Lampiran 1 Indikator dari Pembangunan yang Berkelanjutan (CSD 2001)

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU

DAFTAR PUSTAKA. Bell, S., and S. Morse Measuring Sustainability. Learning from Doing. Earthscan. London.

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun

UU No.23 Tahun Indikator. 6 Dimensi 28 Aspek. Pelimpahan Kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PERUBAHAN PENYESUAIAN PANJAR BIAYA PERKARA PERDATA PADA KAMI, KETUA PENGADILAN PENGADILAN NEGERI BALE BANDUNG

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS LUAS LAHAN GARAPAN PER RUMAH TANGGA PETANI DI SELURUH KECAMATAN DAS CITARUM HULU

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI

bidang REKAYASA PENDUDUK DALAM PEMODELAN SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN (STUDI KASUS KABUPATEN BANDUNG) LIA WARLINA

METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN DALAM PENENTUAN PUSAT PELAYANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2007 SAMPAI TAHUN 2027

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini

BAB V PENUTUP Simpulan

SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

Data Sosial Ekonomi. Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Bandung, dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

Usulan Program dan Kegiatan dari Para Pemangku Kepentingan Tahun 2015 Kabupaten Bandung

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

DAFTAR KEGIATAN SKPD YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH TAHUN ANGGARAN Besaran Satuan Kecamatan Desa

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN

III. METODE PENELITIAN

Katalog BPS: TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2003 TENTANG KEBIJAKAN NASIONAL DI BIDANG PERTANAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PETUNJUK TEKNIS FESTIVAL NASYID KAB. BANDUNG 2015 A. KETENTUAN PESERTA

GLOSSARY. 1. Daerah adalah Kabupaten Bandung. 2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT

BAB I PENDAHULUAN. anggaran pemerintah yang cukup karena oil boom untuk membiayai berbagai

GINI RASIO KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

DOKUMEN PELAKSANAAN PRUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2012

3.1. BATASAN ADMINSTRASI KABUPATEN BANDUNG

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam meliputi sumber daya lahan, hutan, air, dan mineral.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

KATA PENGANTAR. LKIP Kabupaten Bandung 2016

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT.

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

H. DADANG M. NASER., SH., S.Ip BUPATI BANDUNG

Pengembangan Kawasan Perkebunan Teh di Kabupaten Bandung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Analysis Calculation of Optimum Hand Tractor Needs In Regency Bandung. Dwi Rustan Kendarto 1)

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menempati tempat yang penting dalam pembangunan bangsa

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRAKIRAAN ANGKA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PASCA PEMEKARAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. BAHAN DAN METODE

DISKRIPSI PROGRAM UTAMA A-1 PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT PERMUKIMAN (AIR LIMBAH)

KAJIAN KERENTANAN, RISIKO, DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM PADA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BANDUNG

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

KONSEP DASAR DAPODIK EMPAT BAGIAN PENTING KONSEP DASAR DAPODIK

Bab III. Capaian Pembangunan Manusia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG. NOMOR: 68/Kpts/KPU-Kab /2015

Transkripsi:

