BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sikap Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi a. Cara Ukur : metode angket

BAB III METODE` PENELITIAN. Pada bab 3 ini akan dibahas mengenai metode penelitan yang meliputi:

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual.

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN HIV/AIDS TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA KELAS II DI SMA NEGERI 1 SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional dengan bantuan kuesioner. Desain penelitian yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional. analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Pasfoto 3x4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai permasalahan yang diangkat pada penelitian ini, pendekatan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB III METODE PENELITIAN. Lingkungan Keluarga dengan Perilaku Empati siswa kelas X SMA Negeri 1 Tibawa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang

METODE PENELITIAN. nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (cross sectional) dalam penelitian ini variabel sebab atau resiko dan akibat

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG TRIAD KRR DI SMAN KECAMATAN KISARAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah guru pembimbing dan siswa kelas XI di SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. dengan pendekatan crosssectional study (studi potong lintang) yang

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di Kabupaten Gorontalo, tepatnya jalan Raya Limboto No 10,

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor-

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti (Sutana dan Sudrajat, 2001). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory study dengan pendekatan potong lintang (cross. simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010,

BAB III METODE PENELITIAN

PERILAKU SISWA/SISWI SMA NEGERI 2 MEDAN KELAS XI DAN XII TERHADAP PENYAKIT HIV/AIDS TAHUN Oleh : LASTRI DIYANI S

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: 1. Variabel terikat (Y): Motivasi Kerja Karyawan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kampar. Alasan penulis memilih tempat di SMP Negeri 1 Kuok dikarenakan

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dengan variabel lain yang ada pada suatu objek

BAB III METODE PENELITIAN. Quasi Experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian karena

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan hubungan antara variabel independent dan dependent melalui pengujian

BAB III METODE PENELITIAN. kader terhadap motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

METODE PENELITIAN. N 1+ Ne 2. n =

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Kecerdasan Spiritual Siswa di SMA Negeri 1 Kunto Darussalam. Bulan April sampai dengan Bulan Juni 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Pendekatan

BAB 3 Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. matematis berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode penelitian Pra Eksperimental yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif analitik yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif dengan pendekatan survei (Arikunto, 2013). intervensi (Nursalam, 2013). Seperti pada penelitian gambaran

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Metode yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experiment

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan teori, maka dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut : Pengetahuan siswa/siswi Sikap siswa/siswi Penyakit HIV/AIDS Tindakan siswa/siswi 3.2. Defenisi Operasional Sesuai permasalahan dan tujuan penelitian, maka sebagai pedoman awal pengumpulan informasi digunakan defenisi operasional yang dikembangkan seperti uraian di bawah ini: 1. Pengetahuan tentang HIV/AIDS adalah segala sesuatu yang dialami, dilihat dan di dengar tentang HIV/AIDS dan di gali berdasarkan kemampuan menjawab pertanyaan tentang apa itu HIV/AIDS, bagaimana penularanya, siapa saja yang beresiko tertular,pengobatan dan bagaimana upaya pencegahannya. Penilaian terhadap pengetahuan remaja terhadap penyakit HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan 8 pertanyaan kepada responden dengan skoring 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah, tidak menjawab maupun tidak tahu. Untuk setiap pertanyaan yang benar 2 diberi skor 2 dan untuk pertanyaan yang benar 3 diberi skor 3. Masing-masing pertanyaan memiliki jumlah jawaban benar

yang berbeda-beda dengan total skor sebanyak 12 dari 8 pertanyaan tersebut. Menurut Arikunto (1995), dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Skor >9 : baik b. Skor 5-9 : sedang c. Skor < 5 : kurang Skala pengukuran yang dipakai tersebut adalah skala ordinal. 2. Sikap terhadap HIV/AIDS adalah respon atau keyakinan seorang remaja terhadap penyakit HIV/AIDS. Penilaian terhadap sikap remaja terhadap penyakit HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan 4 pertanyaan kepada responden dengan skoring 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah, tidak menjawab maupun tidak tahu, dengan total skor sebanyak 4 dari 4 pertanyaan tersebut. Menurut Arikunto (1995), dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Skor = 4 : baik b. Skor 2-3 : sedang c. Skor < 2 : kurang Skala pengukuran yang dipakai tersebut adalah skala ordinal. 3. Tindakan adalah perwujudan yang nyata dari sikap siswa/siswi terhadap penyakit HIV/AIDS. Penilaian terhadap sikap remaja terhadap penyakit HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan 4 pertanyaan kepada responden dengan skoring 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah, dengan total skor sebanyak 4 dari 4 pertanyaan tersebut. Menurut Arikunto (1995), dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Skor = 4 : baik b. Skor 2-3 : sedang c. Skor < 2 : kurang Skala pengukuran yang dipakai tersebut adalah skala ordinal. 4. HIV/AIDS adalah sebagai sekumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang di dapat (bukan keturunan) dan disebabkan oleh virus HIV (Human Imumnodeficiency Virus).

5. Siswa/Siswi SMA N 2 Medan kelas XI dan XII adalah remaja laki-laki dan perempuan yang tercatat sebagai murid di SMA N 2 Medan pada tahun 2010. 6. Usia adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam satuan tahun. 7. Tempat tinggal adalah dimana responden tinggal selama bersekolah di SMA N 2 Medan, apakah bersama orang tua,dengan saudara yang bukan orang tua kandung atau di kost.

