BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena data penelitian berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998: Qualitative data re collected in the form of words or picture rather than numbers kondisi yang sebenarnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif karena mementingkan deskripsi proses terhadap mengapa dan bagaimana sesuatu dapat terjadi dan mengarah pada pemahaman makna (Sutopo, 2006: 138). Di dalam penelitian ini peneliti digunakan sebagai alat penyedia data utama. Adapun data yang dikumpulkan selanjutnya dikelompokkan, dianalisis, dan diinterpretasikan dalam penelitian ini adalah kosakata/leksikon yang diperoleh melaui kamus Dialek Jakarta. Selain itu, untuk memperoleh data yang valid dan sahih maka peneliti melakukan validasi data terhadap daftar kosakata melalui wawancara langsung yang dituturkan oleh penutur asli suku Betawi. Sesuai jenis-jenis penelitian kualitatif, yaitu biografi, fenomenologi, penelitian grounded theory, etnografi, dan studi kasus maka penelitian ini termasuk dalam penelitian etnografi. Alasan yang dapat dikemukakan karena data penelitian ini diperoleh langsung di lapangan dengan menemui penutur asli suku Betawi. Format keseluruhan penelitian etnografi adalah deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan data 43
44 dan mengelompokkannya, lalu menganalisis data sesuai rumusan masalah, dan terakhir B. Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini terkait dengan lokasi pengambilan data. Data penelitian ini diperoleh di daerah Mester, Cilincing, dan Condet, Jakarta. Peneliti memilih lokasi tersebut dengan pertimbangan bahwa di tiga daerah tersebut masih relatif banyak dijumpai penduduk asli Betawi sehingga untuk mendapatkan keaslian bunyi tuturan bahasa Betawi masih dapat dipertanggungjawabkan. Di samping itu, Populasi penelitian adalah semua tuturan bahasa Betawi yang dituturkan oleh penutur asli suku Betawi. C. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini berupa kosakata yang berasal dari tuturan bahasa Betawi dikumpulkan mulai 20 September 2012 hingga 16 Desember 2012. Sebagai penunjang dalam memahami makna tuturan maka peneliti Kamus Dialek Jakarta, karya Abdul Chaer (2009) sebagai sumber referensi. Tentu saja sesuai dengan perannya sebagai data sekunder maka kosakata dalam Kamus Dialek Jakarta hanya sebagai pembanding untuk memperkuat pemahaman makna dan analisis. Sesuai dengan topik utama penelitian, yaitu karakteristik morfofonemik bahasa Melayu dialek Betawi maka untuk memperoleh data otentik diperlukan informan penduduk asli suku Betawi. James P. Spradley mengatakan di dalam bukunya Metode Etnografi, pada tahap penyediaan data sangat diperlukan informan yang benar-benar merupakan penduduk asli di wilayah setempat sesuai onjek penelitian. Menurut
45, informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber informasi. Informan adalah pembicara asli yang harus berbicara dalam bahasa atau dialeknya sendiri. Sumber data dalam penelitian ini adalah informan yang berjumlah 6 (enam) orang dengan rincian masingmasing wilayah pengamatan 2 (dua) orang. Banyaknya jumlah informan yang dipilih karena pertimbangan pemerolehan data seakurat mungkin dan pengecekan kebenaran tuturan. Oleh karena itu, informan dalam penelitian ini adalah penutur asli bahasa Betawi yang mampu memberikan data-data peristiwa fonemis akibat proses morfemis bahasa Betawi. Untuk mendapatkan informasi yang baik maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh informan sesuai yang disarankan oleh Ayatrohaedi (1983 : 48), yaitu: 1) sehat jasmani (tidak sumbing, tidak cadel, tidak ompong, tidak gagap, dan tidak latah); 2) sehat rohani (tidak stress, tidak gila); 3) penduduk asli yang dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua yang tinggal di daerah pengamatan; 4) dewasa minimal usia 40-50 tahun; 5) mengetahui dan telah terlibat lama di dalam kebudayaannya tersebut, semakin lama terlibat dalam kebudayaannya tersebut semakin baik; 6) dapat berbahasa Indonesia; 7) berpendidikan relatif rendah (diutamakan tidak berpendidikan); 8) status sosial rendah dengan harapan mobilitas rendah;
