasi silang dapat diketahui bahwa dari total responden sebanyak 40 responden yang patuh makan obat secara teratur dan berpengetahuan baik tentang tubercolusis sebanyak 23 responden (57.5%) sedangkan yang tidak patuh mengkonsumsi obat secara teratur dan berpengetahuan kurang tentang tubercolosis sebanyak 4 responden (10%). Halaman 43

5 Nonparameteric Correlations Pengetahuan Responden Kepatuhan Responden Pengetahuan Responden Pearson Correlation Sig. (2-tailed).002 N Kepatuhan Responden Pearson Correlation Sig. (2-tailed).002 N Berdasarkan uji statistic pearson korelasi diatas diperoleh nilai sig.(2-tailed) atau =0,002 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan pengetahuan tentang tubercolusis dengan kepatuhan makan obat OAT di Puskesmas Kedundung Mojokerto PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari total responden sebanyak 40 responden yang mempunyai pengetahuan tentang tubercolusis dengan kriteria baik sebnyak 23 responden (57.5%), kriteria cukup sebanyak 12 responden (32.5%), dan dengan kriteria kurang sebanyak 4 responden (10%). Hal ini di pengaruhi oleh tingkat pendidikan responden yang baik, dari hasil tabulasi data yang diperoleh di Puskesmas Kedundung diperolah hasil bahwa dari total responden sebanyak 40 responden sebagaian besar responden SMA sebanyak 19 responden (47.5%), sedang responden yang berpendidikan SMP dan SD mempunyi kecenderungan pengetahuan cukup dan kurang tentang pengetahuan tubercolusis. Hal ini sama seperti yang di ungkapkan oleh Notoatmodjo, 2003 : 18 bahwa tugas pendidik adalah memberikan atau meningkatkan keterampilan masyarakat atau individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan non formal. Jadi tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan, artinya terdapat hubungan bermakna antara pendidkan dengan pengetahuan seseorang. Disamping faktor pendidikan, faktor pekerjaan dan perolehan informasi yang diterima responden juga mempengaruhi hal ini. Responden yang memiliki pekerjaan karyawan/swasta cenderung memiliki pengetahuan lebih baik dibanding dengan responden yang berada dirumah atau bekerja sebagai buruh tani. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan dipengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh banyak informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan luas (Notoatmodjo, 2003). Hasil dari penelitian ini sesuai dengan pernyataan di atas tingkat pendidikan responden sebanyak 40 orang sebagaian besar berpendidikan SMA sebanyak 19 orang (47.5%). Adapun hal tersebut dibuktikan Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 40 total responden 15 diantaranya tidak patuh makan obat OAT (37.5%) dan sisanya 25 responden (72.5%) patuh makan obat OAT. Menurut Jerry I,, Dan Frederick A, 1984 yang dikutip Winardi J (2004) mengemukakan motivasi adalah suatu hasil proses-proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menimbulkan sikap antusias dan persistensi untuk mengikuti arah tindakan-tindakan tertentu. Ketidakpatuhan pasien tubercolusis tentang sebab akibat apabila tidak makan obat OAT secara teratur akan mempengaruhi lamanya penyembuhan. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk makan obat OAT secara teratur akan mempengaruhi kepatuhan pasien minum obat sesuai pentunjuk (Dr.Indah Enjang, 2002). Serta disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor eksternal dan internal yaitu pendidikan dalam arti luas mencangkup seluruh proses pendidikan dari segala bentuk interaksi, pengetahuan merupakan Domain yang sangat penting Halaman 44