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan studi potong lintang karena pengukuran penelitian dilakukan hanya satu kali. 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan selama bulan Mei hingga November 2010. Tempat penelitian ini telah dilakukan di SMA N 2 Medan. Alasan penentuan lokasi ini adalah: 1. SMA N 2 Medan memiliki UKS yang diurus oleh PMR 001 dan pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS dari PMI cabang Medan. 2. Belum ada penelitian tentang perilaku siswa/siswi kelas XI dan XII SMA N 2 Medan terhadap HIV/AIDS. 4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi kelas XI dan XII SMA N 2 Medan tahun 2010 yang berjumlah 912 orang. 4.3.2. Sampel Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi. Menurut Prasetyo tahun 2006, untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000, digunakan formula sederhana seperti berikut : n = N 1 + N (d 2 )

912 n = 1+912 (0,1) 2 = 90,11 orang Keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 90%, jadi d= 0.1 Sehingga didapat sampel sebanyak 90,11 orang atau dibulatkan menjadi 100 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Stratified random sampling dimana jumlah sampel yang diperoleh akan dibagi merata untuk setiap tingkatan secara proporsional yaitu: a. Siswa siswi SMA kelas XI sebanyak 1/2 X 100 orang = 50 orang b. Siswa siswi SMA kelas XII sebanyak1/2 X 100 orang = 50 orang 4.4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengumpulan data yang diperoleh langsung dari responden dengan cara wawancara terpimpin dan berpedoman pada kuesioner. Untuk uji validitas dan reabilitas menggunakan validitas konstrak (construct) dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment: N ( XY) ( X Y) r = { N X 2 ( X ) 2 } { N Y 2 ( Y) 2 } Keterangan : r = koefisien korelasi product moment X = Skor tiap pertanyaan/item Y = Skor total N = jumlah responden

Kuisioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS versi 17. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini ada sebanyak 25 orang. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner Variabel No. Total Status Alpha Status Pearson Correlation Pengetahuan 1 0,644 Valid 0,807 Reliabel 2 0,823 Valid Reliabel 3 0,608 Valid Reliabel 4 0,906 Valid Reliabel 5 0,780 Valid Reliabel 6 0,399 Valid Reliabel 7 0,499 Valid Reliabel 8 0,512 Valid Reliabel Sikap 1 0,578 Valid 0,699 Reliabel 2 0,638 Valid Reliabel 3 0,797 Valid Reliabel 4 0,669 Valid Reliabel 4.5. Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan data dengan menggunakan tekhnik komputerisasi menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package for Social Sciences) dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diuraikan dalam bentuk narasi.

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian SMA N 2 Medan Pada tahun 1950 adalah SMA Tentara Pelajar yang pada tahun 1952 menjadi SMA Negeri 2 Medan yang beralamat di Jalan Prof. H.M Yamin No 41 B. Pada tahun 1978 pindah ke Jalan Karangsari No 435 Medan Polonia, dimana pada tanggal 22 Desember 1978 terbitlah SK (Surat Keputusan) pemutahiran No.0371/0/1978. SMA N 2 Medan dipercaya sebagai Sekolah Rintisan SKM/SSN (Sekolah Kategori Mandiri/ Sekolah Standar Nasional) dan Sekolah Rintisan Pusat Sumber Belajar (PSB) Inti mewakili sekian banyaknya sekolah negeri/swasta yang ada di Indonesia. Sebagai sarana pendukung SMA N 2 Medan memiliki laboratorium komputer, laboratorium multimedia, laboratorium bahasa, ruang PSB, laboratorium IPA, dan perpustakaan. SMA N 2 Medan memiliki berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler (ekskul), misalnya OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), pramuka, paskibra, dan Palang Merah Remaja (PMR). PMR 001 ini menjadi PMR pertama di Sumut, siswa/i yang menjadi anggota organisasi ini turut dalam pengembangan unit kesehatan sekolah (UKS) yang dibina langsung oleh guru dan bekerjasama dengan PMI (Palang Merah Indonesia) Medan.UKS merupakan salah satu usaha yang dilakukan sekolah untuk membantu meningkatkan kesehatan siswa/siswi.dan juga seminar-seminar yang berhubungan dengan masalah remaja seperti tentang bahaya narkoba dan penyakit menular seksual sering diadakan di sekolah ini. 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini merupakan hal yang penting. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini juga ingin dilihat gambaran responden apakah sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Beberapa gambaran karakteristik

responden ditampilkan di bawah ini juga ditampilkan tabel distribusi frekuensinya. A. Kelompok Umur Responden Pada penelitian ini umur responden merupakan salah satu karakteristik yang ditampilkan distribusinya. Di bawah ini terdapat tabel yang menggambarkan distribusi responden berdasarkan kelompok umur di SMA N 2 Medan. Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di SMA N 2 Medan Tahun 2010 Umur Jumlah (orang) % 15 tahun 19 19 16 tahun 52 52 17 tahun 28 28 18 tahun 1 1 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa umur responden yang paling banyak adalah 16 tahun yaitu sebanyak 52%, sedangkan yang paling sedikit adalah 18 tahun sebanyak 1%. Hal ini menunjukkan bahwa umur responden pada umumnya masih dalam kategori remaja. B. Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan karakteristik yang digambarkan peneliti. Di bawah ini terdapat tabel distribusi responden berdasarkan jenis kelamin. Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SMA N 2 Medan tahun 2010 Jenis Kelamin Jumlah (orang) % Laki-Laki 50 50 Perempuan 50 50 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 5.2 di atas diketahui bahwa laki-laki dan perempuan yang menjadi responden adalah sama jumlahnya yaitu sebanyak 50 orang (50%).

