BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motif atas perilaku mereka. Teori atribusi yaitu teori yang mempelajari. alasan atas perilaku seseorang (Robbins, 2008).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Teori ini mengacu pada

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sistematik mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya transparansi laporan keuangan terutama bagi perusahaan publik sangat

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan dari masyarakat atas laporan keuangan yang di audit oleh akuntan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2009:105) dalam

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi ini merupakan profesi

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini banyak dijumpai pemberian jasa penjaminan (assurance services) yang. perusahaan adalah jasa audit atas laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keuangan umumnya adalah perusahaan yang punya kepentingan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Proses audit merupakan bagian dari assurance services, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (Weningtyas dkk, 2006). a. Mengurangi jumlah sampel dalam audit. b. Melakukan review dangkal terhadap dokumen klien

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PROSEDUR PENGHENTIAN AUDIT PREMATUR (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta dan Yogyakarta)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling tahun 1976

Prosedur Audit. Auditor juga menjalankan prosedur audit lain dalam pengumpulan bukti, meliputi:

FAJAR DWI NUGROHO B

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektifuntuk menentukan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. Standar Auditing (PSAP No. 01; 2011) dan Kode Etik Akuntan Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. dua kelompok; jasa assurance dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theory.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian yang menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan hasil audit memiliki posisi yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan agar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

BAB II LANDASAN TEORI

Taufik Qurrahman, Susfayetti, Andi Mirdah Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jambi

BAB I PENDAHULUAN. standar yang telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keperilakuan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.

BAB 5 PENUTUP 5.1. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Lokus kendali eksternal berpengaruh positif

BAB III METODE PENELITIAN

BABI PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh manajemen kepada pemilik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam

atas laporan keuangan yang diaudit (Rikarbo, 2012). Reckers et al. (1997)

BAB I PENDAHULUAN. (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan. pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar.

SKRIPSI FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL YANG MEMENGARUHI AUDITOR DALAM PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban, 2009). Pendapat auditor mengenai

FAKTOR EKSTERNAL YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya Kantor Akuntan

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang. (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai cara dan usaha dilakukan oleh perusahaan untuk menyajikan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. besar bagi dunia bisnis. Transaksi bisnis dapat disajikan dalam bentuk elektronik,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah menghadapi tantangan kompetensi global. Dengan begitu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori yang digunakan harus mampu mencapai maksud penelitian. Teori utama

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

PENGARUH TEKANAN WAKTU, RISIKO AUDIT DAN PROSEDUR REVIEW & KONTROL KUALITAS TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak

PENGARUH TEKANAN WAKTU, TINDAKAN SUPERVISI, RISIKO AUDIT, LOCUS OF CONTROL, DAN KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN TIME PRESSURE TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR PROSEDUR AUDIT (Pada Perwakilan BPKP Provinsi Sul-Sel) APRIANI

Pertanyaan. Pertanyaan ini berhubungan dengan prosedur audit. (Sumber : Weningtyas, 2006 ) Tidak. selalu. Pernah. kadang

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

laporan audit yang dibuatnya (Utami, 2003). Indonesia (IAPI), dengan kepercayaan dari masyarakat tersebut harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. Era transparansi menjadikan jasa auditor semakin dibutuhkan di masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Nama : Jenis Kelamin : L / P. 3. Pendidikan >S1. 4. Jabatan. Junior. Senior. 5. Umur :. tahun

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Audit yang berkualitas dapat membantu mengurangi penyalahgunaan dana

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Atribusi Memahami sebuah kondisi emosional seseorang dapat bermanfaat dalam beberapa hal. Pada umumnya hal tersebut dilakukan lebih jauh agar dapat mengetahui sifat-sifat individu yang bersifat tetap dan mengetahui motif atas perilaku mereka. Teori atribusi yaitu teori yang mempelajari alasan atas perilaku seseorang (Robbins, 2008). Suartana (2010) menyatakan bahwa atribusi adalah proses mempelajari bagaimana seseorang menyikapi suatu peristiwa dan menjelaskan penyebab atas perilakunya. Teori atribusi adalah teori yang digagas oleh Heider (1958) dimana tingkah lalu seseorang dipengaruhi antara kekuatan internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu, seperti usaha atau kemampuan, serta kekuatan eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan seperti keberuntungan atau kesulitan dalam pekerjaan (Suartana, 2010). Teori atribusi dalam penelitian mengenai keperilakuan, diaplikasikan dengan menggunakan variabel lokus kendali (locus of control). Variabel lokus kendali dibagi menjadi 2 jenis, yaitu lokus kendali internal dan lokus kendali eksternal (Suartana, 2010). Teori X dan Y menyatakan bahwa individu dengan lokus kendali eksternal adalah individu X karena mereka 13

