1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini memfokuskan pada analisis stakeholders dalam pegelolaan objek wisata Gili Trawangan di Kabupaten Lombok Utara. Kabupaten Lombok Utara merupakan salah satu daerah di Indonesia yang banyak memiliki objek wisata untuk dikelola salah satunya adalah Gili Trawangan yang berada di Kecamatan Pemenang. Pengelolaan dari sebuah objek wisata secara umum melibatkan banyak stakeholders seperti pemerintah daerah, pihak swasta dan masyarakat. Menurut Mayers (2005) Stakeholder adalah mereka yang memiliki hak atau kepentingan dalam suatu sistem, sedangkan menurut Bryson (2004) stakeholders juga sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi, sehingga stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan pariwisata menentukan tingkat keberhasilan pada sector pariwisata. Penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2007) terkait analisis stakeholders mengungkapkan bahwa analisis pemangku kepentingan bermanfaat dalam pengindentifikasian komunitas atau kelompok masyarakat yang paling banyak terkena pengaruh (dampak) dari suatu kegiatan pembangunan. Priyo dan Rizal (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa analisis stakeholders merupakan suatu langkah yang penting dalam penentuan upaya advokasi yang akan dilaksanakan, keberhasilan dalam penentuan kebijakan publik dan dukungan
2 terhadap penyelesaian suatu masalah tertentu sangat tergantung pada stakeholder yang terkait dan berperan langsung dalam pembangunan. Analisis stakeholders menurut Mujilestari (2013) yakni menilai dampak dari kegiatan pengelolaan terhadap kepentingan tiap stakeholder baik positif, negatif, ataupun tidak diketahui. Analisis stakeholders juga dipandang memiliki nilai yang cukup besar dalam membantu para pembuat kebijakan untuk mengambil tanggung jawab dari tujuan yang berpotensi saling bertentangan terkait efisiensi, kesetaraan dan lingkungan diantara para pihak yang berkepentingan terhadap sumberdaya alam khususnya yang dianggap milik bersama (2003). Salam dan Noguchi (2006) mendefinisikan stakeholders sebagai orang, kelompok atau lembaga yang memiliki perhatian dan/atau dapat mempengaruhi hasil suatu kegiatan, sedangkan menurut Kadir et.al (2013) mendefinisikan stakeholders sebagai semua pihak baik secara individu maupun kelompok yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhi pengambilan keputusan serta pencapaian tujuan suatu kegiatan. Di dalam perspektif teori stakeholder menurut Mitchell, R., Agle, B. dan Wood, D (1997) perlunya mengetahui klasifikasi stakeholder untuk menjelaskan kepada siapa dan untuk apa organisasi harus memberikan perhatian dalam upaya pencapaian tujuan. Terdapat 3 faktor yang perlu diperhatikan yaitu: power, urgency, dan legitimacy. Dalam proses identitifkasi pihak-pihak menurut Clarkson (1995) membagi stakeholders menjadi tiga jenis yaitu stakeholders kunci, stakeholders primer, dan
3 stakeholders sekunder. Stakeholder kunci adalah pihak yang partisipasinya sangat mempengaruhi kinerja organisasi, tanpa partisipasi dari stakeholder kunci maka organisasi tidak dapat bertahan secara berkelanjutan, Stakeholder primer memiliki kompleksitas yang tinggi dalam artian bahwa kelompok ini memiliki hubungan yang kuat diantara kelompok kepentingan lain dimana mempunyai perbedaan antara hak, harapan, atau peranannya atau yang menerima dampak positif atau negative, dan Stakeholder sekunder yaitu kelompok yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh organisasi, tetapi tidak terlibat dalam transaksi organisasi dan tidak terlalu penting dalam kelangsungan hidup organisasi. Kabupaten Lombok Utara merupakan salah satu daerah yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki banyak potensi wisata seperti wisata bahari, wisata alam pegunungan, wisata religi, budaya, dan kerajinan. Dari tahun ke tahun jumlah wisatawan yang berkunjung ke Lombok Utara terus meningkat. Pada tahun 2009 jumlah kunjungan wisatawan yakni 71,524 orang, kemudian pada tahun 2013 kunjungan wisatawan berjumlah 486,870 orang (lihat Grafik).
4 Gambar 1.1 Grafik Kunjungan Wisatawan Berdasarkan Tamu Menginap di Kabupaten Lombok Utara dari Tahun 2009 s/d 2013 (Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Utara) Kabupaten Lombok Utara merupakan kabupaten yang baru berdiri selama delapan tahun, akan tetapi Kabupaten Lombok Utara mampu menghasilkan 50% Pendapatan Asli Daerah dari sektor pariwisatanya (Kepala Dinas Pariwisata KLU : 20 Agustus 2016). Dengan tingginya jumlah PAD yang diterima oleh Kabupaten Lombok Utara ini maka pemerintah harus lebih bisa membangun dan menggali potensi wisata dan melibatkan semua stakeholders yang ada sehingga pendapatan yang diterima juga semakin besar. Pengelolaan wisata di Kabupaten Lombok Utara tidak hanya dilakukan oleh pelaku jasa wisata saja, akan tetapi perlu mendapatkan perhatian dan dukungan dari berbagai stakeholders untuk mencapai tujuan pengelolaan.
