LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2016

dokumen-dokumen yang mirip
K O T A M A T A R A M LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH)

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN BAB I

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI SUMATERA UTARA. Renova Marpaung. Abstrak. Kata Kunci : Manajemen Mutu, Pembangunan, Pendidikan

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

KATA PENGANTAR. menengah.

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

BAB II BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN DAN SEKOLAH DASAR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

WALIKOTA TASIKMALAYA

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Rencana Kerja Dinas Pendidikan Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

KABUPATEN BADUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

ISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PERLUASAN DAN PEMERATAAN AKSES PAUD BERMUTU DAN BERKESETARAAN GENDER DI SEMUA PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA

INDIKATOR KINERJA UTAMA

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 08 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

Komponen kelembagaan sekolah; kurikulum, proses dan hasil belajar, administrasi dan manajemen satuan pendidikan, organisasi kelembagaan satuan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Dengan Persetujuan Bersama:

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

[TT2] (MDGs), Education For All (EFA), dan Education for. sasaran-sasaran Millenium Development Goals. Memenuhi komitmen global untuk pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Sistem pemerintahan daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Bab mengharuskan daerah untuk mampu meningkatkan 1 kemandiriannya dalam penyelenggaraan Pendahuluan pemerintahan yang berpedoman pada asas umum penyelenggaraan pemerintahan, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi. Dalam rangka pencapaian hasil, peranan perencanaan menjadi amat strategis dan sangat menentukan sebagai landasan pokok karena merupakan suatu keputusan tentang apa yang akan diharapkan dalam waktu yang akan datang dengan berbagai program dan cara yang efektif untuk pencapaiannya. Dalam hal ini diartikan bahwa perencanaan menjadi sebuah proses pemilihan dan pengembangan tindakan yang dianggap paling baik atau menguntungkan bagi organisasi untuk mencapai tujuannya. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota MataramNomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Mataram, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Mataram mempunyai tugas pokok membantu Walikota Mataram dalam menyelenggarakan kewenangan daerah di bidang pendidikan. Guna melaksanakan tugas pokok tersebut dan dengan memberdayakan segala sumber daya yang ada, maka perencanaan strategik Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Mataram diwujudkan berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan strategik, program dan kegiatan. Dari uraian diatas maka Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Mataram diharuskan untuk membuat program dan kegiatan dengan penekanan dari aspek strategis guna mengimplementasikan kebijakan yang timbul akibat tugas pokok dan fungsi yang di emban dengan cara : 1. Memperluas akses bagi anak usia 0 6 tahun, baik laki-laki maupun perempuan untuk memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki dan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan dalam mengikuti pendidikan di SD/MI. 2. Menghapus hambatan biaya (cost barriers) melalui pemberian dana pendamping bantuan operasional sekolah (BOS dan BOP PAUD) bagi satuan pendidikan negeri dan swasta dari jenjang pendidikan anak usia dini, dasar sampai menengah. Di samping itu, dilakukan kebijakan pemberian bantuan biaya personal terutama bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin pada jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah. Halaman.1

3. Memperluas akses bagi anak usia sekolah 7 15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak/belum terlayani di jalur pendidikan formal untuk memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan di jalur nonformal maupun program pendidikan terpadu/inklusif bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus terutama untuk daerah-daerah yang tidak tersedia layanan pendidikan khusus luar biasa. Di samping itu, untuk memperluas akses bagi penduduk usia 13-15 tahun dikembangkan SMP Terbuka melalui optimalisasi daya tampung maupun melalui model layanan pendidikan alternatif yang inovatif. 4. Memperluas akses bagi penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas baik laki-laki maupun perempuan untuk memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan keaksaraan melalui jalur pendidikan nonformal. 5. Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam memperluas akses sekolah menengah (SM), khususnya pada daerah-daerah yang memiliki lulusan SMP cukup besar. Di sisi lain, juga mengembangkan SM Terpadu, yaitu pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan umum dan kejuruan dalam satu satuan pendidikan. Bagi siswa yang berkebutuhan khusus, dilakukan kebijakan strategis dalam melaksanakan program pendidikan inklusif. 6. Memperluas akses terhadap pendidikan di SMK sesuai dengan kebutuhan dan keunggulan lokal. Perluasan SMK ini dilaksanakan melalui penambahan program pendidikan kejuruan yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang berkembang. Di samping itu, dilakukan upaya penambahan muatan pendidikan keterampilan di SMA bagi siswa yang akan bekerja setelah lulus. 7. Memperluas kesempatan belajar sepanjang hayat bagi penduduk dewasa yang ingin meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kecakapan hidup yang relevan dengan kebutuhan masyarakat melalui program-program pendidikan berkelanjutan. Perluasan kesempatan belajar sepanjang hayat dapat juga dilakukan dengan mengoptimalkan berbagai fasilitas pendidikan formal yang sudah ada sebagai bagian dari harmonisasi pendidikan formal dan nonformal. 8. Memperhatikan secara khusus kesetaraan gender, pendidikan untuk layanan khusus di daerah miskin dan pinggiran dan sertamengimplementasikannya dalam berbagai program secara terpadu. Halaman.2

9. Melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) serta advokasi kepada masyarakat agar keluarga makin sadar akan pentingnya pendidikan serta mau mengirimkan anak-anaknya ke sekolah dan/atau mempertahankan anaknya untuk tetap bersekolah. 10. Melaksanakan advokasi bagi pengambil keputusan, baik di eksekutif maupun legislatif dari tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk memberikan perhatian yang lebih besar pada pembangunan pendidikan. 11. Memanfaatkan secara optimal sarana radio, televisi, komputer dan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) lainnya untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Berdasarkan implementasi dari tugas pokok dan fungsi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga diatas tidak lah mudah bagi Dinas untuk dapat serta merta mewujudkannya yang dikarenakan oleh beberapa faktor yg juga menjadi isu strategis dalam mengupayakan terwujudnya Pendidikan yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di Kota Mataram. Berikut ini adalah bebarapa Issu Strategis yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Mataram khususnya Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga : 1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan. 2. Peningkatan Prestasi Sekolah. 3. Pemberian Bantuan Bagi Siswa Miskin. 4. Peningkatan Kualitas Pembelajaran 5. Optimalisasi Besaran Sekolah 6. Pemenuhan Kewajiban Sekolah Secara Optimal 7. Peningkatan Kualitas Tenaga Pendidik dan Kependidikan 8. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Pengawasan 9. Peningkatan Kualitas Sarana Pembelajaran 10. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengembangan Sekolah 11. Peningkatan Kualitas Pelayanan Halaman.3