14 tidak bertanggung jawab, memerlukan motivasi dari lingkungannya serta perlu ada paksaan atau imbalan seperti bonus agar berprestasi. Individu dengan lokus kendali internal adalah individu Y karena mereka suka berusaha, kreatif, bertanggungwajab, serta mampu memotivasi dirinya (McGregor, 1960). Teori atribusi dapat digunakan untuk mendukung penelitian ini karena dalam penelitian ini akan diuji mengenai variabelvariabel yang dapat memengaruhi ketepatan pemberian opini auditor yaitu skeptisme profesional yang merupakan kekuatan internal seorang auditor dan independensi sebagai faktor yang dapat dipengaruhi oleh pihak luar. Menurut Weiner (1985), perilaku individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti Ability (kemampuan), Task difficulty (kesulitan tugas), Effort (upaya), dan Luck (keberuntungan). Berdasarkan penjelasan di atas maka faktor-faktor yang memengaruhi perlaku individu dalam melakukan penyimpangan dapat dideteksi melalui identifikasi jenis lokus kendali pada auditor, sehingga perilaku prematur sign off dapat diminimalisir. 2. Prosedur Audit Prosedur audit merupakan suatu perintah terinci agar auditor mengumpulkan bukti audit tertentu pada waktu yang ditentukan dalam melaksanakan proses audit (Mulyadi, 2010). Prosedur audit yang dimaksud dalam Standar Pekerjaan Lapangan ketiga terdiri dari: Inspeksi, Pengamatan, Permintaan Keterangan, Konfirmasi. Auditor juga menjalankan prosedur audit lain dalam pengumpulan bukti seperti,

15 penelusuran (tracing), pemeriksaan (vouching), penghitungan (counting), scanning, pelaksanaan ulang (reperforming), dan teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques). Prosedur audit yang dilakukan oleh auditor meliputi: a. Inspeksi yaitu proses pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik suatu aset. b. Pengamatan/observasi merupakan proses melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. c. Konfirmasi merupakan proses memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. d. Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. e. Penelusuran merupakan penelusuran informasi sejak data tersebut dicantumkan pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan, pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi. f. Pemeriksaan dokumen pendukung merupakan prosedur audit yang meliputi: 1) Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya. 2) Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.

16 g. Perhitungan, meliputi: 1) Perhitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas/sediaan ditangan. 2) Pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak. h. Scanning merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar sehingga dapat mendeteksi unsur-unsur yang tidak wajar dan memerlukan penyelidikan lebih mendalam. i. Pelaksanaan ulang merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien. j. Teknik audit berbantuan komputer merupakan proses mencatat akuntansi klien dengan media elektronik, seperti komputer atau laptop. Berdasarkan penelitian Heriningsih (2002) terdapat 10 prosedur audit yang cenderung untuk dilakukan penghentian prematur atas prosedur audit yang tercantum dalam SPAP, yaitu sebagai berikut (Heriningsih, 2002) : 1) Pertimbangan pengendalian internal (PSA no. 69) 2) Pemahaman bisnis dan industri klien (PSA no. 67) 3) Pengujian substantif (PSA no. 05) 4) Prosedur analitik (PSA no. 22) 5) Representasi manajemen (PSA no. 17) 6) Proses konfirmasi (PSA no. 07) 7) Review terhadap kinerja internal auditor klien (PSA no. 33) 8) Sampling audit (PSA no. 26) 9) Perhitungan fisik sediaan dan kas (PSA no. 07)