LAMPIRAN

Lampiran 1 Indikator dari Pembangunan yang Berkelanjutan (CSD 2001) SOSIAL TEMA SUBTEMA INDIKATOR Persen penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan Kemiskinan Indeks gini dari ketidaksamaan pendapatan Equity Tingkat pengangguran (Persamaan) Persamaan gender Rasio upah wanita terhadap upah pria Status nutrisi Status nutrisi anak-anak Tingkat mortalitas anak di bawah 5 tahun Mortalitas Angka harapan hidup saat lahir Kesehatan Sanitasi Persen penduduk dengan fasilitas air buangan yang layak Air minum Penduduk dengan akses terhadap air minum yang aman Persen penduduk dengan akses terhadap fasilitas Pelayanan Kesehatan pelayanan kesehatan primer Imunisasi untuk penyakit infeksi anak Tingkat prevalensi kontrasepsi Tingkat Anak-anak yang mencapai kelas 5 di sekolah dasar Pendidikan pendidikan Perumahan Melek huruf Kondisi tempat tinggal Tingkat melek huruf orang dewasa Area lantai per penduduk Keamanan Kriminalitas Jumlah kriminalitas yang terekam per 100.000 penduduk Kependudukan Laju pertumbuhan penduduk Perubahan Penduduk di perumahan formal dan informal penduduk LINGKUNGAN TEMA SUBTEMA INDIKATOR Perubahan iklim Emisi gas rumah kaca Atmosfer Penipisan lapisan ozon Konsumsi zat-zat penyebab penipisan lapisan ozon Lahan Kualitas udara Pertanian Konsentrasi ambien dari polutan udara di area perkotaan Areal Lahan Pertanian dan Lahan yang dapat ditanami Penggunaan Pupuk Samudra, laut dan pesisir Air tawar Biodiversity Hutan Desertifikasi Urbanisasi Zona pesisir Perikanan Kuantitas air Kualitas air Ekosistem Spesies Penggunaan Pestisida Areal Hutan dalam persen areal lahan Intensitas pemanenan kayu Lahan yang terkena desertifikasi Areal dari Permukiman formal dan informal perkotaan Konsentrasi alga di pesisir Persen jumlah penduduk hidup di pesisir Tangkapan tahunan dari spesies utama Pengambilan air permukaan dan air tanah tahunan sebagai persen dari ketersediaan air BOD dalam badan air Konsentrasi dari bakteri coli dalam feses di air tawar Area terpilih dari ekosistem kunci Area dilindungi sebagai persen dari total area Kelimpahan dari spesies kunci terpilih

EKONOMI TEMA SUBTEMA INDIKATOR PDB per kapita Kinerja Share investasi dalam PDB ekonomi Struktur Perdagangan Neraca perdagangan barang dan jasa ekonomi Rasio hutang terhadap PDB Status finansial Total ODA (Official Development Assistance) yang diterima atau diberikan sebagai persen dari PDB Konsumsi Intensitas penggunaan material materi Pola konsumsi dan produksi Penggunaan energi Tingkat timbulan dan pengelolaan limbah Transportasi Konsumsi penggunaan energi per kapita Share konsumsi dari sumberdaya energi yang dapat diperbaharui Intensitas penggunaan energi Tingkat timbulan limbah industri dan rumah tangga Tingkat timbulan limbah berbahaya Tingkat timbulan limbah radioaktif Daur ulang dan penggunaan kembali limbah Jarak tempuh per kapita berdasarkan moda transportasi INSTITUSIONAL TEMA SUBTEMA INDIKATOR Kerangka kerja institusi Strategi implementasi Strategi pembangunan berkelanjutan nasional dari pembangunan berkelanjutan Kooperasi Implementasi dari ratifikasi persetujuan global Kapasitas institusional internasional Akses informasi Infrastruktur komunikasi Sains dan teknologi Respon dan kesiapan menghadapi bencana Jumlah pelanggan internet per 1000 pelanggan Jumlah telepon per 1000 penduduk Pengeluaran untuk riset dan pengembangan sebagai persentasi PDB Kehilangan ekonomi dan manusia karena bencana alam

Lampiran 2 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah & Kepadatan Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kota Cimahi (BPS 2003) Kecamatan/Kota Luas Wilayah (Ha) Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/ Ha) Ciwidey 4984.00 66971 13 Rancabali 14700.00 44446 3 Pasirjambu 23949.36 72047 3 Cimaung 5499.79 64792 12 Pangalengan 19542.36 124780 6 Kertasari 15207.38 61180 4 Pacet 9194.01 89804 10 Ibun 5456.53 66294 12 Paseh 5824.90 102628 18 Cikancung 4053.37 67928 17 Cicalengka 3566.35 93254 26 Nagreg 4859.00 41210 8 Rancaekek 4529.91 140095 31 Majalaya 2535.99 137340 54 Solokanjeruk 2401.00 70898 30 Ciparay 4617.62 130674 28 Baleendah 4182.12 164983 39 Arjasari 6497.79 78971 12 Banjaran 6753.12 145768 22 Pameungpeuk 1462.29 58576 40 Katapang 2116.24 111500 53 Soreang 6737.17 133048 20 Cililin 12817.20 165611 13 Sindangkerta 12034.79 58116 5 Gununghalu 16079.62 66098 4 Rongga 11312.00 50445 4 Cipongkor 7614.65 76013 10 Batujajar 8368.39 100012 12 Margaasih 1796.53 107147 60 Margahayu 1054.34 102212 97 Dayeuhkolot 1102.69 101790 92 Bojongsoang 2733.59 70924 26 Cileunyi 3157.50 112330 36 Cilengkrang 2990.66 36359 12 Cimenyan 5287.12 83298 16 Lembang 9826.54 147986 15 Parongpong 4339.38 78648 18 Cisarua 5536.41 57486 10 Ngamprah 3608.58 122046 34 Padalarang 5157.63 135452 26 Cipatat 12549.69 108553 9 Cipeundeuy 10124.66 70016 7 Cikalongwetan 11207.81 99853 9 Kota Bandung 16729.00 2228268 133 Kota Cimahi 4023.00 483242 120 Total 328122.08 6729092 21