C. Tempat Tinggal Karakterisitik berikut yang ditampilkan distribusi frekuensinya oleh peneliti adalah tempat tinggal responden. Di bawah ini terdapat tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan lingkungan tempat tinggalnya. Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Responden di SMA N 2 Medan Tahun 2010 Tempat Tinggal Jumlah (orang) % Orang tua 93 93 Saudara 4 4 Kost 3 3 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 5.3 di atas diketahui bahwa sebagian besar sebanyak 93 orang (93%) responden tinggal bersama orang tua dan sebagian kecil saja yang tinggal di kost yaitu 3 orang (3%). D. Kelas Responden Karakterisitik berikut yang ditampilkan distribusi frekuensinya oleh peneliti adalah kelas responden. Di bawah ini terdapat tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan kelasnya di SMA N 2 Medan tahun 2010. Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kelas Responden di SMA N 2 Medan Tahun 2010. Kelas Jumlah (Orang) % XI 50 50 XII 50 50 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa kelas XI dan XII sama jumlahnya yaitu masing-masing 50 orang (50%).

5.1.3.Pengetahuan Responden Tentang HIV/AIDS Pengetahuan responden tentang penyakit HIV/AIDS di SMA N 2 Medan tahun 2010 dapat di lihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah. Pada tabel dapat dilihat bagaimana jawaban dari setiap pertanyaan mengenai pengetahuan yang ditanyakan kepada responden. Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan Pengetahuan Nomor 5 dan 7. Pertanyaan Skor 0 Skor 1 Skor 2 Jumlah n % N % N % N % 5.Pengetahuan tentang cara penularan 1 1 17 17 82 82 100 100 HIV/AIDS 7.Pengetahuan tentang cara pencegahan HIV/AIDS 1 1 16 16 83 83 100 100 Berdasarkan Tabel 5.5.,pertanyaan yang mendapat skor 1 paling banyak pada pertanyaan tentang cara penularan HIV/AIDS yaitu 17 orang (17%), pertanyaan yang mendapat skor 2 paling banyak pada pertanyaan tentang cara pencegahan HIV/AIDS yaitu 83 orang (83%), sedangkan untuk skor 0 kedua pertanyaan mendapat jumlah yang sama yaitu masing-masing 1 orang (1%). Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan Pengetahuan Nomor 4 Pertanyaan Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3 Jumlah N % N % N % n % N % 4.Pengetahuan kelompok resiko tinggi terkena HIV/AIDS 1 1 11 11 30 30 58 58 100 100 Berdasarkan Tabel 5.6.,persentase terendah adalah skor 0 yaitu sebanyak 1 orang (1%) sedangkan persentase tertinggi adalah skor 3 sebanyak 58 orang (58%).

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan Pertanyaan 1. Pengetahuan tentang definisi AIDS 2. Pengetahuan tentang virus HIV mengganggu tubuh dengan cara menyerang sistem imun 3.Pengetahuan tentang bayi bisa terkena HIV dari ibunya yang terinfeksi HIV/AIDS 6. Pengetahuan tentang orang yang baru terinfeksi HIV bisa terlihat normal/sehat 8.Pengetahuan tentang HIV/AIDS sudah bisa disembuhkan secara total dengan obat anti virus Pengetahuan Nomor 1,2,3,6, dan 8. Jawaban Responden Benar Salah n % N % 88 88 12 12 98 98 2 2 93 93 7 7 70 70 30 30 66 66 34 34 Berdasarkan tabel 5.7., sebanyak 98 orang (98%) menjawab pertanyaan tentang virus HIV mengganggu tubuh dengan cara menyerang sistem imun dengan benar dan jawaban yang paling banyak salah adalah pertanyaan tentang HIV/AIDS sudah bisa disembuhkan secara total dengan obat anti virus yaitu 34 orang (34%). Hasil uji tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel 5.8. Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik 75 75 Sedang 25 25 Kurang 0 0 Total 100 100 Berdasarakan tabel 5.8., tingkat pengetahuan responden mengenai penyakit HIV/AIDS paling banyak berada dalam kategori baik yaitu 75 orang (75%), diikuti dengan kategori sedang yaitu 25 orang (25%) dan tidak ada yang

memiliki pengetahuan kurang atau 0 orang (0%). Hasil uji tingkat pengetahuan responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.9. Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden berdasarkan Kelompok Usia Pengetahuan Usia Baik Sedang Kurang Total n % N % N % 15 tahun 14 73,7 5 26,3 0 0 19 16 tahun 38 73,1 14 26,9 0 0 52 17 tahun 23 82,1 5 17,9 0 0 28 18 tahun 0 0 1 100 0 0 1 Total 46 46 52 52 0 0 100 Berdasarkan tabel 5.9., dapat dilihat bahwa pada usia 15 tahun yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 14 orang (73,7%), pengetahuan sedang 5 orang (26,3%) dan tidak ada yng memiliki pengetahuan kurang. Pada usia 16 tahun yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 38 orang (73,1%), pengetahuan sedang 14 orang (26,9%) dan pengetahuan kurang tidak ada. Pada usia 17 tahun sebanyak 23 orang (82,1%) memiliki pengetahuan baik, 5 orang (17,9%) berpengetahuan sedang dan tidak ada yang memiliki pengetahuan kurang. Sedangkan pada usia 18 tahun yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 1orang (100%). Data lengkap hasil uji tingkat pengetahuan responden berdasarakan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.10. Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Pengetahuan Baik Sedang Kurang N % N % N % Total Laki-laki 34 68 16 32 0 0 50 Perempuan 41 82 9 18 0 0 50 Total 75 76 25 25 0 0 100 Berdasarkan tabel 5.10., responden dengan jenis kelamin perempuan mempunyai tingkat pengetahuan baik yang paling banyak yaitu 41 orang (82%) disesuaikan dengan proporsi jenis kelamin dalam keseluruhan sampel. Data