Sebagai tindak lanjut arah kebijakan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Mataram yang tertuang dalam pola dasar pembangunan daerah Kota Mataram, maka program-program pembangunan bidang pendidikan yang dilaksanakan adalah : a. Pemerataan dan Perluasan Akses Pemerataan dan perluasan akses pendidikan diarahkan pada upaya memperluas daya tampung satuan pendidikan serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda baik secara sosial, ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual serta kondisi fisik. Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas penduduk Kota Mataram untuk dapat belajar sepanjang hayat dalam rangka peningkatan daya saing di era global, serta meningkatkan peringkat indeks pembangunan manusia (IPM). Untuk itu, sampai dengan tahun 2016 dilakukan upaya-upaya sistematis dalam pemerataan dan perluasan pendidikan dengan mempertahankan APM SD/MI pada tingkat 97 %, memperluas SMP/MTs hingga mencapai APK diatas 100 %. Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun memperhatikan pelayanan yang adil dan merata bagi penduduk yang menghadapi hambatan ekonomi, yaitu penduduk miskin, maupun hambatan atau kelainan fisik, emosi, mental serta intelektual peserta didik. Untuk itu, diperlukan strategi yang lebih efektif antara lain dengan membantu dan mempermudah mereka yang belum bersekolah, putus sekolah, serta lulusan SD/MI/SDLB yang tidak melanjutkan ke SMP/MTs/SMPLB untuk memperoleh layanan pendidikan. Di samping itu, akan dilakukan strategi yang tepat untuk meningkatkan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, khususnya pada masyarakat yang menghadapi hambatan tersebut. Penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun akan menambah jumlah lulusan SMP/MTs/SMPLB setiap tahunnya, sehingga juga akan mendorong perluasan pendidikan menengah. Dengan bertambahnya permintaan pendidikan menengah, pemerintah juga melakukan perluasan pendidikan menengah terutama bagi mereka yang karena satu dan lain hal tidak dapat menikmati pendidikan SMA yang bersifat regulermelalui Paket C, sehingga pada gilirannya mendorong peningkatan APM SMA. Oleh karena SMA cenderung semakin meluas jauh di atas SMK, maka pemerintah lebih mempercepat pertumbuhan SMK diiringi dengan upaya 2 Bab Perencanaan Kinerja Halaman.4

mendorong peningkatan program pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terus berubah. Beberapa kebijakan strategis yang disusun dalam rangka memperluas pemerataan dan akses pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Memperluas akses bagi anak usia 0 6 tahun, baik laki-laki maupun perempuan untuk memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki dan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan dalam mengikuti pendidikan di SD/MI. 2. Menghapus hambatan biaya (cost barriers) melalui pemberian dana pendamping bantuan operasional sekolah (BOS dan BOP PAUD) bagi satuan pendidikan negeri dan swasta dari jenjang pendidikan anak usia dini, dasar sampai menengah. Di samping itu, dilakukan kebijakan pemberian bantuan biaya personal terutama bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin pada jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah. 3. Memperluas akses bagi anak usia sekolah 7 15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak/belum terlayani di jalur pendidikan formal untuk memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan di jalur nonformal maupun program pendidikan terpadu/inklusif bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus terutama untuk daerah-daerah yang tidak tersedia layanan pendidikan khusus luar biasa. Di samping itu, untuk memperluas akses bagi penduduk usia 13-15 tahun dikembangkan SMP Terbuka melalui optimalisasi daya tampung maupun melalui model layanan pendidikan alternatif yang inovatif. 4. Memperluas akses bagi penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas baik laki-laki maupun perempuan untuk memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan keaksaraan melalui jalur pendidikan nonformal. 5. Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam memperluas akses sekolah menengah (SM), khususnya pada daerah-daerah yang memiliki lulusan SMP cukup besar. Di sisi lain, juga mengembangkan SM Terpadu, yaitu pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan umum dan kejuruan dalam satu satuan pendidikan. Bagi siswa yang berkebutuhan khusus, dilakukan kebijakan strategis dalam melaksanakan program pendidikan inklusif. 6. Memperluas akses terhadap pendidikan di SMK sesuai dengan kebutuhan dan keunggulan lokal. Perluasan SMK ini dilaksanakan melalui penambahan program Halaman.5

pendidikan kejuruan yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang berkembang. Di samping itu, dilakukan upaya penambahan muatan pendidikan keterampilan di SMA bagi siswa yang akan bekerja setelah lulus. 7. Memperluas kesempatan belajar sepanjang hayat bagi penduduk dewasa yang ingin meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kecakapan hidup yang relevan dengan kebutuhan masyarakat melalui program-program pendidikan berkelanjutan. Perluasan kesempatan belajar sepanjang hayat dapat juga dilakukan dengan mengoptimalkan berbagai fasilitas pendidikan formal yang sudah ada sebagai bagian dari harmonisasi pendidikan formal dan nonformal. 8. Memperhatikan secara khusus kesetaraan gender, pendidikan untuk layanan khusus di daerah miskin dan pinggiran dan sertamengimplementasikannya dalam berbagai program secara terpadu. 9. Melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) serta advokasi kepada masyarakat agar keluarga makin sadar akan pentingnya pendidikan serta mau mengirimkan anak-anaknya ke sekolah dan/atau mempertahankan anaknya untuk tetap bersekolah. 10. Melaksanakan advokasi bagi pengambil keputusan, baik di eksekutif maupun legislatif dari tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk memberikan perhatian yang lebih besar pada pembangunan pendidikan. 11. Memanfaatkan secara optimal sarana radio, televisi, komputer dan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) lainnya untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Kebijakan untuk pemerataan dan perluasan akses pendidikan dilakukan melalui penguatan program-program sebagai berikut : 1. Pendanaan pendamping BOS (BOSDA) adalah kebijakan yang menempati urutan prioritas tertinggi dalam lima tahun ke depan, yang dimaksudkan untuk menutup biaya minimal operasi pembelajaran yang secara minimal memadai untuk menciptakan landasan yang kokoh bagi upaya peningkatan mutu secara berkelanjutan. Dengan kebijakan dana pendamping BOS tersebut, pemerintah daerah akan mewujudkan pendidikan dasar gratis, yang diartikan sebagai bebas biaya secara bertahap. Halaman.6