46 9) dan memiliki cukup banyak waktu luang untuk bekerja sama. Mengingat daerah pengamatan dalam penelitian ini sangat kompleks dan ada di wilayah ibukota yang identik dengan kota metropolitan dan lingkungan moderen maka syarat informan ke-8 sulit dipenuhi. Namun demikian, hal itu tidak mengurangi keabsahan data penelitian. D. Populasi Penelitian Populasi (population) sering pula disebut universum atau universe of discourse. Populasi merupakan subjek atau objek yang berada pada suatu wilayah topik penelitian dan memenuhi syarat- Satori, 2010:46). Subjek penelitian. Siapa yang akan diteliti berhubungan dengan orang yang berada pada unit penelitian atau unit analisis yang diteliti (individu, kelompok masyarakat, atau cakupannya. Dengan demikian dapat ditentukan populasi penelitian ini adalah tuturan dialek Betawi yang dituturkan oleh masyarakat penutur di wilayah Jakarta. E. Sampel dan Teknik Sampling Konsep sampel dalam penelitian adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya secara representatif. Penentuan sampel penelitian harus cermat dan benar-benar mewakili populasi sehingga hal-hal yang dipelajari dari sampel tersebut memiliki kesimpulan yang berlaku untuk populasi. Dengan meneliti secara sampel diharapkan hasil yang diperoleh akan memberikan simpulan dan gambaran yang sesuai dengan karakteristik
47 populasi dapat digeneralisasikan terhadap populasi. Oleh karena itu, seorang peneliti harus menguasai teknik sampling. Penentuan sampel penelitian ini dilakukan berdasarkan criterian-based sampling; artinya, data dipilih dan dikumpulkan berdasarkan pendekatan teori yang digunakan. Dengan demikian, dalam menentukan informan harus memenuhi syaratsyarat tertentu sesuai topik penelitian. Teknik ini dipilih didasarkan pada anggapan dasar bahwa dialek Betawi yang digunakan oleh masyarakat Betawi di wilayah Jakarta relatif sama. dalam Afiksasi Bahasa sampel yang digunakan adalah segenap tuturan dialek Betawi yang dipilih dari penutur asli Betawi di wilayah pengamatan Mester, Kebayoran, Condet, dan Tanah Abang. Adapun sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan syarat syarat informan yang ideal. Seperti yang dikutip dari Spreadley, menurut ionary, informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber informasi. Informan adalah pembicara asli yang harus berbicara dalam bahasa atau dialeknya sendiri. Dapat juga dipahami bahwa informan sebagai model untuk dicontoh oleh etnografer atau sumber infomasi. F. Metode dan Teknik Penyediaan Data Metode (method), secara harfiah berarti cara. Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya, ada satu istilah lain yang erat kaitannya dengan dua istilah ini, yakni tekhnik atau cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang ditemukan dalam melaksanakan prosedur.
48 Sebuah metode agar bermanfaat maka harus digunakan secara konkret di dalam sebuah penelitian. Menurut Sudaryanto (1988a : 26), metode sebagai cara kerja haruslah dijabarkan sesuai dengan alat dan sifat alat yang dipakai. Jabaran metode sesuai dengan alat beserta sifat alat yang dimaksud disebut teknik. Dengan demikian orang dapat mengenal metode hanya melalui teknik-tekniknya; sedangkan teknik-teknik yang bersangkutan selanjutnya dapat dikenali dan diidentifikasi hanya melalui alat-alat yang digunakan beserta sifat alat-alat yang bersangkutan. Berkaitan dengan penjelasan di atas, metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada tahapan strategisnya, yaitu : (i) metode pengumpulan data, (ii) metode analisis data, dan (iii) metode penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1988a : 57). Ketiga tahapan tersebut dilakukan dengan menerapkan metode dan teknik tertentu. Secara rinci, Sudaryanto (1988) menyarankan agar penggunaan metode dan teknik dirinci melalui beberapa tahapan-tahapan penting berikut. Tahapan strategi yang pertama (penyediaan data) dilakukan dengan menggunakan metode simak dan metode cakap (Sudaryanto, 1988b : 2). Penggunaan metode simak dalam penelitian ini dilakukan karena data penelitian diperoleh secara langsung tuturan penutur asli bahasa yang diteliti, dalam hal ini adalah bahasa Melayu dialek Betawi. Sebagai contoh penerapan metode simak di dalam penelitian ini dilakukan dengan menyimak tuturan masyarakat Betawi di beberapa wilayah pengamatan. Penyimakan diwujudkan dengan teknik sadap sebagai teknik dasarnya, yakni menyadap pembicaraan seseorang atau beberapa orang. Penyadapan itu dilakukan dengan teknik Simak Libat Cakap (SLC), yakni peneliti terlibat langsung dalam pembicaraan dan
