6 BAB II TINJUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Hiperemesis gravidarum a. Kehamilan Kehamilan adalah proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan, sehingga menghasilkan janin yang tumbuh didalam rahim seseorang wanita (Waryana, 2010) Kehamilan menurut Prawirohardjo (2009) dapat juga diartikan sebagai penyatuan spermatozoa dan ovum, yang dilanjutkan dengan penempelan (nidasi) atau implantasi. Dimana masa kehamilan itu berlangsung dalam waktu 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester diantaranya dimulai dari trimester I berlangsung dalam 12 minggu, trimester ke II dalam 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ke III dalam 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). Diagnosis dalam kehamilan menurut Fraser, 2009 dibagi menjadi 3 antara lain yaitu : 1) Tanda-tanda yang mungkin terjadi (dugaan) a) Perubahan awal pada payudara (belum tentu terjadi pada multigravida), waktu 3-4 minggu
7 b) Amenore, waktu 4 minggu c) Mual muntah (morning sickness), waktu 4-14 minggu d) Iritabilitas kandung kemih, waktu 6-12 minggu e) Quickening, waktu 16-20 minggu 2) Tanda-tanda probabilitas a) Adanya HCG di dalam darah (9-10 hari) dan urine (14 hari) b) Pelunakan ismus (tanda Hegar), waktu 6-12 minggu c) Vagina membiru (tanda Chadwick ), waktu8 minggu d) Pulsasi forniks (tanda Osiander), waktu 8 minggu e) Perubahan pigmentasi kulit, waktu 8 minggu f) Pembengkakan uterus, waktu 12-16 minggu g) Kontraksi Braxton Hicks, waktu 16 minggu h) Balotemen janin, 16-28 minggu 3) Tanda-tanda positif a) Visualisasi kantong gestasional dengan Ultrasound travagina (4,5 minggu) dan Ultrasound transabdomen (5,5 minggu) b) Visualisasi denyut jantung dengan Ultrasound travagina (5 minggu) dan Ultrasound transabdomen (6 minggu) c) Bunyi jantung janin dengan Doppler (11-12 minggu) dan stetoskop janin (20 minggu)
8 d) Gerakan janin : Dapat dipalpasi, waktu 22 minggu Dapat dilihat, waktu diakhir kehamilan e) Bagian janin dapat dipalpasi, waktu 24 minggu f) Visualisasi janin dengan sinar X, waktu 16 minggu Dalam kehamilan terdapat tanda-tanda bahaya, terutama pada kehamilan muda yang termasuk trimester pertama sering dianggap sebagai periode adaptasi. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa dirinya sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting pada trimester pertama (Varney, Helen, 2006) Tanda bahaya kehamilan trimester I menurut Varney, Helen, (2006) diantaranya ialah sebagai berikut : a) Perdarahan pada kehamilan trimester I b) Kehamilan Mola Hidatidosa c) Kehamilan Ektopik d) Hiperemesis gravidarum e) Anemia b. Hiperemesis gravidarum Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan yang dimulai antara usia kehamilan 4-10 minggu pada trimester I dan akan hilang sebelum kehamilan 20 minggu pada
9 trimester ke II. Terjadinya hiperemesis gravidarum dapat berkaitan dengan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan penurunan berat badan hingga 10% dari berat badan sebelum hamil, dan tidak boleh disalahartikan dengan gejala mual dan muntah selama kehamilan yang biasanya akan hilang dengan sendirinya (Varney, Hellen, 2007) Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan (< 10 kali / hari) sehingga dapat menganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Prawirohardjo, 2009) Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya. Berikut ini beberapa faktor penyebab yang ditemukan menurut Neil-Rose (2007), Tiran(2008), Proverawati (2009) yaitu : 1) Faktor hormonal Berhubungan dengan hormon human chorionic gonadotropin (HCG) yang mengakibatkan peningkatan progesterone yang menahan haid di tubuh kita. Biasanya kadar ini tertinggi pada saat mual menghebat, sehingga dapat mempengaruhi mual muntah walau masih ada kandungan hormon lain juga.