17 10) Pengujian pengendalian teknik audit berbantuan komputer (PSA no. 59) 3. Perilaku Premature Sign-Off Auditor dituntut untuk bekerja secara profesional dengan cara mengerjakan proses audit secara teliti dan tepat dalam memberikan opini. Kepatuhan auditor dalam melaksanakan seluruh prosedur audit secara runtut dapat memengaruhi kualitas audit (Malone & Robert, 1996). Prosedur audit yang dimaksud yaitu berupa tahap-tahap proses audit laporan keuangan yang tercantum dalam standar akuntansi. Prematur sign off merupakan suatu keadaan dimana auditor menghentikan satu atau beberapa langkah yang diperlukan dalam proses audit tanpa menggantinya dengan langkah lain (Sampetoding, 2014). Kegagalan audit merupakan salah satu akibat ketika auditor melakukan penghentian prematur atas prosedur audit (Malone & Robert, 1996). Salah satu kegagalan audit yang terjadi yaitu berupa kesalahan dalam pembuatan keputusan audit sehingga hasil audit tidak berkualitas. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Malone & Robert (1996) dimana prematur sign off merupakan bentuk perilaku yang dapat mengurangi kualitas audit. 4. Time Pressure Efisiensi biaya dan waktu merupakah salah satu hal yang harus diperhatikan oleh auditor dalam melaksanakan proses audit. Time pressure terdiri dari 2 faktor yaitu time deadline pressure serta time budget pressure. Time budget pressure merupakan tekanan dimana auditor dituntut untuk

18 melaksanakan proses audit secara efiesien sesuai waktu yang telah dianggarkan. Time deadline pressure merupakan tekanan agar auditor dapat menyelesaikan seluruh proses audit secara tepat waktu (Malone & Robert, 1996). 5. Risiko Audit (Audit Risk) Berdasarkan PSA No. 5 (2001), risiko audit merupakan risiko yang mungkin dihadapi oleh auditor ketika tidak dapat menyusun opini audit secara tepat karena tidak mampu mendeteksi adanya salah saji material pada laporan keuangan. Risiko pada audit dapat berupa risiko deteksi yang berkaitan dengan ketidakcukupan bukti audit yang terkumpul dalam menemukan adanya salah saji yang material. Konsep risiko audit menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor dalam memeberikan opini audit atas laporan keuangan yang berisi salah saji material (Mulyadi, 2010). 6. Materialitas Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi sehingga memengaruhi pertimbangan pihak yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut (Mulyadi, 2010). Auditor dituntut untuk mempertimbangkan keadaan yang berkaitan dengan entitas dan informasi yang dibutuhkan oleh pihak yang meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan audit sebagai bahan pertimbangan. Konsep materialitas memberikan gambaran mengenai seberapa besar salah saji yang mungkin dideteksi auditor sehingga klien tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut yang ditetapkan tidak material berdasarkan persepsi

19 auditor (Mulyadi, 2010). Salah saji tersebut dapat terjadi karena auditor tidak memeriksa transaki dalam laporan keuangan secara keseluruhan melainkan hanya mengambil beberapa sampel dengan tujuan efisiensi waktu. Materialitas merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan kecukupan (kuantitas) bukti audit (Mulyadi, 2010). Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar kuantitas bukti audit yang diperlukan oleh auditor. Sebaliknya semakin tinggi tingkat materialitas, semakin sedikit kuantitas bukti audit yang diperlukan oleh auditor. 7. Prosedur Review & Kontrol Kualitas Prosedur review merupakah tahapan proses audit dimana auditor memeriksa kembali pekerjaan auditor sehingga diperoleh kepastian bahwa auditor telah benar-benar mengerjakan seluruh prosedur atau tidak. Prosedur review dilaksanan dengan tujuan untuk memastikan jika bukti-bukti yang mendukung telah lengkap sehingga memberikan kemudahan dalam pendeteksian praktik premature sign off. Kontrol kualitas berfungsi untuk memastikan bahwa auditor telah memberikan jasa yang berkualitas dengan profesional dan objektif. 8. Locus Of Control (Lokus Kendali) Lokus kendali yaitu pandangan individu mengenai sebuah peristiwa, apakah ia dapat mengendalikan suatu peristiwa atau tidak (Spector, 1982). Lokus kendali dapat dibagi menjadi dua yaitu lokus kendali internal dan

