PENILAIAN EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN PERIODE TRIWULAN TAHUN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kepustakaan : 11 ( )

ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS III DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN: X, Vol.1, No.2, Oktober 2013

HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN PERSENTASE PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR DI RSUD SRAGEN PERIODE TAHUN

HUBUNGAN JUMLAH PASIEN RAWAT INAP DENGAN BOR (BED OCCUPANCY RATE) DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE TAHUN

Analisis pemanfaatan data sensus harian rawat inap untuk pelaporan indikator pelayanan rawat inap di rumah sakit umum daerah dr.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1204/Menkes/SK/X/2004. pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (14) 340/MENKES/PER/III/2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan yang ada di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB 1 PENDAHULUAN. mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan. Rumah sakit berfungsi

GAMBARAN EFFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR RUANG PERAWATAN KELAS III DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TASIKMALAYA TAHUN 2011 DAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INDIKATOR KINERJA UTAMA

TINJAUAN FAKTOR PENYEBAB WAKTU TUNGGU PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

KARAKTERISTIK PASIEN RUJUKAN MASUK RAWAT INAP PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan. mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil, dan ahli serta

BAB I PENDAHULUAN. tidak dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. (1) pelayanan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6)

ANALISIS KUANTITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DENGAN KASUS PERSALINAN DI RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI SURAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011

2 Menurut Alamsyah (2012) salah satu aktivitas yang rutin dilakukan dalam statistik rumah sakit adalah menghitung tingkat efisiensi hunian tempat tidu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

Indikator pelayanan rumah sakit By : Setiadi

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Hospital Association mendefinisikan rumah sakit. sebagai sebagai organisasi yang didalamnya terdiri atas tenaga

KARAKTERISTIK PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR PERIODE TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang penting dalam

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PELAKSANAAN SENSUS HARIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan (1, 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tinjauan Keakuratan Data pada Sensus Harian Rawat Inap Di Rumah Sakit Khusus Bedah Banjarmasin Siaga

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN BEBAN KERJA WORK LOAD INDICATOR STAFF NEED ATAU WISN BAGIAN TPPRJ RSUD KABUPATEN SRAGEN ABSTRAK

Rini Damayanti, Sri Sugiarsi,Riyoko APIKES Mitra Husada Karanganyar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, mempunyai tiga pilar otoritas, yang masing-masing bekerja

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

Analisis Pemanfaatan Data Sensus Harian Rawat Inap Untuk Pelaporan Indikator Pelayanan Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain : a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengakibatkan ketertarikan masyarakat umum semakin berlomba

SISTEM PENGOLAHAN DATA RAWAT INAP DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN BERBASIS MULTIUSER

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. tidak dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan yaitu harus sesuai

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: (online); X (Printed)

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT FILING RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Indikator URI BOR LOS TOI BTO GDR NDR. Gambar 3.1 Kerangka Konsep

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH ANALISA TREND INDIKATOR RAWAT INAP MENURUT BANGSAL TAHUN DI RSUD RA KARTINI JEPARA DI SUSUN OLEH

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. American Hospital Association mendefinisikan rumah sakit. sebagai sebagai organisasi yang didalamnya terdiri atas tenaga

PEMANFAATAN DATA REKAM MEDIS DALAM PENGHITUNGAN BIAYA RAWAT INAP PENYAKIT SKIZOFRENIA PARANOID TAHUN 2010 DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009). Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kesehatan,

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DALAM BATAS WAKTU PELENGKAPAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

PREDIKSI KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR MENURUT STANDAR EFISIENSI BOR DEPKES TIAP BANGSAL RAWAT INAP RSUD KABUPATEN KUDUS BULAN JUNI DESEMBER TAHUN 2014

ANALYSIS THE EFFICIENCY OF INPATIENT WARD ACCORDING TO STANDARD OF BARBER JOHNSON IN BHAYANGKARA HOSPITAL SEMARANG IN 2015

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. ancaman yang akan datang. Rumah Sakit yang memiliki perencanaan strategis akan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat baik kuratif. bersifat rahasia. Dokumen tersebut dinamakan sebagai rekam medis.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan

ANALISIS DESKRIPTIF NILAI TOI PADA BANGSAL BAITUL MA RUF DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

Indikator Kinerja Rumahsakit

BAB III METODOLOGI. Dokumentasi berupa data harian, bulanan, dan tahunan yang dilakukan di Rumah

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan tempat yang melayani pasien gawat darurat. rawat jalan, dan rawat inap dan berbagai jenis pelayanan medis dan

ANALISIS DESKRIPTIF FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI BTO DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 EVIANA ANJAR SUSANTI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelima Pancasila serta Undang-Undang Dasar Negara Republik. kebutuhan dasar hidup yang layak dan memberikan kepastian

PREDIKSI KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR BANGSAL KELAS III BERDASARKAN INDIKATOR BARBER JOHNSONTAHUN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, masyarakat. Dalam rangka memberikan pelayanan yang bermutu

ANALISIS DESAIN FORMULIR LAPORAN OPERASI (RM 16) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit mempunyai peran yang penting dalam memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

Transkripsi:

PENILAIAN EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN PERIODE TRIWULAN TAHUN 2011 Mardiyono, Tri Lestari, Rohmadi APIKES Mitra Husada Karanganyar apikesmitra@yahoo.co.id ABSTRAK Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen pada tahun 2010 diketahui hasil hasil perhitungan BOR 68,31 %, nilai AvLOS 4,03 hari, untuk nilai TOI 1,87 hari dan nilai BTO 61,92 kali dan dilihat dari hasil gambar Grafik Barber Johnson diketahui berada di luar daerah efisiensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian efisiensi pelayanan rawat inap berdasarkan Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen periode triwulan tahun 2011. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Cara pengumpulan data dengan observasi dengan mengamati secara langsung Grafik Barber Johnson. Populasi adalah Rekapitulasi Laporan RL 1 Tahun 2011 di RSUD Sragen dengan teknik pengambilan sampel teknik sampling jenuh dan analisisnya deskriptif. Kemudian dari data observasi tersebut akan dihitung nilai BOR, AvLOS, TOI dan BTO dan hasil perhitungan akan disajikan dalam Grafik Barber Johnson untuk menilai efisiensi pelayanan rawat inap setiap bangsal dan ruangan di RSUD Sragen periode triwulan tahun 2011. Penilaian efisiensi pelayanan rawat inap di setiap bangsal dan ruangan khusus di RSUD Sragen berdasarkan Grafik Barber Johnson pada triwulan I dan triwulan II ada 2 bangsal dan 1 ruang khusus yang masuk dalam daerah efisiensi yaitu bangsal teratai, bangsal sakura dan ruang ICU, sedangkan yang lain tidak ada yang masuk dalam daerah efisiensi. Pada triwulan III dan IV tahun 2011 dari seluruh bangsal dan ruangan tidak ada yang masuk dalam daerah efisiensi. Dari hasil yang didapat, maka disarankan agar pihak Rumah Sakit Umum Daerah Sragen mengadakan realokasi tempat tidur. Kemudian meningkatkan dan mempertahankan manajemen pelayanan yang telah ada dengan pemanfaatan tempat tidur mutu dan efisiensi pelayanan rawat inap. Kata Kunci : Efisiensi, Pelayanan Rawat Inap, Grafik Barber Johnson Kepustakaan : 18 (1980 2011) PENDAHULUAN Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan stándar yang ditetapkan. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Permenkes 269/MENKES/PER/III/ 2008). Data rekam Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat...(Mardiyono, Tri L, dk)23