10 2) Faktor psikologis Hubungan faktor psikologis besar kemungkinan bahwa wanita menolak hamil atau tidak diinginkan, tidak nyaman dengan kehamilannya, takut kehilangan pekerjaan, dan keretakkan hubungan dengan suami. Diduga dapat menjadi faktor hiperemis gravidarum dari suasana itu. 3) Faktor paritas Pada wanita primigravida, sebagian kecil belum mampu beradaptasi dengan hormon dan pada usia lebih tua juga cenderung lebih menderita karena jumlah hormon yang dikeluarkan semakin tinggi, dan riwayat kehamilan sebelumnya juga dapat mempengaruhi kehamilannya sekarang. Jarak yang dekat antara kehamilan sekarang dan dahulu serta umur ibu yang sudah lebih dari 35 tahun juga dapat berpengaruh, karena kedaan yang belum normal sebagai mana mestinya harus sudah bereproduksi lagi untuk kehamilan selanjutnya maka dari hal itulah dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum dan komplikasi kehamilan lainnya. 4) Faktor nutrisi Pola makan ibu hamil dapat juga mempengaruhi terjadinya hiperemesis gravidarum dikarenakan ibu yang makan makanan berprotein tinggi namun ber-karbohidrat dan
11 vitamin B6 rendah menjadikan peluang untuk menderita mual muntah yang hebat. Kurangnya pola makan yang tidak teratur juga dapat menyebabkan terjadinya hiperemesis karena pada pasien hiperemesis pola makan harus sangat terjaga dan kandungan kalori, protein, mineral dan vitamin juga harus dijaga seimbang guna untuk pemenuhan nutrisi ibu hamil tersebut. 5) Faktor alergi Pada kehamilan diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu maka faktor alergi dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi tiga tingkat, menurut (Manuaba, 2010) yaitu : a. Tingkat pertama Muntah yang berlangsung terus menerus, makan dan minum berkurang, berat badan menjadi menurun, tonus lemah kulit dehidrasi, nyeri pada daerah epigastrium, tekanan darah turun serta nadi meningkat, lidah kering dan mata tampak cekung b. Tingkat kedua Keadaan umum penderita tampak lebih lemah, gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, tugor kulit makin berkurang, lidah kering dan kotor, berat badan semakin
12 menurun, mata ikhterik, gejala hemokonsentrasi makin tampak : urin berkurang, kadar aseton dalam urin meningkat, terjadi ganguan buang air besar, mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis dan nafas berbau aseton c. Tingkat ketiga Muntah berkurang, keadaan umum wanita hamil makin menurun : tekanan darah turun, nadi meningkat, suhu naik (keadaan dehidrasi makin jelas), ganguan faal hati terjadi dengan manifertasi ikhterus, ganguan kesadaran dalam bentuk manifestasi somnolen sampai koma ; komplikasi susunan saraf pusat (eksefalopati wernicke) : nistagmusperubahan arah bola mata, diplopia gambar tampak ganda, perubahan mental. Penatalaksanaan kehamilan hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I adalah : a. Memberi penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis, memberikan penjelasan tentang mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologis, akan tetapi menjadi patologis saat mual muntah tersebut < 10 kali / hari pada kehamilan muda
13 b. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering c. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaliknya dihindari. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau dingin d. Obat-obatan, sedativ yang sering digunakan adalah phenorbarbital. Vitamin yang dianjurkan B1 dan B6 keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti dramamin, avomin (Proverawati, 2009) 2. Paritas Paritas adalah status melahirkan anak pada seorang wanita baik mati maupun hidup (Farrer, 2001). Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan < 500 gram, yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu (Sumarah, 2008). Paritas secara luas mencangkup grafida / jumlah kehamilan, prematur / jumlah kelahiran dan abortus / jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang
14 dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu / wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil atau pernah hamil berdasarkan jumlahnya menurut (Siswosudarmo, 2010) yaitu : a. Primigravida Adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya atau kehamilan yang pertama. b. Multigravida Adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali dimana kehamilan tersebut tidak lebih dari 5 kali atau kehamilan selanjutnya. c. Grande multigravida Adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali menurut sumber lain paritas bagi ibu yang sudah partus antara lain : 1) Nulipara Adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang mampu hidup 2) Primipara Wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi yang mampu hidup 3) Multipara Adalah wanita yang telah melahirkan bayi dua kali atau lebih.