20 lokus kendali eksternal. Individu dengan lokus kendali internal percaya bahwa segala peristiwa merupakan akibat atas tindakan diri sendiri, artinya ia percaya jika perbuatan baik akan berdampak baik juga bagi dirinya dan orang lain dan perbuatan buruk akan berdampak buruk juga bagi dirinya dan orang lain. Individu tersebut juga berusaha lebih baik untuk mencapai keberhasilan karena ia percaya dengan kemampuannya (Spector, 1982). Individu dengan lokus kendali eksternal meyakini jika segala peristiwa tidak bisa dikontrol diri sendiri karena itu merupakan nasib atau keberuntungan (Schermerhon, et al., 1991). Penelitian Donnelly, et al. (2003) menyimpulkan bahwa individu dengan lokus kendali eksternal memiliki kinerja rendah, dan keinginan untuk berhenti yang tinggi. Ia juga tidak suka berusaha dan mudah menyerah karena ketidakyakinan akan hubungan kesuksesan dengan usaha yang ia lakukan (Crider, 1983). 9. Komitmen Organisasi Komitmen organisasi merupakan tingkat kepercayaan dan kesetiaan seorang individu (auditor) terhadap organisasinya. Komitmen dicerminkan oleh: (1) adanya kesediaan untuk mencapai tujuan organisasi, (2) penerimaan dan kepercayaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi, (3) keinginan untuk bertahan dalam organisasi (Porter, et al., 1974). Allen & Mayer (1991) menyatakan bahwa bukti komitmen setiap organisasi itu berbeda-beda dan diperlukan perencanaan yang baik untuk mempertahankan komitmen tersebut. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi komitmen organisasi, seperti keberadaan supervisor yang

21 loyal, kepedulian organisasi terhadap kesejahteraan pegawai serta penghargaan yang adil terhadap kinerja. Keberadaan imbalan ekstrinsik seperti bonus dan pengharaan serta imbalan intrinsik seperti kepuasan kerja dan hubungan yang lebih baik dengan partner kerja, merupakan beberapa hal yang diharapkan individu dengan komitmen yang tinggi. Individu dengan komitmen organisasi yang tinggi akan berusahan untuk tidak datang terlambat ke kantor, tidak pernah bolos kerja serta tidak memiliki keinginan untuk berhenti bekerja, sehingga kinerjanya dalam organisasi menjadi baik. 10. Keinginan Untuk Berhenti Bekerja (Turnover intention) Keinginan berhenti bekerja atau turnover intention mencerminkan keinginan individu untuk meninggalkan pekerjaannya saat ini dan mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih baik atau sesuai (Setiawan & Ghozali, 2006). Banyaknya auditor yang berkeinginan untuk berhenti bekerja dari KAP menyebabkan biaya pelatihan awal dan biaya pelatihan tambahan juga biaya penerimaan pegawai menjadi tidak efektif (Suwandi & Indriantoro, 1999). Turnover intention dapat menjadi hal yang diperlukan bagi KAP dalam menangani pagawai dengan kinerja yang tidak baik. Akan tetapi, sebaiknya KAP harus berusaha untuk meminimalisasi tingkat turnover intention. Hal tersebut bertujuan agar organisasi (KAP) dapat memperoleh timbal balik yang lebih besar atas biaya yang dikeluarkan (Hollenbeck & Williams, 1986).

