PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

PENDUGAAN DERAJAT KOMPETISI GULMA Echinochloa crus-galli (L.) Beauv. MELALUI METODE REPLACEMENT SERIES ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

III. BAHAN DAN METODE

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

STUDI PERIODE KRITIS TANAMAN PADI HIBRIDA (Oryza sativa L.) TERHADAP GULMA JAJAGOAN (Echinochloa crus-galli L.) Oleh: Sudianto Samosir P A

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Sumber : Nurman S.P. (

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Cendekia Vol 11 No 3 Sept 2013 ISSN

Budidaya Padi Organik dengan Waktu Aplikasi Pupuk Kandang yang Berbeda dan Pemberian Pupuk Hayati

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.)

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

PENGARUH VARIETAS DAN METODE PEMUPUKAN TERHADAP HASIL PADI DI RAWA LEBAK (EFFECT OF VARIETIES AND FERTILIZATION METHOD ON RICE YIELD IN LOW LAND)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Echinochloa crus-galli (L.) P. Beauv. Morfologi Echinochloa crus-galli

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

STUDI KOMPETISI ANTARA GULMA

EFEKTIFITAS JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

STUDI KOMPETISI TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli DENGAN PENDEKATAN PARSIAL ADITIF

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Echinochloa crus-galli (L.) P. Beauv. Morfologi Echinochloa crus-galli

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

PENGUJIAN TOLERANSI BEBERAPA GENOTIPE PADI PADA LAHAN SAWAH YANG MENGALAMI CEKAMAN KEKERINGAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

SISTEM TANAM DAN UMUR BIBIT PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 13

KERAGAAN GENETIK GALUR MUTAN HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK GUAMA, DESA SELANBAWAK, KECAMATAN MARGA, BALI

PENGARUH PENGENDALIAN GULMA PADA BERBAGAI UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Transkripsi:

PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh aksesi dan tingkat populasi gulma E. crus-galli terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan petak terbagi dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Aksesi gulma E. crus-galli sebagai petak utama terdiri atas tiga aksesi yaitu aksesi Pangalengan (Tf3, dataran tinggi, 1500 m dpl), aksesi Sukabumi (Tc1, dataran sedang, 500 m dpl), dan aksesi Karawang (K6, dataran rendah, 37 m dpl). Populasi E. crus-galli sebagai anak petak terdiri atas empat taraf, yaitu: 0, 4, 8, dan 1 gulma E. crus-galli/m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan aksesi gulma E. crus-galli menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Aksesi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi hibrida. Memperkuat hasil percobaan rumah kaca, aksesi asal Karawang (K6) memiliki derajat kompetisi yang lebih kuat dibandingkan dengan aksesi Sukabumi dan Pangalengan terhadap pertumbuhan tanaman padi hibrida. Kepadatan populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi hibrida. Semakin tinggi populasi gulma E. crus-galli, pengaruh kompetisi terhadap tanaman padi semakin besar. Interaksi antara aksesi dan gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap tinggi tanaman, bobot kering akar dan tajuk, kepadatan malai dan bobot 1 000 butir tanaman padi hibrida. Gulma E. crus-galli harus dikendalikan pada saat populasi gulma mencapai 1.9 gulma/m untuk menyelamatkan kehilangan hasil sebesar 10%. Penggunaan benih padi yang bebas dari benih gulma E.crus-galli sangat dianjurkan untuk mencegah penyebaran aksesi gulma E. crus-galli. Kata kunci : aksesi Echinocloa crus-galli, population, growth, production, hybrid rice.

74 THE EFFECT OF ACCESSION AND POPULATION DENSITY OF Echinochloa crus-galli WEED ON GROWTH AND RICE PRODUCTION ABSTRACT The research objective was to study the effect of accession and populations density of E. crus-galli weed on the growth and production of rice plants. The research was conducted in a split plot design with three replications. E. crus-galli accession as the main plots consisted of three accessions i.e. accession of Pangalengan (Tf3, high altitude, 1500 m asl), Sukabumi (Tc1, medium altitude, 500 m asl), and Karawang (K6, lowland altitude, 37 m asl). Population density of E. crus-galli as a subplot consisted of four levels, i.e. : 0, 4, 8, and 1 E. crusgalli/m. The results showed that accession of E. crus-galli weed affected growth and production of rice plants. Strengthen the results of greenhouse experiments, accession from Karawang (K6) had much stronger competition degree than the Sukabumi and Pangalengan accession on the growth of hybrid rice plants. Weed population densities of E. crus-galli had significantly effect on growth and production of hybrid rice. The influence of competition on rice growth was higher when the weed population density increased. The interaction between accessions and E. crus-galli weed effect on plant height, dry weight of root and shoot, panicle density, and 1000 grain weight of rice hybrids. E. crus-galli weed must be controlled at 1.9 weed/m to save 10% yield loss. The use of rice seed free of E.crus-galli seed is highly recommended to prevent the spread of E. crus-galli weed accession. Keywords : Echinocloa crus-galli accession, population, growth, production, hybrid rice.

