AUDIT OPERASIONAL TERHADAPA PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA PT TRIA DIPA MEDIKA Ridwan Zulpi Agha 1405010667 Rz.agha@student.gunadarma.ac.id Program Studi Akuntansi Universitas Gunadarma Abstraksi Kas merupakan kekayaan perusahaan yang sangat likuid karena mudah sekali untuk digunakan dan berpindah tangan, selain itu kas juga tidak dapat dibuktikan kepemilikannya, sehingga kas sangat mudah sekali untuk diselewengkan. Dengan semakin kompleksnya aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan yang berhubungan dengan kas, maka perusahaan memerlukan alat bantu untuk dapat meningkatkan fungsi pengendalian terhadap kas, yang biasa disebut sebagai Sistem Pengendalian Internal. Pengendalian Internal merupakan suatu teknik pengawasan yaitu pengawasan keseluruhan dari kegiatan operasi perusahaan, baik mengenai manajemennya, organisasinya maupun mengenai sistem atau cara-cara yang digunakan. Namun suatu sistem pengendalian internal tetap harus diawasi serta dievaluasi agar manfaat dari pengendalian tersebut senantiasa dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan serta pengevaluasian terhadap sistem pengendalian internal dapat dijalankan dengan melakukan audit operasional terhadap Sistem tersebut. Penulisan ini mengambil objek mengenai audit operasional tehadap pengendalian internal atas penerimaan dan pengeluaran kas pada PT TRIA DIPA MEDIKA, dalam penulisan ini penulis menggunakan data primer dan sekunder serta menggunakan metode deskriptif dalam menganalisa masalah yang ada. Kata Kunci : Teknik Audit, Audit Operational, Sistem Pengendalian Internal, Kas PENDAHULUAN Mudahnya kas untuk dipindah tangankan, berdampak mudahnya kas untuk diselewengkan, dengan semakin kompleksnya aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan yang berhubungan dengan kas, maka perusahaan memerlukan alat bantu untuk dapat meningkatkan fungsi pengendalian terhadap kas, yang biasa disebut sebagai Sistem Pengendalian Internal. Pengendalian Internal merupakan
suatu teknik pengawasan yaitu pengawasan keseluruhan dari kegiatan operasi perusahaan, baik mengenai manajemennya, organisasinya maupun mengenai sistem atau cara-cara yang digunakan. Dengan adanya pengendalian yang baik bukan merupakan jaminan tidak akan terjadi kesalahan ataupun penyelewengan dalam perusahaan, tetapi setidaknya akan mengurangi terjadinya kesalahan dan kecurangan dalam batas-batas yang layak, sehingga jika ada indikasi terjadinya kesalahan ataupun kecurangan hal tersebut dapat diketahui dan dapat diatasi dengan cepat, agar perusahaa terhindar ndari kerugian yang lebih besar. Namun suatu sistem pengendalian internal tetap harus diawasi serta dievaluasi agar manfaat dari pengendalian tersebut senantiasa dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan serta pengevaluasian terhadap sistem pengendalian internal dapat dijalankan dengan melakukan audit operasional terhadap Sistem tersebut. Audit operasional adalah salah satu cabang dari ilmu audit yang betujuan untuk menguji suatu kebijakan serta kepatuhan pelaksaan dari suatu kebijakan dan atau suatu prosedur serta mengevaluasi efesiensi dan efektifitas dari suatu sistem. LANDASAN TEORI Kas adalah alat pertukaran yang diakui oleh masyarakat umum dan oleh sebab itu merupakan dasar-landasan yang kuat untuk dipakai sebagai alat pengukur terhadap semua kegiatan ekonomi di dalam perusahaan. Hampir semua transaksi perusahaan akan melibatkan uang kas, baik itu merupakan transaksi penerimaan maupun pengeluaran kas dan transaksi-transaksi lain akan berakhir dengan rekening kas ini. Kas merupakan harta yang paling lancar atau likuid, paling mudah diselewengkan, maka diperlukan suatu sistem dan prosedur akuntansi untuk mencatat dan mengendalikan kas. Standar