Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

dokumen-dokumen yang mirip
Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR MERAKIT PERSONAL KOMPUTER MENGGUNAKAN STRUCTURED DYADIC METHODS (SDM)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMUAIAN PANJANG MELALUI SFAE SISWA KELAS X TPTU SMK NEGERI 1 BIREUEN. Oleh Fatimah Abubakar*

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI. Mubarokah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DALAM UPAYA DALAM MATERI AJAR PENGGABUNGAN FOTOGRAFI DIGITAL

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PERISTIWA ROTASI BUMI MELALUI METODE BERMAIN PERAN. Sarotun

INOVASI KOOPERATIF MODEL STAD MATERI POKOK MEMAHAMI KEPUTUSAN BERSAMA

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH GEGURITAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW. Sunandar

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL SFE PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 15 PURWOREJO

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG

121 Penerapan Metode Mind Mapping Dan Model Student Facilitator...

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

EFEKTIFITAS HASIL BELAJAR KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSIN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. Dina Hikmah Safariyah

Ferdiana Ika Wati, Sutarman, Parno Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

BAB III METODE PENELITIAN. perbaikan dalam berbagai aspek. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVII/Nopember 2013

LIKHITAPRAJNA. Jurnal Ilmiah.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ISSN: Volume. 18, Nomor 1, hal 60-67

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

1130 ISSN:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT

PENERAPAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING PERSEGI PANJANG MELALUI METODE DEMONSTRASI. Ghonimah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN. Bambang Turjayus

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Tipe Jigsaw Siswa Kelas V

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Prestasi Siswa pada Konsep Fluida Statis dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray

*Korespondensi, tel : ,

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR

Astri Wahyuni. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UIR

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Rizky Ridlo Rahmanda Putri. Kata kunci: model GI, aktivitas siswa, prestasi belajar fisika

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 1 Tahun 2014, ISSN: halaman 60-65

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PROSES PEMBELAJARAN SHOLAT MELALUI METODE NHT. Siti Musta anah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EFEK DOPPLER MELALUI TS-TS SISWA KELAS XI TKJ.1 SMK NEGERI 1 BIREUEN. Oleh Bima Albert*

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI COOPERATIVE LEARNING JIGSAW

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM MEWUJUDKAN ACTIVE JOYFULL EFFECTIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Elliot (Zainal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING LEARNING BERBASIS DISCOVERY PADA KELAS VII

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

ABSTRAKSI. Irma Susilowati Guru SMA Negeri 1 Cepiring

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB III METODE PENELITIAN

JEMBER TAHUN PELAJARAN

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Oleh : Retnosari Widiastuti ABSTRAKSI

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Sifat Benda Melalui Metode Demonstrasi Di Kelas IV SDN 1 Kalangkangan Tolitoli

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Dinamika Vol. 4, No. 3, Januari 2014 ISSN 0854-2172 PEMBELAJARAN PROGRAM APLIKASI MICROSOFT WORD MELALUI PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dalam menggunakan program aplikasi Microsoft Word kelas X.3 di SMA Negeri 2 Ungaran tahun ajaran 2013/2014 melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode tes, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dalam bentuk persentase untuk dilihat peningkatannya dari kegiatan prasiklus, siklus I, dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan hasil belajar siswa, dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa ranah kognitif pada kegiatan pra siklus sebesar 65,50, meningkat pada siklus I menjadi 71,61 dan meningkat pada siklus II menjadi 80,28. Rata-rata hasil belajar siswa ranah afektif pada siklus I sebesar 68,68 meningkat pada siklus II menjadi 78,19. Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa ranah psikomotorik pada siklus I sebesar 71,88 dan meningkat pada siklus II menjadi 78,94. Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam menggunakan program aplikasi Microsoft Word, yang meliputi kompetensi siswa pada ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Kata Kunci: Student Facilitator and Explaining, Microsoft Word, kompetensi 2014 Dinamika PENDAHULUAN Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Dalam hal ini, kegiatan yang terjadi adalah guru mengajar dan siswa belajar. Menurut E. Mulyasa (2006), pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Berdasarkan hal tersebut di atas, upaya guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa sangatlah penting sebab keaktifan belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Menurut Oemar Hamalik (2005), belajar tidak cukup hanya dengan mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas yang lain diantaranya: membaca, bertanya, menjawab, berpendapat, mengerjakan tugas, menggambar, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi, menyimpulkan, dan memanfaatkan peralatan. Dalam pembelajaran, guru menyajikan permasalahan dan mendorong siswa untuk mengidentifikasi permasalahan, mencari pemecahan, menyimpulkan hasilnya, kemudian mempresentasikannya. Tugas guru sebagai fasilitator dan pembimbing adalah memberikan bantuan dan arahan kepada siswa ketika siswa menemukan permasalahan dalam penyelesaian tugas, selain berinteraksi dengan guru, siswa juga dapat bertanya dan berdis-

