PENGARUH BIAYA PROMOSI TERHADAP LABA BERSIH PT. HANJAYA MANDALA SAMPOERNA. TBK Zulyanto Ariwibowo 11209855
Latar Belakang Bersamaan dengan berkembangnya peradaban, ilmu pengetahuan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang disertai teknologi, menyebabkan peningkatan kebutuhan manusia akan barang dan jasa yang bermutu menjadi lebih baik. Banyak perusahaan berusaha menarik minat konsumen dengan memperkenalkan produk mereka melalui ikian-iklan. Kemudian, semakin mudahnya produk untuk diproduksi, masuknya produk dari China, semakin menjamurnya produk-produk waralaba, serta lainnya yang kini semakin memenuhi pasar. Kondisi ini tentu saja dapat memberikan pilihan yang cukup baik bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam keadaan demikian maka perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen.
Rumusan Masalah 1. Bagaimana strategi promosi dan pengaruh biaya promosi yang dilakukan oleh PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk?
Batasan Masalah Pokok masalah yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk.. Disini penulis hanya membatasi pada masalah pengaruh biaya promosi diukur dari rupiah terhadap laba bersih perusahaan. Sedangkan data yang dipergunakan adalah data biaya promosi dan laba bersih PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk dari tahun 2005-2011.
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui strategi promosi dan pengaruh biaya promosi terhadap laba bersih pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk.
Teknik Analisis Data 1. Study Kasus Yaitu untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakng, sifat serta karakter-karakter yang berhubungan dengan produk rokok. Terutama mengenai iklan produk rokok terhadap hasil penjualannya. 2. Pengumpulan Data Data sekunder, yaitu melalui data-data dari sumber-sumber tertulis yang diterbitkan oleh perusahaan, literatur serta bahanbahan yang mempunyai hubungan dengan penulisan ilmiah ini.
Sejarah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Sejarah dan keberhasilan PT HM Sampoerna Tbk. ("Sampoerna") tidak terpisahkan dari sejarah keluarga Sampoerna sebagai pendirinya. Pada tahun 1913, Liem Seeng Tee, seorang imigran asal Cina, mulai membuat dan menjual rokok kretek linting tangan di rumahnya di Surabaya, Indonesia. Pada awal 1930-an, Liem Seeng Tee mengganti nama keluarga sekaligus nama perusahaannya menjadi Sampoerna, yang berarti kesempurnaan. Setelah usahanya berkembang cukup mapan, Liem Seeng Tee memindahkan tempat tinggal keluarga dan pabriknya ke sebuah kompleks bangunan yang terbengkalai di Surabaya yang kemudian direnovasi olehnya. Generasi ketiga keluarga Sampoerna, Putera Sampoerna, mengambil alih kemudi perusahaan pada tahun 1978. Di bawah kendalinya, Sampoerna berkembang pesat dan menjadi perseroan publik pada tahun 1990 dengan struktur usaha modern, dan memulai masa investasi dan ekspansi. Selanjutnya Sampoerna berhasil memperkuat posisinya sebagai salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia.
Keberhasilan Sampoerna menarik perhatian Philip Morris International Inc. ( PMI ), salah satu perusahaan rokok terkemuka di dunia. Akhirnya pada bulan Mei 2005, PT Philip Morris Indonesia, afiliasi dari PMI, mengakuisisi kepemilikan mayoritas atas Sampoerna. Jajaran Direksi dan manajemen baru yang terdiri dari gabungan profesional Sampoerna dan PMI meneruskan kepemimpinan Perseroan dengan menciptakan sinergi operasional dengan PMI, sekaligus tetap menjaga tradisi dan warisan budaya Indonesia yang telah dimilikinya sejak hampir seabad lalu. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. ( Sampoerna ) merupakan salah satu produsen rokok terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini memproduksi sejumlah merek rokok kretek yang dikenal luas, seperti Sampoerna Kretek, A Mild, serta Raja Kretek yang legendaris Dji Sam Soe. Perusahan ini melakukan promosi menggunakan media elektronik, media cetak dll. Salah satu tujuan perusahaan untuk jangka panjang adalah untuk mendapatkan keuntungan atau laba semaksimal mungkin demi kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Untuk itu diperlukan pemasaran yang tepat dan hal penting yang patut diperhatikan dalam pemasaran yaitu promosi, sebab promosi merupakan intisari dari pemasaran terutama pada zaman persaingan yang semakin tajam sekarang ini.