Akuntansi Keuangan (2002), memberikan pengertian bahwa kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Sedangkan Baridwan (2003), memberikan pengertian bahwa kas merupakan suatu alat pertukaran dan digunakan sebagai suatu ukuran dalam akuntansi. Definisi Pengendalian Internal Arens, Elder dan Beasley (2003), mengatakan bahwa pengendalian internal adalah sebuah proses yang dapat memberikan jaminan kepada manajemen untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya, pelaksanaan operasional yang efektif dan efisien serta kepatuhan terhadap hukum yang berlaku Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pengendalian internal adalah suatu proses atau sistem yang terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang mempengaruhi dewan direksi, manajemen dan personel lainnya yang dirancang guna memberikan jaminan bagi pencapaian tujuan perusahaan yang meliputi keandalan laporan keuangan, efektivitas dan efisiensi dari kegiatan operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Meskipun banyak perusahaan yang menetapkan prosedur pengendalian internal dengan bahasa aturan yang berbedabeda, namun pada umumnya masingmasing mengandung prinsip-prinsip pokok pengendalian internal yang sama. Di antara prinsip-prinsip pengendalian internal tersebut Arens dan Loebecke (2000),
menyebutkan prinsip-prinsip pengendalian internal ialah pembentukan tanggung jawab, adanya pemisahan tugas, adanya prosedur dokumentasi, pengendalian kekayaan secara fisik, mekanik dan elektronik, dan verifikasi internal yang independen untuk setiap transaksi. Definisi Audit Sampai saat ini masih banyak orang yang menganggap bahwa ilmu audit adalah suatu cabang ilmu dari ilmu akuntansi. Namun anggapan tersebut adalah salah, karena Audit adalah suatu ilmu yang terpisah dari ilmu akuntansi. Menurut Arens, Elder dan Beasley (2003), ilmu audit adalah suatu ilmu yang salah satu tujuannya untuk menguji kebenaran dan kewajaran dari laporan yang disampaikan. Namun secara luas bukan hanya laporan saja yang perlu di uji kebenarannya tapi juga bisa menguji kebenaran dari suatu kebijakan atau prosedur yang telah diterapkan. Dewan SAK (2002), memaparkan bahwa audit adalah suatu proses yang sistematis, yang artinya dilakukan secara bertahap dan melakukan perencanaan yang cermat serta pemilihan teknis audit yang tepat. Untuk melaksanakan audit tersebut diperlukan informasi yang dapat diverifikasi dan criteria tertentu sebagai pedoman pengevaluasian informasi yang diperoleh. Jadi penulis dapat simpulkan bahwa audit adalah suatu ilmu yang bertujuan untuk menguji kebenaran suatu laporan, kebijakan atau informasi yang disampaikan oleh suatu pihak dimana pengujian itu harus melalui beberapa kegiatan yang sistematis. Definisi Audit Operasional Audit operasional merupakan salah satu cabang dari ilmu audit yang sangat bernanfaat bagi perusahaan. Definisi audit operasional menurut Tunakotta (2003), adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan secara teratur dan sistematis atas keefektivan suatu unit fungsi dengan membandingkannya dengan standar-standar industri. Audit ini dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan manajemen bahwa apa yang dicapai oleh manajemen telah dilaksanakan dan atau mengidentifikasikan kondisi-kondisi yang perlu disempurnakan. Sunarto (2003), mendefinisikan audit operasional dengan lebih singkat, yaitu sebagai proses pengkajian atas setiap bagian dari prosedur dan metode yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas. Hasil akhir dari suatu audit operasional berupa rekomendasi kepada manajemen untuk perbaikan operasi. Pendapat yang hampir sama juga diutarakan oleh Boynton dan Kell (2002), yang menyebutkan bahwa audit operasional adalah suatu proses yang