lengkap hasil uji tingkat pengetahuan responden berdasarkan kelas dapat dilihat pada tabel 5.11. Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden berdasarkan kelas Pengetahuan Kelas Baik Sedang Kurang Total n % N % N % XI 36 72 14 28 0 0 50 XII 39 78 11 22 0 0 50 Total 75 75 25 25 0 0 100 Berdasarkan tabel 5.11., responden yang berasal dari kelas XII paling banyak memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 39 orang (78%),dan kelas XI yang paling banyak memiliki pengetahuan sedang sebanyak 14 orang (28%). Data lengkap hasil uji tingkat pengetahuan responden berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat pada tabel 5.12. Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden berdasarkan tempat tinggal Pengetahuan Tempat tinggal Baik Sedang Kurang Total n % N % N % Orang tua 70 75,3 23 24,7 0 0 93 Saudara 3 75 1 25 0 0 4 Kost 2 66,7 1 33,3 0 0 3 Total 75 75 25 25 0 0 100 Berdasarkan tabel 5.12., responden yang tinggal bersama orang tua paling banyak memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 70 orang (75,3%), dan yang tinggal di kost yang paling sedikit memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 2 orang (66,7%). Dan pengetahuan sedang paling banyak pada responden yang tinggal di kost yaitu 1 orang (33,3%).

5.1.4. Sikap Responden Terhadap Penyakit HIV/AIDS Sikap menggambarkan reaksi atau respon tertutup dari responden terhadap penyakit HIV/AIDS. Di bawah dapat dilihat distribusi sikap responden terhadap penyakit HIV/AIDS. Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pernyataan Sikap Pernyataan 1. sikap pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan tidak memakai narkoba 2 sikap saya akan menjauhi teman saya yang terinfeksi HIV/AIDS 3. sikap tidak akan mau bersalaman dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS 4. Sikap menghindari penggunaan kolam renang dan toilet yang sama dengan penderita HIV/AIDS Jawaban Responden Setuju Tidak setuju N % n % 91 91 9 12 62 62 38 38 30 30 70 70 67 67 37 37 Berdasarkan tabel 5.13., dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan sikap setuju paling banyak pada pernyataan pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan tidak memakai narkoba yaitu 91 orang (91%) dan yang paling banyak menyatakan sikap tidak setuju adalah pada pernyataan tidak akan mau bersalaman dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS sebanyak 70 orang (70%). Data lengkap uji tingkat sikap responden pada tabel 5.14. Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik 23 23 Sedang 55 55 Kurang 22 22 Total 100 100 Berdasarakan tabel 5.14., tingkat sikap responden mengenai penyakit HIV/AIDS paling banyak berada dalam kategori sedang yaitu 55 orang (55%), diikuti dengan kategori baik yaitu 23 orang (23%) dan paling sedikit berada pada

kategori kurang yaitu 22 orang (22%). Hasil uji tingkat sikap responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.15 Tabel 5.15. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden berdasarkan Usia Sikap Usia Baik Sedang Kurang Total n % N % N % 15 tahun 4 21,1 11 57,9 4 21,1 19 16 tahun 13 25 27 51,9 12 23,1 52 17 tahun 6 21,4 17 60,7 5 17,9 28 18 tahun 0 0 0 0 1 100 1 Total 23 23 55 55 22 22 100 Berdasarkan tabel 5.9., dapat dilihat bahwa pada usia 15 tahun yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 4 orang (21,1%), pengetahuan sedang 11 orang (57,9%) dan 4 orang (21,1%) yang memiliki sikap kurang. Pada usia 16 tahun yang memiliki sikap baik 13 orang (25%), sikap sedang terbanyak dengan 27 orang (51,9%) dan sikap kurang 12 orang (23,1%). Pada usia 17 tahun sebanyak 6 orang (21,4%) memiliki sikap baik, 17 orang (60,7%) bersikap sedang dan 5orang (17,9%) yang memiliki sikap kurang. Sedangkan pada usia 18 tahun yang memiliki sikap buruk sebanyak 1 orang (100%). Data lengkap hasil uji tingkat sikap responden berdasarakan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.16. Tabel 5.16. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Sikap Baik Sedang Kurang N % n % N % Total Laki-laki 12 24 27 54 11 22 50 Perempuan 11 22 28 56 11 22 50 Total 23 23 55 55 22 22 100 Berdasarkan tabel 5.16., responden laki-laki yang mempunyai tingkat sikap baik yang paling banyak yaitu 12 orang (24%) disesuaikan dengan proporsi angkatan dalam keseluruhan sampel. Data lengkap hasil uji tingkat sikap responden berdasarakan kelas dapat dilihat pada tabel 5.17.