Laporan Biaya Promosi dan Hasil Penjualan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Tahun 2005 s/d 2011 Tahun Biaya Promosi Laba Bersih 2005 829.860 2.383.066 2006 1.041.504 3.530.490 2007 1.082.855 3.624.018 2008 1.165.458 3.895.280 2009 1.190.429 5.087.339 2010 1.171.373 6.421.429 2011 1.268.329 8.065.414
Maka dapat dilihat dari table perhitungan SPSS, bentuk umum dari model tersebut adalah = -7.818.040,156 + 11,321(x) (-2,027) (3,272) (-2,027) (3,272) R : 0.826 R 2 : 0.682 Dimana nilai taksiran sebesar -7.818.040,156 dimana nilai tersebut tidak dipengaruhi oleh kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan namun penulis mengira bahwa nilai tersebut bisa saja dapat dipengaruhi oleh faktor lain diluar dari model yang disajikan oleh penulis. Kemungkinan faktor tersebut bisa jadi adalah faktor yang berasal dari Sumber Daya Manusia atau mungkin dari Sumber Daya Alam yaitu tembakau yang semakin terbatas keberadaannya, atau bisa juga berasal dari banyaknya pesaing yang semakin bermunculan dan menawarkan produk-produk yang mudah dijangkau oleh para konsumen sehingga membuat produsen rokok mencari berbagai cara agar barangnya laku terjual di pasaran. Kemudian nilai biaya promosi sebesar 11.321 yang berarti setiap kenaikan biaya promosi sebesar Rp.100.000 akan menaikkan laba bersih sebesar Rp. 1.132.100. Dengan nilai R 2 adalah senilai 0.682 (68.2%) yang berarti biaya promosi mempengaruhi nilai laba bersih sebesar 68.2% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar apa yang telah disajikan oleh penulis. Hipotesis: Ho: tidak ada pengaruh signifikan antara biaya promosi dengan laba bersih. Ha: ada pengaruh signifikan antara biaya promosi dengan laba bersih
Pengambilan keputusan: Jika T hitung T tabel atau probabilitas 0,05 maka Ho diterima Jika T hitung > T tabel atau probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hasil dari perhitungan SPSS menunjukkan persamaan antara jumlah biaya promosi (x) dengan laba bersih (y) adalah sebagai berikut : Y = -7818040.156 + 11.321(x) dengan tingkat signifikan pada konstanta sebesar 0.099 dan pada biaya promosi sebesar 0.022 dimana setiap kenaikan 1 rupiah pada biaya biaya promosi akan menaikkan laba bersih senilai 11.321, dan jika tidak terdapat biaya promosi dari perusahaan maka perusahaan tidak akan mendapatkan laba bersih bahkan perusahaan akan merugi sebesar Rp. 7.818.040,156. * Constant: Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai T hitung untuk Constant yaitu -2.027, pada T tabel dengan db 5 dan taraf signifikan 0,05 diperoleh -2.571, karena T hitung > T tabel maka Ho ditolak, sedangkan sig pada tabel adalah 0,099 yang berarti probabilitas 0,099, karena probabilitas lebih dari 0,05 maka Ho ditolak. Berarti ada pengaruh antara biaya promosi dengan laba bersih. ** Promosi: Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai T hitung untuk Promosi yaitu 3.272, pada T tabel dengan db 5 dan taraf signifikan 0,05 diperoleh -2.571, karena T hitung > T tabel maka Ho ditolak. sedangkan sig pada tabel B adalah 0,022 yang berarti probabilitas 0,022, karena probabilitas kurang dari
Pada gambar diatas angka R Square adalah 0,618 yaitu hasil kuadrat dari koefisien korelasi (0,826 x 0,826 = 0,063). Standar Error of the Estimate adalah 1209499.123, pada analisis deskriptif statitik bahwa standar deviasi nilai laba bersih adalah 1956994.821 yang lebih besar dari dari standar error, oleh karena lebih kecil daripada standar deviasi nilai laba bersih maka model regresi bagus dalam bertindak sebagai predictor nilai laba bersih.
Hipotesis: Ho: biaya promosi secara signifikan tidak dapat menaikkan laba bersih. Ha: biaya promosi secara signifikan dapat menaikkan laba bersih. Pengambilan keputusan: Jika F hitung T tabel atau probabilitas 0,05 maka Ho diterima Jika F hitung > T tabel atau probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Dari tabel diatas dapat dilihat nilai F hitung yaitu 10.708, sedangkan nilai F tabel dapat diperoleh dengan menggunakan tabel F dengan derajat bebas (df) Residual (sisa) yaitu 5 sebagai df penyebut dan df Regression (perlakuan) yaitu 1 sebagai df pembilang dengan tarap siginifikan 0,05, sehingga diperoleh nilai F tabel yaitu 6.608. Karena F hitung (10.708) > F tebel (6.608) kemudian berdasarkan nilai Signifikan, terlihat pada kolom sig yaitu 0,022 itu berarti probabilitas 0,022 kurang dari 0,05 maka Ho ditolak, yang berarti Ha diterima yaitu biaya promosi secara signifikan dapat menaikkan laba bersih.
Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian di atas dan analisa yang penulis tuangkan dalam bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis mencoba menyimpulkan sebagai berikut : Strategi promosi yang ditetapkan perusahaan meliputi biaya promosi. Bahwa setelah dianalisa dengan persamaan regresi linier sederhana dan koefisien korelasi yang menggambarkan antara jumlah biaya promosi (x) dan laba bersih (y) adalah : Y = -7818040.156+ 11.321(x). Kemudian besarnya koefisien korelasi sederhananya yaitu r = 0,826 berarti r Kemudian besarnya koefisien korelasi sederhananya yaitu r = 0,826 berarti r mendekati 1 yaitu korelasi antara kedua variabel tersebut positif dan kuat dan jelas sekali biaya promosi yang dikeluarkan oleh PT HM Sampoerna Tbk berpengaruh terhadap laba bersih artinya setiap kenaikan biaya promosi akan menaikan tingkat hasil laba bersihnya. Sedangkan hasil r 2 adalah sebesar 68.2%. Sehingga dapat dikatakan bahwa biaya promosi memiliki pengaruh terhadap hasil laba bersih sebesar 68.2% sedangkan sisanya dari variabel lain sedangkan sisanya sebesar 31.8% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.
Saran Berdasarkan kesimpulan dari uraian tersebut penulis mencoba memberikan saran-saran yang kiranya akan bermanfaat bagi perusahaan di masa yang akan datang sebagai berikut : 1. Dengan adanya peranan promosi dalam PT HM Sampoerna Tbk maka produk dari perusahaan tersebut semakin dikenal dan disenangi serta penulis menyarankan agar peran promosi tetap dipertahankan. 2. Perusahaan harus benar-benar memperhatikan dan mempelajari setiap kebijaksanaan pemerintah yang dapat mempengaruhi harga jual. 3. Didalam menetapkan kebijakan harga hendaknya perusahaan dapat memperhatikan daya beli konsumen.