Lampiran 3 Persentase tingkat pendidikan di Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kota Cimahi (BPS 2003) Kecamatan/Kota Tidak Tamat Sekolah Dasar Tamat Sekolah Dasar Ciwidey 34.48 65.52 Rancabali 45.45 54.55 Pasirjambu 25.47 74.53 Cimaung 9.88 90.12 Pangalengan 13.34 86.66 Kertasari 35.38 64.62 Pacet 25.98 74.02 Ibun 15.11 84.89 Paseh 37.71 62.29 Cikancung 23.68 76.32 Cicalengka 14.64 85.36 Nagreg 18.48 81.52 Rancaekek 16.81 83.19 Majalaya 24.89 75.11 Solokanjeruk 25.23 74.77 Ciparay 20.31 79.69 Baleendah 11.37 88.63 Arjasari 16.42 83.58 Banjaran 19.55 80.45 Pameungpeuk 12.91 87.09 Katapang 13.36 86.64 Soreang 17.06 82.94 Cililin 15.51 84.49 Sindangkerta 23.77 76.23 Gununghalu 30.50 69.50 Rongga 32.87 67.13 Cipongkor 22.69 77.31 Batujajar 10.97 89.03 Margaasih 11.59 88.41 Margahayu 7.35 92.65 Dayeuhkolot 12.21 87.79 Bojongsoang 12.47 87.53 Cileunyi 16.53 83.47 Cilengkrang 13.67 86.33 Cimenyan 24.65 75.35 Lembang 16.11 83.89 Parongpong 16.88 83.12 Cisarua 24.89 75.11 Ngamprah 17.60 82.40 Padalarang 11.79 88.21 Cipatat 28.50 71.50 Cipeundeuy 21.11 78.89 Cikalongwetan 32.92 67.08 Kota Bandung 10.93 89.07 Kota Cimahi 10.93 89.07

Lampiran 4 Persentase kondisi tempat tinggal rumah tangga di Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kota Cimahi (BPS 2003) Kecamatan Persen RT ( rumah milik sendiri) Persen RT (rumah sewa/kontrak) lainnya Ciwidey 93.75 1.09 5.16 Rancabali 80.00 5.00 15.00 Pasirjambu 92.31 0.89 6.80 Cimaung 97.01 1.20 1.79 Pangalengan 81.62 1.40 16.98 Kertasari 92.64 3.58 3.78 Pacet 94.79 2.01 3.20 Ibun 88.42 7.63 3.95 Paseh 96.23 3.03 0.74 Cikancung 87.24 3.38 9.38 Cicalengka 92.66 2.12 5.22 Nagreg 93.70 2.15 4.15 Rancaekek 87.52 8.22 4.26 Majalaya 82.46 8.06 9.48 Solokanjeruk 97.64 1.38 0.98 Ciparay 84.80 6.25 8.95 Baleendah 77.78 6.25 15.97 Arjasari 90.60 5.99 3.41 Banjaran 92.81 3.54 3.65 Pameungpeuk 80.78 7.39 11.83 Katapang 83.17 5.87 10.96 Soreang 89.37 2.41 8.22 Cililin 93.37 1.56 5.07 Sindangkerta 95.83 2.10 2.07 Gununghalu 98.88 0.28 0.84 Rongga 91.25 2.00 6.75 Cipongkor 99.05 0.95 0.00 Batujajar 89.14 5.74 5.12 Margaasih 85.15 6.85 8.00 Margahayu 81.25 10.71 8.04 Dayeuhkolot 66.21 21.86 11.93 Bojongsoang 84.47 14.22 1.31 Cileunyi 82.86 5.36 11.78 Cilengkrang 92.80 2.86 4.35 Cimenyan 86.04 3.39 10.57 Lembang 81.31 0.97 17.72 Parongpong 81.26 9.35 9.39 Cisarua 90.75 2.50 6.75 Ngamprah 77.33 15.47 7.20 Padalarang 92.44 4.57 2.99 Cipatat 93.41 0.68 5.91 Cipeundeuy 93.53 3.37 3.10 Cikalongwetan 90.74 2.00 7.26 Kota Bandung 62.69 20.71 16.61 Kota Cimahi 62.69 20.71 16.61

