GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT. Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aulia Rahman, S. Ked Endang Sri Wahyuni, S. Ked Nova Faradilla, S. Ked

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Anita Widiastuti Poltekkes Semarang Prodi Keperawatan Magelang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasal 1 dinyatakan bahwa seorang dikatakan lansia setelah mencapai umur 50

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars

KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI MASYKUR KHAIR

Pengkajian : Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada individu yang mengalami masalah eliminasi urine : 1. inkontinensia urine 2.

BAB I PENDAHULUAN. Papyrus Ebers (1550 SM), dengan terapi menggunakan buah beri untuk

Struktur bagian dalam ginjal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

M.Biomed. Kelompok keilmuan DKKD

Neurogenic Bladder A. Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari plasma darah di glomerulus. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal

LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA. Blok Urinary System

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18

disampaikan oleh : nurul aini

SISTEM PENGELUARN (EKSKRESI )

PERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkemih adalah pengeluaran urin dari tubuh, berkemih terjadi

Referat Fisiologi Nifas

SISTEM PENGELUARAN (EKSKRESI ) Rahmad Gurusinga

Sistem Ekskresi Manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dinding ureter terdiri dari otot polos yang tersusun spiral, memanjang dan melingkar, tetapi batas lapisan yang jelas tidak

KONSEP DASAR KEBUTUHAN ELIMINASI

Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh lesi pada berbagai derajat.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besa

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan

Penyebab BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengungkapkan dengan jelas terjadinya BPH.

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

SATUAN ACARA PERKULIAHAN BLOK UROPOETIKA

TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan

KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ELIMINASI. Oleh : ENNO DIAN GUSDIANI L. S.Kep

Inkontinensia urin. Pendahuluan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. jaringan lunak yang menyebabkan jaringan kolagen pada fasia, ligamen sekitar

EMBRIOLOGI SISTEM URINARIUS. dr. Al-Muqsith, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

: ENDAH SRI WAHYUNI J

PERKEMBANGAN ASPEK MOTORIK

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III STANDAR OPERATIONAL PROSEDURE BLADDER TRAINING

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ELIMINASI

A. SEL-SEL PADA SISTEM SARAF

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi adalah perubahan dalam frekuensi dan konsistensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INKONTINENSIA URIN. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Jakarta

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA MEDAN

Gambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INKONTINENSIA PADA LANSIA PASCA STROKE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering terjadi pada laki-laki usia lanjut. BPH dapat mengakibatkan keadaan

DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat.

LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN

Inkontinensia Urin Stress dan Urgensi pada Manula

BAB I PENDAHULUAN. Meissner dan pleksus mienterikus Auerbach. Sembilan puluh persen kelainan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

MANIFESTASI NEUROLOGIS GANGGUAN MIKSI. Dr ISKANDAR JAPARDI Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

Kandung Kemih Neurogenik pada Anak: Etiologi, Diagnosis dan Tata Laksana. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM 2

11/28/2011 SISTEM URINARIA. By. Paryono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditempat tidur (biasanya dimalam hari) atau pada pakaian disiang hari dan

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu

Histologi Sistem Urinarius

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

EVALUASI DAN MANAJEMEN MEDIS INKONTINENSIA URIN

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dijumpai di masyarakat dan praktek sehari-hari. Pada

BAB I. PENDAHULUAN. terhentinya migrasi kraniokaudal sel krista neuralis di daerah kolon distal pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2. Sumsum Ginjal (Medula)

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI IRNA B (BEDAH UMUM) RSUP DR M DJAMIL PADANG TAHUN

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

BAB II. Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah. Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan tidak adanya

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II ASUHAN KEPERAWATAN INKONTINENSIA ALVI

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

Transkripsi:

GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S

Secara biologis pada masa usia lanjut, segala kegiatan proses hidup sel akan mengalami penurunan Hal-hal keadaan yang dapat ikut mempengaruhi umur harapan hidup ini, antara lain: Kebiasaan hidup (merokok, minum alkohol dsb) Pekerjaan Faktor makanan/gizi Keadaan lingkungan, Penyakit-penyakit yang pernah atau sedang diderita Faktor herediter/genetik Usia

Organ-organ yang mengalami kemunduran kemampuan faali pada usia lanjut : Traktus urinarius - Gangguan Miksi - Defekasi Traktus Gastro Intestinalis Gangguan Miksi : Inkontinensia urine Retensio urine Gangguan Defekasi : Inkontinensia alvie Inkontinensia fekalis Konstipasi / Impaksi

ANATOMI Berperan dalam proses miksi atau pembuangan air kencing: Kandung kencing (vesika urinaria) Uretra proksimal Uretra distal Proses pengeluaran air kencing (miksi) ini secara normal : Otot detrusor vesika urinaria Otot polos dinding uretra bagian proksimal atau m.sfingter interna. Otot lurik periuretral atau in. sfingter eksterna. Produksi urine oleh ginjal : 1500-2400 ml/hari 50-100 ml / jam Vesika urinaria (kandung kencing) mempunyai tiga lapisan otot: Longitudinal (Eksternal) Sirkuler (media) Longitudinal (Internal)

Sfingter uretra Eksterna terdiri dari : Otot lurik (lapisan fasia & diafragma urogenetalia) Di sepertiga tengah uretra (perempuan) Bagian distal mengelilingi pars membran uretra (laki-laki) Mekanisme persyarafan Traktus Urinarius bagian bawah berasal dari : S 2-4 (pusat miksi) sifat parasimpatis vertebra T 12 L 1 Pada bagian trigonum dari vesika dapat persarafan dari n. hipogastrikus yang merupakan n. presakral bersifat Simpatis T9 -L12 medula spinalis Sistem parasimpatis dan simpatis ini mempunyai fungsi sebagai saraf motorik dan sensonk.

