1 TINJAUAN YURIDIS MENGENAI UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI (PK)/HERZIENING YANG DIAJUKAN OLEH JAKSA (Analisa terhadap putusan MA RI No. 55 PK/Pid/1996, Putusan MA RI No. 109 PK/Pid/2007 dan Putusan MA RI No. 07 PK/Pidsus/2009) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Hukum Oleh : WINA FEBRIANI 060200266 DEPARTEMEN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 1
2 TINJAUAN YURIDIS MENGENAI UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI (PK)/HERZIENING YANG DIAJUKAN OLEH JAKSA (Analisa terhadap putusan MA RI No. 55 PK/Pid/1996, Putusan MA RI No. 109 PK/Pid/2007 dan Putusan MA RI No. 07 PK/Pidsus/2009) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Hukum Oleh : WINA FEBRIANI 060 200 266 DEPARTEMEN HUKUM PIDANA Disetujui oleh; Ketua Departemen Abul Khair, S.H., M.Hum NIP : 1996107021989031001 Pembimbing I Pembimbing II Edi Yunara, S.H., M.Hum. Dr. Marlina Sari, S.H., M.Hum. NIP : 196012221986031003 NIP : 197503072002122002 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 2
3 ABSTRAKSI Upaya hukum peninjauan kembali (PK)/Herziening adalah upaya hukum luar biasa yang dilakukan dalam rangka pencapaian rasa keadilan. Fenonema yang muncul saat ini adalah upaya hukum peninjauan kembali yang diajukan oleh jaksa. Padahal dalam Pasal 263 ayat (1) KUHAP telah jelas dinyatakan bahwa yang dapat mengajukan upaya hukum peninjauan kembali adalah jaksa. Meskipun begitu, bukan berarti pengajuan upaya hukum peninjauan kembali oleh jaksa tidak berdasarkan landasan hukum. Jaksa mengajukan upaya hukum peninjauan kembali dengan berdasarkan pada pasal 23 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakimann, selain itu, Pasal 263 Ayat (3) sendiri telah memberikan celah bagi Jaksa untuk kemudian mengajukan upaya hukum peninjauan kembali. Adanya putusan MA RI No. 55 Tahun 1996 kemudian dijadikan sebagai yurisprudensi bagi perkara-perkara upaya hukum peninjauan kembali selanjutnya. Selain itu, jaksa diberikan wewenang untuk mengajukan upaya hukum peninjauan kembali dengan alasan demi kepentingan umum/negara. Tidak semua pengajuan upaya hukum peninjauan kembali oleh jaksa diterima/dikabulkan oleh Mahkamah Agung. Menurut Harifin Tumpa, hanya upaya hukum peninjauan kembali yang berkaitan dengan kepentingan umum/negara yang dapat diterima oleh Mahkamah Agung. Seperti perkara-perkara yang diterima dan menjadi fenomena saat ini adalah kasus Muchtar PakPahan, Pollycharpus ddan kasus Syahril Sabirin. Kasus kasus tersebut menjadi sorotan publik dan sangat fenomenal. Upaya hukum peninjauan kembali (PK)/Herziening diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan di Indonesia, yaitu antara lain sebagai berikut : a) Pasal 263 Ayat (1) ayat (2) dan Ayat (3) Undang-undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana b) Undang-Undang No. 19 Tahun 1964 jo Undang-Undang No. 14 tahun 1970 jo Undang-Undang No. 35 Tahun 1999 jo Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Pasal 23 c) Pasal 9 dan Pasal 10 PERMA No. 1 Tahun 1980 Mengenai peninjauan kembali telah diatur oleh mahkamah Agung dalam PERMA No. 1 Tahun 1980, dan dalam Pasal 10 PERMA tersebut dengan terang telah menunjukkan bahwa peninjauan kembali dapat diajukan oleh jaksa namun oleh karena pada tahun 1981 telah lahir Undang-Undang No. 8 tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana yang juga mengatur secara jelas mengenai Peninjauan Kembali maka seharusnya PERMA No.1 Tahun 1980 sudah tidak mempunyai kekuatan hukum untuk berlaku lagi. Selain itu mengenai upaya hukum peninjauan kembali (PK)/Herziening ini pernah disidangkan di Mahkamah Konstitusi. Menurut analisa penulis berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, sebenarnya jaksa tidak berwenang untuk mengajukan PK, namun Mahkamah Konstitusi tidak berwenang untuk menguji undang-undang terhadap undnag-undang maka Hakim Mahkamah Konstitusi pun menolak gugatan yang diajukan oleh pengacara Pollycharpus. Hal tersebut jelas dapat dilihat dalam allternatif penafsiran Mahkamah Konstitusi terhadap gugatan yang diajukan oleh pengacara Pollycharpus mengenai 3