Lampiran 5 Persentase penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian dan non pertanian di Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kota Cimahi (BPS 2003) Kecamatan pertanian non pertanian Ciwidey 51.34 48.66 Rancabali 82.78 17.22 Pasirjambu 42.08 57.92 Cimaung 25.62 74.38 Pangalengan 45.52 54.48 Kertasari 82.86 17.14 Pacet 50.22 49.78 Ibun 30.37 69.63 Paseh 25.21 74.79 Cikancung 31.13 68.87 Cicalengka 12.71 87.29 Nagreg 25.97 74.03 Rancaekek 10.52 89.48 Majalaya 6.89 93.11 Solokanjeruk 17.28 82.72 Ciparay 30.94 69.06 Baleendah 9.13 90.87 Arjasari 21.28 78.72 Banjaran 19.13 80.87 Pameungpeuk 7.21 92.79 Katapang 13.27 86.73 Soreang 32.29 67.71 Cililin 33.57 66.43 Sindangkerta 47.02 52.98 Gununghalu 62.32 37.68 Rongga 58.86 41.14 Cipongkor 38.18 61.82 Batujajar 29.55 70.45 Margaasih 7.38 92.62 Margahayu 1.61 98.39 Dayeuhkolot 1.94 98.06 Bojongsoang 11.86 88.14 Cileunyi 5.11 94.89 Cilengkrang 31.26 68.74 Cimenyan 12.61 87.39 Lembang 17.61 82.39 Parongpong 36.93 63.07 Cisarua 69.06 30.94 Ngamprah 15.74 84.26 Padalarang 9.39 90.61 Cipatat 32.07 67.93 Cipeundeuy 31.39 68.61 Cikalongwetan 26.85 73.15 Kota Bandung 1.29 98.84 Kota Cimahi 1.02 98.84

Lampiran 6 Variabel dependen & independen Variabel Dependen (Terikat) Penggunaan Lahan Nilai Nama File Air 0-1 Cov1_0.0 Hutan 0-1 Cov1_1.0 Lainnya 0-1 Cov1_2.0 Kawasan Terbangun 0-1 Cov1_3.0 Perkebunan 0-1 Cov1_4.0 Pertanian Lahan Kering 0-1 Cov1_5.0 Sawah 0-1 Cov1_6.0 Variabel Independen (Bebas) Sosial ekonomi Nilai / Unit Nama File Kepadatan penduduk Jiwa/ hektar Sc1gr0.fil Tingkat pendidikan Persen Sc1gr1.fil (penduduk yang mempunyai ijasah sekolah dasar dan menengah) Kondisi tempat tinggal Persen Sc1gr2.fil (rumah tangga yang memiliki rumah sendiri) Usaha Persen Sc1gr3.fil (penduduk yang bekerja di bidang pertanian) Geofisik Jenis Tanah Aluvial C 0-1 Sc1gr4.fil Andosol C 0-1 Sc1gr5.fil Asosiasi 0-1 Sc1gr6.fil Grumosol 0-1 Sc1gr7.fil Kompleks 0-1 Sc1gr8.fil Latosol 0-1 Sc1gr9.fil Geologi Aluvium 0-1 Sc1gr10.fil Aluvium, fasies gunung api 0-1 Sc1gr11.fil Eosen 0-1 Sc1gr12.fil Hasil gunung api kwarter tua 0-1 Sc1gr13.fil Hasil gunung api tak teruraikan 0-1 Sc1gr14.fil Miosen fasies sedimen 0-1 Sc1gr15.fil Pliosen fasies sedimen 0-1 Sc1gr16.fil Plistosen sedimen gunung api 0-1 Sc1gr17.fil Elevasi Meter Sc1gr18.fil Slope Derajat Sc1gr19.fil Aspek Derajat Sc1gr20.fil Aksesibilitas Jarak dari jalan raya utama Meter Sc1gr21.fil Jarak ke pusat kota Meter Sc1gr22.fil Iklim Curah hujan milimeter Sc1gr23.fil