49 menyimak pembicaraan tersebut. Metode cakap dilakukan dengan mengadakan percakapan antara peneliti dengan penutur. Untuk membuka percakapan agar diperoleh informasi yang diharapkan maka perlu dilakukan teknik pancing sebagai teknik dasarnya. Dengan teknik pancing diharapkan informan bersedia untuk berbicara. Kegiatan memancing bicara itu dilakukan dengan teknik Cakap Semuka (CS), yakni peneliti mengadakan percakapan langsung dengan penutur atau nara sumber atau dalam penelitian ini diistilahkan sebagai informan. Untuk menghindari rasa malu dan ragu informan ketika diwawancarai maka penyediaan data dilakukan dengan merekam tuturan informan melalui alat perekam data berupa pen-recorder seri PX 1 SS yang disematkan di notes peneliti. Selain pertimbangan kepraktisan, berdasarkan pengalaman peneliti sebelumnya, penggunaan alat ini sangat efektif mampu mengurangi rasa ketidakpercayaan diri informan ketika wawancara berlangsung sehingga informan lebih leluasa menjawab pertanyaan. Tentu saja hal itu membawa dampak positif pada penelitian karena jawaban dan tuturan yang diucapkan lebih alami. Upaya tersebut dilakukan untuk memdapatkan data seakurat dan sealami mungkin sehingga validitas data yang terkumpul dapat diolah maksimal dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk melengkapi data, ditempuh pula teknik Simak Bebas Libat Cakap (SLBC), yakni peneliti hanya bertindak sebagai pemerhati, mendengarkan apa yang dikatakan oleh masyarakat Betawi dalam berdialog. Teknik ini juga dilakukan dengan perekaman dan pencatatan pada kartu data. Setelah dianggap cukup, selanjutnya data yang dianggap perlu dipilah dan diurutkan sesuai dengan bidang yang akan dikaji.
50 Namun, pada penelitian ini, teknik SLBC tidak diterapkan pada setiap informan. Peneliti hanya menggunakan teknik SLBC pada saat mengalami keraguan di dalam melakukan pengamatan awal. Tahap selanjutnya (strategi kedua), yaitu tahap analisis data. Sebelum melakukan analisis, data yang telah direkam dan dicatat perlu ditranskrip secara berurutan sesuai dengan macam-macam afiksasi secara fonetis menggunakan IPA. Selanjutnya dilakukan analisis menggunakan model analisis proses morfologi (analisis unsur langsung) berupa diagram pohon (tree diagram). Selain itu digunakan pula metode padan, yaitu metode dengan alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjual bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993 : 13). Metode yang dipilih adalah metode padan translasional yakni dengan membandingkan bahasa Betawi masing-masing daerah pengamatan, khususnya kata jadian yang merupakan hasil afiksasi. Tahapan strategi ketiga, yaitu penyajian hasil analisis data dilakukan menggunakan metode deskriptif, yakni memaparkan hasil penelitian berdasarkan pada fakta yang ada, yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya (Sudaryanto, 1988a : 62). Hal ini yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah : variasi fonetis, variasi fonemis, veriasi perubahan fonem sebagai konsekuensi proses afiksasi, dan variasi morfologis bahasa Betawi. Teknik analisis data menurut Moleong berarti mengategorisasikan, memanipulasikan, dan meringkas data untuk memperoleh jawaban bagi pertanyaan penelitian. Manfaat analisis data adalah mereduksi data penelitian menjadi perwujudan