sistematis untuk pengevaluasian efektivitas serta efisiensi dari suatu kegiatan yang diselanggarakan oleh manajemen suatu organisasi. Prosedur Audit Operasional Prosedur audit operasional terhadap pengendalian internal kas oleh auditor umumnya adalah dimulai dengan memperoleh pemahaman awal mengenai pengendalian internal klien, mengidentifikasi sasaran audit yang terkait, mengidentifikasi pengendalian yang spesifik, mengidentifikasikan kebaikan dan kelemahan yang ada pada pengendalian internal yang ada, melakukan uji terhadap pengendalian tersebut, mengidentifikasikan kelemahan dari hasi uji tersebut, menilai risiko yang mungkin terjadi dari kelemahan-kelemahan yang ada dan terakhir mengkomunikasikan hasil audit tersebut. Pada tahap pertama, yaitu memperoleh pemahaman awal mengenai pengendalian internal klien, auditor perlu
memahami beberapa hal yang paling mendasar dari klien yang berhubungan dengan proses audit yang akan dilakukan. Pemahan tersebut bisa seperti pengetahuan mengenai lingkunngan pengendalian klien, sistem akuntansi klien dan prosedur pengendalian klien. Setelah memperoleh pemahaman awal, maka auditor harus menetapkan sasaran audit yang akan dilaksanakan. Dengan dibuatnya sasaran audit, maka kegiatan yang akan dilakukan menjadi lebih fokus. Tahap berikutnya, mengidentifikasi pengendalian spesifik, auditor melakukan pemilahan terhadap pengendalianpengendalian internal yang termasuk kedalam objek audit. Selanjutnya auditor melakukan analisa untuk mencari kelemahan-kelemahan yang ada dari kebijakan serta prosedur pengendalian internal yang ada di perusahaan tersebut. Ketika auditor telah memahai pengendalian yang ada pada klien, maka hal yang dialakukan selanjutnya adalah melakukan ujian pengendalian tersebut. Pada tahap ini, auditor melukan uji terhadap pelaksaan pengendalian internal di lapangan, dari hasil uji pengendalian tersebut auditor akan dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi kelemahan dari pelaksanan pengendalian. Selanjutnya dari hasil temuan kelemahan-kelemahan yang ada, auditor harus menganalisa serta menilai risikorisiko yang dapat terjadi kepada perusahaan tersebut. Analisa ini penting agar perusahaan dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta dapat mengetahui dimana letak terjadinya kecurangan jika benarbenar risiko yang dikhawartikan memang terjadi. Tahap akhir dari pelaksanaan audit operasional terhadap pengendalian internal kas adalah pengkomunikasian hasil pelaksanaan audit tersebut kepada klien. Pengomunikasian tersebut biasanya dalam bentuk laporan audit yang berisi temuantemuan, risiko yang dapat terjadi serta saran untuk memperbaiki temuan-temuan negatif dari hasil audit yang dilakukan. Laporan auditor inilah yang nantinya dapat dijadikan dasar oleh klien untuk membuat dan melaksanakan pengendalian internal kas yang lebih baik lagi. METODOLOGI PENELITIAN Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini penulis melakukan dengan dua cara yaitu penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Penelitian Lapangan, Yaitu mengumpulkan data secara langsung (survei) pada perusahaan yang menjadi objek penelitian Untuk memperoleh data primer dari perusahaan. Penelitian lapangan yang penulis lakukan adalah dengan membuat Kuesioner, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang dibahas untuk memperoleh data primer. Sumber data ini penulis gunakan sebagai landasan teoritis dalam memperoleh evaluasi yang baik terhadap sumber data dari objek penelitian. Kuisioner ini akan dibagikan kepada lima orang pejabat yang berwenang dalam hubungannya dengan masalah yang akan diteliti, yaitu Manajer Keuangan, Bagian Akuntasi, Bendahara Perusahaan, Kasir dan Bagian Penagihan. Selain itu penulis juga melakukan wawancara, yaitu penelitian dengan cara tanya jawab dengan pejabat yang bersangkutan dengan masalah yang diteliti, antara lain, Manajer Keuangan, Bagian Akuntasi, Bendahara Perusahaan, Kasir dan Bagian Penagihan sehingga penulis dapat memperoleh data mengenai sejarah dan perkembangan perusahaan, struktur organisasi berikut perincian tugas,
