HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA SANGRAI KACANG DI KECAMATAN KAWANGKOAN Grace Bawinto, *Nancy S.H. Malonda, *Paul Kawatu *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Keadaan globalisasi yang semakin maju akan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, setiap negara termasuk Indonesia di tuntut untuk meningkatkan produktivitas kerja dari setiap sumber daya manusia. Produktivitas merupakan sikap mental yang meyakini bahwa hari ini akan lebih baik dari hari kemarin dan hari esok akan lebih baik dari hari ini. Produktivitas kerja erat hubungannya dengan status gizi. Tenaga kerja yang produktif harus di imbangi dengan pemenuhan gizi yang di konsumsi setiap hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Status Gizi dengan Produktivitas Kerja pada Pekerja Sangrai Kacang di Kecamatan Kawangkoan. Jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2016 di Kecamatan Kawangkoan dengan total populas i41 responden. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan injak berat badan untuk mengukur berat badan, mikrotoa untuk mengukur tinggi badan, dan kuesioner dan observasi untuk mengukur produktivitas kerja. Berdasarkan hasil penelitian pada pekerja sangrai kacang menunjukkan 27 pekerja sangrai kacang berstatus gizi gemuk (65,9%), 13 pekerja berstatus gizi normal (31,7%), dan 1 pekerja berstatus gizi kurus (2,4%). Yang termasuk dalam kategori produktif sebanyak 22 pekerja (53,7%) dan yang tidak produktif sebanyak 19 pekerja (46,3%) Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh hubungan antara status gizi dengan produktivitas kerja sebesar 0,048 (p<0,05). Para pekerja di harapkan agar menjaga dan mempertahankan status gizi yang normal untuk menunjang produktivitas kerja para pekerja Kata kunci: Status Gizi, Produktivitas Kerja, Pekerja ABSTRACT In this global era, science and technology are rapidly growing up, every country include Indonesia are reavire to increase the labor productivity of every human resources. Productivity is a mental attitude that bekieves today will be a better day than yesterday and tomorrow will be better than today. Labor productivity is closely connected with nutrition. A productive manpower should be equal to the what kind of food that they consume and also the nutrition inside the food. The purpose of this study is to know the connection between nutritional status with work productivity of peanut roaster workers in Kawangkoan districts. In conducting this research, the researcher used cross sectional qualitative method. This research will conducted in September until october 2016 ini Kawangkoan district with total population is 41 respondent. The tools that will be used is weight scale in order to meansure the weight, microtoise to meansure the height and also questionnaire and observation to meansure the work productivity. Based on the result to the respondent 27 workers are have an offer nutrition, 13 workers (31,7%) are normal nutritional status and 1 worker(2,4%) nutritional status skinny. The productives are 22 workers (53,7%), and 19 workers (46,3%) are not productives. Base d on the result from chy-square, the researcher find that the relation between nutrition and work productivity are 0,048 (p < 0,05). The workers have to keep maintain the normal nutrition to support the work productivity. Keywords:Nutritional Status, Work Productivity, Worker 1