(a) (b) (c) Lampiran 7 Peta Sosial Ekonomi Wilayah (a) Peta kepadatan penduduk Kabupaten Bandung (jiwa/hektar) (b) Peta tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Bandung ditunjukkan dengan persen penduduk usia lebih dari 10 tahun yang telah memiliki ijasah sekolah dasar (SD) (c) Peta kondisi tempat tinggal masyarakat Kabupaten Bandung dinyatakan denga persen rumah tangga yang memiliki rumah sendiri (d) Peta mata pencaharian penduduk pada sektor pertanian dinyatakan dalam persen tenaga kerja yang bekerja pada bidang pertanian (d)

(a) (b) (c) (d) (e) (f) Lampiran 8 Peta geofisik, iklim dan aksesibilitas (a) Elevasi (d) Curah hujan (b) Slope (e) Jarak dari jalan raya (c) Aspek (f) Jarak dari pusat

a b c d e f g h Lampiran 9 Peta geologi binari (a) aluvium, (b) alluvium, fasies gunung api, (c) eosen, (d) hasil gunung api kwarter tua, (e) hasil gunung api tak teruraikan, (f) miosen fasies sedimen, (g) pliosen fasies sedimen, (h) plistosen sedimen gunung api

(a) (b) (c) (d) (e) (f) Lampiran 10 Peta binari untuk jenis tanah Kabupaten Bandung (a) Alluvial C (b) Andosol C (c) Asosiasi (d) Grumosol (e) Kompleks (f) Latosol

(a) (b) (c) Lampiran 11 Spatial policy yang digunakan untuk pemodelan dengan CLUE-s (a) Tidak ada larangan tertentu (b) Terdapat larangan konversi (alih fungsi) lahan pada wilayah cagar alam (c) Terdapat larangan konversi (alih fungsi) lahan pada wilayah cagar alam dan kawasan lindung