75 Pendahuluan Gulma menurunkan pertumbuhan dan produksi tanaman dengan penurunan mencapai 30 60%, bahkan bila tidak dilakukan upaya pengendalian dapat menyebabkan gagal panen (Singh et al. 1996). Kehadiran gulma pada pertanaman padi sawah juga menyebabkan peningkatan biaya pengendalian sehingga menurunkan pendapatan petani (Tungate et al. 007). Gulma E. crus-galli merupakan gulma pada tanaman padi sawah yang memiliki adaptasi luas, dijumpai di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 500 m dpl, pertumbuhan cepat, produksi biji tinggi, dormansi benih lama, dan penyebaran sangat pesat (Caton et al. 004). Pada kondisi tanah kering E. crus-galli tumbuh pendek dan memiliki jumlah anakan dan biji yang sedikit, sedangkan pada kondisi tanah lembab dengan kandungan nitrogen tinggi E. crusgalli tumbuh sangat baik dan serempak (Waterhouse 1994). Perbedaan aksesi gulma E. crus-galli asal Jawa Barat menunjukkan perbedaan dalam menurunkan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman padi. Aksesi K6 asal Karawang pada percobaan di rumah kaca menunjukkan potensi penurunan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman padi yang paling besar dibandingkan dengan aksesi lainnya. Penurunan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman padi tersebut diduga terkait dengan potensi alelopati aksesi K6 yang menunjukkan penghambatan plumula tinggi dan penghambatan radikula sedang. Penurunan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman padi di lapangan dipengaruhi oleh kekuatan kompetisi dan adanya zat alelopati gulma E. crus-galli yang dikeluarkan ke lingkungan tumbuh. Kekuatan kompetisi di lapangan dipengaruhi oleh tingkat populasi gulma E. crus-galli. Menurut Chin (001) semakin tinggi tingkat populasi gulma, maka kompetisi terhadap tanaman padi semakin meningkat. Populasi 5 gulma E. crus-galli/m menyebabkan kehilangan hasil panen hingga 50%. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh aksesi dan tingkat populasi gulma E. crus-galli terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah.

76 Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor (50 m dpl) dengan jenis tanah latosol mulai bulan Desember 010 hingga bulan Mei 011. Bahan tanaman yang digunakan antara lain benih padi hibrida varietas SL 8 SHS, biji gulma E. crus-galli (aksesi Karawang (K6), Sukabumi (Tc1), dan Pangalengan (Tf3). Peralatan yang digunakan antara lain GPS, oven, neraca dan peralatan budidaya tanaman. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan petak terbagi (split plot design) dalam rancangan acak kelompok. Percobaan terdiri atas dua faktor dengan tiga ulangan. Aksesi gulma E. crus-galli sebagai petak utama terdiri atas tiga aksesi yaitu aksesi Pangalengan (Tf3, dataran tinggi, 1500 m dpl), aksesi Sukabumi (Tc1, dataran sedang, 500 m dpl), dan aksesi Karawang (K6, dataran rendah, 37 m dpl). Populasi gulma E. crus-galli sebagai anak petak terdiri atas empat taraf, yaitu: 0, 4, 8, dan 1 gulma E. crus-galli/m. Setiap satuan percobaan berupa petak berukuran 4 m x 5 m. Jarak antar petak 0.5 cm dan jarak antar ulangan 0.5 m. Keterangan: : tanaman padi : E. crus-galli 0 E. crus-galli/m 4 E. crus-galli/m 8 E. crus-galli/m 1 E. crus-galli/m Gambar 14. Perlakuan populasi gulma E. crus-galli/m pada pertanaman padi

77 Bibit padi hibrida berumur 1 hari setelah semai (HSS) ditanam pada petak percobaan dengan jarak tanam 5 cm x 5 cm. Bibit E. crus-galli berumur 14 HSS ditanam pada petak percobaan sesuai dengan perlakuan kepadatan populasi. Pemupukan tanaman padi hibrida dilakukan dengan dosis 80 kg Urea/ha, 100 kg SP-18/ha dan 100 kg KCl/ha. Pupuk Urea diberikan tiga kali yaitu 100 kg/ha pada saat tanam, 90 kg/ha pada saat 4 MST, dan 90 kg/ha pada saat 8 MST. Pupuk SP-18 diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pupuk KCl diberikan 80 kg/ha pada saat tanam dan 0 kg/ha pada saat 8 MST. Pemupukan dilakukan dengan cara sebar. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan antara lain penyiangan gulma selain gulma E. crus-galli pada saat 3 MST dan 6 MST. Panen padi hibrida dilakukan pada saat tanaman padi berumur 115 HSS atau 96 HST. Peubah yang diamati antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun, jumlah anakan, indeks luas daun, bobot kering tajuk dan akar, saat 75% populasi berbunga, jumlah anakan produktif, produksi gabah, persentase gabah isi dan hampa, bobot gabah 1000 butir, serapan hara tajuk. Peubah yang diamati pada gulma E. crus-galli antara lain tinggi gulma, jumlah daun, jumlah anakan, bobot kering tajuk dan akar, panjang malai, kepadatan malai, bobot biji per malai, bobot biji per 1000 butir. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam dengan uji lanjut DMRT pada taraf 5%. Hasil dan Pembahasan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Padi Tinggi tanaman. Tinggi tanaman padi dipengaruhi oleh interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli mulai 3 MST hingga 6 MST. Pada saat 6 MST, aksesi gulma E. crus-galli asal Sukabumi menunjukkan tinggi tanaman yang semakin meningkat dengan semakin meningkatnya populasi. Aksesi gulma E. crus-galli asal Pangalengan dan Karawang menunjukkan tinggi tanaman yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya populasi gulma E. crus-galli. Penurunan tinggi tanaman padi pada asesi Karawang lebih tajam dibandingkan dengan penurunan pada asesi Pangalengan (Gambar 15). Hal ini menunjukkan bahwa aksesi Karawang lebih kuat daya kompetisinya dibandingkan dengan aksesi Pangalengan dan aksesi Sukabumi.