15 4) Grande multipara Adalah wanita yang pernah melahirkan bayi enam kali atau lebih. 5) Great grande multipara Adalah wanita yang pernah melahirkan bayi sepuluh kali atau lebih. Paritas yang ideal adalah paritas 2-3 dengan persalinan 3-4 tahun. Bila gravid (jumlah kehamilan) lebih dari 5 dan umur ibu lebih dari 35 tahun, maka disebut grande multi gravid yang memerlukan perhatian khusus (Siswosudarmo, 2010) 3. Status nutrisi Adalah status kesehatan ibu hamil yang mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya (Waryana, 2010) Nutrisi merupakan pemenuhan kalori yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu (Astuti, 2012) Komponen nutrisi yang terkandung dalam makanan, sangat mempengaruhi pertumbuhan janin. Pertumbuhan sel dalam menyusun bagian organ janin sangat tergantung ketersediaan nutrisi zat pembangun yang dikonsumsi ibu selama hamil. Seandainya ketersediaan zat tersebut terganggu, maka peluang timbulnya kelainan organ sangat mungkin terjadi (Proverawati, 2009)
16 Pemenuhan kebutuhan nutrisi selama hamil dapat bersumber dari makanan dan suplemen nutrisi sebagai berikut menurut (Narcie, 2007) : a. Zat besi (misalnya, daging sapi, h8ti, kacang-kacangan, bayam, kangkung, daun katuk) b. Folat (misalnya, sayuran yang berdaun hijau tua, tumbuhan polong, buncis, buah dan jus) c. Vitamin B 12 ( misalnya, tiram, hati, kepiting, lobster, salem) d. Zink (misalnya, daging sapi giling, hati sapi, daging paha kalkun, sereal serpih kulit gandum). Sedangkan kebutuhan nutrisi menurut Siswosudarmo (2010), Proverawati (2009) dan Waryana (2010) yaitu: a. Kalori Kebutuhan kalori untuk orang hamil adalah kira-kira perlu tambahan 80.000 kalori/280 hari selama kehamilan. Pada wanita yang tidak hamil dibutuhkan kalori 2500 Kkal, akan tetapi pada wanita yang sedang hamil ditambahkan 300 kalori seharinya sehingga menjadi 2800 Kkal Akan tetapi karena kebutuhan energi selama hamil berbeda, maka dibagi pada trimester I dibutuhkan penambahan 150 Kkal seharinya dan pada trimester II dibutuhkan penambahan 350 Kkal seharinya. Asupan kalori minimal
17 2800-3000Kkal/kg BB/hari. Kalori digunakan untuk produksi energi akan diambil dari pembakaran protein yang mestinya dipakai untuk pertumbuhan. Kalori dapat didapat seperti bahan makanan nasi, jagung, ubi, mie dan roti. b. Protein Kebutuhan protein semasa hamil dibutuhkan tambahan protein 12 gram/hari. Dengan demikian dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 75-100 gram (sekitar 12 % dari jumlah total kalorinya) atau sekitar 1,3 gram/kg BB/hari. Protein dibutuhkan sebagai pertumbuhan janin, uterus, plasenta, payudara, dan kenaikan sirkulasi ibu (protein plasma, hemoglobin, dll). Protein yang dianjurkan adalah protein hewani seperti daging, susu, telur, keju, dan ikan karena mengandung komposisi asam amino yang lengkap. c. Mineral Pada prinsipnya, kebutuhan mineral pada kehamilan kirakira 17 mg/hari, semua mineral kecuali besi dapat terpenuhi dengan makanan sehari-hari yang adekuat, yakni dari buah-buahan, sayur-sayuran hijau, ikan teri, kacangkacangan dan susu.