Pusat Miksi Kortikal : Lobus parasentralis korteks hemisfer dominan atau lobus frontalis Pusat Korteks dapat mengatur atau mengontrol kapan akan kencing atau tidak sesuai dengan kemauan atau kesadaran, misal : kandung kencing terisi urin normal (400-500 ml) Sensasi rasa penuh ditransmisi serabut aferen ke S 2-4 Secara refleks kembali melalui serabut eferen sebagai saraf motorik ke vesika, m. detrusor berkontraksi Miksi spontan Tapi bila stimuli aferen sampai ke sakral tidak langsung diserabut motorik dihambat oleh jaras dari korteks inhibisi proses miksi tidak bisa spontan Kecuali : (ngompol) 1. Pada bayi atau anak kecil pusat sakral belum sempurna 2. Pada penyakit (stroke, trauma, neuropati, degenerasi orang tua) mengalami kerusakan

Ada tiga unit fungsionil penting dari vesika: a. Sebagai fungsi reservoir b. Fungsi mckanisme sfingter c. Fungsi ureterovesical junction, yaitu untuk mcnahan urine kembali ke ureter (back flow) a. Sebagai reservoir, vesika mempunyai kemampuan: menampung urine sampai kapasiitas volume 400-500 ml, untuk membesar volume (distensi), bila kapasitas normal di atas telah dicapai, dalam membesar volume tadi tanpa disertai dengan peninggian tekanan intravesikal, mengadakan kontraksi sampai isi kosong, memulai dan menahan kontrasi secara volunter. b. Fungsi mekanisme sfingter: untuk melaksanakan proses miksi atau menahan keinginan untuk kencing, memerlukan kcrjasama (kombinasi) antara sfingter uretra interna dan eksterna, di samping itu ditambah kontraksi otot perineum atau dasar pelvis, disertai otot-otot diafragma dan abdominal. c. Fungsi ureterovesical junction Bila vesika terisi urine dari ureter, maka tambah lama akan bertambah penuh, sampai suatu batas di mana in. detrusor vesika akan terenggang, dan hal ini menghambat pembesaran vesika lebih lanjut secara otomatis, atau in. detrusor akan berkontraksi, dan terjadi miksi.

(:ANGGUAN MIKSI PALM USIA LANJUT 1. Inkontinensia urine sementara (transient) 2. Inkontinensia yang menetap (establised) a. Inkontinensia urine urgensi b. Inkontinensia urine overflow c. Inkontinensia urine karena stres d. Inkontinensia urine fungsionil e. Inkontinensia urine kompleks inkontinensia urine : adanya perbedaan antara tekanan intravesika (TIV) dan tekanan intrauretra (TIU), dimana TIV sama dengan TIU, atau TIV meningkat, sedangkan T1U menurun. M.detrusor bisa hiperrelleksi, hipertoni atau hipotoni, serta adanya disfungsi sfingter, di mana pada hipotoni akan dapat menyebabkan Retensio urine yang kronik

RETENSIO URINE Urine tidak dapat keluar secara normal, pada orang usia lanjut karena gangguan atau hambatan pada jalan keluar urine tersebut. Kelainan akibat suatu infeksi, paska tindakan operasi dan paska trauma, atau sebab adanya suatu batu yang menyumbat jalan urine tersebut Menyebabkan timbulnya jaringan parut pada uretra at au meatus/orifisium, yang mengakibatkan suatu striktura jalan urine, yang akhirnya menghalangi urine untuk keluar. Dilakukan tindakan secara medikamentosa atau pembedahan, seperti pemasangan kateter, bougi, dan sebagainya.

GANGGUAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT Inkontinensia alvi/fekalis (ngobrok), dan impaksi: keadaan masa feces yang tersumbat keluar (sembelit) (konstipasi) sering dijumpai gangguan traktus gastrointestinalis lain seperti diare (akut atau kronis), Gastritis, peptik ulseratif, Divertikulitis, Infeksi pada bagian usus lain, tumor, maupun suatu hernia karena kelemahan dinding abdomen atau kelemahan dinding usus. adanya impaksi masa feses, tonus stingter ani menurun/negatif, gangguan neurogenik atau psikiatri. Inkontinensia fekalis atau alvi = inkontinensia urine, karena pusat miksi dan defekasi pada medula spinalis sama yaitu pada segmen S 2-4

Konstipasi pada usia lanjut dapat terjadi karena, kontrol refleks dan volunter pada otot-otot dinding usus rnenurun, serta adanya intoleransi terhadap makanan tertentu atau suatu aklor hidria Tindakan gangguan defekasi, dilakukan dengan memberikan latihan defekasi (bowel training), dengan pemberian enema, diberikan tindakantindakan yang sesuai dengan penyebabnya, baik berupa medikamentosa, latihan tertentu, sampai tindakan pembedahan bila kondisi pasien memungkinkan.