78 Pada saat 7 dan 8 MST tinggi tanaman padi tidak dipengaruhi oleh aksesi, populasi gulma dan interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli. Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh gulma E. crus-galli terhadap tanaman padi terjadi pada awal pertumbuhan tanaman padi. Tinggi Tanaman (cm) 75 74 73 7 71 70 69 68 67 66 65 y = -0.105x + 67.43 R² = 0.9 y = -0.370x + 70.47 R² = 0.855 y = 0.608x + 67.03 R² = 0.891 Pangalengan (Tf3) Sukabumi (Tc1) Karawang (K6) Pangalengan (Tf3) Sukabumi (Tc1) Karawang (K6) 0 4 8 1 Populasi E. crus-galli/m Gambar 15. Tinggi tanaman padi pada 6 MST pada perlakuan aksesi dan tingkat populasi gulma E. crus-galli Jumlah anakan padi. Aksesi gulma berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman pada saat 3 dan 5 MST. Perlakuan aksesi gulma asal Karawang menunjukan jumlah anakan yang lebih rendah dibandingkan dengan aksesi Sukabumi dan Pangalengan, namun pada minggu berikutnya menunjukkan jumlah anakan yang tidak berbeda nyata antar aksesi (Tabel 6). Populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah anakan padi pada saat tanaman padi berumur 6 dan 7 MST. Semakin tinggi populasi gulma, jumlah anakan tanaman padi semakin menurun. Pada saat 7 MST populasi 4 E. crusgalli/m nyata menurunkan jumlah anakan sebesar 16.6% dan populasi 1 gulma E.crus-galli/m menurunkan jumlah anakan sebesar 37.7% dibandingkan terhadap perlakuan tanpa gulma. Pada pengamatan 8 MST, jumlah anakan tidak dipengaruhi oleh aksesi gulma, populasi gulma, dan interaksinya (Tabel 6).

79 Tabel 6. Jumlah anakan tanaman padi pada perlakuan aksesi dan populasi gulma E. crus-galli Perlakuan Jumlah Anakan per Rumpun 3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST Aksesi Pangalengan (Tf3) 10.0a 11.8 1.6ab 13.6 13.9 11.1 Sukabumi (Tc1) 8.7ab 11.1 13.a 14.6 15.5 1.1 Karawang (K6) 7.8b 11.0 1.1b 1.7 1.4 1.8 Populasi E. crus-galli/m 0 9.1 1. 14.5 16.1a 17.5a 13.4 4 9.0 11.6 13. 14.4ab 14.6b 1.3 8 9.0 11.6 1.5 13.0bc 1.8bc 11.4 1 8.3 9.7 10. 11.0c 10.9c 11.0 Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Jumlah daun. Aksesi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman padi pada saat tanaman berumur 6 MST. Aksesi gulma E. crusgalli asal Karawang menunjukkan jumlah daun yang lebih rendah dibandingkan aksesi Sukabumi dan Pangalengan. Jumlah anakan tanaman padi pada minggu berikutnya tidak berbeda nyata antar perlakuan aksesi gulma (Tabel 7). Tabel 7. Jumlah daun tanaman padi pada perlakuan aksesi dan populasi gulma E. crus-galli Perlakuan Jumlah Daun per Rumpun (helai) 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Aksesi Gulma Pangalengan (Tf3) 9. 36. 41.3 4.1ab 43.4 33.3 Sukabumi (Tc1) 8.9 34.7 38.8 44.9a 48.4 36.6 Karawang (K6) 5.8 33.8 38. 36.1b 38.9 38.8 Populasi Gulma/m 0 9.5 38.1a 45.4a 51.5a 55.0a 39.9 4 8.9 37.4a 41.7ab 40.9b 45.7b 34.8 8 8.7 34.0ab 39.1ab 40.4b 40.1bc 33.5 1 6.6 31.7b 31.6c 31.4c 34.4c 36.7 Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Populasi gulma berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman padi pada saat tanaman berumur 4-7 MST. Pada saat 4 dan 5 MST, jumlah daun nyata menurun mulai populasi 1 gulma/m dibandingkan terhadap tanpa gulma. Pada saat pengamatan 6 dan 7 MST, penurunan jumlah daun tanaman padi terjadi mulai