4 pihak-pihak yang dapat mengajukan upaya hukum peninjauan kembali (PK)/Herziening ke Mahkamah Agung Berdasarkan alternatif tersebut, dapat disimpulkan bahwa penolakan permohonan Pollycarpus oleh Mahkamah Konstitusi yang dituangkan dalam Putusan Nomor 16/PUU- VI/2008 bukan berarti menunjukkan bahwa peninjauan kembali oleh jaksa merupakan hal yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Penolakan tersebut dilakukan Mahkamah Konstitusi karena sesungguhnya mengenai pihak-pihak yang dapat mengajukan peninjauan kembali merupakan hal yang diatur dalam beberapa peraturan perundangundangan yang saling bertentangan. Dan kewenangan atas pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang merupakan hak uji Mahkamah Agung bukanlah kewenangan Mahkamah Konstitusi sehingga Mahkamah Konstitusi memandang permohonan tersebut ditolak agar sekiranya permohonan tersebut diajukan ke Mahkamah agung dan dibahas oleh Mahkamah Agung. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan penulis dalam pembahasan-pembahasan pada bab dua sampai bab tiga maka penulis menyimpulkan bahwa jaksa berwenag untuk mengajukan upaya hokum peninjauan kembali, namun hal itu dilakukan dengan pembatasnpembatasan tertentu. Apabila bertujuan demi kepentingan umum/negara maka jaksa diberikan wewenang untuk mengajukan upaya hokum peninjauan kembali (PK)/Herziening. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Paustinus Siburian dalam artikelnya Hak Jaksa Mengajukan Peninjauan Kembali (PK) dan Batasannya, ia menjelaskan bahwa Pasal 263 KUHAP menunjukkan bahwa jaksa diberikan hak untuk mengajukan PK. Namun KUHAP juga memberikan batasan dalam hal apa jaksa dapat mengajukan PK, yaitu dalam hal ada putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap yang didalam pertimbangannya menyatakan perbuatan yang didakwakan terbukti tetapi tidak diikuti pemidanaan. Jadi tidak terhadap semua putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap jaksa berhak mengajukan PK. Selain beliau,ketua MA Harifin A Tumpa juga membenarkan adanya PK oleh jaksa, prinsipnya peninjauan kembali oleh jaksa memang tidak dibolehkan. Kecuali jaksa bisa membuktikan dan meyakinkan hakim agung ada kepentingan umum dan kepentingan negara yang lebih besar yang harus dilindungi. Alasan Hakim Agung menerima/mengabulkan upaya hukum peninjauan kembali (PK)/Herziening yang diajukan oleh jaksa adalah karena dimungkinkannya hal tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada sebagaimana yang telah dipaparkan pada point kedua dalam kesimpulan ini. Selain itu, Hakim Agung menerima/mengabulkan pengajuan upaya hukum peninjauan kembali (PK)/Herziening oleh jaksa karena peran hakim yang tidak boleh menolak perkara yang diajukan terhadapnya, oleh karena itu hakim harus melakukan penemuan hukum bila peraturan perundang-undangan yang mengaturnya tidak jelas. Tumpang tindihnya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pihak-pihak yang dapat mengajukan upaya hukum peninjauan kembali (PK)/Herziening mengakibatkan ketidakjelasan peraturan yang mengatur tentang pihak-pihak yang dapat mengajukan upaya hukum peninjauan kembali (PK)/Herziening dan oleh karena itulah Hakim melakukan penemuan hukum berdasarkan asas-asas hukum, peraturan perundang-undangan yang ada dan doktrin-doktrin hukum. Berdasarkan penemuan hokum yang dilakukan oleh Hakim Agung mak ditemukan cukup alasan untuk menerima/mengabulkan upaya hokum peninjauan kembali (PK)/Herziening yang diajukan oleh jaksa. 4
5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa penulis haturkan keharibaan nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umat manusia dari masa kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menyelesaikan pendidikan S-1 di Fakultas hukum. Penulis tercatat menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum sejak Agustus 2006, sejak itulah penulis mendapatkan banyak pelajaran berharga dari pengalaman selama mengenyam pendidikan hukum. Ada suka, ada duka, ada berbagai prestasi yang diraih serta segala macam kesulitan yang merupakan tantangan dari perjalanan hidup selama menjadi mahasiswa S-1. Penulis merasa banyak pihak-pihak yang berperan dalam membantu dan mensuport penulis dalam rangka menyelesaikan skripsi ini serta membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan S-1 di Fakultas Hukum. Penulis tidak dapat membalas semua kebaikan pihak-pihak yang selama ini telah banyak membantu penulis, Allah lah yang kelak kan membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan yang berlipat ganda, amin. Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga tidak lupa penulis sampaikan kepada : 1. Allah Swt, Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,. Atas izinnya lah penulis dapat menghadapi segala tantangan yang ada, atas izinnyalah penulis dapat mnyelesaikan skripsi ini. Puji syukur tak terhingga kepada Allah Swt. 2. Ayahanda, Abuyar dan Ibunda, Hariyani atas perjuangan dan pengorbanannya selama bertahun-tahun untuk mendidik dan mengasuh penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sangat luas kepada kedua orang tua, kepada seluruh anggota keluarga yaitu kakanda Maya Novita Sari, abangda Trio Afdianto, Adinda Iqbal Firmansyah dan ananda Utama Ksatria Mario dan Alfath Ksatria Mario serta keluarga besar Alm. Misnan Sutejo/Rubinem dan keluarga besar Alm. Ustadz H. Abdul Hamid/Almh Siti Maisyaroh. 3. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum. Bapak Husni juga sudah penulis anggap seperti ayah pendidikannya selama penulis mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 5