keterangan dan pendapat mengenai pengendalian intern atas penerimaan dan pengeluaran kas yang terdapat pada PT TRIA DIPA MEDIKA. Sifat wawancara yang dilakukan adalah informal (wawancara lisan). Dalam penelitian Lapangan, penulis juga melakukan Observasi, yaitu peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap pengendalian intern atas penerimaan dan pengeluaran kas pada PT TRIA DIPA MEDIKA. Selain itu, mempelajari buku-buku dan dokumen perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, yang ditujukan untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Disamping menjalankan penelitian lapangan, penulis juga melakukan Penelitian Kepustakaan, Yaitu pengumpulan data yang berasal dari literatur-literatur yang berhubungan dengan materi yang dibahas untuk memperoleh data sekunder. Sumber data ini penulis gunakan sebagai landasan teoritis dalam memperoleh evaluasi yang baik terhadap sumber data dari objek penelitian. Metode Analisa Data Untuk mengevaluasi kebijakan pengendalian internal atas penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan, penulis menganalisa dengan cara membandingkan antara kebijakan yang ditetapkan perusahaan dengan prinsip-prinsip standar pengendalian yang berlaku umum. Sedangkan untuk menganalisa kepatuhan atas pelaksanaan kebijakan tersebut, penulis menggunakan kuesioner untuk dapat mengetahui pelaksanaanya yang selanjtunya dibandingkan dengan kebijakan yang ditetapkan. Dalam pengolahan data hasil kuesioner yang penulis sajikan menggunakan pertanyaan tertutup, yaitu daftar pertanyaan yang memungkinkan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu. Pilihan jawaban yang diberikan adalah YA, TIDAK. Jawaban Ya diarahkan kepada pemenuhan atau kepatuhan terhadap prosedur yang berlaku, sedangkan jawaban tidak merupakan penyimpangan. Berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden, pengujian pelaksanaan pengendalian dilakukan dengan menghitung persentase, yaitu menggunakan perhitungan: Jumlah Jawaban Ya Jumlah Jawaban Kuesioner X 100% untuk keperluan interpretasi hasil perhitungan persentase, Champion (1990) mengemukaan bahwa jika hasil perhitungannya 0% - 25% maka pengendalian internal tersebut bersifat kurang baik, 26% - 50% bersifat sedang, 51% - 75% bersifat baik, dan jika hasilnya 76% - 100% maka pengendalian internal tersbut bersifat sangat baik. HASIL PENELITIAN Identifikasi Kebaikan dan Kelemahan atas Kebijakan Pengendalian Internal Berdasarkan pengamatan penulis, kebijakan pengendalian internal perusahaan atas penerimaan dan pengeluaran kas sudah cukup baik. Ini ditandai oleh adanya pemenuhan lima prinsip pengendalian internal. Pembentukan tanggung jawab dan pemisahan tugas dapat terlihat dari adanya bagan organisasi yang jelas serta adanya Job Description yang telah penulis sajikan pada bagian sebelumnya sehingga dari data terebut dapat terlihat fungsi dan tanggung jawab untuk masing-masing jabatan, Pengendalian kas secara fisik, mekanik dan elektronik juga telah