80 populasi 4 gulma E. crus-galli/m. Pengamatan 8 MST, jumlah daun tanaman padi antar perlakuan populasi tidak berbeda nyata (Tabel 7). Bobot kering akar. Bobot kering akar tanaman padi dipengaruhi oleh interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli pada dan 4 MST. Bobot kering akar terendah ditunjukkan oleh perlakuan aksesi gulma E. crus-galli asal Karawang dan Pangalengan pada populasi 1 gulma/m. Pada dan 4 MST aksesi Pangalengan pada populasi 1 gulma E. crus-galli/m menurunkan bobot kering akar tanaman padi berturut-turut sebesar 85.18% dan 87.54% dibandingkan dengan kontrol, sedangkan aksesi Karawang dengan populasi 1 gulma/m menurunkan bobot kering akar tanaman padi berturut-turut sebesar 84.61% dan 6.76% dibandingkan dengan kontrol (Tabel 8). Tabel 8. Bobot kering akar tanaman padi pada interaksi aksesi dan populasi gulma E. crus-galli Aksesi Populasi Bobot Kering Akar (g/rumpun) E. crus-galli/m MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 14 MST Pangalengan 0 0.7a.73a 3.0 3.88 5.45 6.13 (Tf3) 4 0.15b 1.18bc 3.09 3.89 4.88 5.38 8 0.06de 0.50bc.80 3.53 4.45 4.49 1 0.04e 0.34c.50 3.30 4.15 4.07 Sukabumi 0 0.08cde 1.1bc 5.40 6.67 8.30 9.55 (Tc1) 4 0.16b.44bc 5.55 6.98 7.30 10.64 8 0.13bc 1.37b 3.95 4.88 6.0 6.96 1 0.1bcd 0.84bc 3.06 3.84 3.75 5.13 Karawang 0 0.13bc 0.94bc 4.05 4.58 5.0 5.79 (K6) 4 0.1bcd 1.0bc 3.46 4.8 5.65 6.3 8 0.16b 1.36b 3.40 4.0 5.80 7.15 1 0.0e 0.35c 0.90 1.86 3.05 1.93 Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Bobot kering akar tiap aksesi gulma E. crus-galli menunjukkan perbedaan antar aksesi dan antar populasi pada saat 10 MST. Aksesi Karawang pada populasi 4 hingga 1 gulma/m menunjukkan bobot kering akar yang tidak berbeda nyata, dan bobot kering akar aksesi gulma asal Karawang pada populasi 4 hingga 8 gulma/m tidak berbeda nyata dengan bobot kering akar aksesi Sukabumi dan Pangalengan pada saat populasi 1 gulma/m (Tabel 9).

81 Tabel 9. Bobot kering akar E. crus-galli pada pertanaman padi hibrida Aksesi Populasi Bobot Kering Akar (g/rumpun) E. crus-galli/m MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST Pangalengan 4 0.19 1.71 4.3 6.71 5.45a (Tf3) 8 0.3 1. 3.58 6.46 5.14a 1 0.0 1.3 3.56 3.5 3.68bc Sukabumi 4 0.50.3 3.98 5.13 3.16c (Tc1) 8 0.3.4 3.75 5.84 4.71ab 1 0.41 1.83 4.54 5.90.59c Karawang 4 0.55.13 3.41 3.4 3.c (K6) 8 1.4.5 3.4 4.74 3.10c 1 0.1 1.67 3.9 4.64.91c Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Bobot kering tajuk. Interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crusgalli berpengaruh terhadap bobot kering tajuk padi pada saat, 4 dan 14 MST. Aksesi Karawang pada populasi 1 gulma/m menurunkan bobot kering tajuk padi lebih besar dibandingkan dengan aksesi lainnya. Pada 14 MST, aksesi asal Pangalengan menurunkan bobot kering tajuk mulai populasi 4 gulma/m. Aksesi Sukabumi menurunkan bobot kering tajuk mulai populasi 4 gulma/m dan pada populasi 1 gulma/m menurunkan bobot kering tajuk padi saat 14 MST sebesar 76.6% dibandingkan dengan kontrol (Tabel 30). Tabel 30. Bobot kering tajuk tanaman padi pada interaksi aksesi dan populasi gulma E. crus-galli Aksesi Populasi Bobot Kering Tajuk (g/rumpun) MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 14 MST Pangalengan 0 4.76a 7.33a 17.0 18.95 4.0 34.14cd (Tf3) 4 3.00bc 4.3bc 15.13 15.47 1.10 16.95ef 8.00cd 3.bc 10.11 8.63 10.65 18.74ef 1 1.55de.78bc 6.80 6.0 7.0 3.3def Sukabumi 0.5cd 4.31bc 16.43 5.41 9.30 56.06a (Tc1) 4 3.5bc 4.48bc 1.41 11.58 16.03 38.07bc 8.5bcd 3.73bc 11.95 10.63 15.33 5.47de 1 1.55de.77bc 8.10 9.86 18.80 13.11f Karawang 0 3.55b 4.78b 15.65 17.16 4.86 56.87a (K6) 4 3.15bc 4.37bc 10.48 10.07 15.53 46.64ab 8 3.0bc 4.4bc 10.85 9.36 14.68 38.94bc 1 0.71e 1.47d 5.00 4.46 9.33 3.63def Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