2. Penyediaan bantuan siswa miskin, yang dimaksudkan untuk meningkatkan akses siswa dari keluarga miskin dalam mau mengirimkan anak-anaknya ke sekolah dan/atau mempertahankan anaknya untuk tetap bersekolah. 3. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan kebijakan strategis berikutnya, yang akan dilakukan untuk mendukung perluasan akses dikdas dalam program Wajar Dikdas. Penyediaan sarana/prasarana SD sederajat mencakup penambahan sarana untuk pendidikan layanan khusus dan rehabilitasi serta revitalisasi sarana/prasarana yang rusak. Untuk SMP sederajat, kegiatan ini diarahkan untuk membangun unit sekolah baru (USB), ruang kelas baru (RKB), laboratorium, perpustakaan, dan buku pelajaran, yang diharapkan juga akan berdampak pada peningkatan mutu Dikdas. 4. Rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan dengan mempertimbangkan kecukupan jumlah dan kualifikasi guru profesional di berbagai jenjang dan jenis pendidikan, keahlian, dan kesetaraan gender. 5. Perluasan pendidikan pada jalur non formal. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan angka partisipasi (APM/APK) melalui program Paket A, Paket B dan Paket C. Program ini sangat strategis untuk menjangkau peserta didik yang memiliki berbagai keterbatasan untuk mengikuti pendidikan formal, terutama anak-anak dari keluarga tidak mampu atau anak-anak yang terpaksa bekerja. 6. Perluasan akses Sekolah Luar Biasa (SLB) dan sekolah inklusif; merupakan kebijakan untuk menyelenggarakan pendidikan khusus dan pendidikan inklusif sehingga memperluas akses pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan belajar karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau memiliki potensi bakat istimewa atau kecerdasan luar biasa. 7. Pengembangan pendidikan layanan khusus bagi anak di daerah bencana, daerah konflik, serta anak jalanan: adalah kebijakan untuk penduduk yang kesulitan akses karena faktor sosial ekonomi. Kelompok penduduk yang kurang beruntung karena terisolasi atau hambatan lainnya, mendapat pelayanan khusus, antara lain melalui Paket A, Paket B, Paket C, SMP Terbuka, termasuk layanan dengan memanfaatkan TIK seperti radio, televisi, komputer dan internet. 8. Perluasan akses PAUD merupakan kebijakan untuk mendorong terselenggaranya pelayanan pendidikan bagi anak-anak usia 0-6 tahun baik pada jalur pendidikan formal Halaman.7

maupun nonformal. Kegiatan pemerintah daerah lebih diarahkan untuk memberikan dukungan atau pemberdayaan bagi terselenggaranya pelayanan PAUD yang bermutu oleh masyarakat secara merata di Kota Mataram dengan memberikan dana untuk pengembangan PAUD, PAUD Model, dan berbagai bentuk integrasi PAUD ke dalam berbagai pelayanan anak usia dini lainnya. 9. Pendidikan kecakapan hidup merupakan kebijakan strategis bagi peserta didik yang orang tuanya miskin dan orang dewasa miskin dan/atau pengangguran. Pendidikan ini akan memberikan kompetensi yang dapat dijadikan modal untuk usaha mandiri atau bekerja, di mana kegiatan strategis ini menjadi sangat penting peranannya bagi penanggulangan kemiskinan dan pengangguran. 10. Perluasan akses SMA/SMK dan SM terpadu: arah kebijakan ini lebih untuk memperluas SMK untuk mencapai komposisi jumlah SMA dan SMK yang seimbang pada tahun 2019. Perluasan SMA lebih ditekankan pada partisipasi swasta. Kebijakan ini ditempuh setelah melihat kenyataan bahwa bagian terbesar penganggur terdidik adalah lulusan pendidikan menengah yang dapat diartikan sebagai kurangnya keterampilan lulusan pendidikan menengah untuk masuk lapangan kerja. 11. Pemanfatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai sarana pembelajaran pada pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Teknologi informasi dan komunikasi akan dimanfaatkan secara optimal dalam fungsinya sebagai media pembelajaran dan juga untuk memfasilitasi manajemen pendidikan. 12. Peningkatan peran serta masyarakat dalam perluasan akses SMA, SMK/SM Terpadu, dan SLB. Kegiatan ini termasuk dalam prioritas kebijakan yang didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, bahwa kemampuan keuangan pemerintah masih terbatas untuk dapat memberikan pelayanan pendidikan yang seluas-luasnya sementara itu ada potensi yang cukup besar pada masyarakat. Kedua, kecenderungan arah pembangunan pendidikan yang ingin lebih banyak melibatkan partisipasi swasta di segala aspek penyelenggaraan, termasuk investasi, pengelolaan, dan pengawasan. Ketiga, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah daerah akan lebih banyak memainkan perannya sebagai fasilitator pelayanan publik yang bertugas membuat kebijakan-kebijakan strategis, yang antara lain dilakukan melalui pengendalian dan penjaminan mutu, pengembangan standar-standar, Halaman.8