medis yang dihasilkan oleh pelayanan kesehatan dapat dimanfaatkan untuk penghitungan statistik rumah sakit. Aktivitas rutin yang dilakukan dalam statistik rumah sakit yaitu salah satunya melalui pelayanan rawat inap suatu rumah sakit. Pelayanan rawat inap dapat dinilai melalui indikator pelayanan rawat inap seperti BOR (Bed Occupancy Ratio), AvLOS (Average Length Of Stay), TOI (Turn Over Interval), BTO (Bed Turn Over), GDR (Gross Death Rate), dan NDR (Net Death Rate). dengan menggunakan keempat indikator tersebut, dapat diketahui apakah tempat tidur yang disediakan telah digunakan secara efisien. Penilaian efisiensi rumah sakit, pada dasarnya menilai efisiensi pelayanan medis yang berkaitan dengan pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di rumah sakit, serta efisiensi pemanfaatan penunjang medis rumah sakit. Untuk menilai efisiensi rumah sakit, dapat dipergunakan Grafik Barber Johnson. Pengelola rumah sakit perlu mengetahui efisiensi pelayanan rawat inap rumah sakit dengan tujuan untuk menyusun perencanaan maupun pengambilan kebijaksanaan. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen pada tahun 2010 diketahui hasil gambar Grafik Barber Johnson diketahui berada di luar daerah efisiensi.berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti mengambil judul penilaian efisiensi pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen berdasarkan Grafik Barber Johnson periode triwulan tahun 2011.Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian efisiensi pelayanan rawat inap berdasarkan grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Tahun 2011. Pada Tahun 1973, Barry Barber, M.A., PhD., Finst P., AFIMA dan David Johnson, M.Sc berusaha merumuskan dan memadukan empat parameter untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur untuk bangsal perawatan pasienterdapat empat garis bantu yang dibentuk oleh empat parameter Grafik Barber Johnson, yaitu : a. TOI pada umumnya menjadi sumbu horizontal. b. AvLOS pada umumnya menjadi sumbu vertikal. c. Garis bantu BOR merupakan garis yang ditarik dari pertemuan sumbu horizontal dan vertikal, yaitu titik 0,0 dan membentuk seperti kipas. Garis bantu BTO merupakan garis yang ditarik dan menghubungkan posisi nilai AvLOS dan TOI yang sama. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif.pendekatan penelitian yang digunakan adalah retrospektif. Populasi dari penelitian ini adalah Rekapitulasi Laporan RL 1 I sampai dengan IV Tahun 2011.Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu sampling jenuh. Sedangkan 24Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551, VOL.VI. NO.1, MARET 2012,Hal 23-48

pengumpulan data menggunakan pedoman observasi. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Nilai BOR, AvLOS, TOI, BTO di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Tahun 2011 Data Dasar perhitungan AODT di RSUD Sragen periode triwulan tahun 2011 terdapat pada lampiran 2 Tabel 4.1 Nilai BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Rumah Sakit Umum DaerahSragen Tahun 2011 BOR (%) AvLOS BTO (kali) I 69,42 4,59 2,02 13,6 II 74,6 4,5 1,53 15,06 III 75 4,12 1,4 16,7 IV 77,11 4,22 1,25 16,82 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui hasil perhitungan BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen dengan nilai BOR berkisar antara 69,42 77,11%, nilai AvLOS antara 4,12-4,59 hari, nilai TOI antara 1,25 2,02 hari dan nilai BTO berkisar antara 13,6 16,82 kali. Nilai BOR tertinggi pada triwulan IV sebesar 77,11%, nilai AvLOS tertinggi pada I yaitu 4,59 hari, nilai TOI tertinggi 2,02 hari pada I dan BTO tertinggi pada IV sebesar 16,82 kali. Untuk melihat tingkat efisiensi pelayanan di setiap bangsal dapat dilihat pada tabel berikut ini: a. Bangsal Wijaya Kusuma Tabel 4.2 Nilai BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Bangsal Wijaya Kusuma Tahun 2011 BOR (%) AvLOS BTO (kali) I 61,96 5,01 3,07 11,11 II 70,47 4,56 1,91 14,04 III 73,48 4,4 1,58 15,34 IV 87,52 4,61 0,65 17,43 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui hasil perhitungan BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Bangsal Wijaya Kusuma dengan nilai BOR berkisar antara 61,9 87,5%, nilai AvLOS antara 4,4-5,01 hari, nilai TOI antara 0,65 3 hari dan nilai BTO berkisar antara 11,1 17,4 kali. Nilai BOR dari triwulan I sampai triwulan IV mengalami kenaikan dan nilai BOR tertinggi pada triwulan IV sebesar 87,52% sedangkan terendah pada triwulan I yaitu 61,96%, untuk nilai AvLOS tertinggi pada I yaitu 5,01 hari, Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat...(Mardiyono, Tri L, dk)25

nilai TOI tertinggi 3,07 hari pada I dan BTO tertinggi pada IV sebesar 17,43 kali. b. Bangsal Teratai Tabel 4.3 Nilai BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Bangsal Teratai Tahun 2011 BOR (%) AvLOS BTO (kali) I 77,05 4,19 1,25 16,52 II 75,2 4,36 1,43 15,69 III 69,84 4,56 1,96 14,08 IV 74,1 4,31 1,5 15,78 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui hasil perhitungan BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Bangsal Teratai dengan nilai BOR berkisar antara 69,84 77,05%, nilai AvLOS antara 4,19-4,56 hari, nilai TOI antara 1,25 1,96 hari dan nilai BTO berkisar antara 14,08 16,52 kali. Nilai BOR tertinggi pada triwulan I sebesar 77,05% dan nilai BOR yang terendah terdapat pada triwulan III yaitu sebesar 69,84%, sedangkan nilai AvLOS tertinggi pada III yaitu 4,56 hari, nilai TOI tertinggi 1,96 hari pada III dan BTO tertinggi pada I sebesar 16,52 kali. c. Bangsal Melati Tabel 4.4 Nilai BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Bangsal Melati Tahun 2011 BOR AvLOS BTO (%) (kali) B I 90,52 5,25 0,55 15,5 e II 91,48 5,04 0,46 16,5 III 85,89 5,17 0,84 15,27 IV 87,16 5,16 0,76 15,52 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui hasil perhitungan BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Bangsal Melati dengan nilai BOR berkisar antara 85,89 91,48%, nilai AvLOS antara 5,04-5,25 hari, nilai TOI antara 0,46 0,84 hari dan nilai BTO berkisar antara 15,27 16,5 kali. Nilai BOR tertinggi pada triwulan II sebesar 91,48%, nilai AvLOS tertinggi pada I yaitu 5,25 hari, nilai TOI tertinggi 0,84 hari pada III dan BTO tertinggi pada II sebesar 16,5 kali. d. BangsalMawar Triwula n I Triwula n II Triwula n III Tabel 4.5 Nilai BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Bangsal Mawar Tahun 2011 BO R (%) 83,9 AvLO S 8 4,68 0,89 84,3 8 4,62 0.85 87,9 5 4,73 0,62 BT O (kali ) 16,1 2 16,6 1 17,6 4 26Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551, VOL.VI. NO.1, MARET 2012,Hal 23-48