PENDAHULUAN Keadaan globalisasi yang semakin maju akan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, setiap negara termasuk Indonesia di tuntut untuk meningkatkan produktivitas kerja dari sumber daya manusia (Suma mur, 2009). Produktivitas yang ditinjau dari sudut pandang fisiologi adalah suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari ini. Sikap yang demikian akan selalu mendorong untuk tidak merasa puas dengan apa yang telah mereka capai akan tetapi akan selalu mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja. Sedangkan produktivitas kerja adalah perbandingan antara hasil yang di capai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu (Ardana, 2012). Kesehatan tenaga kerja dan produktivitas kerja erat bertalian dengan status gizi. Berkerja keras yang dilakukan oleh tenaga kerja yang produktif harus di imbangi dengan pemenuhan gizi yang di konsumsi setiap hari oleh tenaga kerja (Kartasapoetra,2002). Penelitian yang dilakukan oleh Adityana (2014), tentang hubungan antara status gizi dan motivasi kerja dengan produktivitas kerja wanita bagian giling rokok di PT. Nojorono Kudus menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan produktivitas kerja. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Iswari (2014) tentang Hubungan Kebiasaan Sarapan dan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja pada Pekerja Wanita di Konveksi Rizkya Batik Ngemplak Boyolali menunjukkan ada hubungan antara status gizi dengan produktivitas kerja. Kawangkoan terkenal dengan produksi kacang sangrai itulah sebabnya di daerah ini terdapat industri rumahan yang mengelolah kacang sangrai. Selain itu Kawa ngkoan menjadi pemasok utama bagi kebutuhan kacang di Sulawesi Utara. Kacang sangrai merupakan kacang yang di olah dengan cara di sangrai dalam sebuah wajan selama kurang lebih 45-60 menit. Yang menjadi keunikan dalam proses pengolahan kacang sangrai adalah dengan menggunakan pasir gunung yang diaduk secara terus menerus agar kacang yang ada tidak hangus. Berdasarkan survei awal peneliti yang dilakukan di beberapa industri rumahan yang menjadi tempat sangrai kacang menunjukkan pekerja sangrai kacang bekerja kurang lebih selama 9 jam dalam sehari. Bekerja sebagai tenaga kerja sangrai kacang termasuk dalam kategori pekerjaan yang menguras banyak tenaga karena harus berdiri sambil mengaduk kacang sampai matang, hal ini dapat merangsang peningkatan laju metabolisme dalam tubuh. Selain itu pada proses pengolahan ini pekerja mengalami kondisi suhu lingkungan yang panas akibat terpapar dengan panas api dari proses pengolahan kacang sangrai tersebut. Kondisi ini berpengaruh terhadap metabolisme tubuh pekerja yang memungkinkan pekerja untuk mengeluarkan cairan berupa keringat yang lebih dari biasanya. Keadaan ini berpengaruh pada pekerja dengan lapisan lemak tebal karena mampu menyalurkan panas tubuh lebih cepat dan mengakibatkan para pekerja 2
tersebut menjadi kurang gesit dan lamban dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga berdampak pada produktivitas kerja.untuk itulah peneliti tertarikmelakukan penelitian tentang hubungan antara status gizi dengan produktivitas kerja pada pekerja sangrai kacang di kecamatan Kawangkoan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2016 di Kecamatan Kawangkoan.Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 25 industri rumahan dan 50 pekerja sangrai kacang. Dengan kriteria inklusi pekerja sangrai kacang yang bersedia menjadi responden dan dalam keadaan yang sehat. Sedangkan kriteria eksklusi yaitu tenaga kerja wanita yang mengalami menstruasi serta industri rumahan yang tidak berproduksi kacang sangrai pada saat penelitian. Sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah 41 responden dengan 23 industri rumahan. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu timbangan injak berat badan untuk mengukur berat badan, mikrotoa untuk mengukur tinggi badan, sedangkan untuk mengukur produktivitas kerja menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square dengan nilai P-value 0,048 (<0,05). Syarat uji Chi-square terpenuhi, jika tidak terdapat sel yang nilai harapannya kurang dari 5 dan presentase tidak lebih dari 20% sehingga ada hubungan antara status gizi dengan produktivitas kerja. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Hasil penelitian berdasarkan karakteristik umur responden menunjukan bahwa kelompok umur 39-43 tahun adalah yang terbanyak yaitu 11pekerja (26,8%), dan yang paling sedikit kelompok umur 54-58 tahun yaitu 1 pekerja (2,4%). Berdasarkan jenis kelamin menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 28 responden ( 68,3%), dan responden laki-laki hanya 13 responden (31,7%). Sedangkan yang menyelesaikan pekerjaannya kurang dari atau sama dengan 8 jam sebanyak 22 pekerja (53,7%) dan yang menyelesaikan pekerjaan lebih dari 8 jam sebanyak 19 pekerja (46,3%). Berdasarkan masa kerja para pekerja sangrai kacang ditemukan ada 2 pekerja termasuk dalam kelompok masa kerja antara 26-30 tahun (4,9%), sedangkan 11 pekerja termasuk dalam kelompok masa kerja antara 1-5 tahun (26,8%). Status Gizi Pekerja Sangrai Kacang di Kecamatan Kawangkoan Tabel 1. distribusi frekuensi menurut indeks massa tubuh Kategori n % Indeks Massa Tubuh (IMT) Kurus 1 2,4 Normal 13 31,7 Gemuk 27 65,9 Total 41 100,0 Hasil penelitian dari 41 pekerja sangrai kacang, ditemukan 27 pekerja (65,9%) dengan indeks massa tubuh gemuk, 1 pekerja (2,4%) dengan indeks massa tubuh kurus, dan yang 3
termasuk indeks massa tubuh normal sebanyak 13 pekerja (31,7%). Produktivitas Kerja Pekerja Sangrai Kacang di Kecamatan Kawangkoan Tabel 2. Distribusi frekuensi menurut produktivitas Produktivitas n % Kerja Produktif 22 53,7 Tidak Produktif 19 46,3 Total 41 100,0 Produktivitas kerja dikategorikan dalam 2 kategori yaitu tidak produktif dan produktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja termasuk dalam kategori pekerja yang produktif sebanyak 22 pekerja (53,7%) dan yang tidak produktif sebanyak 19 pekerja (46,3%). Hubungan antara Status Gizi dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Sangrai Kacang di Kecamatan Kawangkoan Status gizi yang dimiliki oleh pekerja sangrai kacang erat hubungannya dengan produktivitas kerja dari pekerja tersebut.ariati, (2013), menyatakan bahwa kecukupan gizi mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan produktivitas kerja karena dapat menunjukkan hasil yang di capai oleh pekerja sesuai dengan kecukupan dan penyebaran kalori yang di gunakan pada saat bekerja. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik (Kartasapoetra, 2002). Berdasarkan hasil penelitian pada pekerja sangrai kacang di Kecamatan Kawangkoan menunjukkan dari 41 responden ada 13 responden yang berstatus gizi normal dan termasuk dalam kategori produktif sebanyak 11 pekerja dan 2 pekerja termasuk dalam kategori tidak produktif, sedangkan responden yang berstatus gizi gemuk berjumlah 27 responden dan 11 orang diantaranya termasuk dalam kategori produktif dan 16 orang lainnya termasuk dalam kategori tidak produktif. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor menyatakan seseorang yang kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat maupun ringan, yaitu IMT <17,0 dan IMT 17,0-18,4 maka orang tersebut kurang mampu bekerja keras, sedangkan orang yang gemuk atau kelebihan berat badan, yaitu IMT 25,1-27,0 dan IMT >27,0 maka orang tersebut kurang gesit dan lamban dalam bekerja. Sedangkan orang yang mempunyai berat badan normal dengan IMT 18,5-25,0 akan lebih lincah dalam bekerja (Anonim, 2001). Hasil analisis data dengan menggunakan chi square diperoleh nilaip sebesesar 0,048 (nilai p < 0,05), yang berarti terdapat hubungan antara status gizi dengan produktivitas kerja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adityana (2014), menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan produktivitas kerja (p=0,003) tenaga kerja wanita bagian giling rokok di PT Nojorono Kudus. Dan hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iswari (2014), hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan produktivitas kerja ( p=0,210) pekerja bagian corrugator di PT.Purinusa Ekapersada Semarang. 4