akreditasi, dan sertifikasi dalam rangka desentralisasi pendidikan. Peran yang demikian ingin mendorong terselenggaranya pelayanan pendidikan yang mandiri (otonom), baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat (swasta). 13. Perluasan akses pemuda dan pelajar pada bidang kesenian dan olahraga. b. Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing di masa depan diharapkan dapat memberikan dampak bagi perwujudan eksistensi manusia dan interaksinya sehingga dapat hidup bersama dalam keragaman sosial dan budaya. Selain itu, upaya peningkatan mutu dan relevansi dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat serta daya saing bangsa. Mutu pendidikan juga dilihat dari meningkatnya penghayatan dan pengamalan nilai-nilai humanisme yang meliputi keteguhan iman dan takwa serta berakhlak mulia, etika, wawasan kebangsaan, kepribadian tangguh, ekspresi estetika, dan kualitas jasmani. Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan diukur dari pencapaian kecakapan akademik dan nonakademik yang lebih tinggi yang memungkinkan lulusan dapat proaktif terhadap perubahan masyarakat dalam berbagai bidang baik di tingkat lokal, nasional maupun global. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu pendidikan yang semakin meningkat yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP meliputi berbagai komponen yang terkait dengan mutu pendidikan mencakup standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Pemerintah mendorong dan membimbing satuan-satuan dan program (studi) pendidikan untuk mencapai standar yang diamanatkan oleh SNP. Standar-standar tersebut digunakan juga sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap kinerja satuan dan program pendidikan, mulai dari PAUD, pendidikan dasar (Dikdas), pendidikan menengah (Dikmen), dan PNF. Peningkatan mutu pendidikan semakin diarahkan pada perluasan inovasi pembelajaran baik pada pendidikan formal maupun nonformal dalam rangka mewujudkan proses yang efisien, menyenangkan dan mencerdaskan sesuai tingkat usia, kematangan, serta tingkat perkembangan peserta didik. Pengembangan proses pembelajaran pada PAUD serta kelaskelas rendah sekolah dasar lebih memperhatikan prinsip perlindungan dan penghargaan Halaman.9

terhadap hak-hak anak dengan lebih menekankan pada upaya pengembangan kecerdasan emosional, sosial, dan spiritual dengan prinsip bermain sambil belajar. Peningkatan mutu pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi semakin memperhatikan pengembangan kecerdasan intelektual dalam rangka memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di samping memperkokoh kecerdasan emosional, sosial, dan spritual peserta didik. Upaya peningkatan mutu dan relevansi pendidikan secara berkelanjutan akan dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan satuan pendidikan secara terpadu yang pengelolaannya dikoordinasikan secara terpusat. Manajemen mutu tersebut akan dilaksanakan melalui kebijakan strategis sebagai berikut : 1. Melaksanakan penilaian pendidikan, peningkatan kapasitas pengelolaan pendidikan, peningkatan sumberdaya pendidikan, akreditasi satuan dan program pendidikan jenjang TK dan SD, serta upaya penjaminan mutu pendidikan. 2. Melaksanakan evaluasi pendidikan melalui ujian sekolah oleh sekolah dan ujian nasional. Ujian nasional mengukur ketercapaian kompetensi siswa/peserta didik berdasarkan standar kompetensi lulusan yang ditetapkan secara nasional (benchmark). 3. Melaksanakan penjaminan mutu (quality assurance) melalui suatu proses analisis yang sistematis terhadap hasil ujian nasional dan hasil evaluasi lainnya yang dimaksudkan untuk menentukan faktor pengungkit dalam upaya peningkatan mutu, baik antar satuan pendidikan, antar gugus, antar kecamatan atau melalui pengelompokan lainnya. Berdasarkan analisis itu, diberikan intervensi terhadap satuan dan program (studi) pendidikan di antaranya melalui: pendidikan dan pelatihan terutama pengembangan proses pembelajaran efektif, pemberian bantuan teknis, pengadaan dan pemanfaatan sumberdaya pendidikan, serta pemanfaatan ICT dalam pendidikan. 4. Melakukan tindakan afirmatif dengan memberikan perhatian lebih besar pada satuan pendidikan yang kualitasnya rendah, baik dilihat dari input, proses, maupun outputnya. 5. Melaksanakan akreditasi satuan pendidikan TK dan SD untuk menentukan status akreditasinya masing-masing. Penilaian dilakukan setiap lima tahun dengan mengacu pada SNP. Akreditasi juga dapat menggunakan rata-rata hasil ujian nasional dan/atau ujian sekolah sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan status akreditasi tersebut. Hasil akreditasi dijadikan sebagai landasan untuk melakukan program pengembangan Halaman.10

kapasitas dan peningkatan mutu setiap satuan pendidikan. Pelaksanaan akreditasi ini dilakukan secara independen oleh Unit Pelaksana Akreditasi (UPA) Kota Mataram. Kebijakan untuk peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan dilakukan melalui penguatan program-program sebagai berikut : 1. Penguatan peran Unit Pelaksana Akreditasi (UPA) merupakan Kebijakan strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan daerah. Pengawasan dan penjaminan mutu secara terprogram dengan mengacu pada SNP untuk mewujudkan sistem pengawasan dan penjaminan mutu secara berkelanjutan. Karena itu perlu dikembangkan dan dikelola mekanisme pengawasan dan pengendalian mutu pendidikan yang mengacu pada standar nasional pendidikan. Kegiatan utamanya antara lain: pembentukan UPA; menyusun dan menetapkan mekanisme pengawasan dan penjaminan mutu pendidikan; menyusun dan menetapkan mekanisme pengawasan; evaluasi; dan ujian nasional untuk mengukur ketercapaian standar pendidikan yang telah ditetapkan; serta pengembangan kapasitas pengelolaan pendidikan di tingkat kota, kecamatan, gugus serta satuan pendidikan. 2. Perluasan dan peningkatan mutu akreditasi oleh UPA; akreditasi merupakan kebijakan strategis dalam penilaian kelayakan program dan/atau satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam rangka peningkatan mutu dan relevansi pendidikan di setiap satuan pendidikan. 3. Pengembangan guru sebagai profesi; merupakan kebijakan yang strategis dalam rangka membenahi persoalan guru secara mendasar. Sebagai tenaga profesional, guru harus memiliki sertifikat profesi dari hasil uji kompetensi. Sesuai dengan usaha dan prestasinya, guru akan memperoleh imbal jasa, insentif, dan penghargaan, atau sebaliknya, disinsentif atas tidak terpenuhinya standar profesi oleh seorang guru. Pendidikan profesi guru dan sistem sertifikasi profesi pendidik akan dikembangkan baik untuk calon guru (pre service) maupun untuk guru yang sudah bekerja (in service). Standar profesi guru akan dikembangkan sebagai dasar bagi penilaian kinerja guru yang dilakukan secara berkelanjutan atas dasar kinerjanya baik pada tingkat kelas maupun satuan pendidikan. 4. Pembinaan dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan nonformal; kebijakan yang strategis dalam rangka membenahi persoalan pendidik dan tenaga kependidikan Halaman.11