Triwula n IV 89,1 5,05 0,61 16,2 3 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui hasil perhitungan BOR, AvLOS, TOI dan BTO pada Bangsal Mawar dengan nilai BOR berkisar antara 83,38 89,1%, nilai AvLOS antara 4,62-5,05 hari, nilai TOI antara 0,61 0,89 hari dan nilai BTO berkisar antara 16,12 17,64 kali. Nilai BOR tertinggi pada triwulan IV sebesar 89,1%, nilai AvLOS tertinggi pada I yaitu 4,68 hari, nilai TOI tertinggi 0,89 hari pada I dan BTO tertinggi pada III sebesar 17,64 kali. e. BangsalAnggrek Tabel 4.6 Nilai BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Bangsal Anggrek Tahun 2011 BOR (%) AvLOS BTO (kali) I 30,87 2,94 6,6 9,42 II 31,86 3,38 10,61 8,57 III 29,9 3,04 7,12 9,05 IV 21,28 2,9 10,75 6,73 Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui hasil perhitungan BOR, AvLOS, TOI dan BTO pada Bangsal Anggrek dengan nilai BOR berkisar antara 21,28 31,86%, nilai AvLOS antara 2,9-3,38 hari, nilai TOI antara 6,6 10,75 hari dan nilai BTO berkisar antara 6,73 9,42 kali. Nilai BOR tertinggi pada triwulan II sebesar 31,86%, nilai AvLOS tertinggi pada II yaitu 3,38 hari, nilai TOI tertinggi 10,75 hari pada IV dan BTO tertinggi pada I sebesar 9,42 kali. f. BangsalCempaka Tabel 4.7 Nilai BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Bangsal Cempaka Tahun 2011 BOR (%) AvLOS BTO (kali) I 64,11 3,43 1,91 16,82 II 88,1 3,15 0,42 25,41 III 123,59 2,89-0,55 39,23 IV 118,67 2,76-0,43 39,47 Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui hasil perhitungan BOR, AvLOS, TOI dan BTO pada Bangsal Cempaka dengan nilai BOR berkisar antara 64,11 123,59%, nilai AvLOS antara 2,76-3,43 hari, nilai TOI antara -0,55 1,91 hari dan nilai BTO berkisar antara 16,82 39,47 kali. Nilai BOR tertinggi pada triwulan III sebesar 123,59%, nilai AvLOS tertinggi pada I yaitu 3,43 hari, Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat...(Mardiyono, Tri L, dk)27

nilai TOI tertinggi 1,91 hari pada I dan BTO tertinggi pada IV sebesar 39,47 kali. g. BangsalTulip Tabel 4.8 Nilai BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Bangsal Tulip Tahun 2011 BOR (%) AvLOS BTO (kali) I 63,61 4,33 2,47 13,2 II 65,75 4,47 2,33 13,37 III 44,29 2,33 5,44 9,41 IV 53,57 4,31 3,74 11,41 Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui hasil perhitungan BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Bangsal Tulip dengan nilai BOR berkisar antara 44,29 65,75%, nilai AvLOS antara 2,33-4,47 hari, nilai TOI antara 2,33 5,44 hari dan nilai BTO berkisar antara 9,41 13,37 kali. Nilai BOR tertinggi pada triwulan II sebesar 65,75%, nilai AvLOS tertinggi pada II yaitu 4,47 hari, nilai TOI tertinggi 5,44 hari pada I dan BTO tertinggi pada IV sebesar 13,37 kali. h. BangsalSakura Tabel 4.9 Nilai BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Bangsal Sakura Tahun 2011 BOR (%) AvLOS BTO (kali) I 76,07 6,28 1,97 10,9 II 84,35 6,2 1,15 12,36 III 74,05 5,87 2,05 11,6 IV 74,52 5,44 1,85 12,6 Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui hasil perhitungan BOR, AvLOS, TOI dan BTO pada Bangsal Sakura dengan nilai BOR berkisar antara 74,05 84,35%, nilai AvLOS antara 5,44-6,28 hari, nilai TOI antara 1,15 2,05 hari dan nilai BTO berkisar antara 10,9 12,6 kali. Nilai BOR tertinggi pada triwulan II sebesar 84,35%, nilai AvLOS tertinggi pada I yaitu 6,28 hari, nilai TOI tertinggi 2,05 hari pada III dan BTO tertinggi pada IV sebesar 12,6 kali. i. BangsalAster Triwul an I Triwul an II Tabel 4.10 Nilai BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Bangsal Aster Tahun 2011 BO R (%) 66,9 AvLO S BT O (kali ) 6 4,24 2,09 14,2 61,9 13,1 7 4,29 2,63 3 28Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551, VOL.VI. NO.1, MARET 2012,Hal 23-48