Lampiran 12 File Demand.in1 Air Hutan Lainnya Kawasan Terbangun Perkebunan Pertanian Lahan Kering Sawah Tahun 2003 6675.00 67331.25 4968.75 41100.00 7875.00 182118.75 15775.00 Tahun 2004 6675.00 64486.15 4710.41 41809.12 7400.49 185834.15 14928.43 Tahun 2005 6675.00 61704.11 4461.37 42491.10 6948.13 189449.82 14114.22 Tahun 2006 6675.00 58989.09 4221.70 43145.45 6517.57 192962.50 13332.44 Tahun 2007 6675.00 56344.55 3991.44 43771.81 6108.38 196369.56 12583.02 Tahun 2008 6675.00 53773.38 3770.57 44369.98 5720.07 199669.00 11865.75 Tahun 2009 6675.00 51277.97 3559.03 44939.90 5352.11 202859.44 11180.31 Tahun 2010 6675.00 48860.20 3356.74 45481.62 5003.91 205940.03 10526.24 Tahun 2011 6675.00 46521.50 3163.58 45995.33 4674.85 208910.50 9903.00 Tahun 2012 6675.00 44262.80 2979.37 46481.31 4364.29 211771.03 9309.94 Tahun 2013 6675.00 42084.65 2803.96 46939.94 4071.54 214522.31 8746.35 Tahun 2014 6675.00 39987.19 2637.12 47371.70 3795.91 217165.40 8211.43 Tahun 2015 6675.00 37970.18 2478.64 47777.14 3536.69 219701.75 7704.35 Tahun 2016 6675.00 36033.08 2328.28 48156.87 3293.19 222133.14 7224.20 Tahun 2017 6675.00 34175.05 2185.77 48511.57 3064.67 224461.63 6770.06 Tahun 2018 6675.00 32394.96 2050.85 48841.96 2850.44 226689.57 6340.97 Tahun 2019 6675.00 30691.48 1923.25 49148.78 2649.80 228819.47 5935.96 Tahun 2020 6675.00 29063.06 1802.69 49432.85 2462.05 230854.06 5554.05 Tahun 2021 6675.00 27507.97 1688.89 49694.95 2286.51 232796.19 5194.24 Tahun 2022 6675.00 26024.36 1581.55 49935.92 2122.54 234648.83 4855.55 Tahun 2023 6675.00 24610.23 1480.41 50156.60 1969.48 236415.04 4537.00 File Demand.in2 Air Hutan Lainnya Kawasan Terbangun Perkebunan Pertanian Lahan Kering Sawah Tahun 2003 6675.00 67331.25 4968.75 41100.00 7875.00 182118.75 15775.00 Tahun 2004 6675.00 65899.44 4838.45 41456.95 7635.69 183989.42 15348.80 Tahun 2005 6675.00 64482.93 4710.46 41807.18 7401.91 185835.66 14930.61 Tahun 2006 6675.00 63082.27 4584.80 42150.62 7173.62 187656.99 14520.46 Tahun 2007 6675.00 61697.97 4461.47 42487.19 6950.80 189453.00 14118.35 Tahun 2008 6675.00 60330.51 4340.48 42816.84 6733.38 191223.27 13724.30 Tahun 2009 6675.00 58980.31 4221.84 43139.51 6521.32 192967.41 13338.30 Tahun 2010 6675.00 57647.84 4105.56 43455.20 6314.58 194685.28 12960.35 Tahun 2011 6675.00 56333.41 3991.62 43763.82 6113.07 196376.41 12590.41 Tahun 2012 6675.00 55037.57 3880.04 44065.53 5916.78 198041.26 12228.50 Tahun 2013 6675.00 53760.14 3770.79 44359.90 5725.57 199677.88 11874.47 Tahun 2014 6675.00 52501.87 3663.87 44647.33 5539.44 201287.83 11528.40 Tahun 2015 6675.00 51262.87 3559.28 44927.70 5358.29 202870.46 11190.18 Tahun 2016 6675.00 50043.33 3457.01 45200.99 5182.06 204425.59 10859.77 Tahun 2017 6675.00 48843.46 3357.02 45467.25 5010.66 205953.24 10537.10 Tahun 2018 6675.00 47663.42 3259.32 45726.50 4844.02 207453.39 10222.09 Tahun 2019 6675.00 46503.33 3163.88 45978.77 4682.06 208926.05 9914.68 Tahun 2020 6675.00 45363.30 3070.68 46224.09 4524.71 210371.19 9614.78 Tahun 2021 6675.00 44243.41 2979.70 46462.52 4371.87 211788.98 9322.31 Tahun 2022 6675.00 43143.68 2890.92 46694.10 4223.46 213179.38 9037.17 Tahun 2023 6675.00 42064.19 2804.30 46918.89 4079.39 214542.65 8759.27

Lampiran 13 Matriks Regulasi Tata Ruang (Hasil inventarisasi) Kelompok Regulasi Penjelasan Undangundang Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokokpokok agraria Undang-undang tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria berisi ketentuan hakhak atas tanah, air dan ruang angkasa serta pendaftaran tanah, juga ketentuan konversi. Dalam undang-undang ini, yang ditetapkan meliputi pendaftaran tanah, hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa untuk bangunan, hak membuka tanah dan memungut hasil hutan, hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan, hak guna ruang angkasa, hak-hak tanah untuk keperluan suci dan sosial. Undang-undang Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Undang-undang ini mengatur penataan ruang yang meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penataan ruang yang diharapkan dapat mencapai pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan dan berkualitas, serta dapat menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan. Undang-undang ini mengatur kewenangan pemerintah daerah baik propinsi mapun kabupaten/ kota. Kewenangan tersebut meliputi antara lain: perencanaan dan pengendalian pembangunan; perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; penyediaan sarana dan prasarana umum;