nonformal. Sebagai tenaga profesional yang harus memiliki sertifikat profesi dari hasil uji kompetensi, sesuai dengan usaha dan prestasinya untuk memperoleh imbal jasa, insentif, dan penghargaan, atau sebaliknya, disinsentif atas tidak terpenuhinya standar profesi. Standar profesi pendidikan nonformal (tutor dan tenaga lapangan pendidikan nonformal) akan dikembangkan sebagai dasar bagi penilaian kinerjanya, yang dilakukan secara berkelanjutan. 5. Pengembangan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan; peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan dilaksanakan dengan pemetaan profil kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dikaitkan dengan SNP, analisis kesenjangan kompetensi, serta penyusunan program dan strategi peningkatan kompetensi menuju pada tercapainya SNP. 6. Perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana; merupakan kegiatan strategis yang ditujukan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi sarana dan prasarana pendidikan yang rusak terutama pada Dikdas untuk meningkatkan keamanan/keselamatan, kenyamanan, dan kualitas proses pembelajaran. Untuk mencapai mutu pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan dikembangkan sarana dan prasarana pendidikan terutama buku pelajaran dan buku penunjang laboratorium, perpustakaan, ruang praktek, sarana olah raga, sarana ibadah, dan sarana pendidikan lainnya. 7. Perluasan pendidikan kecakapan hidup; merupakan kegiatan strategis dalam peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang mencakup pengembangan pendidikan kecakapan hidup yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dalam rangka pengembangan kompetensi, kepribadian, kewarganegaraan, intelektual, estetika, dan kinestetik pada berbagai satuan, jenis, jenjang, dan jalur pendidikan. Tujuannya agar keluaran pendidikan memiliki keterampilan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang terus berkembang secara mandiri. 8. Pengembangan sekolah berbasis keunggulan lokal; perluasan satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal oleh pemerintah daerah dilaksanakan dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam lima tahun ke depan, diharapkan terdapat sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan di setiap jenis, jenjang, dan jalur pendidikan. Halaman.12

9. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan; kegiatan ini berupa pengembangan sistem, metode, dan materi pembelajaran dengan menggunakan TIK. Kegiatan ini juga akan mengembangkan sistem jaringan informasi sekolah, infrastruktur dan SDM untuk mendukung implementasinya, baik untuk kepentingan manajemen pendidikan maupun proses pembelajaran. Dengan menggunakan TIK dalam pendidikan siswa pada sekolah reguler, warga belajar pada pendidikan nonformal dan siswa yang memerlukan layanan pendidikan khusus, secara adil dapat memperoleh pendidikan yang bermutu dan relevan. c. Penguatan Tata Kelola (Governance), Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik Kebijakan reformasi pendidikan bercirikan efektif, efisien dan akuntabel diarahkan pada pembenahan perencanaan jangka menengah dengan menetapkan kebijakan strategis serta program-program yang didasarkan pada urutan prioritas. Di samping itu, disusun pula polapola pendanaan bagi keseluruhan sektor berdasarkan prioritas, baik dari sumber pemerintah, orang tua maupun stakeholder lain di setiap tingkat pemerintahan. Pengelolaan pendidikan menggunakan pendekatan secara menyeluruh dari sektor pendidikan (sector-wide approach) yang bercirikan (a) program kerja disusun secara kolaboratif dan sinergis untuk menguatkan implementasi kebijakan pada semua tingkatan, (b) reformasi institusi dilaksanakan secara berkelanjutan yang didukung program pengembangan kapasitas, dan (c) perbaikan program dilakukan secara berkelanjutan dan didasarkan pada evaluasi kinerja tahunan yang dilaksanakan secara sistematis dan memfungsikan peran-peran stakeholder yang lebih luas. Kebijakan tata kelola dan akuntabilitas meliputi sistem pembiayaan berbasis kinerja baik di tingkat satuan pendidikan maupun pemerintah daerah dan manajemen berbasis sekolah (MBS) untuk membantu pemerintah daerah dalam mengalokasikan sumberdaya serta memonitor kinerja pendidikan secara keseluruhan. Di samping itu, peran serta masyarakat dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan kinerja pendidikan ditingkatkan melalui peran komite sekolah/satuan pendidikan dan dewan pendidikan, sedangkan pengawasan masyarakat dilakukan langsung oleh individu-individu atau anggota masyarakat yang mempunyai bukti-bukti penyalahgunaan wewenang. Halaman.13

Untuk peningkatan efisiensi dan mutu layanan manajemen sarana/prasarana dan operasional layanan pendidikan diperlukan pengembangan kapasitas serta penataan tata kelola pendidikan yang sehat dan akuntabel, baik pada tingkat satuan pendidikan maupun tingkat kota, yaitu dengan mendorong otonomi satuan pendidikan melalui pengembangan kapasitas dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang bermutu. Sesuai dengan kerangka pengaturan dan kerangka institusional, disusun kebijakan untuk mendorong terjadinya penguatan kapasitas satuan pendidikan dan program pada setiap tingkatan pemerintahan. Penguatan kapasitas satuan pendidikan atau program pendidikan diorientasikan untuk mencapai status kapasitas tertinggi, yaitu dapat memenuhi atau di atas SNP. Pengembangan kapasitas dilakukan untuk mendorong agar sebagian besar satuan pendidikan yang masih berada di bawah SNP secara bertahap akan diperkuat sehingga mampu melampaui SNP. Bagi satuan pendidikan yang sudah memenuhi SNP, akan didorong untuk memacu mutunya lebih tinggi lagi hingga dapat mencapai standar internasional. Pada tahun 2016, Pemerintah Daerah akan mendorong peningkatan proporsi satuan pendidikan untuk dapat mencapai sama atau di atas SNP setidak-tidaknya mencapai 25% SD, 40% SMP, 50% SMA/SMK pada tahun 2016. Pengembangan kapasitas diarahkan pada peningkatan kemampuan pemerintah secara sistematis untuk memberikan pelayanan pendidikan yang efektif dan akuntabel sesuai dengan SNP, baik pada jalur formal maupun nonformal yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Dalam jangka menengah diperkuat kapasitas pengelolaan layanan pendidikan di kota sehingga memiliki kapasitas pelayanan sesuai dengan SNP. Pengembangan kapasitas bagi setiap tingkat pemerintahan harus diarahkan pada peningkatan efisiensi pendidikan sebagai berikut : 1. Pada tingkat dinas, perlu penguatan kapasitas dalam menyusun kebijakan, rencana strategis dan operasional, sistem informasi dan sistem pembiayaan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pendidikan. Kabupaten/kota berfungsi sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan dan otonomi yang lebih luas bagi satuan pendidikan dalam upaya mencapai kemandirian. 2. Pada satuan pendidikan, penguatan kapasitas tercermin dari kemampuan satuan pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran efektif untuk mencapai standar nasional pendidikan. Untuk itu, perlu ditingkatkan kemampuan kepala sekolah, pendidik, Halaman.14