8 Bobot kering tajuk gulma E. crus-galli per rumpun hanya dipengaruhi oleh asal aksesi gulma. Bobot kering tajuk gulma asal Karawang dan Pangalengan nyata lebih rendah dibandingkan dengan bobot kering tajuk gulma aksesi Sukabumi (Tabel 31). Tabel 31. Bobot kering tajuk E. crus-galli pada pertanaman padi hibrida Aksesi Bobot Kering Tajuk Gulma E. crus-galli (g/rumpun) MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST Pangalengan (Tf3).9 4.81b 8.34 15.3b 13.85b Sukabumi (Tc1) 3.34 4.87ab 8.0 31.47a 19.05a Karawang (K6) 3.0 5.99a 7.59 11.45b 10.05b Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Panjang akar. Panjang akar tanaman padi dipengaruhi oleh faktor tunggal aksesi gulma pada saat 8 MST dan dipengaruhi oleh faktor tunggal populasi gulma pada saat MST hingga 10 MST. Interaksi aksesi dan populasi gulma E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap panjang akar tanaman padi. Tabel 3. Panjang akar tanaman padi pada perlakuan aksesi dan populasi gulma E. crus-galli Perlakuan Panjang Akar (cm) MST 4MST 6MST 8MST 10 MST Aksesi Pangalengan (Tf3) 9.5 19.4 10.0.7a 4.0 Sukabumi (Tc1) 10.0 18.5 9.5 0.7b.9 Karawang (K6) 8.9 18.4 8.9 1.1b.5 Populasi E. crus-galli/m 0 10.6a 1.5a 10.6a 4.6a 5.4a 4 10.8a 19.ab 10.8a 3.6ab 4.9a 8 8.6ab 18.6ab 8.6a 0.7bc.5ab 1 8.0b 15.9b 8.0b 17.c 19.7b Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%. Aksesi gulma E. crus-galli asal Karawang dan Sukabumi menunjukkan panjang akar padi yang lebih rendah dibandingkan dengan aksesi Pangalengan. Populasi 1 gulma E. crus-galli/m menunjukkan panjang akar tanaman padi yang paling rendah dan berbeda nyata dibandingkan terhadap tanpa gulma (Tabel 3).

83 Hasil ini menunjukkan bahwa kompetisi gulma E. crus-galli di bawah tanah (perakaran) terhadap tanaman padi berlangsung dari awal tanam dan pada 10 MST pengaruh kompetisi masih dapat dilihat dengan penurunan panjang akar tanaman padi. Penurunan panjang akar ini diduga dapat mempengaruhi tanaman padi dalam serapan hara di dalam tanah. Indeks luas daun (ILD). Indeks luas daun tanaman padi hanya dipengaruhi oleh populasi gulma E. crus-galli. Perlakuan populasi gulma E. crusgalli mulai 4 gulma/m nyata menurunkan ILD tanaman padi hibrida dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan populasi gulma menjadi 8 dan 1 gulma/m menunjukkan ILD yang tidak berbeda nyata dengan populasi 4 gulma/m (Tabel 33). Aksesi gulma E. crus-galli asal Karawang menunjukkan ILD gulma yang lebih besar dibandingkan dengan aksesi asal Sukabumi dan cenderung lebih besar dibandingkan dengan aksesi asal Pangalengan (Tabel 33). Hasil ini menguatkan dugaan bahwa aksesi gulma E. crus-galli asal Karawang memiliki derajat kompetisi yang lebih besar dibandingkan dengan aksesi Pangalengan dan Sukabumi dalam penangkapan cahaya. Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap ILD gulma. Semakin tinggi populasi gulma E. crus-galli, maka ILD gulma semakin tinggi. Pada populasi 1 gulma/m, gulma E. crus-galli menunjukkan ILD paling tinggi, yakni sebesar.64 (Tabel 33). Tabel 33. Indeks luas daun tanaman padi dan gulma E. crus-galli pada saat 8 MST dari berbagai perlakuan Populasi E. crus-galli/m ILD Padi ILD Gulma Aksesi Gulma Pangalengan (Tf3).65 1.88ab Sukabumi (Tc1).74 1.5b Karawang (K6).73.19a Populasi E. crus-galli 0 3.0a - 4.53b 1.16c 8.37b 1.78b 1.73b.64a Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

84 Laju tumbuh relatif. Aksesi gulma tidak berpengaruh terhadap laju tumbuh relatif tanaman padi, tetapi berpengaruh terhadap laju tumbuh relatif gulma E. crus-galli. Aksesi asal Karawang menunjukkan laju tumbuh relatif yang lebih rendah dibandingkan dengan aksesi lainnya, meskipun memiliki ILD yang lebih tinggi. Populasi gulma E. crus-galli juga tidak berpengaruh terhadap laju tumbuh relatif tanaman padi (Tabel 34). Tabel 34. Laju tumbuh relatif tanaman padi dan gulma E. crus-galli dari umur 4 MST sampai dengan 8 MST Perlakuan Laju Tumbuh Relatif (g/cm /hari) Padi E. crus-galli Aksesi Pangalengan (Tf3) 0.034 0.039b Sukabumi (Tc1) 0.043 0.06a Karawang (K6) 0.035 0.0c Populasi E. crus-galli/m 0 0.047-4 0.038 0.041 8 0.035 0.039 1 0.03 0.043 Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%. Kandungan hara tajuk. Aksesi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap kandungan hara N dan Mg tajuk tanaman padi, tetapi tidak berpengaruh terhadap kandungan hara P dan K tajuk. Kandungan hara N tajuk tanaman padi tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan aksesi Sukabumi yakni sebesar.934%, sedangkan aksesi Pangalengan dan Karawang menunjukkan kandungan N yang sama tetapi lebih rendah dibandingkan dengan aksesi Sukabumi. Kandungan hara Mg pada tajuk tanaman padi tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan aksesi gulma Karawang, yakni sebesar 0.%. Kandungan Mg tajuk tanaman padi terendah ditunjukkan oleh aksesi gulma Pangalengan, yakni sebesar 0.193% (Tabel 35).