5 Oleh karena itu, lokus dalam penelitian tesis ini adalah objek wisata Gili Trawangan. Gili Trawangan merupakan daerah objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh semua wisatawan, baik itu wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara (Tabel 1.1). Tingginya jumlah kunjungan wisatawan ini didukung oleh banyaknya usaha wisata yang sudah ada di Gili Trawangan yang berjumlah 505 (Arsip Dinas Pariwisata : 2013), seperti Hotel, restaurant, cafe, rumah makan, diving, salon, travel agent, money changer dan masih banyak lagi usaha wisata lainnya. Tabel 1.1 Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara yang menginap di Hotel Berbintang dan Non Berbintang menurut jenis dan kecamatan di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2013 Jumlah Kecamatan Wisnu Wisman Jumlah 1 Pemenang 6,467 27,796 34,263 - G. Trawangan 42,605 270,867 313,472 - G. Meno 489 29,115 29,604 - G. Air 1,720 81,254 82,974 2 Tanjung 1,382 19,257 20,639 3 Gangga - - - 4 Kayangan - - - 5 Bayan - 5,918 5,918 Jumlah 52,663 434,207 486,870 Sumber : Laporan tahunan dan evaluasi Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Utara tahun 2013 Adapun pihak yang terlibat (stakeholders) dalam pengelolaan objek wisata Gili Trawangan ini diantaranya pemerintah, sector swasta dan masyarakat. Dari pihak pemerintah yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, pemerintah kecamatan pemenang dan pemerintah desa Gili Indah, kemudian dari sektor swasta terdapat
6 para pengusaha hotel. Stakeholders lain yang ada di objek wisata Gili Trawangan antara lain Komunitas cinta lingkungan, gili ecotrust, satgas gili, front masyarakat peduli peduli lingkungan, security island, asosiasi pengusaha Gili Trawangan, asosiasi nelayan, PKK, Karang Taruna, yayasan Pemerhati Penyu, Kelompok Buruh, Koperasi Karya Bahari dan Koperasi Janur Indah. Analisis stakeholders sudah pernah dilakukan oleh Warmadewa (2013), akan tetapi analisis stakeholders yang dilakukan bukan hanya pada objek wisata Gili Trawangan tetapi mengambil objek wisata Gili Indah (Gili Meno, Gili Air, Gili Trawangan). Dalam penelitian yang dilakukan stakeholders dikelompokkan dalam tiga sektor : Desa, Daerah dan Pusat. Seluruh stakeholders memiliki pengaruh besar namun memiliki pendekatan berbeda, formal dan informal karena bentuk kelembagaan yang dimiliki. Kelompok pertama dalam pengelolaan kolaboratif Gili Matra adalah Pemerintah desa, sedangkan kelompok kedua yaitu Pemkab KLU dalam hal ini dinas-dinas terkait belum memiliki tingkat yang sama dalam mendukung Pengelolaan Kolaboratif kawasan. Analisis stakeholders menurut Mujilestari (2013) ini menilai dampak dari kegiatan pengelolaan terhadap kepentingan tiap stakeholder baik positif, negatif, ataupun tidak diketahui. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Makchul (1999) bahwa kegiatan pembangunan di kawasan Gili Indah terus meningkat yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders), hal ini menimbulkan terjadinya permasalahan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kawasan tersebut. Permasalahan yang timbul antara lain terjadinya konflik dalam pengelolaan sumberdaya yang disebabkan oleh adanya tumpang tindih pemanfaatan ruang antar stakeholders dan tumpang tindih fungsi dan kewenangan antar lembaga/instansi pemerintah, baik secara vertical (antar berbagai lembaga/instansi pada tingkat pemerintahan yang berbeda) maupun secara horizontal (antar berbagai lembaga/instansi pada tingkat pemerintahan yang sama). Konflik tersebut telah menimbulkan terjadinya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya menjadi tidak optimal dan tidak berkelanjutan
7 (unsustainable development). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Makchul (1999) tersebut bahwa adanya konflik dalam pengelolaan sumberdaya yang disebabkan oleh adanya tumpang tindih pemanfaatan ruang antar stakeholders dan tumpang tindih fungsi dan kewenangan antar lembaga/instansi pemerintah, konflik tersebut memberikan dampak terjadinya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya menjadi tidak optimal dan tidak berkelanjutan. Untuk mengatasi hal ini maka perlu dilakukannya analisis stakeholders sehingga dapat membantu dalam menentukan bagaimana peran pemangku kepentingan dipersiapkan dalam artian dapat menekan resiko akan peran yang dijalankan oleh masing-masing stakeholders dengan melihat kepentingan dan pengaruhnya (Reed, et al. 2009). Seperti penelitian yang sudah dilakukan oleh Amalyah dkk (2016) terkait dengan peran stakeholder pariwisata dalam Pengembangan Pulau Samalona, bahwa pengembangan pulau Samalona melibatkan stakeholders pariwisata seperti pemerintah melalui Disparekraf Kota Makassar, pelaku usaha pariwisata, dan masyarakat local Pulau Samalona. Seperti peran Pemerintah yakni penyediaan sarana dan prasarana dan pembinaan sumber daya manusia, pihak swasta yang memiliki peran dalam penyediaan transportasi, penginapan, dan biro perjalanan, dan masyarakat yang memiliki peran sebagai pengelola Pulau Samalona, menjadi guide bagi wisatawan yang ingin snorkeling dan diving, dan membuka usaha pendukung kegiatan wisata seperti warung, penginapan, tempat istirahat dll. Melihat tingginya jumlah wisatawan yang didukung oleh banyaknya usaha wisata yang ada di Gili Trawangan dan melihat banyaknya stakeholders yang terlibat, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan analisis stakeholders dalam pengelolaan objek wisata Gili Trawangan. Selain itu juga belum pernah dilakukannya penelitian khusus tentang analisis stakholders yang ada di objek wisata Gili Trawangan. Menurut Reed et al (2009) analisis stakeholder dilakukan dengan cara antara lain: melakukan identifikasi stakeholder, mengklasifikasikan stakeholder dan menyelidiki hubungan antar stakeholder.
8 Analisis stakeholders menurut Mayers (2005) yaitu mempelajari bagaimana manusia berhubungan satu sama lain dalam pemanfaatan sumberdaya alam dengan cara memisahkan peran stakeholders kedalam right (hak), responsibilities (tanggungjawab), revenues (pendapatan) serta relationship (hubungan antar peran tersebut). Setiap stakeholder memiliki hubungan antara satu dengan lain karena dalam pengelolaan pariwisata membutuhkan dukungan antar stakeholders agar tercipta pengelolaan pariwisata yang lebih baik. Pada konsep hubungan antar stakeholder ditunjukkan untuk melihat bagaimana hubungan yang terjalin di antara stakeholder yang terlibat melalui tinjauan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain. Menurut Wilcox (2000) Ada tiga unsur yang melengkapi sebuah hubungan atau relasi. Pertama, komunikasi yang menempati unsur terpenting dalam sebuah hubungan atau relasi. Komunikasi menurut Mishra (2012) didefinisikan sebagai proses penanaman dan perubahan pola berfikir, pendapat, informasi, dapat melalui pembicaraan, tulisan atau kode. Kedua adanya kolaborasi. Kolaborasi berarti bekerja bersama atau bekerja sama dengan orang lain. Hal ini menyiratkan aktor individu, kelompok, atau organisasi yang bekerjasama dalam beberapa tindakan (Wanna 2008). Ketiga adanya integrasi. Integrasi lintas fungsional dapat menjadi kunci keberhasilan sebuah pengelolaan. Tingkatan hubungan yang paling kuat adalah ketika hubungan sudah mencapai tingkatan terintegrasi. Integrasi menurut Ernst (2002) dapat tercapai jika komunikasi dan kolaborasi berjalan baik. Menurut Lai, Li dan feng (2006) bahwa sifat dari implementasi kebijakan pariwisata membutuhkan koordinasi antar organisasi dan juga membutuhkan kerjasama dengan organisasi-organisasi lainnya. Dari penjelasan diatas, terdapat berbagai indicator yang dapat dilihat dari hubungan antar stakeholder, akan tetapi untuk melihat hubungan antar stakeholder, peneliti hanya akan memfokuskan pada komunikasi, koordinasi, kerjasama dan kolaborasi antar stakeholder. Seperti penjelasan diatas, hal ini karena integrasi merupakan tingkatan hubungan yang paling kuat sehingga jika semua indikator
9 yang lain berjalan baik maka secara tidak langsung integrasi akan tercipta. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi para aktor, mengetahui peran dari masing-masing aktor dan mengetahui hubungan antar aktor terkait dengan komunikasi, koordinasi, kerjasama dan kolaborasi antar stakeholder yang terjadi dalam pengelolaan objek wisata Gili Trawangan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana Hubungan antar stakeholders dalam pegelolaan objek wisata Gili Trawangan di Kabupaten Lombok Utara? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan antar stakeholders dalam pegelolaan objek wisata Gili Trawangan di Kabupaten Lombok Utara. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang hendak diperoleh dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi tentang stakeholders yang terlibat, perannya dan hubungan antar stakeholder dalam pegelolaan objek wisata Gili Trawangan di Kabupaten Lombok Utara. Bagi kalangan akademisi dapat digunakan sebagai wacana untuk membuka pemikiran baru dalam penelitian selanjutnya.