Tabel 3. Hubungan antara Status Gizi dengan Produktivitas Kerja Kategori Indeks Produktivitas Kerja Total % P- Massa Tubuh Tidak Produktif Produktif Value Gemuk 16 11 27 100 0,048 Normal 3 11 14 100 Meskipun sebagian besar pekerja 2,4%, dan pekerja yang berstatus gizi normal sebanyak 13 pekerja dengan sangrai kacang termasuk dalam kategori presentase 31,7%. produktif, tetapi masih ada 19 pekerja sangrai kacang yang tidak produktif yang dapat mempengaruhi prestasi kerja dari tenaga kerja itu sendiri dan berdampak pada pemasukan bagi industri rumahan kacang sangrai. Selain 2. Hasil ukur produktivitas kerja pekerja sangrai kacang menunjukkan 22 pekerja (53,7%) yang bekerja secara produktif dan 19 pekerja (46,3%) bekerj a dengan tidak produktif. itu para pekerja 3. Terdapat hubungan antara status gizi tidak menggunakan alat pelindung diri dengan produktivitas kerja pada pekerja (masker) pada saat mereka bekerja. Hal ini sangrai kacang di Kecamatan menunjukkan kurangnya perhatian pekerja untuk melindungi diri mereka dari uap dan Kawangkoan dengan nilai p=0,048 (nilai p < 0,05). debu pada saat mereka bekerja.kebanyakan pekerja sangrai kacang termasuk dalam SARAN kategori status gizi gemuk dan terdapat 1 pekerja yang berstatus gizi kurus menunjukkan bahwa kurangnya kesadaran pekerja untuk menjaga status gizi pekerja agar berstatus gizi 1. Pekerja diharapkan agar dapat memantau berat badan untuk menjaga status gizi pekerja agar termasuk dalam kategori status gizi yang normal untuk menunjang normal untuk menunjang produktivitas dari keberhasilan capaian target yang pekerja itu sendiri. diinginkan dan memberikan dampak yang baik bagi produktivitas kerja. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di 2. Para pemilik industri rumahan diharapkan agar memberikan motivasi dan dukungan industri rumahan Kecamatan Kawangkoan, kepada pekerja untuk menunjang dapat disimpulkan bahwa : keberhasil pekerja dalam mencapai target 1. Status gizi yang banyak di temukan pada pekerja sangrai kacang adalah status gizi gemuk dengan jumlah 27 pekerja dengan kacang sangrai yang diharapkan dan lebih memperhatikan zat gizi yang diberikan kepada pekerja. presentase 65,9%, sedangkan status gizi yang paling sedikit ditemukan pada pekerja sangrai kacang adalah status gizi kurus yaitu 1 pekerja dengan presentase 3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti faktor-faktor lain yang belum sempat diteliti yang berhubungan dengan produktivitas kerja. 5
DAFTAR PUSTAKA Adityana F. C. 2014. Hubungan Antara Status Gizi dan Motivasi Kerja dengan Prouktivitas Tenaga Kerja Wanita Bagian Giling Rokok di PT Nojorono Kudus.(0nline). Diakses dihttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.p hp/ujph pada tanggal 5 Juni 2016. Anonim. 2001. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa.Puslitbang Gizi Bogor. Online http://www.gizi.net/pedomangizi/indeks-html pada tanggal 07 September 2016 Ardana I. K, Mujiati N. W, Utama I. W. M. 2012. Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ariati N. N. 2013. Gizi dan Produktivitas Keja. Jurnal Skala Husada.Vol 10:214-218. (online). Diakses di www.poltekkes-denpasar.ac.id pada tanggal 3 Juni 2016 Iswari D. A. P. 2014.Hubungan Kebiasaan Sarapan dan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja pada Pekerja Wanita di Konveksi Rizkya Batik Ngemplak Boyolali. (online). Diakses di http://eprints.ums.ac.id/30977/ pada tanggal 4 Juni 2016 Kartasapoetra G, Marsetyo, H. 2002. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja). Jakarta: Rineka Cipta. Suma mur. 2009. Higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Sagung Seto. 6