6 4. Ibunda Dra. Rohainum Aldy dan Ibunda Nisma Hidayati yang telah banyak menguatkan hati penulis dalam ketegaran perjuangan menjalani berbagai masalah yang selama mengenyam pendidikan banyak dialami oleh penulis. 5. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum (USU) Medan yang telah banyak mempercayakan penulis untuk membawa nama besar Fakultas Hukum dalam berbagai ajang kegiatan lomba baik ditingkat Universitas maupun ditingkat Nasional. 6. Bapak Edi Yunara, S.H., M.Hum dan Ibu Dr. Marlina Sari, S.H., M.Hum., selaku dosen Fakultas Hukum. Keduanya juga merupakan dosen pebimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Bapak Edi dan Ibu Marlina telah banyak membantu dalam bentuk arahan dan bimbingan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih buat Bapak dan Ibu yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis. 7. Seluruh Civitas Akademika Fakultas Hukum USU, atas segala dukungan dan doanya yang telah diberikan kepada penulis. 8. Kepada para sahabat dan teman-teman yang selama ini telah banyak membantu dan mensuport penulis, yaitu Fidya aldy, Rika Kartika, Kharliana, Milki Irshad, Elfi Husnita, Lidya Martaulina, Irma Yulida, Achmad Fadil, Muhammad Hafid, Nina Rezkina Lubis, Keluarga dari abangda Ahmad Almaududi Amri, Abangda Dinal Fedrian, Yowa Abardani Lauta 9. Kepada teman-teman tim Debat Konstitusi MK, Tim MCC UII Yogyakarta, Tim MCC UNDIP Semarang, dan seluruh teman-teman mahasiswa difakultas hukum USU maupun yang diluar fakultas Hukum USU yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Sebagai manusia biasa penulis menyadari segala kekurangan dalam penulisan tulisan ini, maka apabila ada kesalahan dalam penulisan ini kepada Allah penulis mohon ampun dan kepada pembaca penulis mohon maaf. Penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulisan selanjutnya bisa lebih baik lagi. Medan, Maret 2010 Penulis 6
7 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAKSI i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iv BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah.. 6 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan... 6 D. Keaslian Penulisan. 8 E. Metode Penelitian. 8 F. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Upaya Hukum dan Sejarah Mengenai Upaya Hukum Peninjauan Kembali 14 2. Macam-Macam Bentuk Upaya Hukum dalam Hukum Pidana Indonesia. 25 3. Makna dari Upaya Hukum Peninjauan Kembali sebagai Upaya Hukum Luar Biasa dalam Hukum Pidana Indonesia.. 35 G. Sistematika Penulisan.. 40 BAB II UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA 42 A. Upaya Hukum Peninjauan Kembali dalam Perspektif Hukum Acara Pidana di Indonesia. 42 B. Upaya Hukum Peninjauan Kembali dalam Undang-Undang Pokok Kehakiman 50 C. Pengaturan Mengenai Upaya Hukum Peninjauan Kembali dari Tinjauan Putusan Mahakamah Konstitusi No. 16/PUU/VI/2008 dan Kaitannya dengan SEMA No. 1 Tahun 1980 52 7
8 BAB III PERAN KEJAKSAAN RI DALAM PERSPEKTIF HUKUM DI INDONESIA... 60 A. Tugas dan Wewenang Kejaksaan RI dalam Penegakkan Hukum di Indonesia... 60 B. Dasar Hukum Jaksa dalam Mengajukan Peninjauan Kembali ke MA RI 65 BAB IV ALASAN HAKIM AGUNG MA RI MENERIMA/MENGABULKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI YANG DIAJUKAN OLEH JAKSA. 77 A. Peran Hakim dalam Penemuan Hukum.. 77 B. Analisa Kasus. 86 1. Kasus Posisi Putusan MA RI No. 55 PK/Pid/1996. 86 2. Kasus Posisi Putusan MA RI No. 109 PK/Pid/2007... 92 3. Kasus Posisi Putusan MA RI No. 07 PK/Pidsus/2009 99 C. Alasan Hakim Agung MA RI Menerima dan Mengabulkan Upaya hukum peninjauan kembali (PK)/Herziening yang diajukan oleh Jaksa Berdasarkan Analisa Putusan MA RI No. 55 PK/Pid/1996 Putusan MA RI No. 109 PK/Pid/2007 Putusan MA RI No. 07 PK/Pidsus/2009... 110 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 123 B. Saran 127 DAFTAR PUSTAKA. 129 LAMPIRAN 8