Tabel 5.17. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden berdasarkan Kelas Sikap Kelas Baik Sedang Kurang Total N % N % N % XI 12 24 24 48 14 28 50 XII 11 22 31 62 8 16 50 Total 23 23 55 55 22 22 100 Berdasarkan tabel 5.17., responden yang berasal dari kelas XI memiliki sikap baik paling banyak yaitu 12 orang (24%). Sedangkan kelas XII memiliki sikap sedang yang paling banyak yaitu 31 orang (62%). Sikap kurang paling banyak pada kelas XI yaitu 14 orang (28%). Hasil Uji sikap responden berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat tabel 5.18. Tabel 5.18. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden Tempat tinggal berdasarkan Tempat tinggal Sikap Baik Sedang Kurang N % N % n % Total Orang tua 23 24,7 51 54,8 19 20,4 93 Saudara 0 0 3 75 1 25 4 Kost 0 0 1 33,3 2 66,7 3 Total 23 23 55 55 22 22 100 Berdasarkan tabel 5.18., responden yang memiliki sikap baik paling banyak tinggal dengan orang tua ada 23 orang (24,7%). Begitu juga sikap sedang paling banyak pada responden yang tinggal dengan orang tua sebanyak 51 orang (54,8%). Dan sikap kurang paling banyak pada responden yang kost yaitu 2 orang (66,7%) disesuaikan dengan proporsi tempat tinggal dari keseluruhan sampel. Hasil uji tingkat sikap responden berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.19.

Tabel 5.19. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Sikap Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tingkat sikap Tingkat Baik Sedang Kurang Pengetahuan n % N % N % Total Baik 20 26,7 41 58,7 11 14,7 75 Sedang 3 12 11 44 11 44 25 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 Total 23 23 55 55 22 22 100 Berdasarkan tabel 5.19., dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak memiliki sikap yang sedang yaitu 41orang (58,7%) sedangkan 20 orang yang berpengetahuan baik (26,7%)memiliki pengetahuan sedang. 5.1.5. Tindakan Responden terhadap Penyakit HIV/AIDS Tindakan merupakan perwujudan sikap responden terhadap penyakit HIV/AIDS. Di bawah dapat dilihat bagaimana distribusi tindakan responden terhadap penyakit HIV/AIDS tersebut. Tabel 5.20. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden dari Pertanyaan Tindakan Pertanyaan 1.Mencari informasi tentang penyakit HIV/AIDS 2.Mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan AIDS 3.Berusaha untuk terhindar dari HIV/AIDS 4.Mengajak orang disekitar untuk turut mencegah penularan HIV/AIDS Tindakan Ya Tidak N % n % Total 79 79 21 21 100 54 54 46 46 100 99 99 1 1 100 80 80 20 20 100 Berdasarkan tabel 5.20.,dapat dilihat bahwa frekuensi mencari informasi tentang penyakit HIV/AIDS paling banyak menjawab ya sebanyak 79 orang (79%), untuk tindakan mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan AIDS yang

menjawab tertinggi adalah ya sebanyak 54 orang (54%), berusaha terhindar dari HIV/AIDS hampir semua menjawab ya (99%), sedangkan untuk mengajak orang sekitar turut mencegah penularan HIV/AIDS dijawab ya oleh 80 orang (80%). Data lengkap frekuensi hasil uji tingkat tindakan responden pada tabel 5.21. Tabel 5.21. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden Tindakan Frekuensi Persentase (%) Baik 35 35 Sedang 60 60 Kurang 5 5 Total 100 100 Berdasarakan tabel 5.21., tingkat tindakan responden mengenai penyakit HIV/AIDS paling banyak berada dalam kategori sedang yaitu 60 orang (60%), dan paling rendah berada dalam kategori kurang yaitu 5 orang (5%). Data lengkap frekuensi hasil uji tingkat tindakan berdasarkan usia pada tabel 5.22. Tabel 5.22. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden berdasarkan Usia Tingkat tindakan Usia Baik Sedang Kurang Total n % N % N % 15 tahun 2 10,5 16 82,4 1 5,3 19 16 tahun 18 34,6 30 57,7 4 7,7 52 17 tahun 14 50 14 50 0 0 28 18 tahun 1 100 0 0 0 0 1 Total 35 35 60 60 5 5 100 Dari tabel 5.22., dapat dilihat bahwa pada usia 15 tahun yang paling banyak adalah yang mempunyai tindakan sedang 16 orang (82,4%). Pada usia 16 tahun juga yang paling banyak adalah tindakan sedang sebanyak 30 orang (57,7%). Untuk usia 17 tahun sama antara tindakan baikd an sedang masingmasing 14 orang (50%), dan untuk usia 18 tahun tindakannya baik 1 orang (100%). Data lengkap frekuensi hasil uji tingkat tindakan berdasarkan jenis kelamin pada tabel 5.23.

