Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 SMP N 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode STAD dapat meningkatkan keterampilan menghitung aritmatika sosial. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas 2 siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan di kelas VII.2 SMP N 1 Wonokerto dengan jumlah subyek penelitian 26 siswa. Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi, tes dan observasi. Metode analisis data menggunakan tindakan deskriptif kuantitatif dan analisis observasi. Hasil penelitian penggunaan metode STAD dapat meningkatkan keterampilan menghitung aritmatika sosial. 2015 Dinamika Kata Kunci: Aritmatika Sosial; Hasil Belajar; Metode STAD PENDAHULUAN Mata pelajaran matematika adalah satu diantara mata pelajaran yang sangat vital dan berperan strategis dalam pembangunan IPTEK, karena mempelajari matematika sama halnya melatih pola inovatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, dan teori peluang. Matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Pentingnya ilmu matematika dalam kehidupan manusia tidak perlu diperdebatkan lagi. Ilmu matematika tidak hanya untuk matematika saja tetapi teori maupun pemakaiannya praktis banyak membantu dan melayani ilmu-ilmu lain. Bisa dikatakan bahwa semua aspek kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari ilmu ini. Artinya bahwa matematika digunakan oleh manusia disegala bidang. Meskipun ilmu matematika merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat umum, namun sering kali ilmu ini dipahami dengan cara yang salah. Ilmu ini sering kali sekedar dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit sehingga banyak siswa yang kurang menyukainya. Matematika merupakan ilmu yang mengkaji obyek abstrak dan mengutamakan penalaran deduktif. Objek Matematika adalah merupakan benda pikiran yang bersifat abstrak dan tidak dapat diamati dengan panca indra. Karena itu wajar apabila matematika tidak mudah dipahami oleh kebanyakan siswa Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama, bahkan untuk sebagian siswa Sekolah Menengah Atas sekalipun. Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruh hasil belajar siswa menjadi menurun. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman mengajar Matematika kelas VII, diperoleh kesimpulan bahwa kelas VII.2 merupakan kelas yang dapat dipilih menjadi 26 Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah
Penelitian Tindakan Kelas yang akan peneliti lakukan. Kelas VII.2 merupakan kelas yang anggota siswanya mempunyai mayoritas nilai yang cukup rendah khususnya pada kompetensi dasar menggunakan konsep aljabar dalam menyelesaikan masalah aritmatika sosial sederhana. Dari hasil observasi diketahui proses pembelajaran Matematika ditemukan kelemahankelemahan sebagai berikut: 1) siswa pasif dan kurang memperhatikan penjelasan dari guru pada setiap pembelajaran, 2) siswa ramai pada saat pembelajaran, 3) jenuh dan bosan pada pembelajaran yang monoton. 4) konsentrasi dan pemahaman siswa kurang, setiap pembelajaran Matematika, dan 5) kemampuan dan keterampilan siswa dalam menghitung aritmatika sosial masih rendah. Kelemahan-kelemahan tersebut merupakan masalah dalam strategi pembelajaran kelas yang penting untuk dipecahkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah aritmatika sosial adalah dengan menggunakan model atau strategi mengajar yang lain dari biasanya, contohnya yaitu melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD), dengan menggunakan model pembelajaran STAD, diharapkan keterampilan siswa dalam menghitung dapat meningkat, dan siswa mampu menyerap materi-materi yang diberikan dengan maksimal. Dalam pembelajaran ini guru berperan sebagai motivator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar bukan merupakan transfer pengetahuan dari guru ke siswa melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa, serta siswa dituntut bekerja untuk mencari konsep dalam memecahkan masalah aritmatika sosial. Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model pembelajaran yang paling baik untuk permulaan bagi pendidik yang baru menggunakan model pembelajaran kooperatif (Robert E. Slavin, 2008). Dalam STAD, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan empat atau lima peserta didik secara heterogen. Pendidik menjelaskan materi secara singkat dan kemudian peserta didik di dalam kelompok itu memastikan bahwa anggota kelompoknya telah memahami materi tersebut. Setelah itu, semua peserta didik menjalani kuis secara individu tentang materi yang sudah dipelajari. Skor hasil kuis peserta didik dibandingkan dengan skor awal peserta didik yang kemudian akan diberikan skor sesuai dengan skor peningkatan yang telah diperoleh peserta didik. Skor tersebut kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai kelompok, dan kelompok yang bisa mencapai kriteria tertentu akan mendapatkan penghargaan. Rumusan penelitian ini yaitu apakah metode STAD dapat meningkatkan keterampilan menghitung aritmatika sosial? Sedangkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui metode STAD dapat meningkatkan keterampilan menghitung aritmatika sosial. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto (2010) menjelaskan proses penelitian dilaksanakan dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan bertempat di SMP N 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan dengan subjek penelitian yaitu 26 siswa kelas VII.2. Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi, tes dan observasi. Dalam menganalisis data penelitian tindakan kelas, peneliti membandingkan antara data yang diperoleh pada saat kondisi awal sebelum diadakan tindakan, dibandingkan dengan data yang diperoleh setelah melalui tindakan pada siklus pertama dengan melalui tindakan pada siklus kedua, disebut juga dengan menggunakan tindakan deskriptif kuantitatif dan analisis observasi. 27