dan tenaga kependidikan lainnya dalam memanfaatkan sumber daya pendidikan agar mendorong kegiatan belajar peserta didik secara optimal. Dalam rangka peningkatan akuntabilitas satuan pendidikan, sistem monitoring dan evaluasi ditata melalui mekanisme pelaporan kinerja satuan pendidikan. SMK didorong untuk menyediakan layanan informasi tentang penempatan kerja lulusannya sebagai bagian dari akuntabilitas satuan pendidikan. Penerapan ICT akan dimanfaatkan secara optimal untuk membantu merealisasikan manajemen pendidikan yang transparan dan akuntabel. Model penerapannya dapat diwujudkan melalui media on-line yang memuat informasi dan laporan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan kepada publik atau stakeholder pendidikan lainnya. Dengan media tersebut, partisipasi masyarakat dalam bentuk usulan, kritik, atau informasi lainnya dapat diakomodasi secara lebih mudah dan terbuka kepada pembuat kebijakan. Kebijakan dalam rangka peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik pendidikan secara keseluruhan dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Peningkatan sistem pengendalian internal untuk mewujudkan pengelolaan pendidikan yang bersih, efektif, efisien, produktif dan akuntabel. Sistem pengendalian internal sangat penting dikembangkan guna mendeteksi penyimpangan secara dini dan menumbuhkan tanggungjawab melalui proses evaluasi diri. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan pembangunan pendidikan juga ditingkatkan. 2. Peningkatan kapasitas dan kompetensi aparat pengawas dengan menetapkan program pengembangan aparat pengawas. Pengembangan sistem pengawasan dilakukan melalui pengembangan teknik pengawasan dan pendekatan pengawasan. Audit kinerja sebagai suatu teknik pengawasan dan kemitraan sebagai suatu pendekatan audit yang dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas pengawasan yang lebih baik. 3. Peningkatan kapasitas dan kompetensi aparat perencanaan dan penganggaran. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dalam perencanaan, pengelolaan dan penyelenggaraan pelayanan pendidikan berbasis kinerja, melalui: (a) perbaikan kapasitas untuk merancang dan melaksanakan kebijakan, strategi, dan program-program Renstra Dikpora; (b) pengembangan strategi manajemen kurikulum, bahan ajar dan manajemen pembelajaran untuk identifikasi, advokasi dan penyebarluasan praktek-praktek terbaik Halaman.15

(best practices) dalam pengelolaan pendidikan tingkat kota dan/atau satuan pendidikan; dan (c) mengembangkan sistem kerja sama untuk perencanaan, pengelolaan, dan monitoring kinerja sistem pendidikan secara menyeluruh. 4. Peningkatan kapasitas dan kompetensi managerial aparat untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan pendidikan. Pengembangan kapasitas para pengelola pendidikan dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu pengembangan kapasitas pengelola pendidikan pada tingkat pemerintahan kota dan pengelola pelayanan pada tingkat satuan pendidikan. Pengembangan kapasitas pengelola dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan pengelola dalam pelayanan pendidikan yang efektif, inovatif, efisien, dan akuntabel. 5. Peningkatan ketaatan pada peraturan perundang-undangan. Beberapa kegiatan untuk mendorong dan mewujudkan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan kedisiplinan, kinerja, dan akuntabilitas seluruh aparat pengelola pendidikan melalui peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara. 6. Penataan regulasi pengelolaan pendidikan dan penegakkan hukum di bidang pendidikan untuk menjawab berbagai permasalahan dan tantangan masa depan pendidikan, instrumen peraturan perundang-undangan, kebijakan, pedoman, standar, dan aturan pelaksanaan teknis lainnya menjadi prioritas yang tidak kalah penting untuk terus disempurnakan dan dikembangkan serta penegakkan hukum di bidang pendidikan ditingkatkan. 7. Peningkatan citra publik. Di samping terus melakukan dan memantau program, kebijakan dan kegiatan pembangunan pendidikan, juga perlu melakukan sosialisasi kepada publik tentang apa yang direncanakan, yang telah dilakukan, dan bagaimana melakukan perbaikan melalui kegiatan Musyawarah Pembangunan Bermitra Masyarakat (MPBM). Selain untuk melakukan sosialisasi, paparan kepada publik juga dapat menjadi sarana peningkatan citra Dikpora dan Sisdiknas itu sendiri. Melalui paparan tersebut, diharapkan ada masukan dari seluruh masyarakat, khususnya pemerhati pendidikan. 8. Peningkatan kapasitas dan kompetensi pengelola pendidikan. Pada era desentralisasi pendidikan ada gejala penurunan kualitas dan kompetensi pengelola pendidikan baik yang berada di pemerintah kota dan satuan pendidikan. Untuk ini, berbagai bentuk dan Halaman.16

model pendidikan dan pelatihan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut akan dikembangkan. 9. Pengembangan aplikasi SIM secara terintegrasi (keuangan, aset, kepegawaian, dan data lainnya); sangat disadari bahwa data-data (keuangan, program, aset, SDM, dan sebagainya) yang ada saat ini seolah-olah saling terpisah. Padahal seyogyanya data itu merupakan bagian yang terintegrasi dan tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Halaman.17