Triwul an III 57,9 7 3,53 2,56 15,0 6 Triwul an IV 69,8 5 4,22 1,82 15,2 Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui hasil perhitungan BOR, AvLOS, TOI dan BTO pada Bangsal Aster dengan nilai BOR berkisar antara 57,97 69,85%, nilai AvLOS antara 3,53-4,29 hari, nilai TOI antara 1,82 2,63 hari dan nilai BTO berkisar antara 13,13 15,2 kali. Nilai BOR tertinggi pada triwulan IV sebesar 69,85%, nilai AvLOS tertinggi pada II yaitu 4,29 hari, nilai TOI tertinggi 2,63 hari pada II dan BTO tertinggi pada IV sebesar 15,2 kali. Untuk melihat tingkat efisiensi pelayanan di ruang ICU dan Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Tahun 2011 sebagai berikut: a. Ruang ICU-ICCU Tabel 4.11 Nilai BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Ruang ICU-ICCU Tahun 2011 BOR (%) AvLOS BTO (kali) I 75,55 4,63 1,5 14,66 II 82,05 5,09 1,22 13,33 III 70,65 5,06 2,1 12,83 IV 74,63 5,28 1,79 13 Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui hasil perhitungan BOR, AvLOS, TOI dan BTO pada Ruang ICU-ICCU dengan nilai BOR berkisar antara 70,65 82,05%, nilai AvLOS antara 4,63 5,28 hari, nilai TOI antara 1,22 2,1 hari dan nilai BTO berkisar antara 12,83 14,66 kali. Nilai BOR tertinggi pada triwulan II sebesar 82,05%, nilai AvLOS tertinggi pada IV yaitu 5,28 hari, nilai TOI tertinggi 2,1 hari pada III dan BTO tertinggi pada I sebesar 14,66 kali. b. Ruang Perinatologi Tabel 4.12 Nilai BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Ruang Perinatologi Tahun 2011 BOR (%) AvLOS BTO (kali) I 38,05 3,82 0,89 8,98 II 42,74 2,54 3,41 15,3 III 83,15 3,47 0,58 27,95 IV 88,47 2,91 0,37 26,3 Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui hasil perhitungan BOR, AvLOS, TOI dan BTO di Ruang Perinatologi dengan nilai BOR berkisar antara 38,05 88,47%, nilai AvLOS antara 2,54 3,82 hari, nilai Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat...(Mardiyono, Tri L, dk)29

TOI antara 0,37 3,41 hari dan nilai BTO berkisar antara 8,98 27,95 kali. Nilai BOR tertinggi pada triwulan IV sebesar 88,47%, nilai AvLOS tertinggi pada I yaitu 3,82 hari, nilai TOI tertinggi 3,41 hari pada II dan BTO tertinggi pada IV sebesar 27,95 kali. 2. Koordinat Titik Bantu Empat Parameter Grafik Barber Johnson Tabel 4.13Koordinat Titik Bantu Empat Parameter Grafik Barber Johnson Tahun 2011 di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Titik Koordinat BOR AvLOS TOI BTO I (3,06;6,94) (0;4,59) (2,02;0) (6,6; 6,6) II (2,54;7,46) (0;4,5) (1,53;0) (6,02; 6,02) III (2,5;7,5) (0;4,12) (1,4;0) (5,5; 5,5) IV (2,29;7,71) (0;4,22) (1,25;0) (5,46; 5,46) Berdasarkan perhitungan BOR, AvLOS, TOI dan BTO maka dapat diperoleh hasil koordinat titik bantu empat parameter grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen yang terdapat pada tabel 3.13 dimana pada I BOR (3,06;6,94), AvLOS (0;4,59), TOI (2,02;0) dan BTO (6,6;6,6), pada II BOR (2,54;7,46), AvLOS (0;4,5), TOI (1,53;0) dan BTO (6,02;6,02) dan untuk III BOR (2,5;7,5), AvLOS (0;4,12), TOI (1,25;0) dan BTO (5,46;5,46), sedangkan IV BOR (2,29;7,71), AvLOS (0;4,22), TOI (1,25;0) dan BTO (5,46;5,46). Untuk melihat Koordinat Titik Bantu Empat Parameter Grafik Barber Johnson di setiap bangsal dapat dilihat pada table berikut ini. Tabel 4.13 Koordinat Titik Bantu Empat Parameter Grafik Barber Johnson Tahun 2011 di Bangsal RSUD Sragen No bangsal Titik Koordinat 1 Wijaya kusuma BOR AvLOS TOI BTO I (3,81;6,19) (0;5,01) (3,07;0) (8,09;8,09) II (2,96;7,04) (0;4,56) (1,91;0) (6,48;6,48) III (2,66;7,34) (0;4,4) (1,58;0) (5,99;5,99) IV (1,25;8,75) (0;4,61) (0,65;0) (5,27;5,27) 2 Teratai I (2,3;7,7) (0;4,19) (1,25;0) (5,44;5,44) II (2,48;7,52) (0;4,36) (1,43;0) (5,79;5,79) III (3,02;6,98) (0;4,56) (1,96;0) (5,38;5,38) IV (2,59;7,41) (0;4,31) (1,5;0) (5,83;5,83) 30Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551, VOL.VI. NO.1, MARET 2012,Hal 23-48

3 Melati I (0,95;9,05) (0;5,25) (0,55;0) (5,8;5,8) II (9,15;9,15) (0;5,04) (0,46;0) (5,51;5,51) III (1,42;8,58) (0;5,17) (0,84;0) (6;6) IV (1,298,71) (0;5,16) (0,76;0) (5,92;5,92) 4 Mawar I (1,6;8,39) (0;4,68) (0,89;0) (5,5;5,5) 5 Anggrek 6 Cempaka 7 Tulip 8 Sakura II (1,57;8,43) (0;4,6) (0,84;0) (5,47;5,47) III (1,21;8,79) (0;4,73) (0,6;0) (5,2;5,2) IV (1,09;8,91) (0;5,05) (0,6;0) (5,6;5,6) I (6,92;3,08) (0;2,94) (6,6;0) (9,5;9,5) II (6,82;3,18) (0;3,38) (7,2;0) (10,6;10,6) III (7,1;2,9) (0;3,04) (7,12;0) (10,1;10,1) IV (7,8;2,1) (0;2,9) (10,7;0) (13,6;13,6) I (3,59;6,41) (0;3,43) (1,91;0) (5,3;5,3) II (1,19;8,81) (0;3,15) (0,42;0) (3,5;3,5) III (2,3;12,3) (0;2,89) (0,55;0) (2,3;2,3) IV (1,8;11,8) (0;2,76) (0,43;0) (2,3;2,3) I (3,6;6,36) (0;4,3) (2,47;0) (6,8;6,81) II (3,43;6,57) (0;4,4) (2,33;0) (6,8;6,8) III (5,5;4,4) (0;4,32) (5,4;0) (9,7;9,7) IV (4,65;5,35) (0;4,3) (3,7;0) (8,1;8,1) I (2,4;7,6) (0;2,94) (6,6;0) (9,5;9,5) II (1,57;8,43) (0;4,24) (2,09;0) (6,3;6,3) III (2,6;7,4) (0;4,29) (2,63;0) (6,9;6,9) IV (2,29;7,71) (0;3,5) (2,56;0) (6,1;6,1) 9 Aster I (3,31;6,69) (0;4,24) (2,09;0) (6,3;6,3) II (3,81;6,19) (0;4,29) (2,63;0) (6,9;6,9) III (4,2;5,7) (0;3,5) (2,56;0) (6,1;6,1) IV (3,02;6,98) (0;4,22) (1,82;0) (1,82;0) Untuk melihat Koordinat Titik Bantu Empat Parameter Grafik Barber Johnson di a. Ruang ICU-ICCU ruang ICU dan Perinatologi dapat dilihat pada table berikut: Table 4.14 Koordinat Titik Bantu Empat Parameter Grafik Barber Johnson pada Ruang ICU-ICCU Tahun 2011 Titik Koordinat BOR AvLOS TOI BTO I (2,45;7,55) (0;4,63) (1,5;0) (6,13;6,13) II (7,55;8,2) (0;5,09) (1,22;0) (6,82;6,82) III (2,9;7,06) (0;5,06) (2,1;0) (7,17;7,17) IV (2,54;7,46) (0;5,28) (1,79;0) (7,07;7,07) Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat...(Mardiyono, Tri L, dk)31

Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui Koordinat Titik Bantu Empat Parameter Grafik Barber Johnson di Ruang ICU-ICCU pada I BOR (2,45;7,55), AvLOS (0;4,63), TOI (1,5;0) dan BTO (6,13;6,13), pada II BOR (7,55;8,2), b. Ruang Perinatologi AvLOS (0;5,09), TOI (1,22;0) dan BTO (6,82;6,82) dan untuk III BOR (2,9;7,06), AvLOS (0;5,06), TOI (1,79;0) dan BTO (7,17;7,17), sedangkan IV BOR (2,54;7,46), AvLOS (0;5,28), TOI (1,79;0) dan BTO (7,07;7,07). Table 4.14 Koordinat Titik Bantu Empat Parameter Grafik Barber Johnson pada Ruang Perinatologi Tahun 2011 Titik Koordinat BOR AvLOS TOI BTO I (6,2;3,8) (0;3,82) (0,89;0) (10;10) II (5,73;4,27) (0;2,5) (3,41;0) (5,9;5,9) III (1,16;8,8) (0;2,91) (0,37;0) (3,28;3,28) IV (8,69;1,69) (0;2,9) (0;2,9) (3,49;3,49) Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui Koordinat Titik Bantu Empat Parameter di bangsal Wijaya Kusuma pada I BOR (6,2;3,8), AvLOS (0;3,82), TOI (0,89;0) dan BTO (10;10), pada II (0;2,5), TOI (3,41;0) dan BTO (5,9;5,9) dan untuk III BOR (1,16;8,8), AvLOS (0;2,91), TOI (0,37;0) dan BTO (3,28;3,28), sedangkan IV BOR (8,69;1,69), AvLOS (0;2,9), TOI (0;2,9) dan BTO (3,49;3,49). BOR (5,73;4,27), AvLOS 32Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551, VOL.VI. NO.1, MARET 2012,Hal 23-48

Gambar 4.1 Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Tahun 2011 Gambar 4.2 Grafik Barber Johnson di Bangsal Wijaya Kusuma Tahun 2011 Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat...(Mardiyono, Tri L, dk)33

Gambar 4.3 Grafik Barber Johnson di Bangsal Teratai Tahun 2011 Gambar 4.4 Grafik Barber Johnson di Bangsal Melati Tahun 2011 34Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551, VOL.VI. NO.1, MARET 2012,Hal 23-48

Gambar 4.5 Grafik Barber Johnson di Bangsal Mawar Tahun 2011 Gambar 4.6 Grafik Barber Johnson di Bangsal Anggrek Tahun 2011 Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat...(Mardiyono, Tri L, dk)35

Gambar 4.7 Grafik Barber Johnson di Bangsal Cempaka Tahun 2011 Gambar 4.8 Grafik Barber Johnson di Bangsal Tulip Tahun 2011 36Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551, VOL.VI. NO.1, MARET 2012,Hal 23-48

Gambar 4.9 Grafik Barber Johnson di Bangsal Sakura Tahun 2011 Gambar 4.10 Grafik Barber Johnson di Bangsal Aster Tahun 2011 Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat...(Mardiyono, Tri L, dk)37

Gambar 4.11 Grafik Barber Johnson di Ruang ICU-ICCU Tahun 2011 Gambar 4.12 Grafik Barber Johnson di Ruang Perinatologi Tahun 2011 38Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551, VOL.VI. NO.1, MARET 2012,Hal 23-48

1. Penilaian efisiensi pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Tahun 2011. Tabel 4.15efisiensi pelayanan rawat inap di Rumah Umum Daerah Sragen Tahun 2011 I II III Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Tidak Efisiensi Tidak Efisiensi Tidak Efisiensi IV Efisiensi Sumber : Gambar Grafik Barber Johnson Berdasarkan tabel 4.15 efisiensi pelayanan rawat inap berdasarkan Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Tahun 2011 tersebut, dapat diketahui dari pertemuan titik koordinat yang masuk daerah efisiensi hanya pada IV sedangkan I sampai III diketahui pertemuan titik koordinat berada diluar daerah efisiensi. Untuk melihat Penilaian efisiensi pelayanan rawat inap pada setiap bangsal dan ruangan di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen dapat dilihat pada table berikut : Tabel 4.16Efisiensi pelayanan rawat inap di Bangsal Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Tahun 2011 Sumber : Gambar Grafik Barber Johnson Keterangan : TE : Tidak Efisiensi E : Efisiensi Secara umum berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat efisiensi pelayanan rawat inap di setiap bangsal dan ruangan Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Tahun 2011 tersebut, pada III dan IV dapat diketahui dari semua bangsal, pertemuan titik koordinat tidak ada yang masuk dalam daerah efisiensi, dan yang masuk daerah efisiensi titik koordinat I dan II yaitu pada bangsal teratai dan sakura, sedangkan ruangan lain diketahui pertemuan titik Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat...(Mardiyono, Tri L, dk)39