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum siklus I dilaksanakan, peneliti melakukan pengukuran keterampilan siswa kelas VII.2 dalam menghitung aritmatika sosial. Tes evaluasi prasiklus untuk mengetahui gambaran keterampilan siswa pada kondisi awal. Pengukuran ini dimaksudkan sebagai tes awal dalam penelitian ini sebelum menerapkan model pembelajaran Student Teams Achievement Division. Berdasarkan tabel nilai hasil tes pra siklus diatas dapat diketahui pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Nilai Tes Keterampilan Menghitung Aritmatika Sosial Pra Siklus Kategori F (siswa) % Sangat Baik 0 0 % Baik 0 0 % Cukup 15 96,7% Kurang 11 3,29% Jumlah 26 100% Siklus I 1. Perencanaan Siklus pertama diawali dengan kegiatan perencanaan. Dalam kegiatan perencanaan, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan perencanaan ditandai dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan pedoman dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran, membuat alat evaluasi siklus I berupa soal tes, menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi kinerja guru, pedoman wawancara dan menyiapkan materi diskusi. 2. Pelaksanaan Berdasarkan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, pelaksanaan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: a. Tahap Awal Guru mengawalinya dengan mengucapkan salam, menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, mengecek kehadiran siswa, dan membentuk kelompok belajar. b. Tahap Inti Pada kegiatan inti guru menyajikan materi konsep aljabar secara singkat sesuai dengan RPP yang sudah disiapkan pada tahap perencanaan kepada siswa yang dimulai dengan melakukan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang akan dibahas. Setelah selesai penyampaian materi, guru membagikan bahan diskusi kepada masing-masing kelompok. Bahan diskusi berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan hitungan aritmatika sosial, siswa diminta untuk berdiskusi dengan teman sekelompok. Guru mengamati jalannya diskusi dan bertanya pada masing-masing kelompok apakah ada hal-hal yang kurang jelas atau kurang dimengerti. Dalam belajar kelompok masih ada beberapa peserta didik yang tidak ikut belajar kelompok. Hal ini disebabkan karena mereka merasa belum terbiasa untuk belajar kelompok dan merasa tidak cocok dengan kelompoknya. Setelah diskusi kelompok selesai, guru menawarkan kepada kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Akan tetapi belum ada yang mau untuk mempresentasikan ke depan kelas. Akhirnya guru menunjuk perwakilan 28 Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah
dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Sedangkan kelompok lain yang mau menanggapi hanya satu kelompok saja. Secara umum, belajar kelompok pada pertemuan pertama belum optimal. c. Tahap Penutup Pada akhir kegiatan, guru tidak memberikan penguatan materi dan tidak membimbing siswa untuk menyimpulkan materi, tetapi guru langsung uru memberikan kuis kepada setiap peserta didik untuk dikerjakan secara individu. Soal kuis sebanyak dua soal uraian dan guru memberikan waktu selama 25 menit untuk menyelesaikannya. Sebagian peserta didik tampak gaduh karena merasa waktu yang diberikan terlalu singkat. Pendidik meminta peserta didik untuk tenang dan segera menyelesaikan soal kuis. Pada saat mengerjakan soal kuis ke 1, masih banyak peserta didik yang berusaha mencontek temannya. 3. Observasi Observasi dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Observasi yang dilakukan yaitu observasi kepada siswa dan observasi kepada guru. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I aktivitas siswa memperoleh ratarata 70,38% dengan kategori cukup. 4. Refleksi Setelah pelaksanaan pembelajaran pada siklus I selesai, guru melakukan refleksi untuk mengidentifikasi kekurangan maupun kelebihan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Adapun refleksi pada siklus I adalah: a. Keberhasilan peneliti, yaitu siswa menjadi tahu tentang pembelajaran dengan model Student Teams Achievement Division. b. Hambatan yang dihadapi peneliti, yaitu ketika guru membagi kelompok, siswa gaduh, siswa tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika guru sedang menjelaskan materi, masih banyak siswa yang tidak aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan, c. Rencana perbaikan pada siklus II, yaitu guru mengarahkan kepada siswa agar pada pertemuan selanjutnya siswa harus mengerjakan tes evaluasi sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan sehingga waktu pembelajaran lebih efektif, pada pertemuan selanjutnya, guru kembali memberi penjelasan tentang model pembelajaran