Tabel 5.23. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden Jenis Kelamin berdasarkan Jenis Kelamin Tingkat Tindakan Baik Sedang Kurang N % n % N % Total Laki-laki 15 30 30 60 5 10 50 Perempuan 20 40 30 60 0 0 50 Total 35 35 60 60 5 10 100 Berdasarkan tabel 5.23., responden yang laki-laki dan perempuan sama sama paling banyak memiliki tindakan sedang sebanyak 30 orang (60%). Data lengkap frekuensi hasil uji tingkat tindakan berdasarkan kelas pada tabel 5.24. Tabel 5.24. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden berdasarkan Kelas Tingkat Tindakan Kelas Baik Sedang Kurang Total N % N % n % XI 10 20 35 70 5 10 50 XII 25 50 25 50 0 0 50 Total 35 35 60 60 5 5 100 Berdasarkan tabel 5.24., responden yang berasal dari kelas XI paling banyak memiliki tindakan sedang sebanyak 35 orang (70%). Sedangkan untuk kelas XII memiliki tindakan baik dan sedang yang sama masing-masing 25 orang (50%). Hasil uji tindakan responden berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat tabel 5.25. Tabel 5.25. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden Tempat Tinggal berdasarkan Tempat Tinggal Tingkat Tindakan Baik Sedang Kurang n % N % N % Total Orang tua 34 36,6 55 59,1 4 4,3 93 Saudara 0 0 4 100 0 0 4 Kost 1 33,3 1 33,3 1 33,3 3 Total 35 35 60 60 5 5 100

Berdasarkan tabel 5.25., dapat dilihat bahwa responden yang memiliki tindakan baik paling banyak tinggal bersama orang tua yaitu 34 orang (36,6%), dan tindakan sedang paling banyak pada responden yang tinggal dengan saudara yaitu 4 orang (100%). Untuk tindakan kurang paling banyak pada anak kost yaitu 1 orang (33,3%). Hasil uji tindakan responden berdasarkan tingkat sikap dapat dilihat pada tabel 5.26. Tabel 5.26. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tingkat Tindakan Tingkat Baik Sedang Kurang Pengetahuan n % N % N % Total Baik 28 37,3 45 60 2 2,7 75 Sedang 7 28 15 60 3 12 25 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 Total 35 35 60 60 5 5 100 Berdasarkan tabel 5.26., dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar memiliki tindakan sedang yaitu 45 orang (60%). Responden yang memiliki pengetahuan sedang paling banyak memiliki tindakan yang sedang yaitu 15 orang (60%). Hasil uji tindakan responden berdasarkan tingkat sikap dapat dilihat pada tabel 5.27. Tabel 5.27. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Tindakan Responden berdasarkan Tingkat Sikap Tingkat Tindakan Tingkat Baik Sedang Kurang Sikap N % n % N % Total Baik 9 39,1 13 56,5 1 4,3 23 Sedang 22 40 33 60 0 0 55 Kurang 4 18,2 14 63,6 4 18,2 22 Total 35 35 60 60 5 5 100 Berdasarkan tabel 5.27., dapat dilihat bahwa responden yang memiliki sikap baik sebagian besar memiliki tindakan sedang yaitu 13 orang (56,5%). Responden yang memiliki sikap sedang paling banyak memiliki tindakan yang

sedang yaitu 33 orang (60%), dan responden dengan sikap yang kurang memiliki tindakan yang sedang sebanyak 14 orang (63,6%). 5.1.6 Pertanyaan Tambahan Di bawah ini dapat dilihat tabel distribusi dari pertanyaan tambahan yang diberikan pada responden di SMA N 2 Medan tahun 2010 dimana dari 100 orang responden memiliki lebih dari satu sumber informasi penyakit HIV/AIDS. Tabel 5.28 Distribusi Sumber Informasi Penyakit HIV/AIDS yang Didapatkan Responden di SMA N 2 Medan Tahun 2010 Sumber Informasi Jumlah (orang) % Jalur pendidikan (guru, tenaga kesehatan) 77 26,2 Media cetak (leaflet, poster, buku) 74 25,2 Media elektronik (internet, radio, televisi) 83 28,2 Lingkungan social (orang tua, teman) 60 20,4 Jumlah 294 100 Dari tabel 5.28., di atas didapati bahwa sumber informasi responden hampir merata dari jalur pendidikan 77 orang (26,2%), media cetak 74 orang (25,2%), lingkungan sosial 60 orang (20,4%) dan terbanyak dari media elektronik 83 orang (28,2%). 5.2. Pembahasan 5.2.1.Karakteristik Responden Pembahasan ini dikaitkan dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, tindakan terhadap penyakit HIV/AIDS. Responden dari penelitian ini adalah siswa/siswi yang mempunyai beberapa karakteristik. Dari segi usia, sesuai tabel 5.1. usia responden antara 15-18 tahun dengan usia terbanyak 16 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden termasuk kategori kelompok remaja dan dewasa produktif (usia 15-24 tahun), dan menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terhadap HIV/AIDS (WHO, 2010). Menurut tabel 5.11 dan tabel 5.24 responden yang berada pada kelas XII memiliki tingkat pengetahuan dan tindakan yang lebih baik dibandingkan kelas