18 d. Vitamin Vitamin yang dibutuhkan oleh ibu hamil meliputi vitamin A 200 mg/hari, vitamin D 10 mg/hari, vitamin E 15 mg/hari. Vitamin pada ibu hamil dapat dipenuhi dengan makan sayuran, buah-buahan, hati, dan kuning telur. Dari kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu selama hamil dapat dilihat dari ukuran lingkar lengan atas (LILA) dan juga kadar hemoglobin (Hb) dalam darah (Sulistyoningsih, 2011). Cara mengukur kebutuhan nutrisi guna untuk mengetahui pemenuhan kalori ibu hamil dapat diukur dengan food recall atau 24 hour recall, metode ini dilakukan untuk mencatat jenis dan jumlah makanan serta minuman yang dikonsumsi ibu hamil dalam waktu 24 jam, biasanya dilakukan 2 atau 3 kali dengan dipilih hari libur (weekend dan weekday) (UI, F. K, 2013) 4. Hubungan paritas dengan hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I Mual dan muntah dapat terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% pada multigravida, satu diantara seribu kehamilan yang belum mampu untuk beradaptasi dalam kondisi kehamilannya (Prawirohardjo, 2009) Peningkatan hormon HCG membuat kadar asam lambung meningkat, hingga munculah keluhan rasa mual. Keluhan ini
19 biasanya muncul di pagi hari saat perut ibu dalam keadaan kosong dan terjadi peningkatan asam lambung (Prawirohardjo, 2009) Riwayat kehamilan yang lalu juga dapat mempengaruhi terjadinya hiperemesis gravidarum, karena ibu yang hamil dengan hiperemis gravidarum akan dapat dengan mudah menderita pada kehamilan selanjutnya. Jarak dan umur juga dapat mempengaruhi karena ketidaksiapan dalam memproduksi lagi dapat menjadikan ibu menjadi menurun kondisinya dan memerlukan perhatian khusus, karena rentan untuk menderita komplikasi-komplikasi kehamilan yang lain (Siswosudarmo, 2010) 5. Hubungan status nutrisi dengan hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I Hiperemesis gravidarum merupakan keadaan yang dapat terjadi pada kehamilan trimester I, yang ditandai dengan mual dan muntah yang berlebihan dalam relatif lama serta penurunan keadaan umum ibu. Bila keadaan ini tidak segera diatasi bisa menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan (Sulistyoningsih, 2011). Muntah dan mual membuat perasaan ibu tidak enak dan malas untuk makan. Jika ini dipertahankan maka akan berdampak pada janin yang dikandung yaitu kekurangan gizi. Oleh karena itu diet hiperemesis dan status pola nutrisi sangat berpengaruh terhadap kehamilan ibu. Namun harus diketahui walaupun status
20 pola nutrisi sangat berpengaruh harus tetap diperhatikan kandungan gizi dari masing-masing makanan yang dimakan ibu, sehingga kebutuhan gizi ibu dan janin tercukupi (Proverawati, 2009) Pemilihan bahan makanan untuk ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum diutamakan bahan makanan yang segar dan hindari penggunaan bahan makanan yang diawetkan (Sulistyoningsih, 2011) 6. Hubungan paritas dengan status nutrisi dengan hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I Paritas dan status nutrisi sangat berhubungan dengan kedaan ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum. Jarak kehamilan merupakan waktu sejak ibu hamil sampai terjadi kelahiran berikutnya. Hal ini dapat berpengaruh terhadap buruknya nutrisi janin yang dapat menyebabkan kondisi jangka panjang (terkena penyakit kardiovaskular dimasa depan, penurunan destasi masa tulang disaat kanak-kanak, keguguran) serta mempengaruhi gestasi selanjutnya karena keadaan ibu yang belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi belum optimal dan sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung (Tiran, 2008)
21 B. Kerangka Teori Faktor hormonal Faktor psikologis Faktor paritas Hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I Faktor nutrisi Faktor alergi Bagan 2.1 : Kerangka teori Sumber : modifikasi Neil-Rose (2007), Tiran(2008), Proverawati, (2009)
22 C. Kerangka konsep Variabel bebas (independent) Variabel terikat (dependent) Paritas Status Nutrisi Hiperemesis gravidarum Bagan 2.2 : Kerangka konsep D. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya (Setiawan A, 2011), sehingga hipotesis penelitian ini : Ada hubungan paritas dan status nutrisi dengan hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di RB NH Kuwaron Gubug.