85 Tabel 35. Kandungan hara tajuk tanaman padi Perlakuan Kandungan Hara pada Tajuk Padi N P K Ca Mg Aksesi -------------------------- (%) --------------------------- Pangalengan (Tf3).496b 0.34.183 0.9 0.193b Sukabumi (Tc1).934a 0.50.185 0.7 0.05ab Karawang (K6).504b 0.33.131 0.07 0.a Populasi E. crus-galli/m 0.8 0.568.09 0.8 0.198 4.71 0.346.178 0.08 0.06 8.48 0.343.16 0.3 0.11 1.563 0.334.178 0.4 0.1 Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%. Kandungan hara N, P, K, Ca, Mg pada tajuk gulma E. crus-galli tidak dipengaruhi oleh asal aksesi gulma dan populasi gulma, kecuali pada kandungan hara N tajuk gulma yang dipengaruhi oleh populasi gulma/m. Kandungan N tajuk gulma tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan populasi 8 gulma/m (Tabel 36). Tabel 36. Kandungan hara tajuk gulma E. crus-galli Perlakuan Kandungan Hara Tajuk E. crus-galli N P K Ca Mg Aksesi ---------------------------- (%) -------------------------- Pangalengan (Tf3) 1.865 0.35.47 0.489 0.9 Sukabumi (Tc1) 1.967 0.373.510 0.443 0.86 Karawang (K6) 1.733 0.35.470 0.466 0.37 Populasi E. crus-galli/m 0 - - - - - 4 1.6b 0.336.455 0.414 0.74 8.048a 0.346.1 0.561 0.60 1 1.895ab 0.367.551 0.4 0.81 Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%. Komponen Hasil Tanaman Padi Jumlah anakan produktif. Jumlah anakan produktif tanaman padi hanya dipengaruhi oleh faktor tunggal populasi gulma. Semakin tinggi populasi gulma E. crus-galli, jumlah anakan produktif semakin menurun. Populasi 4 gulma E. crus-galli/m menurunkan jumlah anakan produktif padi sebesar 0.% dibandingkan terhadap tanpa gulma (Tabel 37).

86 Populasi 1 gulma E. crus-galli/m menurunkan jumlah anakan produktif sebesar 44.% dibandingkan terhadap kontrol. Jumlah anakan produktif merupakan komponen produksi. Penurunan jumlah anakan produktif menurunkan hasil produksi padi per hektar (Tabel 37). Panjang malai. Panjang malai tanaman padi hanya dipengaruhi oleh populasi gulma, tetapi tidak dipengaruhi oleh aksesi dan interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli. Populasi 1 gulma/m menurunkan panjang malai sebesar 9.1%, sedangkan populasi 4 dan 8 populasi gulma /m tidak berpengaruh terhadap panjang malai dibandingkan dengan kontrol (Tabel 37). Tabel 37. Jumlah anakan produktif dan panjang malai tanaman padi pada perlakuaan aksesi dan populasi gulma E. crus-galli Perlakuan Jumlah Anakan Produktif (anakan/rumpun) Panjang Malai (cm) Aksesi Pangalengan (Tf3) 8.3 4.5 Sukabumi (Tc1) 7.6 4.3 Karawang (K6) 7.6 3.7 Populasi E. crus-galli/m 0 10.4a 5.3a 4 8.3b 4.3ab 8 6.8c 4.ab 1 5.8d 3.0b Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Kepadatan malai. Kepadatan malai tanaman padi dipengaruhi oleh interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli. Kepadatan malai terendah ditunjukkan oleh perlakuan aksesi Karawang pada populasi 1 gulma E. crus-galli/m (Tabel 38). Tabel 38. Pengaruh interaksi antara aksesi dan populasi E. crus-galli terhadap kepadatan malai tanaman padi Asal Aksesi Kepadatan Malai (butir/cm) 0 gulma/m 4 gulma/m 8 gulma/m 1 gulma/m Pangalengan (Tf3) 9.3a 7.5bc 7.4bc 7.7bc Sukabumi (Tc1) 8.b 8.3ab 6.7cd 8.1b Karawang (K6) 8.4ab 7.4bc 6.9cd 6.3d Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