koordinat berada diluar daerah efisiensi. Tabel 4.15 efisiensi pelayanan rawat inap di Ruang ICU-ICCU dan Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Tahun 2011 Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Ruang ICU- Ruang ICCU Perinatologi I Efisiensi Tidak Efisiensi II Efisiensi Tidak Efisiensi III Tidak Efisiensi Tidak Efisiensi IV Tidak Efisiensi Tidak Efisiensi Sumber : Gambar Grafik Barber Johnson Berdasarkan tabel 4.15 efisiensi pelayanan rawat inap berdasarkan Grafik Barber Johnson di Ruang ICU-ICCU dan Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Tahun 2011 tersebut, dapat diketahui dari pertemuan titik koordinat pada Ruang ICU- ICCU yang masuk daerah efisiensi hanya pada I dan II sedangkan III dan IV diketahui pertemuan titik koordinat berada diluar daerah efisiensi. Dan untuk Ruangan Perinatologi dari keempat triwulan tidak ada yang masuk di daerah efisiensi. B. Pembahasan 1. Penilaian efisiensi menurut Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen periode Tahun 2011 Pada gambar 4.1 dapat dilihat tingkat efisiensi pelayanan melalui Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen dari triwulan I sampai dengan IV secara umum. Pada gambar tersebut mengalami kecenderungan untuk masuk dalam daerah efisiensi, dan dari ke empat titik yang masuk dalam daerah efisiensi yaitu pertemuan titik koordinat pada IV, hal ini dikarenakan nilai BOR sebanyak 77,11% berarti nilai BOR telah memenuhi standar ideal menurut Barber Johnson 75 85 %, nilai BOR yang memenuhi standar ideal berpengaruh pada TOI, karena BOR yang memenuhi standar ideal, nilai TOI pun memenuhi standar ideal 1 3 hari. Untuk nilai AvLOS juga telah memenuhi standar ideal Barber Johnson yakni 3 12 hari. Dan untuk nilai BTO telah sesuai standar ideal Barber Johnson yakni kunjungan minimal 30 kali dalam peiode satu tahun Sedangkan pertemuan titik pada triwulan I sampai triwulan III berada diluar daerah efisiensi, hal ini dikarenakan nilai BOR rendah dan tidak memenuhi nilai stándar ideal Barber Johnson 75 85 %. Untuk nilai BOR secara statistik semakin rendah nilai BOR maka 40Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551, VOL.VI. NO.1, MARET 2012,Hal 23-48

semakin sedikit Tempat Tidur yang digunakan pasien dibandingkan dengan Tempat Tidur yang telah tersedia. Dengan kata lain, penggunaan Tempat Tidur yang rendah menyebabkan kesulitan pada aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. 2. Penilaian efisiensi menurut Grafik Barber Johnson di Bangsal Rumah Sakit Umum Daerah Sragen periode Tahun 2011 Berdasarkan hasil gambar 4.2 sampai gambar 4.10 menurut Grafik Barber Johnson pada triwulan I dan triwulan II diketahui dari seluruh bangsal, pertemuan titik koordinat yang berada di daerah efisiensi adalah bangsal teratai dan bangsal sakura, sedangkan bangsal yang lain berada di luar daerah efisiensi. Terutama pada bangsal melati dan bangsal anggrek, pada bangsal melati pada triwulan I dan triwulan II tidak masuk dalam daerah efisiensi dikarenakan nilai TOI yang rendah pada triwulan I yaitu mencapai 0,5 hari dan triwulan II 0,4 hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu erry kusuma (lampiran 5), hal ini disebabkan karena di bangsal melati sebagai bangsal kelas III dikhususkan untuk pasien Penyakit Dalam dengan kapasitas 36 tempat tidur yang melayani pasien umum, jamkesda, jamkesmas dan yang mempengaruhi kunjungan pasien tinggi adalah pasien jamkesmas, sehingga pasien umum tidak merasakan ketenangan karena situasi bangsal yang terlalu ramai, hal tersebut membuat pasien umum atau pasien yang lain menjadi tidak nyaman dan menyebabkan pasien umum tersebut cenderung untuk segera pindah kelas atau pindah bangsal yang lebih nyaman, seperti bangsal teratai yang merupakan bangsal untuk pasien campuran dengan kapasitas 23 tempat tidur yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas I dengan kapasitas 20 tempat tidur dan VIP dengan kapasitas 3 tempat tidur, bangsal teratai melayani jenis pasien askes dan pasien umum, sehingga menyebabkan BOR triwulan I dan II pada bangsal teratai juga cukup tinggi yaitu pada triwulan I mencapai 77,05 % dan pada triwulan II mencapai 75,2 %, dilihat dari hasil gambar 4.3 menurut Grafik Barber Johnson berada di dalam daerah efisiensi, hal ini berarti bangsal teratai perencanaannya dalam memberikan pelayanan kepada pasien sudah baik. Sedangkan untuk bangsal anggrek pada triwulan I dan triwulan II tidak masuk daerah efisiensi disebabkan oleh nilai BOR yang rendah pada triwulan I yaitu mencapai 30,8% dan triwulan II Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat...(Mardiyono, Tri L, dk)41

mencapai 31,8%, menurut hasil wawancara dengan ibu erry kusuma (lampiran 5), hal ini dikarenakan pada bangsal anggrek merupakan bangsal untuk pasien anak-anak dengan kapasitas 19 tempat tidur yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas I dengan kapasitas 2 tempat tidur, kelas II dengan kapasitas 6 tempat tidur dan kelas III dengan kapasitas 7 tempat tidur karena pengunjung pasien anak-anak sedikit maka nilai BOR di bangsal anggrek menjadi rendah, pengunjung pasien yang sedikit disebabkan karena pelayanan yang diberikan kepada pasien kurang baik seperti keramahan dalam memberikan pelayanan kepada pasien maupun keluarga pasien, selain itu desain ruangan yang kurang sesuai dengan keadaan pasien sehingga suasana ruangan menjadi terasa menyeramkan bagi pasien anakanak tersebut, hal ini menyebabkan pasien anak-anak merasa tidak nyaman dan dampaknya masyarakat menjadi kurang mempercayai pelayanan yang diberikan oleh bangsal anggrek. Secara statistik nilai TOI yang rendah dapat disebabkan karena nilai BOR yang tinggi berpengaruh pada TOI, karena semakin besar nilai BOR maka nilai TOI akan rendah, perlu diketahui bahwa semakin kecil angka TOI, berarti semakin singkat saat tempat tidur akan digunakan pasien berikutnya. Hal ini menyebabkan tempat tidur sangat produktif, sehingga bisa menguntungkan dari segi ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit, tapi bisa merugikan dikarenakan tempat tidur belum disiapkan secara baik. Akibatnya kejadian infeksi nosokomial bisa meningkat dan beban kerja tim medis meningkat, sehingga kepuasan dan keselamatan pasien terancam, untuk nilai BOR secara statistik semakin tinggi nilai BOR, semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang ada untuk perawatan pasien. Namun semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin berat pula beban kerja petugas kesehatan di rumah sakit tersebut. Dan akibat dari hal tersebut pasien bisa kurang mendapat perhatian yang dibutuhkan. Pada akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu tinggi justru menurunkan kualitas kinerja tim medis dan menurunkan kepuasan serta keselamatan pasien. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah nilai BOR maka semakin sedikit tempat tidur yang digunakan pasien dibandingkan dengan tempat tidur yang telah tersedia. Dengan kata lain, penggunaan tempat tidur yang rendah menyebabkan kesulitan pada aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. 42Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551, VOL.VI. NO.1, MARET 2012,Hal 23-48