Student Teams Achievement Division, Guru memberi motivasi kepada siswa agar selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi tersebut berupa penghargaan yang berupa tambahan nilai bagi siswa yang aktif. Siklus II 1. Perencanaan Kegiatan perencanaan pada siklus II, disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) Guru mengarahkan kepada siswa agar pada pertemuan selanjutnya siswa harus mengerjakan tes evaluasi sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan sehingga waktu pembelajaran lebih efektif, (b) Pada pertemuan selanjutnya, guru kembali memberi penjelasan tentang model pembelajaran Student Teams Achievement Division, (c) Guru memberi motivasi kepada siswa agar selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi tersebut berupa penghargaan yang berupa tambahan nilai bagi siswa yang aktif. 2. Pelaksanaan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tindakan siklus II adalah sebagai berikut: a. Tahap Awal Pada awal kegiatan, guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 29
b. Tahap Inti Pada kegiatan inti, guru melanjutkan materi pada pembelajaran sebelumnya, guru menjelaskan secara singkat materi menggunakan konsep aljabar dalam menyelesaikan masalah aritmatika sosial sederhana. Pada penyampaian pembelajaran kali ini, guru menggunakan media power point. Hal ini bertujuan supaya mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran. Ketika guru menjelaskan, siswa fokus memperhatikan apa yang di jelaskan oleh guru, selama proses pembelajaran guru memberikan pertanyaan-pertanyaan secara acak kepada siswa. Setelah selesai menjelaskan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Diskusi kelompok pada siklus II berlangsung dengan baik, siswa saling membantu jika sesama anggota kelompok ada yang belum paham. Kondisi kelas dalam proses belajar mengajar juga sudah lebih kondusif bila dibandingkan pada pembelajaran siklus I, dimana semua siswa tenang, teratur dan fokus mengerjakan tugas. Selama siswa berdiskusi, guru yang dibantu oleh rekan observer berkeliling mengawasi masing-masing kelompok. Setelah diskusi selesai, guru memanggil beberapa nomor kelompok secara acak kemudian siswa yang dipanggil maju kedepan menyampaikan hasil diskusi. Setelah itu guru membahas soalsoal tersebut agar siswa lebih paham. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 15 menit. c. Tahap Penutup Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru bersama-sama dengan siswa memberikan kesimpulan tentang materi yang dijelaskan pada waktu itu dan guru memberikan tes evaluasi yang bertujuan untuk mengukur keterampilan siswa dalam menghitung aritmatika sosial. 3. Observasi Observasi dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa memperoleh nilai ratarata 81,35% termasuk kategori baik. 4. Refleksi Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui pembelajaran siklus II, aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran aritmatika sosial dan keterampilan siswa dalam menghitung melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division dapat dikatakan lebih baik daripada siklus I. Siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, dilihat dari keaktifan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, keterampilan siswa dalam menghitung suatu permasalahan aritmatika sosial juga meningkat, dilihat dari hasil tes evaluasi yang dilaksanakan di akhir siklus II sudah mmenuhi indikator ketercapaian. Oleh karena itu, Penelitian Tindakan Kelas berakhir pada siklus II. Hasil peningkatan nilai tes keterampilan menghitung aritmatika sosial pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II dapat dilihat Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Nilai Tes Keterampilan Hitung Aritmatika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Kategori Pra Siklus Siklus I Siklus II Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Sangat Baik 0 0 % 1 3,85% 8 30,77% Baik 0 0 % 7 26,92% 12 46,15% Cukup 15 96,7% 16 61,54% 6 23,08% Kurang 11 3,3% 2 7,69% 0 0% Jumlah 26 100% 26 100% 26 100% 30 Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: Gambar 1. Hasil Keterampilan Hitung Aritmatika Sosial (Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II) SIMPULAN Metode STAD dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menghitung aritmatika sosial. Peningkatan keterampilan dalam menghitung aritmatika sosial dibuktikan melalui hasil tes menghitung aritmatika sosial mengalami peningkatan dari siklus I memperoleh rata-rata 73,65 dan pada siklus II memperoleh rata-rata 81,35. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Tim Pembimbing Penelitian Tindakan Kelas Bapak Dr. Eko Supraptono, M.Pd., Kolaborator, Guru dan siswa kelas VII.2 SMP N 1 Wonokerto atas segala bantuan dan kerjasamanya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineke Cipta Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT RinekaCipta Hakim, Thursan.2002. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press Mulyasa. 2004. Kurukulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 : Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT Grasindo Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Slavin, R. E. 2008. Cooperative learning teori, riset dan praktik. Bandung: Nusa Media 31