A. Capaian Kinerja Organisasi Perkembangan dunia pendidikan yang dilandasi dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) menuntut agar Satuan Kerja di setiap daerah dapat memberlakukan sistem pelayanan Pendidikan di semua jenjang pendidikan mulai dari jenjang pendidikan yang paling rendah yaitu TK/RA sampai dengan pendidikan yang paling tinggi yaitu SMA/SMK dan MA. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Mataram dalam hal ini sebagai leading sektor dituntut untuk melaksanakan sistem pelayanan pendidikan yang dapat di akses secara utuh oleh steakholder (sekolah dan masyarakat) dengan cara meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan baik dari segi mutu dan pelayanannya tetapi tidak terlepas dari Indikator Kinerja Utama yang ingin dicapai. Capaian kinerja organisasi ini dalam perkembangannya tidak terlepas dari apa yang telah dijanjikan oleh Pemerintah Kota Mataram khususnya Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dalam mencapai target yang akan dicapai dalam meningkatkan mutu pendidikan di Kota Mataram. Sebagai tolok ukur yang dilakukan adalah dengan mengukur antara target dan realisasi dari Indikator Kinerja Utama serta analisis hambatan/permasalahan dan upaya pemecahan masalah Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Mataram Tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut : 3 Bab Akuntabilitas Kinerja Halaman.18

INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA MATARAM TAHUN 2011-2016 Kondisi Kinerja Target Capaian Setiap Tahun % No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja pada awal periode Hambatan/Permasalahan Pemecahan Masalah 2011 2012 2013 2014 2015 2016 RPJMD (Thn 2011) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Peningkatan Pembinaan dan Angka Partisipasi Kasar 108,36 Penyelenggaraan Pendidikan - SD/MI Target >105.27 >105.27 >105.27 >105.27 >105.27 >105.27 Dasar, Menengah dan Luar Biasa serta Peningkatan Mutu dan Realisasi 108,62 109,36 109 110,4 102,97 102,97 Relevansi Pendidikan Pada dasarnya angka APK SD sudah melebihi target karena rasio jumlah penduduk usia 7-12 tahun < dari jumlah siswa usia 7-12 tahun Penambahan Unit Gedung Baru, Penambahan Ruang Kelas dan Meubelair - SLTP/MTs 101,94 Target > 114.19 > 114.19 > 114.19 > 114.19 > 114.19 > 114.19 80.000.000 2.400.000 Realisasi 103,28 104,92 105 106,65 101,58 101,59 77.600.000 0,010159 101,60 - SMA/SMK/MA 75,46 Target > 116.96 > 116.96 > 116.96 > 116.96 > 116.96 > 116.96 Realisasi 90,44 89,41 90,54 92,16 168,16 168,17 Pada dasarnya angka APK SMP sudah melebihi target karena rasio jumlah penduduk usia 13-15 tahun < dari jumlah siswa usia 13-15 tahun Permasalahan yang paling mendasar untuk jenjang SMA/SMK/MA adalah banyaknya siswa dari luar kota sehingga rasio jumlah penduduk usia 16-18 tahun > dari jumlah siswa usia 16-18 tahun Penambahan Unit Gedung Baru, Penambahan Ruang Kelas dan Meubelair Untuk kedepannya akan melakukan pendataan khusus siswa dari luar kota mataram sehingga akan APK tidak terlalu melebihi angka target yang telah ditentukan 2 Peningkatan Pembinaan dan Angka Partisipasi Murni 95,86 Penyelenggaraan Pendidikan - SD/MI Target > 89.68 > 89.68 > 89.68 > 89.68 > 89.68 > 89.68 Dasar, Menengah dan Luar Biasa serta Peningkatan Mutu dan Realisasi 91,58 97,42 96,76 98,91 74,6 74,7 Relevansi Pendidikan Pada dasarnya angka APM SD sudah melebihi target karena rasio jumlah penduduk usia 7-12 tahun < dari jumlah siswa riil usia 7-12 tahun Penambahan Unit Gedung Baru, Penambahan Ruang Kelas dan Meubelair - SLTP/MTs 77,45 Target > 79.01 > 79.01 > 79.01 > 79.01 > 79.01 > 79.01 Realisasi 79,46 76,73 79,76 77,82 74,44 74,45 Pada dasarnya angka APM SMP sudah melebihi target karena rasio jumlah penduduk usia 13-15 tahun < dari jumlah siswa usia 13-15 tahun Penambahan Unit Gedung Baru, Penambahan Ruang Kelas dan Meubelair - SMA/SMK/MA 71,32 Target > 79.97 > 79.97 > 79.97 > 79.97 > 79.97 > 79.97 Realisasi 71,67 64,66 68,13 67,01 124,79 124,8 Pada dasarnya angka APM SMA/SMK/MA sudah melebihi target karena banyaknya siswa dari luar daerah sehingga rasio jumlah penduduk usia 16-18 tahun < dari jumlah siswa usia 16-18 Untuk kedepannya akan melakukan pendataan khusus siswa dari luar kota mataram sehingga akan APM tidak melebihi 100% Halaman.19