6 untuk terbentuknya tindakan seseorang (Soekidjo Notoatmodjo, 1997). Hasil dari penelitian ini sesuai dengan pernyataan di atas dari 40 responden yang patuh mengkonsumsi obat didapatkan sebanyak 25 responden (75.5%), Adapun hal tersebut dikarenakan pengetahuan pasien tentang tubercolusis baik dan satu sisi lain rata-rata pendidikan pasien adalah SMA. Berdasarkan uji statistic pearson korelasi diatas diperoleh nilai sig.(2-tailed) atau = 0,002 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya Ada hubungan pengetahuan tentang tubercolusis dengan kepatuhan makan obat OAT dipuskesmas Kedundung Mojokerto dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,472 yang artinya menunjukan bahwa arah korelasi negatif dengan kekuatan korelasi kuat. Sedangkan pada data tabulasi silang dapat diketahui bahwa dari total responden sebanyak 40 responden yang patuh makan obat OAT dan berpengetahuan baik tentang tubercolusis sebanyak 23 responden (57.5%) sedangkan yang tidak patuh makan obat OAT dan berpengetahuan kurang tentang tuburcolusis sebanyak 4 responden (10%). Jadi ada hubungan tingkat pengetahuan dan kepatuhan makan obat OAT pada pasien tubercolusis di Puskesmas Kedundung Kota Mojokerto. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi kepatuhan makan obat OAT secara teratur. Pengetahuan seseorang diperolah setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, sedangkan penginderaan itu terjadi melalui panca indra manusia sebagian besar diperoleh dari atau melalui mata dan telinga (Noto atmodjo, 2003). Sedangkan kepatuhan sendiri adalah perilaku seseorang sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh orang yang memerintah (Neil niven, 2000). Meskipun demikian, yang menarik adalah pengetahuan dari orang lain dapat membuat orang mematuhi perintahnya dan sampai sejauh mana kesedian orang untuk mematuhinya tingkat kepatuhan bervariasi sesuai dengan apakah pengetahuan tersebut kuratif atau preventif tergantung faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhannya. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan pernyataan di atas bahwa dalam hal hubungan antara pengetahuan pasien tentang tubercolusis dengan kepatuhan mengkonsumsi obat pasien tubercolusis dari 40 responden yang berpengetahuan baik dan patuh dalam makan obat OAT secara teratur didapatkan 18 responden (45%), (tabel 4.7). Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan responden yang baik mempengaruhi kepatuhan pasien untuk makan obat OAT secara teratur sesuai dengan yang sudah dijadwalkan. SIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : (1) Pengetahuan pasien tentang tubercolosis di Puskesmas Kedundung Kota Mojokerto, hampir setengahnya berpengetahuan baik, (2) Kepatuhan makan obat OAT pasien tuberkolosis di Puskesmas Kedundung Kota Mojokerto, hampir seluruhnya patuh, dan Ada hubungan pengetahuan pasien tubercolosis dengan kepatuhan makan obat OAT pasien tubercolosis secara teratur ( = 0,002 0,05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,472. Responden yang berpengetahuan baik dan patuh dalam makan obat OAT secara teratur didapatkan 18 responden (45%). SARAN Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan : Diharapkan kepada pihak instansi puskesmas untuk mengoptimalkan pemberian penyuluhan tentang penyakit dan pengobatan tubercolosis melalui kader desa dan tokoh masyarakat secara komperhensif. Bagi pasien : Diharapkan setelah dilakukan penelitian ini responden semakin teratur dan tepat waktu dalam makan obat OAT agar tercipta taraf hidup yang lebih lama. Bagi ilmu keperawatan : Sebagai sumbangan ilmu penetahuan, khususnya dalam bidang tubercolosis semoga bisa bermanfaat. Peneliti selanjutnya hendaknya mampu mengembangkan penelitian yang sudah ada dengan menciptakan ide dalam pengambilan data responden, agar data yang diperoleh lebih pasti Halaman 45

7 DAFTAR PUSTAKA A.Sonny K dan Dua M. (2001). Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Penerbit Kanisus Achamadi UF Pedoman Penanggulangan Tubercolosis. JAKARTA : Dinkes RI Arif, M (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Carpenito L. J. (2003). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada praktik klinik. Dahlan, M(2008). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif, Bivarial,dan Multivariat. Jakarta : Salemba Medika Definisi tuberculosis paru subijakto25.blog.comhttp://subijakto25.bl og.com Ganong, William F. (2003). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC hal 28 Guyton dan Hall. (2007). Buku ajar fisiologi Edisi II. Jakarta : EGC Hidayat, A (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika Hidayat, A (2008). Metode Penelitian Keperawatan Dan Tekhnik Analisis Data.Jakarta : Salemba MedikaJakarta : Edisi 8. EGC. Mansjoer, Arif. dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius. Hal Notoatmojo, S (2003).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Nursalam Dan Siti Pariani, (2001).Pendekatan Praktek Metodologi Riset Keperawatan. CV.Agung Seto:Jakata Nursalam.2003.Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Price, S (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Vol. 2. Jakarta : EGC Setiadi.(2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta :GrahaIlmu Silbernagl, S (2006). Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : EGC Halaman 46