22 Turnover intention dianggap sebagai perilaku yang menyimpang karena sebagian besar KAP telah mengalaminya sehingga menjadi hal yang dikhawatirkan oleh KAP (Setiawan & Ghozali, 2006). Auditor dengan turnover intention yang tinggi memiliki potensi lebih besar untuk melakukan penyimpangan karena menurunnya ketakutan terhadap sanksi yang akan diperoleh jika tindakannya terdeteksi (Malone & Roberts, 1996). Individu yang memiliki niat untuk berhenti dari KAP cenderung tidak perduli terhadap akibat atas penyimpangan perilakunya seperti kenaikan jabatan dan penilaian kinerja (Irawati & Mukhlasin, 2005). B. Penelitian Terdahulu & Penurunan Hipotesis 1. Perbedaan Urutan Prioritas dari Prosedur Audit yang Dihentikan Auditor wajib menyusun program audit secara tertulis terlebih dahulu supaya auditor dapat bekerja dengan efisien dan efektif serta tidak menyimpang dari standar akuntansi yang berterima umum (Heriningsih, 2002). Namun, faktanya auditor dapat menghentikan beberapa prosedur karena situasi tertentu, tetapi auditor tetap mendokumentasikan prosedur audit secara lengkap dan berani mengeluarkan opini audit (Shapeero, et al., 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Widyowati (2013) menghasilkan bahwa prosedur yang berpotensi untuk diabaikan adalah prosedur menggunakan pertimbangan auditor internal, sedangkan prosedur yang paling jarang dihentikan adalah prosedur pemahaman bisnis klien. Pertimbangan auditor internal dipilih karena auditor internal merupakan

23 pihak dari perusahaan yang cenderung berkomitmen terhadap keberlangsungan perusahaan sehingga ada kecenderungan untuk memanipulasi pendapatnya jika terdapat hal yang mengancam keberlangsungan perusahaan seperti adanya penyimpangan. Pemahaman bisnis klien dianggap paling penting karena memudahkan auditor dalam mengungkap penyimpangan atau kejanggalan dalam perusahaan. Hal itu karena ia paham bagaimana cara kerja bisnis sehingga apabila terdapat penyimpangan ia dapat berfikir dari sudut pandang pelaku penyimpangan. Penelitian Wibowo & Mu id (2008); Lestari (2010); Nisa (2013) dan Rochman, et.al. (2016) menyimpulkan jika ditemukan perbedaan urutan prioritas prosedur audit yang dihentikan secara prematur. Auditor akan melakukan praktik prematur sign-off terhadap prosedur audit yang paling tidak berisiko diantara sepuluh prosedur audit yang sering diabaikan oleh auditor (Lestari, 2010). Pemilihan tersebut dipengaruhi oleh kemampuan auditor dalam mengestimasikan risiko yang akan diterima apabila meninggalkan prosedur tertentu. Karena risiko bersifat estimasi, tentu hasil perkiraan tidak selalu sama sehingga menimbulkan perbedaan dalam memilih prosedur yang mungkin dihentikan. Penelitian di atas menjelaskan bahwa pemilihan prosedur yang dihentikan secara prematur, menyebabkan adanya urutan prioritas yang berbeda-beda, mulai dari prosedur yang paling berpotensi untuk dihentikan hingga prosedur yang paling jarang dihentikan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis pertama dirumuskan sebagai berikut :

24 H 1 :Terdapat perbedaan urutan prioritas dari prosedur audit yang dihentikan secara prematur. 2. Pengaruh Time Pressure terhadap Perilaku Premature Sign-Off Time pressure bagi auditor bertujuan untuk efisiensi biaya audit (Wibowo & Mu id, 2008). Semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mengaudit, maka semakin kecil biaya pelaksanaan audit. Time pressure, mengharuskan auditor supaya dapat menyelesaikan proses audit berdasarkan waktu yang ditentukan. Tuntutan untuk menyelesaikan audit sesuai waktu yang ditetapkan, dapat menyebabkan auditor melakukan penyimpangan audit seperti premature sign off. Penelitian Lestari (2010) menyimpulkan jika tekanan waktu menunjukkan pengaruh yang positif terhadap premature sign off. Begitu juga dengan penelitian Nisa (2013); Sunyoto (2014); Priyanto (2014); Asrini, et al. (2014); Andani & Mertha (2014) dan Rochman, et al. (2016) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif variabel time pressure terhadap premature sign off. Hal tersebut berarti, semakin tinggi time pressure semakin besar kemungkinan auditor untuk melakukan premature sign-off. Penelitian tersebut menjelaskan, ketika auditor merasa khawatir tidak dapat menyelesaikan proses audit tepat pada waktunya, dapat memaksa auditor untuk tidak menjalankan prosedur audit tertentu karena kekurangan waktu audit. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedua dirumuskan sebagai berikut :