dilakukan oleh perusahaan dengan menyediakan mesin register pada kasir, brankas pada bendahara, penggunaan kata kunci untuk membuka program komputer serta akses kartu identitas untuk memasuki ruangan bendahara dan bagian akuntansi. Verifikasi internal yang independen juga telah ditetapkan oleh perusahaan, ini dapat dilihat pada prosedur pengeluaran kas yang sebelumnya telah penulis sajikan. Verifikasi internal ini dilakukan oleh manajer keuangan dan atau wadir keuangan dan umum. Dokumentasi yang dilakukan perusahaan juga cukup baik, ini ditandai dengan dibuatnya bukti-bukti transaksi untuk setiap transaksi yang terjadi. Pada dokumen-dokumen tersebut pun telah mencantumkan pihk-pihak yang harus mengotorisasi dokumen tersebut. Namun ada sedikit kekurangan pada prosedur dokumentasi ini, yaitu berupa tidak adanya dokumentasi pendukung untuk bukti kas masuk yang dibuat oleh perusahaan seperti perushaan membuat bukti kas keluar dan bukti bank keluar, selain itu kelemahan lainnya ialah tidak digunakannya nomor urut yang telah tercetak sebelumnya pada dokumen-dokumen tersebut. Selain pemenuhan akan lima unsur sistem pengendalian diatas, kebijakan perusahaan agar terciptanya pengendalian yang baik juga dinilai cukup baik, ini dapat dilihat dengan kebijakan perusahaan yang mendirikan deparetemen pengendalian internal yang bertugas unntuk melaksanakan aktivitas pengendalian secara rutin. Identifikasi Kelemahan pada Prosedur Akuntansi atas Kas Dari prosedur penerimaan dan pengeluaran kas yang di tetapkan PT TRIA DIPA terdapat beberapa kelemahan yang bisa di merugikan perusahaan. Kelemahan tersebut terdapat pada penerimaan maupun pengeluaran kas. Kelamahan pertama, fungsi penyimpanan terpisah dari fungsi akuntansi akan tetapi dalam prosedur yang ada, penulis menemukan bahwa terdapat kemungkinan rangkap fungsi, yaitu transaksi penyimpanan dan pengeluaran kas dilaksanakan sendiri oleh fungsi penyimpanan kas dalam hal ini bagian bendahara Perusahaan. Kelemahan yang kedua adalah tidak ditetapkannya pemeriksaan, yakni memeriksa kebenaran jumlah kas yang ada dibandingkan dengan jumlah kas yang tercatat. Fungsi ini seharusnya ditetapkan perusahaan untuk dilakukan oleh bagian akuntansi dengan cara pembuatan rekonsiliasi bank.. Kelemahan berikutnya adalah pada pencatatan kas masuk pada bagian akuntansi hanya mengandalkan data dari salinan buku kas masuk bendahara saja, dimana data tersebut tidak dapat diperbandingkan dengan data dari kasir jika bendahara berbuat curang. Begitu pula pada saat bagian akuntansi mencatat penerimaan kas dari piutang, bagian akuntansi hanya mencatat berdasarkan rekening koran bank yang telah disortir oleh bagian penagihan, tidak ada dokumen pembanding yang dapat dijadikan bahan pengecekan oleh bagian akuntansi. Penilaian Risiko Pengendalian Berdasarkan hasil pengujian terhadap pengendalin internal atas penerimaan dan pengeluaran kas yang telah dilakukan, serta dari analisa terhadap prosedur penerimaan dan pengeluaran kas, maka penulis berpendapat bahwa dengan ditemukannya beberapa pelaksanaan prosedur dan kebijakan yang tidak dilaksanakannya sebagai mana mestinya maka risiko pengendalian yang ada pada perusahaan tersebut cukup tinggi.
Dengan ditemukannya beberapa temuan audit tersebut, perusahaan berisiko kehilangan kas yang berasal dari pemakaian kas oleh pihak direksi yang tidak diketahui jelas pemakaiannya, kecurangan dalam hal penggunaan kas oleh bendahara dengan pembuatan transaksi palsu oleh bendahara perusahaan dan manajer keuangan, sebab dokumen yang ada tidak tercetak nomor urutnya secara otomatis, serta pada beberapa kejadian bendahara sendiri yang melakukan rangkap fungsi (penyimpanan dan pencatatan). Disamping itu, dengan tidak dibuatnya rekonsiliasi bank oleh bagian akuntansi maka fungsi pemantauan kurang berlaku efektif karena perusahaan tidak pernah mecocokan kas yang tersedia di bank dengan kas yang tercatat oleh perusahaan, serta tidak mencocokan pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan dengan bank dengan catatan akuntansi perusahaan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan. Pertama, kebijakan pengendalian Internal atas penerimaan dan pengeluaran kas pada PT TRIA