XI. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pendidikan seseorang dengan tingkat pengetahuannya. Dari hasil penelitian Prihyugiarto (2008) yang dikutip Wijaya, 2010, faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang HIV/AIDS adalah tingkat pendidikan. Dikatakan bahwa pada kelompok yang berpendidikan tinggi akan memberikan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok dengan pendidikan rendah. Tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan cara seseorang memahami dan mengolah informasi HIV/AIDS yang diperoleh dari berbagai sumber informasi seperti media cetak, media elektronik dan penyuluhan dari petugas kesehatan. Banyaknya informasi yang diperoleh seseorang dari sumbersumber informasi juga mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Dalam hal ini sumber informasi responden kelas XI dan XII hampir sama baik dari media elekrtonik, jalur pendidikan maupun media cetak. Menurut tabel 5.3., 93 orang responden tinggal bersama orang tuanya. Dan didapati responden yang tinggal bersama oran tua memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan yang lebih baik daripada yang tinggal dengan saudara ataupun kost. Hal ini mungkin menunjukkan adanya peran orang tua dalam membimbing anaknya terkhusus untuk penyakit HIV/AIDS. Menurut tabel 5.10., tabel 5.16., dan 5.23., tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan tidak terlalu berbeda pada perempuan dan laki-laki. Ini berarti bahwa perbedaan jenis kelamin tidak menggambarkan tingkat perilaku. Hal ini mungkin terjadi karena adanya faktor tempat tinggal terutama di daerah perkotaan dan daerah yang rentan terjadi penularan HIV/AIDS sehingga menuntut masyarakat tersebut baik laki-laki maupun perempuan untuk mencari tahu tentang HIV/AIDS. Selain itu, faktor tempat tinggal terutama di perkotaan memudahkan siswa/siswi untuk memperoleh informasi tentang HIV/AIDS (Wijaya,2010). 5.2.2.Pengetahuan Responden terhadap Penyakit HIV/AIDS Berdasarkan tabel 5.5., tabel 5.6., dan tabel 5.7., didapatkan 88 orang (88%) responden mengetahui definisi AIDS, sebagian besar responden yaitu 98 orang (98%) mengetahui virus HIV mengganggu tubuh dengan cara menyerang sistem

imun, sebanyak 93 orang (93%) mengetahui bayi bisa terkena HIV dari ibunya yang terinfeksi HIV/AIDS, 58 orang (58%) mengetahui dengan benar kelompok resiko tinggi terkena HIV/AIDS, 82 orang (82%) mengetahui dengan benar cara penularan HIV/AIDS, 70 orang (70%) mengetahui orang yang baru terinfeksi HIV bisa terlihat normal/sehat, 83orang (83%) mengetahui cara pencegahan HIV/AIDS, dan sebanyak 66 orang (66%) mengetahui tentang HIV/AIDS sudah bisa disembuhkan secara total dengan obat anti virus adalah salah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS baik. Hal ini juga terlihat pada tabel 5.8 bahwa 75% responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS dan tidak ada responden yang tingkat pengetahuannya kurang. Oleh sebab itu responden tahu dan mampu menyebutkan informasi yang diperolehnya. Hal ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan Wijaya, dimana hasil penelitiannya 54,8% responden dikategorikan baik dalam hal pengetahuan dalam pencegahan HIV/AIDS (Wijaya, 2010). Menurut Notoadmodjo (2005) untuk mengukur seseorang tahu tentang sesuatu dapat menyebutkan dan menyatakan mengenai hal tersebut sedangkan tingkat memahami adalah kemampuan mengingat dan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan dengan benar. Dalam hal ini pengetahuan mengenai HIV/AIDS meliputi pengertian, penularan, pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS. 5.2.3.Sikap Responden terhadap penyakit HIV/AIDS Sikap responden terhadap penyakit HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel 5.13. Dalam tabel disebutkan bahwa 91 orang (91%) setuju akan pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan tidak memakai narkoba, sebanyak 62 orang (62%) tidak setuju akan menjauhi teman yang terinfeksi HIV/AIDS, sebanyak 70 orang (70%) tidak setuju tidak akan mau bersalaman dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS, dan sebayak 67 orang (67%) setuju menghindari penggunaan kolam renang dan toilet yang sama dengan penderita HIV/AIDS. Tabel 5.14., menunjukkan bahwa 55% responden mempunyai tingkat sikap yang sedang, 23%