87 Produksi tanaman padi ditentukan oleh komponen panjang malai dan kepadatan malai. Semakin panjang malai dan semakin tinggi kepadatan malainya, maka hasil produksi tanaman padi akan semakin tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa aksesi Karawang dengan populasi 1 gulma/m menyebabkan penurunan hasil produksi terbesar. Jumlah gabah dan persentase kehampaan per malai. Aksesi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah gabah hampa per malai, tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah gabah isi, jumlah gabah total, persentase kehampaan. Namun terlihat bahwa aksesi Karawang menunjukkan jumlah gabah total dan jumlah gabah isi yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan aksesi Pangalengan dan Sukabumi (Tabel 39). Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah gabah isi dan jumlah gabah total/malai dan persentase kehampaan. Populasi 4 gulma/m menurunkan jumlah gabah total dan gabah isi berturut-turut sebesar 14.1% dan 18.6%. Jumlah gabah total dan gabah isi semakin menurun dengan semakin meningkatnya populasi gulma. Perlakuan populasi 1 gulma E. crus-galli/m menurunkan jumlah gabah total sebesar.7% dan menurunkan jumlah gabah isi sebesar 36.1% serta meningkatkan persentase kehampaan sebesar 54% dibandingkan terhadap tanpa gulma (Tabel 39). Tabel 39. Pengaruh aksesi dan populasi E. crus-galli terhadap jumlah gabah per malai dan persentase kehampaan Perlakuan Jumlah Gabah per Malai (butir) Persen Hampa Total Isi Hampa (%) Aksesi Pangalengan (Tf3) 196.6 130.9 65.7a 34.1 Sukabumi (Tc1) 190.4 136.9 53.5ab 8.3 Karawang (K6) 17.9 17. 45.7b 6.7 Populasi E. crus-galli/m 0 19.1a 166.4a 5.7 3.9b 4 188.1b 135.4b 5.7 8.1b 8 170.0c 118.6c 51.4 30.1ab 1 169.3c 106.3c 63.0 36.8a Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

88 Hasil Produksi Tanaman Padi Gabah kering panen dan gabah kering giling. Hasil gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) ubinan hanya dipengaruhi oleh populasi gulma E. crus-galli. Bobot GKP dan GKG mulai menurun pada populasi 4 gulma E. crus-galli/m dengan penurunan berturut-turut sebesar 44.7% dan 5.0%. Peningkatan populasi gulma yang lebih tinggi dari 4 gulma E. crus-galli/m menunjukkan kecenderungan penurunan bobot GKP, namun nyata menurunkan bobot GKP. Populasi 8 dan 1 gulma E. crus-galli/m menurunkan GKG berturut-turut sebesar 57.% dan 71.9% (Tabel 40). Tabel 40. Gabah kering panen dan gabah kering giling tanaman padi pada perlakuan populasi E. crus-galli Perlakuan Bobot GKP Bobot GKG GKP (kg/6.5 m ) (kg/6.5 m ) (ton/ha) Aksesi Pangalengan (Tf3) 4.50.97 7.0 Sukabumi (Tc1) 3.50.48 5.60 Karawang (K6) 3.4.46 5.46 Populasi E. crus-galli/m 0 6.a 4.81a 9.95a 4 3.44b.31b 5.51b 8 3.00b.06bc 4.80b 1.55b 1.37c 4.08b Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Penurunan bobot GKP ubinan oleh perlakuan populasi gulma E. crus-galli mengikuti persamaan garis Y= -0.64x + 4.3 (R² = 0.85). Penurunan bobot GKG ubinan mengikuti persamaan garis linear Y = -0.86x + 5.5 (R² = 0.800). Penurunan dugaan hasil produksi per hektar dalam bentuk GKP mengikuti persamaan garis linear Y = -0.458x + 8.833 (R² = 0.801) (Gambar 16).

89 Bobot Gabah 1 10 8 6 4 0 GKP Ubinan GKG Ubinan GKP (ton/ha) GKP (ton/ha) : y = -0.458x + 8.83 (R² = 0,801) GKP Ubinan : y = -0.64x + 4. (R² = 0.85) GKG Ubinan : y = -0.86x + 5.5 (R² = 0.800) 0 4 8 1 Populasi Gulma E. crus-galli/m² Gambar 16. Hubungan antara populasi gulma E. crus-galli dengan produksi gabah padi Bobot gabah 1000 butir. Bobot gabah 1000 butir dipengaruhi oleh interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli. Aksesi Pangalengan pada populasi 8 dan 1 gulma E. crus-galli/m menurunkan bobot gabah 1000 butir dibandingkan terhadap perlakuan tanpa gulma. Aksesi Sukabumi dan Karawang tidak menurunkan bobot gabah 1000 butir pada populasi 4 hingga 1 gulma E. crus-galli/m (Tabel 41). Tabel 41. Pengaruh interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crusgalli terhadap bobot gabah 1 000 butir pada tanaman padi Aksesi Bobot Gabah 1000 Butir (gram) 0 gulma/m 4 gulma/m 8 gulma/m 1 gulma/m Pangalengan (Tf3) 6.67a 6.83a 4.67bc 4.00c Sukabumi (Tc1) 6.30ab 5.33abc 6.33ab 6.60a Karawang (K6) 5.33abc 5.33abc 6.13ab 5.33abc Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Pembahasan Interaksi antara aksesi dengan populasi gulma E. crus-galli/m berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi, bobot kering tajuk dan akar, kepadatan malai, dan bobot gabah 1000 butir pada tanaman padi hibrida. Interaksi aksesi dan populasi gulma E. crus-galli terhadap tinggi tanaman padi hibrida menunjukkan pengaruh yang tidak konsisten. Hal ini diduga bahwa