DIPA MEDIKA bersifat baik, hal ini tercermin dalam perhitungan hasil kuesioner yang menghailkan angka 69,67% serta dengan telah terpenuhinya lima prinsip sistem pengendalian internal yang telah diterapkan oleh perusahaan. Yaitu pembentukan tanggung jawab, adanya pemisahan tugas, adanya prosedur dokumentasi, adanya pengendalian kekayaan secara fisik, mekanik dan elektronik, serta adanya.verifikasi internal yang independen untuk setiap transaksi Kedua, terdapat beberapa kelemahan pada prosedur dan pelaksanaan pengendalian internal atas penerimaan dan pengeluaran kas yang dapat berakibat menghasilkan risiko pengendalian yang cukup tinggi sehingga mempengaruhi efektivitas dari sistem pengendalian itu sendiri. Ketiga, pelaksanan pengawasan yang sesuai terhadap sistem pengendalian internal atas penerimaan dan pengeluaran kas pada perusahaan mutlak diperlukan dan harus dilakukan secara rutin oleh bagian pengendalian internal, karena audit ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan efektivitas dari sistem pengendalian yang telah berjalan dan untuk menghindari risikorisiko kehilangan aset perusahaan. Saran Berdasarkan ditemukannya kelemahan-kelemahan pengendalian yang ditemukan dalam penelitian ini, penulis ingin memberikan beberapa saran yang dapat membantu perusahaan. Pertama, untuk memperbaiki kelemahan yang ditemukan pada fungsi pengawasan, sebaiknya perusahaan mewajibkan bagian akuntansi untuk membuat rekonsiliasi bank secara rutin, mewajibkan bagian pengendalian internal melakukan audit secara berkala agar penyimpangan pelaksanaan prosedur tidak terjadi, serta membuat dokumen transaksi yang telah tercatak nomor urut sebelumnya agar mempermudah pengawasan transaksi yang terjadi. Kedua, sebaiknya perusahaan kembali menegaskan atau memperbaiki kebijakan mengenai fungsi otorisasi pada pengeluaran kas karena ditemukan beberapa data pengeluaran kas yang tidak dilakukan otorisasi seperti yang semestinya.
Ketiga, jika perusahaan memungkinkan, sebaiknya perusahaan menerapkan sistem komputerisasi akuntansi yang terintegrasi mulai dari kasir sampai ke bagian akuntansi. Jika ini dapat diterapkan maka akan dapat meningkatkan keakuratan pencatatan penerimaan kas, meningkatkan pengawasan tehadap penerimaan kas, serta mengurangi risiko kecurangan yang dapat dilakukan oleh bendara. Sebab selama ini catatan penerimaan kas oleh kasir, harus diserahkan dulu oleh kasir ke bendahara beserta uang yang diterimanya, setelah itu baru diteruskan ke bagian akuntansi oleh bendahara. DAFTAR PUSTAKA Arens, Alvin A, Randel J Elder and Mark S Beasley., 2003, Auditing and Assurance Service : An Integrated Approach, 9 th edition, NewJersey: Prentice Hall Inc. Arens dan Loebbecke, 1999, Auditing: Pendekatan Terpadu, Jakarta: Salemba Empat Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Edisi ke delapan, Yogyakarta: BPFE Boynton dan Kell. 2002. Modern Auditing, 8th edition, Canada: John Wiley & Sons, Inc. Champion, Dean J, Basic Statistic For Social Research, Second Edition, New York: Mark Milan Publishing Co. Dewan SAK, 2002, Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta: Salemba Empat Hartadi, Bambang, 1999, Sistem Pengendalian Internal, Edisi ketiga, Yogyakarta: BPFE Mulyadi, 2002, Auditing, Edisi keenam, Jakarta: Salemba Empat Soemarso, 2002, Pengantar Akuntansi Satu. Jakarta: Salemba Empat Sunarto, 2004, Akuntansi Manajemen, Jakarta: Amus Tugiman, Hiro, 1997, Standar Profesional Audit Internal, Yogyakarta: Kanisius. Tunakotta, Theodorus M., 2003. Auditing: Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik. Jakarta: LPFE UI Weygandt dan Kieso, 2008, Acconting Principle, edisi ketujuh, Jakarta: Salemba Empat Yusuf, A.L. Haryono, 1999, Dasar-Dasar Akuntansi, Edisi keempat, Yogyakarta: YKPN