mempunyai tingkat sikap baik dan 22% mempunyai sikap yang kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden berada dalam tahap sedang menerima segala sesuatu pengetahuan dan memberikan perhatian terhadap informasi mengenai HIV/AIDS (Notoadmodjo,2005). Hasil tersebut di atas tidak terlalu berbeda dengan apa yang diteliti oleh Wijaya (2010) yang menyebutkan sikap siswa/siswi terhadap pencegahan HIV/AIDS 72% dikategorikan cukup. 5.2.4.Tindakan Responden terhadap Penyakit HIV/AIDS Berdasarkan tabel 5.20 menunjukkan bahwa 79 orang (79%) mencari informasi tentang penyakit HIV/AIDS, 54 orang (54%) mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan HIV/AIDS, 99 orang (99%) berusaha terhindar dari penyakit HIV/AIDS, dan 80 orang (80%) mengajak orang lain untuk mencegah penularan penyakit HIV/AIDS. Jika kita lihat tabel 5.21 didapatkan tingkat tindakan responden umumnya dikategorikan sedang yaitu 60 responden (60%). Dengan demikian tingkat tindakan adalah sebatas persepsi yaitu responden dapat mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambilnya. Menurut Simanjuntak (2006), tindakan siswa/siswi terhadap HIV/AIDS 96% baik. Dan hal ini jauh berbeda dengan yang diperoleh pada penelitian ini. Pada tabel 5.27 menunjukkan bahwa dari 23 orang yang memiliki sikap baik, 13 diantaranya memiliki tindakan sedang dan bahkan 1 orang memiliki sikap kurang. Hal ini menunjukkan bahwa suatu sikap tidak selalu berakhir dengan tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung antara lain fasilitas atau sarana dan prasarana (Notoadmojo,2005). Ditambah lagi pada tabel 5.26 dapat dilihat bahwa dari 75 responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik yang mempunyai tingkat tindakan yang baik hanya 28 orang. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap dari responden. Tetapi tidak semata-mata itu saja, faktor-faktor lain seperti budaya, nilai-nilai, keyakinan, aturan dan norma memiliki peranan untuk menentukan sikap dari seseorang.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan penelitian saya mengenai perilaku siswa/siswi terhadap penyakit HIV/AIDS yang menyangkut pengetahuan,sikap dan tindakan dapat disimpukan beberapa hal yaitu : 1. Sebanyak 88 orang (88%) responden mengetahui definisi AIDS, sebagian besar responden yaitu 98 orang (98%) mengetahui virus HIV mengganggu tubuh dengan cara menyerang sistem imun, sebanyak 93 orang (93%) mengetahui bayi bisa terkena HIV dari ibunya yang terinfeksi HIV/AIDS, 58 orang (58%) mengetahui dengan benar kelompok resiko tinggi terkena HIV/AIDS, 82 orang (82%) mengetahui dengan benar cara penularan HIV/AIDS, 70 orang (70%) mengetahui orang yang baru terinfeksi HIV bisa terlihat normal/sehat, 83 orang (83%) mengetahui cara pencegahan HIV/AIDS, dan sebanyak 66 orang (66%) mengetahui tentang HIV/AIDS sudah bisa disembuhkan secara total dengan obat anti virus adalah salah. 2. Tingkat pengetahuan responden terhadap penyakit HIV/AIDS sebagian besar yaitu 75 orang (75%) pada kategori baik, 25 orang (25%) kategori sedang, dan tidak adayang berada pada kategori kurang. 3. Sikap sebagian besar yaitu 91 orang (91%) setuju akan pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan tidak memakai narkoba, sebanyak 62 orang (62%) tidak setuju akan menjauhi teman yang terinfeksi HIV/AIDS, sebanyak 70 orang (70%) tidak setuju tidak akan mau bersalaman dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS, dan sebayak 67 orang (67%) setuju menghindari penggunaan kolam renang dan toilet yang sama dengan penderita HIV/AIDS. 4. Tingkat sikap responden terhadap penyakit HIV/AIDS umumnya termasuk kategori sedang yaitu 55 orang (55%), kategori baik sebanyak 23 orang (23%), dan kategori kurang sebanyak 22 orang (22%).

5. Sebanyak 79 orang (79%) mencari informasi tentang penyakit HIV/AIDS, 54 orang (54%) mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan HIV/AIDS, 99 orang (99%) berusaha terhindar dari penyakit HIV/AIDS, dan 80 orang (80%) mengajak orang lain untuk mencegah penularan penyakit HIV/AIDS. 6. Tingkat tindakan responden terhadap penyakit HIV/AIDS dimasukkan ke dalam kategori sedang sekitar 60 orang (60%), kategori baik 35 orang (35%), kategori kurang 5 orang (5%). 7. Sebagian besar responden berumur 16 tahun yaitu sebanyak 52 orang (52%), jenis kelamin merata antara laki-laki dan perempuan masing-masing 50 orang (50%), kelas responden juga sama rata antara kelas XI dan XII masing-masing 50 orang (50%), dan hampir semua responden tinggal bersama orang tua yaitu 93 orang (93%). 8. Pengetahuan, sikap, dan tindakan responden paling baik pada responden yang tinggal bersama orang tua, karena itu orang tua dan sekolah berperan pada periaku siswa/siswi terhadap penyakit HIV/AIDS. 9. Didapati bahwa sumber informasi responden hampir merata dari jalur pendidikan 77 orang (26,2%), media cetak 74 orang (25,2%), lingkungan sosial 60 orang (20,4%) dan terbanyak dari media elektronik 83 orang (28,2%). 6.2 SARAN 1. Untuk pemerintah, diharapkan dapat meningkatkan program promosi kesehatan penyakit HIV/AIDS khususnya tentang bahaya dan cara pencegahannya terutama pada remaja dan kelompok beresiko tinggi terkena HIV/AIDS. Pemerintah juga diharapkan dapat memfasilitasi peningkatan informasi seputar penyakit HIV/AIDS. Pemerintah juga sebaiknya membuat poster atau selebaran yang diberikan pada pihak sekolah agar dapat menjadi sarana yang dipakai sehingga siswa/siswi lebih mudah mengetahui penyakit HIV/AIDS dan menghindarinya.

2. Untuk masyarakat diharapkan lebih aktif lagi mencari tahu tentang penyakit HIV/AIDS dan berperan serta mengajak orang disekitarnya untuk turut mencegah penularan penyakit ini. 3. Untuk sekolah diharapkan dapat bekerja sama dengan instansi terkait sebagai sarana yang aktif menmberikan edukasi dan seminar pada siswa/siswinya untuk tetap hidup sehat dan menghindari penyakit menular seperti HIV/AIDS. 4. Untuk peneliti seterusnya diharapkan dapat memperbanyak sampel karena cakupan wilayah luas dan penduduk yang banyak sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik dan diharapkan untuk meneliti hubungan dari tiap variabel yang diteliti sehingga bisa diketahui apakah ada hubungan pengetahuan,sikap dan tindakan terhadap penyakit HIV/AIDS.