Berdasarkan gambar 4.2 sampai 4.10 menurut Grafik Barber Johnson pada triwulan III dan triwulan IV diketahui dari seluruh bangsal, pertemuan titik koordinat tidak ada yang berada di daerah efisiensi, terutama pada bangsal anggrek dan bangsal cempaka, pada bangsal anggrek pada triwulan III dan IV tidak masuk dalam daerah efisiensi dikarenakan nilai BOR pada triwulan III yang rendah yaitu mencapai 29,9% dan triwulan IV 21,28%, berarti nilai BOR dari triwulan III sampai triwulan IV mengalami penurunan, penurunan ini dikarenakan jumlah pasien masuk pada triwulan IV lebih sedikit dari pada triwulan III yaitu dari kunjungan pasien triwulan III yang mencapai 170 pasien dan triwulan IV mencapai 136 pasien. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu erry kusuma (lampiran 5), hal ini disebabkan karena di bangsal anggrek merupakan bangsal untuk pasien anak-anak dengan kapasitas 19 tempat tidur yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas I dengan kapasitas 2 tempat tidur, kelas II dengan kapasitas 6 tempat tidur dan kelas III dengan kapasitas 7 tempat tidur, karena pengunjung pasien anak-anak sedikit maka nilai BOR di bangsal anggrek menjadi rendah, pada triwulan I dan II sudah dijelaskan tentang jumlah kunjungan pasien yang sedikit hal ini terbukti bahwa dalam kurun waktu empat triwulan jumlah kunjungan semakin menurun, Oleh karena itu perlu adanya perbaikan ruangan seperti mendesain ruangan mirip dengan taman bermain anakanak, setiap bidang temboknya di cat dengan padu padan warna serta dihias aneka gambar serta menambahkan fasilitas untuk bermain, supaya pasien anak-anak merasa betah berada di ruangan, selain itu meningkatkan pelayanan seperti pelayanan yang ramah dan ekstra sabar dikarenakan yang dilayani bukan pasien biasa melainkan pasien anak-anak yang butuh perhatian dan pelayanan lebih, setelah selesai perbaikan ruangan dan pelayanan perlu adanya promosi atau memasang iklan tentang fasilitas yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen. Untuk bangsal cempaka pada triwulan III dan triwulan IV melewati daerah efisiensi disebabkan oleh nilai BOR yang terlalu tinggi bahkan melebihi 100% yaitu pada triwulan III mencapai 123,5% dan triwulan IV mencapai 118,67%. Menurut hasil wawancara dengan ibu erry kusuma (lampiran 5), hal ini dikarenakan pada bangsal cempaka merupakan bangsal kelas III dengan kapasitas 17 tempat tidur, bangsal ini untuk Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat...(Mardiyono, Tri L, dk)43

pasien obsgin dengan jenis pelayanan jampersal, jamkesda, jamkesmas dan pasien umum, yang maembuat kunjungannya terlalu tinggi yaitu pasien jampersal, di RSUD Sragen tidak menolak pasien dengan jenis pelayanan jampersal maupun pasien jamkesmas, maka jika ada pasien yang opname meskipun tempat tidur tidak ada yang kosong, pasien tersebut tetap dilayani, sehingga harus menambahkan tempat tidur dari UGD untuk ditempatkan di bangsal cempaka dan tempat tidur tersebut akan dikembalikan ke UGD jika pasien sudah dinyatakan pulang, hal seperti ini mengakibatkan pasien yang lain atau pasien umum merasa tidak nyaman dan pasien umum tersebut lebih memilih untuk pindah bangsal yang lebih nyaman seperti bangsal wijaya kusuma, bangsal wijaya kusuma merupakan bangsal kelas utama dengan kapasitas 23 tempat tidur yang terdiri dari 2 kelas yaitu VIP dengan kapasitas 14 tempat tidur dan Super VIP dengan kapasitas 9 tempat tidur dan bangsal ini hanya melayani jenis pasien umum, karena pasien yang pindah tersebut maka menyebabkan jumlah kunjungan pasien di wijaya kusuma pada triwulan III dan triwulan IV tinggi yaitu pada triwulan III mencapai 252 pasien dan triwulan IV mencapai 219, sehingga mengakibatkan nilai BOR pada triwulan III dan triwulan IV di bangsal wijaya kusuma juga tinggi yaitu triwulan III mencapai 73,48 % dan triwulan IV mencapai 87,52 %. Secara statistik semakin tinggi nilai BOR berat semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang ada untuk perawatan pasien. Namun semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin berat pula beban kerja petugas kesehatan di rumah sakit tersebut. Dan akibat dari hal tersebut pasien bisa kurang mendapat perhatian yang dibutuhkan dan kemungkinan infeksi nosokomial juga meningkat. Pada akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu tinggi justru menurunkan kualitas kinerja tim medis dan menurunkan kepuasan serta keselamatan pasien. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah nilai BOR maka semakin sedikit tempat tidur yang digunakan pasien dibandingkan dengan tempat tidur yang telah tersedia. Dengan kata lain, penggunaan tempat tidur yang rendah menyebabkan kesulitan pada aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Oleh karena itu diperlukan adanya relokasi tempat tidur atau ruangan, seperti mengurangi tempat tidur di bangsal yang BOR di bawah standar ideal di pindahkan ke ruangan yang BOR nya lebih dari 80%, seperti bangsal 44Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551, VOL.VI. NO.1, MARET 2012,Hal 23-48

Anggrek tempat tidurnya yang dibawah standar dipindah ke bangsal Cempaka yang nilai BOR nya lebih dari 80%. 3. Penilaian efisiensi menurut Grafik Barber Johnson di Ruang ICU- ICCU dan Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Sragen periode Tahun 2011 a. Ruang ICU-ICCU Berdasarkan tabel 4.11 diketahui hasil perhitungan BOR pada triwulan I IV di ruang ICU-ICCU berkisar antara 70% - 82%, LOS 4,6-5,2 sedangkan TOI berkisar antara 1,2-2,1 hari dan BTO berkisar antara 12,8-14,6 kali. Dilihat dari Grafik Barber Johnson pada gambar 4.11 di ruang ICU-ICCU tersebut dari keempat triwulan, koordinat titik parameter yang ada di dalam daerah efisiensi adalah triwulan I dan triwulan II, sedangkan triwulan III dan IV berada di luar daerah efisiensi, hal ini dikarenakan nilai BOR rendah, berdasarkan hasil wawancara dengan ibu erry kusuma (lampiran 5), hal ini disebabkan ruang ICU merupakan ruangan yang digunakan untuk pasien emergency atau pasien dalam keadaan koma yang perlu pelayanan khusus, contohnya seperti pasien dengan menderita penyakit jantung, pasien ini membutuhkan perawatan secara intensif dan membutuhkan pengawasan lebih lanjut. Untuk nilai BOR secara statistik semakin rendah nilai BOR maka semakin sedikit tempat tidur yang digunakan pasien dibandingkan dengan tempat tidur yang telah tersedia. Dengan kata lain, penggunaan tempat tidur yang rendah adalah faktor utama yang menyebabkan kesulitan pada aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. b. Ruang Perinatologi Berdasarkan tabel 4.12 diketahui hasil perhitungan BOR pada triwulan I IV di ruang perinatologi cenderung mengalami kenaikan yaitu pada triwulan I nilai BOR mencapai 38,05 %, triwulan II 42,74 %, triwulan III 83,15 % dan triwulan IV nilai BOR melewati nilai ideal barber johnson 75 % - 85 % yakni mencapai 88,47 %, hal ini dikarenakan jumlah pasien bayi yang masuk di ruang perinatologi juga mengalami kenaikan yaitu dari triwulan I IV berkisar antara 175 528 pasien, LOS 2,5-3,8 hari sedangkan TOI berkisar antara 0,5-3,4 hari dan BTO Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat...(Mardiyono, Tri L, dk)45