kusi dengan siswa lain. Aktivitas dalam suatu pembelajaran bukan hanya siswa yang aktif belajar tetapi dilain pihak, guru juga harus mengorganisasikan suatu kondisi yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Oleh karena itu, salah satu usaha yang dapat dilakukan guru adalah dengan merencanakan dan menggunakan model pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa agar belajar secara aktif. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan di kelas X.3 di SMA Negeri 2 Ungaran, saat penulis melaksanakan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) diperoleh gambaran kondisi siswa pada saat proses pembelajaran TIK berlangsung, di kelas X.3 menunjukan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah dan pasif, yaitu siswa cenderung hanya sebagai penerima saja. Pada saat guru memberikan pertanyaan, siswa menjawab pertanyaan guru secara bersama-sama. Seorang siswa akan menjawab pertanyaan guru jika ditunjuk oleh guru untuk menjawab. Jika diberi kesempatan untuk bertanya, siswa hanya berbisik-bisik dengan teman bahkan sebagian besar hanya diam. Siswa tidak mempunyai keberanian untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan. Selain itu, pemahaman siswa terhadap materi TIK khususnya pokok bahasan menggunakan perangkat lunak pengolah kata juga masih kurang dikarenakan guru tidak pernah menanyakan kesulitan siswa, dan setiap ada penugasan baik tugas rumah maupun tugas sekolah tidak ada penilaian dari guru sehingga siswa merasa tidak penting untuk belajar. Hasil belajar kelas X pada pokok bahasan menggunakan perangkat lunak pengolah kata dilihat dari hasil ulangan harian didapatkan masih banyak siswa yang tidak tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan ketuntasan belajar belum sesuai dengan indikator yang ditetapkan. KKM di sekolah tersebut yaitu 72 dan ketuntasan belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya kurang lebih 75% (E. Mulyasa, 2006.). Metode pembelajaran yang biasa digunakan guru adalah metode ceramah dan tanya jawab. Berdasarkan keterangan yang diberikan guru, guru pernah menerapkan pembelajaran kooperatif. Siswa dikelompokkan dan diberikan tugas untuk mengerjakan soal. Hasilnya siswa lebih aktif dalam kelas tetapi terdapat beberapa kendala, diantaranya guru mengalami kesulitan mengkondisikan siswa karena siswa ingin selalu diperhatikan sementara guru harus berkeliling pada semua kelompok satu persatu. Pada hal ini guru tidak merancang kegiatan pembelajaran kelompok sebelumnya sehingga guru mengalami kesulitan. Guru tidak mempresentasikan materi terlebih dahulu sehingga waktu banyak digunakan untuk menjelaskan materi pada setiap kelompok. Guru juga tidak mengadakan evaluasi untuk mengetahui apakah siswa memahami materi yang dipelajari pada saat belajar kelompok. Evaluasi dilaksanakan pada mid semester saja. Hal ini menunjukan guru belum melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan baik. Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang dikaji adalah: apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dalam menggunakan program aplikasi Microsoft Word kelas X.3 di SMA Negeri 2 Ungaran tahun ajaran 2013/2014 melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dalam menggunakan program aplikasi Microsoft Word melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Menurut Anita Lie (2004: 8), salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kooperatif. Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe Student Facilitator and Explaining. Pada tipe ini, siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapatnya kepada siswa lain. Menurut penelitian yang dilakukan Yeni Saraswati (2009) penerapan pembelajaran kooperatif model Student Facilitator and Explaining (SFAE) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dilihat dari peningkatan rata-rata minat belajar siswa yang cukup baik yaitu pada siklus I sebesar 74, pada siklus II meningkat menjadi 89. Peningkatan nilai rata-rata prestasi belajar PEMBELAJARAN PROGRAM APLIKASI MICROSOFT WORD MELALUI PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING Khoirun Nisa Nurul Fitri, Lilis Sugiyanti 53