3 Peningkatan Pembinaan dan Rasio ketersediaan sekolah terhada 1 : 384 Penyelenggaraan Pendidikan penduduk usia sekolah Target 1 : 360 1 : 336 1 : 312 1 : 288 1 : 252 1 : 252 Dasar, Menengah dan Luar Biasa serta Peningkatan Mutu dan Realisasi 1 : 355 1 : 355 1 : 355 1 : 305 1 : 305 1 : 305 Relevansi Pendidikan Perbandingan jumlah sekolah jenjang SD Negeri Perlunya penambahan sekolah jenjang lebih banyak daripada SMP Negeri sehingga SMP dan SMA/SMK sehingga daya tampung tidak semua peserta didik dapat diterima di SMP siswa ke sekolah negeri dapat terpenuhi Negeri dengan perbandingan 146 : 24 4 Peningkatan Pembinaan dan Angka Putus Sekolah 18 Penyelenggaraan Pendidikan SD/MI Target 16 16 16 16 16 16 Dasar, Menengah dan Luar Biasa serta Peningkatan Mutu dan Realisasi 25 25 28 24 7 1 Relevansi Pendidikan SMP/MTs 32 Target 30 30 25 20 20 20 Realisasi 45 50 71 52 62 52 SMA/SMK/MA 229 Target 135 100 60 60 60 60 Realisasi 90 95 146 110 111 96 5 Peningkatan Pembinaan dan Angka Kelulusan 99,99 Penyelenggaraan Pendidikan Angka Kelulusan SD/MI (%) Target 99,99 99,99 100 99,99 99,99 99,99 Dasar, Menengah dan Luar Biasa serta Peningkatan Mutu dan Realisasi 100% 100% 100% 100% 100% 100% Relevansi Pendidikan Kurangnya pemahaman akan pentingnya pendidikan dan masalah biaya pendidikan Kurangnya pemahaman akan pentingnya pendidikan dan masalah biaya pendidikan Kurangnya pemahaman akan pentingnya pendidikan dan masalah biaya pendidikan Masih kurangnya pembinaan dan peran orang tua siswa dalam pembelajaran siswa Pembebasan biaya pendidikan untuk siswa miskin atau kurang mampu Pembebasan biaya pendidikan untuk siswa miskin atau kurang mampu Pembebasan biaya pendidikan untuk siswa miskin atau kurang mampu Peningkatan pembinaan dan peran orang tua siswa dalam pembelajaran siswa Angka Kelulusan SMP/MTs (%) 94,76 Target 95 95,5 96 96,5 97 97 Realisasi 100 100% 100% 100% 100% 100% Angka Kelulusan SMA/SMK/MA (%) 96,47 Target 97 97 97 97 97 97 Realisasi 99,99 99,82 99,86 99,9 99,99 99,99 Masih kurangnya pembinaan dan peran orang tua siswa dalam pembelajaran siswa Masih kurangnya pembinaan dan peran orang tua siswa dalam pembelajaran siswa Peningkatan pembinaan dan peran orang tua siswa dalam pembelajaran siswa Peningkatan pembinaan dan peran orang tua siswa dalam pembelajaran siswa Halaman.20

B. Realisasi Anggaran Pada Tahun Anggaran 2016 ini Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Mataram memiliki anggaran sebesar Rp. 405,372,376,541 yang terdiri dari Belanja Tidak Langsung sebesar Rp. 369,945,843,809 dan Belanja Langsung sebesar Rp. 35,426,532,732. Realisasi Belanja Tidak Langsung sebesar Rp. 328,971,991,188 dan Belanja Langsung sebesar Rp. 34,513,668,037 dengan sisa anggaran sebesar Rp. 41,886,717,316 (10,3%), sedangkan realisasi anggaran dalam rangka pencapaian Indikator Kinerja Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Mataram sudah tercapai secara maksimal dengan lanjutan Pembangunan Unit Gedung Baru SDN 10 Mataram, Lanjutan Rehabilitasi SDN 10 Cakranegara dan Lanjutan Rehabilitasi SDN 38 Ampenan sehingga bisa meningkatkan Angka Parisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Halaman.21

Dari penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dari Bab 1 sampai dengan Bab 3 Bab dapat disimpulkan bahwa Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Mataram sudah berupaya 4 Penutup semaksimal mungkin dalam rangka mewujudkan Pembangunan Pendidikan sesuai dengan Arah kebijakan yang diambil oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Mataram didalam mewujudkan pilar utama otonomi daerah yaitu : Peningkatan dan pemerataan kesempatan belajar yang bermutu, Peningkatan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah, Peningkatan kualifikasi akademik dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan, Peningkatan penguasaan dan pengembangan iptek dan Pemeliharaan dan pengembangan prasarana dan sarana pendidikan sehingga faktor tantangan dan hambatan Dinas seperti yang tertuang dalam Renstra Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Mataram yang antara lain : 1. Laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,8% per tahun berimbas pada meningkatnya jumlah peserta didik yang harus mendapatkan layanan pendidikan yang tidak diiringi dengan peningkatan anggaran pendidikan yang signifikan. 2. Kemajuan pembangunan pendidikan di Kota Mataram berdampak pada tingginya urbanisasi siswa dari daerah lain, di mana orangtua menyekolahkan anak mereka di sekolah Kota Mataram, sehingga 6 % dari jumlah peserta didik adalah berasal dari luar Kota Mataram. 3. Lahan yang semakin mahal di kota Mataram menyebabkan kesulitan membangun Unit Sekolah Baru, sementara perkembangan pemukiman terus berkembang. 4. Angka kemiskinan Kota Mataram mencapai 39% dari jumlah penduduk, sehingga masih banyak siswa yang berasal dari keluarga miskin. 5. Belum meratanya kualitas pendidikan dan lemahnya pengawasan penyelenggaraan pendidikan. 6. Belum optimalnya pelayanan dan akses pendidikan di setiap kecamatan. 7. Belum optimalnya pelayanan pendidikan dan kebudayaan yang berbasis nilai dan kearifan lokal, sementara di lain pihak peserta didik mendapatkan kemudahan mengakses nilai dan budaya global yang tidak mendidik. Halaman.22

8. Kurang tersedianya sarana prasarana pendukung pemberlakuan standar pelayanan minimal (SPM) pedidikan. 9. Tingkat ketergantungan dan pendidikan daerah pada Dana Alokasi Khusus dan Dana Alokasi Umum dari pemerintah pusat masih sangat tinggi. 10. Belum sesuainya kompetensi lulusan SMK dengan potensi pengembangan ekonomi unggulan, serta rendahnya etos kerja (motivasi, kreativitas, pola pikir yang maju, budaya kerja keras). 11. Belum optimalnya peran SKB sebagai pusat sumber belajar masyarakat. Dapat dihadapi dengan meningkatnya semua sasaran dan indikator kinerja Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Mataram. Keberhasilan ini semua tidak terlepas adanya efisiensi sumberdaya baik sumberdaya manusianya (1 orang staf yang mempunyai dua jabatan fungsional) dan sumberdaya sarana yang dimiliki dan yang paling penting adalah peran serta dari semua pihak dalam rangka mewujudkan kualitas pendidikan di Kota Mataram mulai dari Bapak Walikota Mataram beserta Bapak Wakil Walikota, Bapak Kepala Dinas beserta semua jajaranya, para Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang ada di sekolah dan seluruh masyarakat Kota Mataram. Halaman.23