25 H 2 :Time Pressure berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. 3. Pengaruh Risiko Audit terhadap Perilaku Premature Sign-Off Risiko audit dan bukti audit memiliki hubungan berlawanan (Mulyadi, 2010). Semakin rendah risiko audit maka tingkat kepastian yang diinginkan auditor adalah tinggi sehingga auditor perlu mengumpulkan bukti audit kompeten yang banyak untuk mendeteksi adanya salah saji yang material dan begitu pula sebaliknya. Supaya bahan bukti kompeten yang terkumpul dirasa cukup banyak dan lengkap untuk mendeteksi salah saji material, maka auditor perlu melakukan prosedur yang lebih banyak pula tanpa meninggalkan satu prosedur pun. Hal tersebut dilakukan, untuk menghindari tercecernya bukti audit. Dengan demikian, ketika auditor mengharapkan risiko audit yang rendah, maka auditor harus lebih banyak melakukan prosedur audit sehingga kemungkinan melakukan penghentian prematur atas prosedur audit akan semakin rendah. Penelitian Lestari (2010) menunjukkan bahwa risko audit berpengaruh positif signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Begitu pula dengan penelitian Liantih (2010); Qurrahman, et al. (2012); Nisa (2013); Budiman (2013); Andani & Mertha (2014) dan Putriana, et al. (2015) menyimpulkan bahwa risko audit berpengaruh positif signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit, artinya semakin besar risiko audit semakin tinggi kemungkinan auditor melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Penelitian tersebut menunjukkan

26 bahwa auditor yang melakukan premature sign-off, cenderung menilai bahwa terdapat risiko audit yang besar pada prosedur audit yang tidak dilaksanakan. Penelitian di atas menjelaskan bahwa risiko audit yang besar mencerminkan auditor tidak mengumpulkan bukti audit secara luas, artinya auditor tidak melakukan prosedur secara lengkap sesuai standar yang berlaku. Hal tersebut karena keyakinan yang tinggi bahwa, tanpa melaksanakan prosedur audit tersebut, bukti yang ada dirasa cukup untuk memberikan opini audit dengan tepat. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis ketiga dirumuskan sebagai berikut : H 3 :Risiko audit berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. 4. Pengaruh Materialitas terhadap Perilaku Premature Sign-Off Pertimbangan auditor mengenai materialitas bersifat estimasi. Penentuan tingkat materialitas dipengaruhi oleh pertimbangan profesional seorang auditor (Mulyadi, 2010). Ketika prosedur audit dianggap memiliki materialitas yang rendah oleh auditor maka semakin tinggi potensi penghentian prematur terhadap prosedur tersebut. Penghentian tersebut dilakukan atas dasar keyakinan bahwa apabila ditemukan salah saji maka nilainya tidak material dan tidak akan memengaruhi opini audit yang ditetapkan oleh auditor. Lestari (2010) menyimpulkan jika auditor menyatakan tingkat materialitas sebuah prosedur rendah dalam fungsi pendeteksian adanya salah saji, maka semakin besar kemungkinan auditor

27 untuk menghentikan prosedur audit tersebut dan begitu pula sebaliknya semakin tinggi tingkat materialitas prosedur, maka semakin kecil kemungkinan auditior untuk melakukan premature sign off. Pernyataan di atas sejalan dengan penelitian Wahyudi, et al. (2011), dimana materialitas berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Sama halnya dengan penelitian Asrini, et al. (2014); Haryanto (2015); Junaidi (2016) dan Rochman, et al. (2016) menunjukkan bahwa materialitas berpengaruh negatif terhadap perilaku penghentian prematur atas prosedur audit. Penelitian di atas menjelaskan bahwa semakin material suatu informasi akuntansi yang diperoleh melalui prosedur audit tertentu maka semakin penting informasi tersebut sebagai bahan pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan. Hal tersebut berarti semakin penting informasi yang ditemukan saat prosedur tertentu, semakin rendah kemungkinan auditor untuk menghilangkan prosedur tersebut atau dengan kata lain material berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis keempat dirumuskan sebagai berikut : H 4 :Materialitas berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