siswa sebelum diberi tindakan sebesar 66, pada siklus I meningkat sebesar 76, pada siklus II meningkat sebesar 87. Sedangkan Rosida Ilmiyah (2012) dalam penelitiannya mengatakan bahwa penerapan model Student Facilitator and Explaining terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa. Anita Lie (2004: 12) mengungkapkan bahwa suatu sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau pembelajaran kooperatif. Sedangkan menurut Etin Solihatin (2008: 4) Cooperative Learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning adalah model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil atau tim yang anggotanya bersifat heterogen, yang terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, baik itu perempuan maupun laki-laki dengan latar belakang yang berbeda-beda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar semua anggota kelompok dapat belajar dengan maksimal. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ungaran yang beralamat di Jl. Diponegoro No.277 Ungaran, Jawa Tengah. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X.3 yang terdiri dari 36 siswa dengan 12 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi: metode dokumentasi, metode tes untuk mengukur hasil belajar siswa ranah kognitif, dan metode observasi untuk mengukur hasil belajar siswa ranah afektif dan psikomotorik. Aspek-aspek afektif siswa yang diteliti meliputi: tanggungjawab, kedisiplinan, perhatian siswa terhadap penjelasan guru, salaing menghargai, dan percaya diri. Sedangkan aspek-aspek psikomotorik yang diteliti meliputi: keterampilan menggunakan Microsoft Word, kemampuan mengidentifikasi menu-menu dalam Microsoft Word, dan kerapian dalam mengerjakan tugas. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus yang masing-masing siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Perencanaan Tahap perencanaan yang dilakukan diantaranya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyususn soal-soal evaluasi, menyusun lembar observasi afektif dan psikomotorik, dan menyusun Lembar Kerja Siswa. Pelaksanaan Tindakan Tindakan yang dilakukan pada penelitian adalah menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran TIK pokok bahasan menggunakan perangkat lunak pengolah kata. Pada awal pertemuan diawali dengan mengadakan pre test untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kemampuan siswa dalam menggunakan program aplikasi Microsoft Word. Pengamatan Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa yang diamati yaitu aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek afektif meliputi: tanggungjawab, kedisiplinan, perhatian siswa terhadap penjelasan guru, saling menghargai, dan aspek percaya diri. Sedangkan aspek psikomotorik yang diamati meliputi: keterampilan menggunakan Microsoft Word, kemampuan mengidentifikasi dan menggunakan menu dalam Microsoft Word, dan kerapian mengerjakan tugas. Refleksi Refleksi dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan pada setiap siklus untuk mengidenti- 54 Dinamika Vol. 4. No. 3. (2014)

fikasikan kekurangan maupun kelebihan pelaksanaan pembelajaran. Implementasi tindakan dilakukan dengan menggunaka model Student Facilittor and Explaining. Gambar 1 di bawah merupakan desain dari Penelitian Tindakan Kelas. Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian berupa hasil belajar siswa pada kompetensi menggunakan Microsoft Word yang terdiri dari kompetensi pada ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik yang diperoleh dari tes dan observasi. Peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif dari kegiatan PEMBELAJARAN PROGRAM APLIKASI MICROSOFT WORD MELALUI PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING Khoirun Nisa Nurul Fitri, Lilis Sugiyanti 55

prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat tiap siklusnya. Tabel 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II Keterangan Hasil Hasil Siklus Hasil Siklus Prasiklus I II Nilai Tertinggi 78 82 90 Nilai Terendah 44 56 66 Rata-rata kelas 65,50 71,61 80,28 Ketuntasan Klasikal 36,11% 66,67% 91,67% Gambar 1. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II Data hasil belajar siswa ranah kognitif diperoleh dengan menggunakan metode tes yang dilakukan pada tiap akhir siklus dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Student Facilitator and Explaining. Hasil belajar siswa ranah afektif dinilai menggunakan lembar observasi afektif yang meliputi aspek tanggungjawab, kedisiplinan, perhatian siswa terhadap penjelasan guru, saling menghargai, dan aspek percaya diri yang diamati selama proses pembelajaran di kelas berlangsung. Berikut merupakan tabel dan grafik perbandingan hasil belajar siswa ranah afektif siklus I dan siklus II. Tabel 2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siklus I, dan Siklus II Keterangan Hasil Siklus I Hasil Siklus II Nilai Tertinggi 80 90 Nilai Terendah 50 70 Rata-rata kelas 68,68 78,19 Ketuntasan Klasikal 86,11% 100% 56 Dinamika Vol. 4. No. 3. (2014)

Gambar 2. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siklus I, dan Siklus II Hasil belajar siswa ranah psikomotorik dinilai menggunakan lembar observasi ranah psikomotorik yang meliputi aspek keterampilan mengaktifkan dan menonaktifkan Microsoft Word, kemampuan mengidentifikasi dan menggunakan menu dalam Microsoft Word, dan kerapian mengerjakan tugas. Berikut merupakan tabel dan grafik perbandingan hasil belajar siswa ranah afektif siklus I dan siklus II. Tabel 2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik Siklus I, dan Siklus II Keterangan Hasil Siklus I Hasil Siklus II Nilai Terendah 83 92 Nilai Tertinggi 50 63 Rata-rata kelas 71,88 78,94 Ketuntasan Klasikal 61,11% 94,44% Gambar 3. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik Siklus I, dan Siklus II PEMBAHASAN Siklus I Pada siklus I, hasil belajar ranah kognitif, ranah afektif, maupun ranah psikomotorik siswa masih belum dikatakan berhasil, hal itu dikarenakan belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Rata-rata hasil belajar ranah kognitif pada siklus I sebesar 71,61 dengan persentase ketuntasan hanya 66,67%, rata-rata ranah afektif siswa sebesar 68,68 dengan persentase ketuntasan mencapai 86,11%, dan rata-rata ranah psikomotorik siswa pada siklus I sebesar 71,88 dengan persentase ketuntasan 61,11%. Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada siklus I, diantaranya: pembagian kelompok yang dilakukan pada pertemuan pertama membuat keributan dan menyita waktu pembelajaran, pada saat pengajar memberikan perintah untuk berdiskusi dan membuat bagan/ peta konsep, siswa masih bingung untuk mengerjakannya. Hal tersebut disebabkan karena siswa tidak terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, kerjasama siswa dalam kegiatan diskusi kelompok belum terbangun dengan baik, siswa belum terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya di depan kelas sehingga siswa masih sulit untuk dapat aktif dalam pembelajaran, dan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan tekun masih rendah, hal ini terlihat dari beberapa siswa yang masih berbicara sendiri dengan temannya ketika pembelajaran berlangsung. Dari kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I, guru dan peneliti melakukan perbaikan dan merancang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada siklus II. Siklus II PEMBELAJARAN PROGRAM APLIKASI MICROSOFT WORD MELALUI PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING Khoirun Nisa Nurul Fitri, Lilis Sugiyanti 57

Hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa mengalami peningkatan pada siklus II. Sebelum model pembelajaran Student Facilitator and Explaining diterapkan rata-rata hasil belajar siswa ranah kognitif adalah 65,50 dan mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 71,61 dan pada siklus II meningkat menjadi 80,28 dengan persentase ketuntasan sebesar 91,67%. Rata-rata hasil belajar ranah afektif siswa pada siklus I sebesar 68,68 dan meningkat pada siklus II menjadi 78,19 dengan persentase ketuntasan 100%. Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa ranah psikomotorik pada siklus I sebesar 71,88 dan meningkat menjadi 78,94 pada siklus II dengan persentase ketuntasan 94,44%. Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus II, peningkatan ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Alokasi waktu pembelajaran sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan, hal ini dikarenakan pengajar mengarahkan kepada siswa agar pada pertemuan selanjutnya siswa sudah harus duduk dengan kelompoknya masing-masing sebelum pembelajaran dimulai. 2. Siswa mulai aktif dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dikarenakan adanya motivasi dan penghargaan yang diberikan oleh pengajar yaitu bagi siswa yang mengikuti pembelajaran dengan tekun dan serius serta aktif dalam diskusi kelompok, mampu membuat dan menjawab pertanyaan dengan baik akan ditambah nilainya. Akan tetapi apabila ketika pembelajaran berlangsung siswa membuat kegaduhan dan tidak serius mengikuti pembelajaran nilainya akan dikurangi. 3. Terciptanya suasana kelas yang menyenangkan sehingga meminimalisir kejenuhan dalam belajar. 4. Siswa merasa senang jika mereka mendapat pujian dan penghargaan karena aktif dalam kegiatan pembelajaran, terlihat dari antusias siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, pada siklus II hasil penelitian telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan yaitu rata-rata ranah kognitif siswa mencapai nilai 75, dan nilai rata-rata persentase ranah afektif dan ranah psikomotorik siswa mencapai 75%. Hal tersebut terlihat dari hasil pembelajaran yang dicapai pada siklus II yaitu sebagai berikut: 1. Nilai rata-rata ranah kognitif pada siklus II yang dicapai sebesar 80,28 dengan persentase ketuntasan mencapai 91,67%. 2. Nilai rata-rata ranah afektif pada siklus II yang dicapai sebesar 78,19 dengan persentase ketuntasan mencapai 100%. 3. Nilai rata-rata ranah psikomotorik pada siklus II yang dicapai sebesar 78,94 dengan persentase ketuntasan mencapai 94,44%. Dengan tercapainya indikator tersebut, maka pelaksanaan tindakan kelas tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya, dan untuk siswa yang pada siklus II nilai post tes nya masih berada di bawah KKM diadakan remidial untuk memperbaiki nilainya, sedangkan untuk siswa yang nilainya sudah di atas KKM dan siswa yang mengalami penurunan nilai diadakan pengayaan. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1. Penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kelas X pada pokok bahasan menggunakan perangkat lunak pengolah kata dapat meningkatkan kompetensi siswa pada ranah kognitif, dilihat dari hasil post test yang diperoleh siswa pada siklus II. 2. Penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kelas X pada pokok bahasan menggunakan perangkat lunak pengolah kata dapat membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan dapat membuat siswa menjadi lebih percaya diri dalam mengungkapkan pendapatnya, hal itu dapat dilihat dari nilai ranah afektif yang diperoleh siswa pada siklus II. 58 Dinamika Vol. 4. No. 3. (2014)

3. Penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menggunakan program aplikasi Microsoft Word, hal itu dilihat dari nilai psikomotorik yang diperoleh siswa pada siklus II. DAFTAR PUSTAKA Anita Lie. 2004. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. E. Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Etin Solihatin,dkk. 2008 Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara. Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Rosida Ilmiyah. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa (Study Kasus Sisa Kelas X APK SMK Wisnuwardhana Malang pada Mata Pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi). Malang: Jurnal Universitas Negeri Malang. On Line at: http://library.um.ac.id/ [didownload pada tanggal 5 Oktober 2013]. Yeni Saraswati. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Student Facilitator and Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Minat Belajar Fisika dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Singosari. Malang: Jurnal Universitas Malang. On line at: http://fisika.um.ac.id/ [didownload pada tanggal: 19 Oktober 2013]. PEMBELAJARAN PROGRAM APLIKASI MICROSOFT WORD MELALUI PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING Khoirun Nisa Nurul Fitri, Lilis Sugiyanti 59