berkisar antara 8,9-27,9 kali. Dilihat dari Grafik Barber Johnson di ruang perinatologi tersebut dari keempat triwulan, koordinat titik parameter tidak ada yang masuk dalam daerah efisiensi, hal ini dikarenakan oleh nilai BOR yang rendah pada triwulan II, TOI yang rendah pada triwulan I dan IV dan BTO terlalu tinggi pada triwulan III, berdasarkan hasil wawancara dengan ibu erry kusuma (lampiran 5), hal ini dikarenakan pada ruang perinatologi yang berkapasitas 20 tempat tidur dikhususkan untuk pasien bayi atau bayi baru lahir. Untuk nilai TOI, semakin besar nilai TOI berarti semakin lama hari dimana tempat tidur kosong yakni tidak digunakan oleh pasien. Hal ini membuat tempat tidur semakin tidak produktif, kondisi ini tentu tidak menguntungkan dari segi ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit. Dan semakin kecil angka TOI, berarti semakin singkat saat tempat tidur akan digunakan pasien berikutnya. Hal ini menyebabkan tempat tidur sangat produktif, sehingga bisa menguntungkan dari segi ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit, tapi bisa merugikan dikarenakan tempat tidur belum disiapkan secara baik. Akibatnya kejadian infeksi nosokomial bisa meningkat dan beban kerja tim medis meningkat, sehingga kepuasan dan keselamatan pasien terancam. Dan Untuk nilai BTO secara logika, semakin tinggi angka BTO berarti setiap penggunaan tempat tidur yang tersedia digunakan oleh banyak pasien secara bergantian. Hal ini menguntungkan bagi pihak rumah sakit, karena tempat tidur yang tesedia aktif menghasilkan pemasukan. SIMPULAN 1 Berdasarkan hasil keseluruhan penilaian dari triwulan I sampai triwulan IV tahun 2011 menurut Grafik Barber Johnson efisiensi pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen mengalami kecenderungan untuk masuk dalam daerah efisiensi, hal ini dapat dilihat bahwa pada triwulan I-III, keempat indikator berada diluar daerah efisiensi sedangkan pada triwulan IV dari keempat indikator berada didalam daerah efisiensi. 2 Berdasarkan tabel 2.6 diketahui hasil perhitungan BOR pada triwulan I IV di bangsal Anggrek berkisar antara 21-31,8%, AvLOS 2,9-3,3 hari sedangkan TOI berkisar antara 0,6-0,9 hari dan BTO berkisar antara 6,7-9,4 dari hasil tersebut diketahui dari triwulan I IV 46Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551, VOL.VI. NO.1, MARET 2012,Hal 23-48

rata rata dari keempat parameter tidak ada yang memenuhi standar ideal dan hal ini menyebabkan penilaian efisiensi berdasarkan Grafik Barber Johnson tidak ada yang masuk dalam daerah efisiensi. 3 Berdasarkan Grafik Barber Johnson pada bangsal Cempaka dari keempat triwulan diketahui pertemuan titik koordinat berada di luar daerah efisiensi, hal ini disebabkan oleh nilai BOR yang rendah pada Ttiwulan I dan BOR terlalu tinggi pada triwulan II-IV, bahkan nilai BOR melibihi 100% yaitu sekitar 123%, dan BTO nilainya juga terlalu banyak yaitu penggunaan tempat tidur sekitar 39 kali dalam satu triwulan. 4 Titik pertemuan empat parameter di setiap bangsal dan ruangan Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Tahun 2011 tersebut, pada III dan IV dapat diketahui dari semua bangsal tidak ada yang masuk dalam daerah efisiensi, dan yang masuk daerah efisiensi titik koordinat I dan II yaitu pada bangsal teratai, sakura dan ruang ICU-ICCU, sedangkan ruangan lain diketahui pertemuan titik koordinat berada diluar daerah efisiensi. DAFTAR PUSTAKA Arief M. 2003. PengantarMetodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Surakarta: CSGF (Community of Self help Group Forum). Chandra, B. 1995. Pengantar Administrasi Kesehatan, cetakan I, Palembang. Depkes RI. 1991. Buku Pedoman Pencatatan Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Hal. 3 4 Depkes RI. 2005. Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan Dan Penyajian Data Rumah Sakit. Jakarta: DITJENYANMED. Hal 2 7 Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan Dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit Di Indonesia, Revisi II. Jakarta: Depkes RI. Hal 13 68 Donabedian, Avedis. Explorations in Quality Assessment and Monitori, Volume I, The Definition of Quality Approaches to its Assessment. Health Administration Press, Michigan, 1980. Ery R. 2009. Statistik Rumah Sakit Untuk Pengambilan Keputusan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal 56 58 Huffman EK. 1992. Health Information Management. Phisichian Record Company Berwin Illionis, USA Notoatmodjo S. 2006. Metodologi Penelitian Kesehatan. Hal 27 PerMenKes. No. 269/MenKes/Per/III/2008 tertanggal 12 Maret 2008. hal. 2 dari 12 PerMenKes RI. 2006. No. 1405/MENKES/PER/XI. Pedoman Organisasi Rumah Sakit Di Lingkungan Departemen Kesehatan. Hal 4-7 Rumah Sakit Umum Daerah Sragen, 2011.Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum daerah Sragen Tahun 2011. Sragen Shofari B. 2002. Pengolahan Sistem Rekam Medis (PSRM 01) Buku 01. Penilaian Efisiensi Pelayanan Rawat...(Mardiyono, Tri L, dk)47

Pormiki, Semarang. (tidak dipublikasikan) Soejadi, 1996.Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit, Grafik Baerber Johnson Sebagai Salah Satu Indikator. katriga bina Jakarta. Sudra Rano I. 2008. Statistik Rumah Sakit. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 2 57 Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hal 124-125 Undang Undang No.44 Tahun 2009. Tentang Rumah Sakit. Hal 1 2 Undang Undang Praktik Kedokteran RI No. 29 Tahun 2004 Pasal 46 ayat (1), Penjelasan 48Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551, VOL.VI. NO.1, MARET 2012,Hal 23-48