90 tanaman padi mengalami etiolasi akibat pengaruh naungan gulma E. crus-galli. Menurut Galinato et al. (1999) gulma E. crus-galli merupakan tumbuhan golongan rumput (graminae) yang memiliki karakteristik pertumbuhan yang cepat pada masa vegetatif. Menurut De Datta (1981) tanaman yang berasal dari jenis dan habitat yang sama dapat terjadi kompetisi yang lebih besar karena memiliki kebutuhan sumberdaya yang sama. Aksesi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi hibrida yaitu pada peubah jumlah anakan, jumlah daun, panjang akar, ILD, serapan hara, dan jumlah gabah hampa. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian pendahuluan Guntoro et al. (009) bahwa perbedaan aksesi gulma E. crus-galli menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman padi khususnya pada peubah tinggi, jumlah anakan dan kepadatan malai. Perbedaan pengaruh tiap aksesi gulma E. crus-galli diduga karena adanya derajat kompetisi aksesi gulma yang berbeda untuk memperoleh sarana tumbuh dan zat alelopati yang dikeluarkan terhadap tanaman padi. Yamamoto et al. (1999) dan Xuan et al. (006) menyatakan bahwa eksudat akar E. crus-galli menyebabkan penurunan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman padi. Aksesi Karawang memiliki daya kompetisi yang lebih kuat dibandingkan dengan aksesi Sukabumi dan Pangalengan terhadap pertumbuhan tanaman padi hibrida, terutama dalam hal menekan jumlah anakan pada pengamtan 3 dan 5 MST, jumlah daun pada 6 MST, dan panjang akar pada 8 MST. Aksesi gulma E. crus-galli asal Karawang memiliki derajat kompetisi yang kuat terhadap pertumbuhan tanaman padi yang ditunjukkan dengan nilai ILD yang lebih besar dibandingkan dengan aksesi Pangalengan dan Sukabumi, menyebabkan penurunan tinggi tanaman padi yang lebih besar dibandingkan dengan aksesi Pangalengan dan Sukabumi pada saat 3-5 MST, menyebabkan penurunan panjang akar, bobot akar dan tajuk, jumlah anakan produktif serta kepadatan malai yang lebih besar dibandingkan dengan aksesi lainnya. Penurunan bobot akar dan tajuk diduga mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan pada fase generatif, sebagai akibatnya jumlah anakan produktif menurun. Penurunan jumlah anakan produktif diikuti dengan penurunan

91 kepadatan malai menyebabkan penurunan hasil produksi tanaman padi yang lebih besar dibandingkan dengan aksesi Pangalengan dan Sukabumi. Populasi gulma E. crus-galli nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi hibrida, terutama pada peubah jumlah anakan, jumlah daun, panjang akar, ILD, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai, gabah isi, persen biji hampa per malai, gabah kering panen dan gabah kering giling. Menurut Ampong-Nyarko dan Datta (1991) salah satu faktor yang menentukan tingkat kompetisi antara padi dan gulma adalah kepadatan gulma pada pertanaman padi. Purba (007) menambahkan bahwa semakin tinggi kerapatan E. crus-galli per m, maka penurunan hasil tanaman padi semakin besar. Perlakuan populasi 4, 8 dan 1 gulma E. crus-galli per m nyata menurunkan gabah kering panen dibandingkan dengan kontrol. Pengaruh perlakuan populasi terhadap kehilangan gabah kering panen berkisar 44-59%. Penurunan bobot GKP per hektar mengikuti persamaan garis linear Y = - 0.458x + 8.833 (R² = 0.801). Berdasarkan persamaan tersebut, penurunan produksi sebesar 10% terjadi pada saat populasi gulma sebanyak 1.9 gulma/m. Untuk menyelamatkan kehilangan hasil sebesar 10%, maka gulma harus dikendalikan ketika populasi gulma E. crus-galli di lapangan sudah mencapai 1.9 individu/m. Kesimpulan dan Saran Perbedaan aksesi gulma E. crus-galli menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Aksesi mempengaruhi jumlah anakan, jumlah daun, dan panjang akar tanaman padi. Memperkuat hasil percobaan rumah kaca, aksesi asal Karawang (K6, ketinggian tempat 37 m dpl) memiliki derajat kompetisi yang lebih kuat dibandingkan dengan aksesi Sukabumi dan Pangalengan terhadap pertumbuhan tanaman padi hibrida yang ditunjukkan dengan penurunan jumlah anakan tanaman padi pada 3 dan 5 MST, jumlah daun pada 6 MST, dan panjang akar pada 8 MST, bobot kering akar dan tajuk, jumlah anakan produktif, dan kepadatan malai. Kepadatan populasi gulma E. crus-galli mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman padi hibrida. Semakin tinggi populasi gulma E. crus-galli,

9 pengaruh kompetisi terhadap tanaman padi semakin besar. Interaksi antara aksesi dan gulma E. crus-galli nyata mempengaruhi peubah tinggi, bobot kering akar dan tajuk, kepadatan malai dan bobot 1 000 butir tanaman padi hibrida. Gulma E. crus-galli harus dikendalikan pada saat populasi gulma mencapai 1.9 gulma/m untuk menyelamatkan kehilangan hasil sebesar 10%. Penggunaan benih padi yang bebas dari biji gulma E.crus-galli sangat dianjurkan untuk mencegah penyebaran aksesi gulma E. crus-galli.