28 5. Pengaruh Prosedur Review & Kontrol Kualitas terhadap Perilaku Premature Sign-Off Prosedur review diterapkan untuk mencegah terjadinya premature sign off oleh auditor (Waggoner & Cashell, 1991). Kebijakan merupakan alat untuk mengontrol segala aktivitas dalam KAP (Messier, 2000). Sistem kontrol kualitas yang baik dapat berfungsi sebagai alat untuk mengontrol penerapan standar profesional oleh auditor. Pelaksanaan prosedur review dan kontrol kualitas yang baik akan memberikan kemudahan dalam mendeteksi disfungsional audit, seperti premature sign off. Kemudahan pendeteksian ini akan mencegah auditor untuk melakukan premature sign off. Penelitian Liantih (2010) menunjukkan bahwa prosedur review dan kontrol kualitas berpengaruh negatif terhadap premature sign-off. Begitu juga dengan penelitian Lestari (2010); Qurrahman, et al. (2012); Budiman (2013); Priyanto (2014); dan Haryanto (2015) menunjukkan bahwa prosedur review dan kontrol kualitas berpengaruh negatif terhadap premature signoff, artinya semakin baik prosedur review dan kontrol kualitas, semakin rendah kemungkinan auditor untuk melakukan premature sign off. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa semakin kecil kemungkinan praktik penghentian prematur atas prosedur audit jika prosedur review dan kontrol kualitas telah diterapkan dengan efektif, begitu pula sebaliknya. Prosedur review yaitu berupa peninjauan kembali apakah auditor telah berhasil atau gagal menyelesaikan seluruh prosedur audit dan bukti

29 pelengkap yang dibutuhkan telah lengkap, sehingga dapat diketahui apakah auditor benar-benar telah melaksanakan seluruh prosedur audit atau menghilangkan prosedur tertentu. Kontrol kualitas bertujuan untuk memastikan apakah jasa yang diberikan auditor berkualitas. Kualitas tersebut ditentukan berdasarkan kesesuaian prosedur audit yang dijalankan auditor dengan standar seperti kebijakan KAP dan standar profesional auditor. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kelima dirumuskan sebagai berikut : H 5 :Prosedur review dan kontrol kualitas berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. 6. Pengaruh External Locus of Control terhadap Perilaku Premature Sign- Off Individu dengan external locus of control cenderung lebih mementingkan tujuan individu dari pada tujuan organisasi (egois). Sedangkan individu dengan internal locus of control meyakini jika segala tindakan ia lakukan sesuai dengan tujuan organisasi (Spector, 1982). Ketika auditor dengan locus of control eksternal merasa putus asa atas suatu masalah yang tidak dapat diselesaikan, maka ia berpotensi lebih besar dari pada auditor dengan locus of control internal untuk melakukan disfungsional audit sebagai solusi untuk bertahan dalam lingkungan audit demi mencapai tujuan kinerja individu (Mardiana, 2010) Lestari (2010) menyatakan bahwa perilaku penghentian prematur atas prosedur audit cenderung akan terjadi pada individu yang memiliki locus of

30 control eksternal karena auditor dengan external locus of control akan melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya. Teori atribusi merupakan salah satu teori yang dapat menentukan apakah auditor tersebut memiliki locus of control internal atau eksternal (Heider, 1958). Teori atribusi merupakan salah satu teori yang menjelaskan hubungan karakteristik auditor terhadap perilaku prematur sign off. Teori atribusi membagi karakter individu menjadi dua yaitu individu Y sebagai internal locus of control dan individu X sebagai external locus of control. Penelitian Liantih (2010) menunjukkan bahwa external locus of control berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Sama halnya dengan penelitian Qurrahman, et al. (2012); Budiman (2013); Asrini, et al. (2014); Haryanto (2015) dan Junaidi (2016) menyimpulkan bahwa individu dengan locus of control eksternal berpengaruh positif terhadap perilaku penghentian prematur atas prosedur audit. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa semakin kuat external locus of control seorang auditor, semakin besar kemungkinan timbulnya perilaku premature sign off oleh auditor. Penelitian di atas menjelaskan jika perbedaan karakter auditor dapat terlihat seperti dalam kondisi time pressure dimana auditor merasa tidak yakin untuk menyelesaikan tugas auditnya sesuai waktu dalam perjanjian. Ketika waktu audit semakin sedikit sedangkan terdapat bebrapa prosedur yang belum dilaksanakan, maka sifat auditor dengan locus of control eksternal yang mudah menyerah dan tidak suka berusaha dapat menuntutnya