Lanjutan Lampiran 13 Kelompok Regulasi Penjelasan Peraturan Pemerintah Peraturan pemerintah no 69 tahun 1996 tentang pelaksanaan hak dan kewajiban serta bentuk peran serta masyarakat dalam penataan ruang Peraturan pemerintah ini mengatur hak masyarakat untuk berperan serta dalam proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang. Peraturan ini berisi tentang cara memberikan masukan kepada pemerintah dalam penataan ruang. PeraturanPemerintah nomor 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Peraturan Pemerintah nomor 15 tahun 2004 tentang Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2004 tentang penatagunaan tanah Peraturan Pemerintah nomor 34 tahun 2002 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan RTRWN berisi tujuan nasional pemanfaatan ruang untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan; pola pemanfaatan dan struktur ruang wilayah nasional; dan kriteria dan pola pengelolaan kawasan lindung, kawasan budi daya dan kawasan tertentu. RTRWN ini merupakan pedoman bagi pemerintah daerah propinsi, kabupaten dan kota dalam penataan ruang. Peraturan ini mengatur tentang Perum Perumnas yang didirikan untuk melaksanakan penataan perumahan dan permukiman bagi masyarakat; dan membantu memenuhi kebutuhan perumahan bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Penyelenggarakan penatagunaan tanah meliputi pelaksanaan inventarisasi penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah; penetapan perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah menurut fungsi kawasan; penetapan pola penyesuaian penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Kawasan hutan meliputi: hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. Pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperolehmanfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestarian hutan.dengan memenuhi kriteria dan indikator pengelolaan hutan secara lestari, yang mencakup aspek ekonomi,sosial dan ekologi.

Lanjutan Lampiran 13 Kelompok Regulasi Penjelasan Keputusan Presiden Keputusan Presiden No 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup. Pemerintah daerah tingkat I menetapkan wilayahnya sebagai kawasan lindung dengan menetapkan peraturan daerah. Keputusan Presiden No 75 tahun 1993 tentang Koordinasai Tata Ruang Nasional Keputusan Presiden No 34 tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional bidang pertanahan Koordinasi penataan ruang nasional diselenggarakan dalam sebuah badan yang disebut Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional. Bertugas : Melakukan inventarisasi sumberdaya dalam rangka penyusunan dan penyempurnaan strategi nedional pengembangan pola tata ruang serta pola pengelolaannya. Mengkoordinasikan pelaksanaan strategi nasional pengembangan pola tata ruang Menyelenggarakan pembinaan pelaksanaan penataan ruang daerah. Merumuskan kebijaksanaan dan mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam penataan ruang (nasional dan daerah), memberikan saran pemecahan kepada Pemerintah. Mengkoordinasikan penyusunan peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Merupakan peraturan dalam penyusunan Rancangan Undang-undang Penyempurnaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria danrancangan Undang-undang tentang Hak Atas Tanah serta peraturan perundangundanganlainnya di bidang pertanahan. Sebagai arahan dalam pembangunan sistim informasi dan manajemen pertanahan yang meliputi : penyusunan basis data tanah-tanah aset negara/ pemerintah/pemerintah daerah di seluruh Indonesia; penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial dalam pelayanan pendaftaran tanah dan penyusunan basis data penguasaan dan pemilikan tanah, yang dihubungkan

dengan e-government, e-commerce dan e- payment; pemetaan kadasteral dalam rangka inventarisasi dan registrasi penguasaan,pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan menggunakan teknologi citra satelit dan teknologi informasi untuk menunjang kebijakan pelaksanaan landreform dan pemberian hak atas tanah; pembangunan dan pengembangan pengelolaan penggunaan dan pemanfaatan tanah melalui sistim informasi geografi, dengan mengutamakan penetapan zona sawah beririgasi, dalam rangka memelihara ketahanan pangan nasional Keputusan Presiden No 41 tahun 1996 tentang Kawasan Industri Pembangunan kawasan industri bertujuan: Mempercepat pertumbuhan industri, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan industri danmeningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan. Pembangunan kawasan industri tidak mengurangi areal lahan pertanian dan tidak dilakukan di atas tanah yang mempunyai fungsi perlindungan sumber daya alam dan warisan budaya. Keputusan Presiden No 150 tahun 2000 tentang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), merupakan wilayah geografis dengan batas-batas tertentu yang memenuhi persyaratan memiliki potensi untuk cepat tumbuh; dan atau; mempunyai sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya; dan atau memiliki potensi pengembalian investasi yang besar.