51 yang dapat dipahami dan ditafsirkan dengan cara tertentu hingga relasi masalah penelitian dapat ditelaah serta diuji. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan tahap-tahap: a) memproses rekaman dan catatan lapangan; b) mereduksi data; c) menganalisis data; dan d) menyimpilkan (menentukan pola morfofonemik afiksasi bahasa Betawi). G. Validitas Data Keabsahan data penelitian tentu perlu diuji karena akan menentukan kebenaran analisis dan pertanggungjawaban simpulan penelitian. Untuk itu, penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi data sebagai upaya pengujian validitas data. Teknik trianggulasi yang dikenal dalam penelitian ada empat, yaitu (1) trianggulasi sumber data, (2) trianggulasi peneliti, (3) trianggulasi metode, dan (4) trianggulasi teori (Sutopo, 2002:78). Di dalam penelitian ini, teknik trianggulasi yang dipilih adalah trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode. Trianggulasi sumber data dilakukan dengan membandingkan hasil rekaman data antarinforman sesuai daerah pengamatan dan melakukan kroscek melalui Kamus Dialek Jakarta. Dengan cara itu maka kesalahan dan keraguan atas pencatatan data pada tahap penyediaan data dapat diminimalisir atau dikoreksi apabila terjadi kesalahan. Apabila terjadi keraguan maka dilakukan pengecekan data ulang ke lokasi pengamatan dengan terlebih dahulu mencatat data-data yang dianggap meragukan sehingga efektivitas penyediaan data dapat diperoleh. Adapun teknik trianggulasi metode adalah pengecekan kembali data yang diperoleh
52 melalui dua metode simak dan metode cakap. Dari kedua metode penyediaan data tersebut data yang diperoleh dibandingkan hasilnya. H. Metode dan Teknik Analisis Data Metode yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah metode distribusional atau disebut juga metode agih (Sudaryanto, 1993). Metode ini digunakan dengan menggunakan alat penentu, yaitu unsur bahasa itu sendiri. Metode agih terdiri atas beberapa teknik, yaitu teknik ganti, teknik sisip, dan teknik oposisi dua-dua. Menurut Sudaryanto (1993:13), teknik ini didahului oleh teknik urai unsur langsung. Teknik ini dilakukan dengan cara menguraikan terhadap satuan-satuan lingual sesuai dengan tingkatannya. Ahli lain mengatakan bahwa teknik ini disebut jug dengan teknik urai atau teknik pilah langsung, yaitu teknik atau cara memilah atau mengurai suatu konstruksi tertentu (morfologi atau sintaksis) atau unsur-unsur langsungnya. Selanjutnya, unsur langsung yang terkait dengan unsur pembetuknya dianalisis untuk menemukan simpulan sesuai rumusan masalah yang dimaksud. berafiks penguraian satuan-satuan lingual dilakukan dari tahap pemilahan kata dasar sebagai morfem bebas dan unsur tambahan, baik prefiks, sufiks, maupun konfiks sebagai morfem terikat. Selanjutnya setelah dilakukan pemilahan tahap berikutnya adalah menganalisis data untuk mengidentivikasi masing tipe afiksasi. Tahap terakhir adalah menentukan karakteristik pola dan simpulan dari masing-masing kelompok kata polimorfemis BMDB.
53 I. Metode Penyajian Data Metode penyajian data yang akan dipakai dalam penelitian ini dibagi dua, yaitu metode formal dan informal. Metode formal adalah metode penyajian data melaui tabeltabel. Dalam penelitian ini, tahap awal penyajian data dilakukan dengan menampilkan seluruh data yang diperoleh di lapangan ke dalam tabel utama. Penyajian data diurutkan secara alfabetis dan disertai dengan transkrip fonetis masing-masing kata. Hal ini diperlukan karena objek kajian penelitian adalah bahasa asing, dalam hal ini bahasa daerah di luar bahasa Indonesia sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan kesalahan pengucapan oleh pembaca yang pada akhirnya akan menimbulkan kesalah- pemahaman. Selanjutnya, dilakukan pemilahan jenis afiksasi dari masing-masing data yang diperoleh ke dalam tabel yang berbeda. Setelah dilakukan pemilahan jenis afiksasi, tahap ketiga dilakukan identivikasi pola dari masing-masing jenis afiksasi ke dalam tabel yang berbeda. Tahap keempat adalah dilakukan analisis dan pembahasan dari masing-masing data sesuai jenis afiksasi. Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah penyimpulan atas hasil analisis untuk menentukan karakteristik masing-masing pola sehingga dapat ditentukan rumus dasarnya. Pada tahap keempat dan lima inilah metode informal digunakan, yaitu berupa penyajian data menggunakan kata-kata dan kalimat penunjang yang berasal dari bahasa Melayu dialek Betawi.