31 untuk meninggalkan prosedur tertentu yang dianggap tidak penting sebagai bentuk pengorbanan agar dapat selesai tepat pada waktunya. Sifat auditor dengan locus of control internal yang tidak mudah menyerah dan ingin burusaha akan membuat auditor bersedia berusaha menyelesaikan seluruh prosedur sesuai standar untuk menghindari kesalahan dalam pemberian opini audit. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis keenam dirumuskan sebagai berikut : H 6 : External locus of control berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. 7. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Perilaku Premature Sign-Off Komitmen organisasi menunjukkan bagaimana organisasi (KAP) yang terdiri dari sejumlah auditor bermufakat untuk bekerja demi mencapai tujuan bersama-sama, sehingga menghasilkan kinerja yang berkualitas dan akuntabilitas (Mardiana, 2010). Auditor yang berkomitmen, akan selalu berusaha untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi (Nasution, 2013). Komitmen ini dapat terlihat dari kesetiaan pegawai terhadap organisasi, keinginan untuk melaksanakan pekerjaan tambahan, serta perputaran pegawai (Sampetoding, 2014). Penelitian Widyowati (2013) dan Sampetoding (2014) menunjukkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap premature signoff. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi komitmen organisasi seorang auditor maka semakin rendah kemungkinan premature

32 sign off oleh auditor, karena auditor akan mengesampingkan egonya untuk mecapai tujuan pribadi demi memenuhi kepentingan organisasi. Penelitian di atas menjelaskan bahwa seorang auditor yang memiliki komitmen organisasi berarti berjanji kepada KAP untuk bekerja sesuai tujuan, nilai, kebijakan dan standar audit sehingga ia tidak akan melakukan penyimpangan seperti menghentikan prosedur audit secara prematur. Komitmen auditor terhadap organisasi tercermin ketika auditor dapat menyelesaikan seluruh prosedur audit sesuai standar yang berlaku serta memberikan opini secara tepat dan objektif sesuai hasil audit yang sebenarnya. Sebaliknya, auditor dengan komitmen organiasi yang rendah tidak memiliki motivasi untuk bekerja sungguh-sungguh, sehingga semakin besar kemungkinan untuk melakukan penyimpangan seperti prematur signoff. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis ketujuh dirumuskan sebagai berikut : H 7 :Komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. 8. Pengaruh Turnover intention terhadap Perilaku Premature Sign-Off Pada umumnya, turnover intention berawal dengan adanya konflik baik antara auditor dengan klien atau auditor dengan auditor lainnya atau auditor dengan dirinya sendiri (Pujaningrum & Sabeni, 2012). Auditor yang memiliki keinginan untuk berhenti bekerja cenderung kurang peduli terhadap apa yang dilakukannya selama masih berada di KAP tersebut. Auditor dengan turnover intention yang tinggi, memiliki kecenderungan

33 yang lebih besar untuk melakukan disfungsional audit karena menurunnya rasa takut akan terkena sanksi atas perbuatannya tersebut (Harini, et al., 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2007) dan Pujaningrum & Sabeni (2012) menunjukkan bahwa turnover intention berpengaruh positif terhadap premature sign-off. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi turnover intention auditor semakin tinggi kemungkinan auditor untuk melakukan premature sign-off. Penelitian tersebut, menjelaskan bahwa auditor yang berniat untuk segara mendapatkan pekerjaan lain yang dirasa lebih baik untuk dirinya akan cenderung dapat melakukan penyimpangan seperti premature sign off. Hal ini karena penurunan kepedulian terhadap dampak buruk terhadap posisinya seperti pemecatan apabila perbuatannya diketahui. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedelapan dirumuskan sebagai berikut : H 8 :Turnover intention berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

34 C. Model Penelitian Variabel Independen Variabel Dependen E K S T E R N A L I N T E R N A L Time Pressure Risiko Audit Materialitas Prosedur Review & Kontrol Kualitas Eksternal Locus Of Control Komitmen Organisasi Turnover Intention H5 (-) Perilaku Prematur Sign-Off Gambar 2.1 Model Penelitian