BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses di mana setiap individu memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap. Mubarok dan Sulistyo (2014: 217) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku individu akibat proses pengalaman baik yang dialami ataupun yang sengaja dirancang. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar (Dimyati dkk, 2009:3). Sejalan dengan hal tersebut, Sudjana (Bambang Supriyanto, 2014: 166) menjelaskan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mendapat pengalaman belajar. Hal tersebut berarti hasil belajar siswa mencakup aktifitas yang dilakukan oleh siswa dengan fasilitasi guru dan aktifitas siswa setelah belajar. Berdasar hal tersebut maka, hasil belajar dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan, perubahan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya, misalnya: dari tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Dari berperilaku tidak santun menjadi terbiasa berperilaku santun dan dari tidak dapat menyanyi menjadi dapat menyanyi dengan baik. Mengkaji dari tujuan dari mata pelajaran IPA maka pembelajaran dengan merancang aktifitas agar siswa mampu mengembangkan kemampuannya dapat didukung dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Rustaman (2003: 15) memaparkan bahwa belajar. IPA atau membelajarkan IPA kepada siswa merupakan sebuah proses memberikan kesempatan dan bekal untuk memproses IPA dan menerapkannya dalam kehidupanya sehari-hari melalui cara-cara yang benar dan mengikuti etika keilmuan dan etika yang berlaku dalam masyarakatnya. Berpijak dari pendapat Rustaman dan memperhatikan Standar Isi dalam kurikulum, maka pembelajaran IPA hendaknya melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan merancang aktivitas siswa supaya siswa dapat mengembangkan kemampuannya dengan memahami konsep-konsep IPA serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Rustaman (2003: 15) 1
2 mengemukakan bahwa pada hakikatnya IPA merupakan produk, proses, dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat di dalamnya. Hal inilah yang dicapai dalam pembelajaran IPA, untuk mencapai hal tersebut Rustaman berpendapat diperlukan metode-metode sains atau metode ilmah. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal maka diperlukan proses belajar yang baik di mana siswa mampu memahami materi yang diajarkan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Terkait dengan proses belajar, maka salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pembelajaran yang disajikan guru. Untuk menghindari kejenuhan dalam kegiatan belajar, guru harus mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan, model dan metode pembelajaran. Model mengajar mengandung strategi mengajar yaitu pola urutan kegiatan yang digunakan dan mencapai tujuan belajar yang dirumuskan. Model mengajar yang bervariasikan menciptakan suasana yang tidak membosankan. Suasana tersebut akan membuat siswa lebih bersemangat dan berminat dalam belajar sehingga dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik. Pada jenjang Sekolah Dasar (SD) model pembelajaran yang menarik yang melibatkan siswa dalam pembelajaran sangat diperlukan karena pada tahap perkembanganya, perkembangannya, usia siswa pada jenjang SD masih berada pada pemikiran yang kongkret. Beragam mata pelajaran pada jenjang SD diberikan untuk memberikan dasar dari konsep untuk belajar di jenjang berikutnya. Salah satu dari mata pelajaran tersebut adalah mata pelajaran IPA. Dalam Standar Isi disebutkan bahwa pendidikan IPA di SD merupakan salah satu program pembelajaran yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Dengan demikian siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kaitannya dalam pembelajaran, khususnya pada jenjang SD, umumnya hasil belajar IPA yang dapat dicapai adalah dari segi kognitif dan afektif. Dari segi kognitif dapat meliputi produk, proses dan penerapannya. Sedangkan dalam segi afektif dapat berupa sikap dan nilai. Namun, bila memperhatikan kondisi yang
3 terjadi pembelajaran IPA di sekolah belum dapat dikatakan berhasil, hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Kondisi demikian juga dialami oleh siswa kelas 5 di SD Negeri Gedangan 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Hasil observasi pada kelas 5 di SD Negeri Gedangan menunjukkan bahwa selama proses belajar berlangsung siswa cenderung pasif dan terlihat kurang antusias. Hal ini ditunjukkan saat guru menerangkan materi, terlihat beberapa siswa yang sibuk sendiri dan saat diberikan pertanyaan hanya 4 sampai 5 siswa saja yang dapat menjawab. Hasil wawancara tak berstruktur dengan guru kelas menunjukkan bahwa siswa merasa kesulitan memahami materi ajar karena materi yang diajarkan. Sebagian besar berisi teori yang harus diingat dan dipahami, kesulitan dalam memahami materi tersebut pada akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa. Pada Tabel 1.1 ditunjukkan hasil belajar IPA siwa kelas kelas 5 SD Negeri Gedangan 01 Semester II tahun pelajaran 2015/ 2016 pada kondisi awal atau pra siklus. Tabel 1.1 Nilai mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SDN Gedangan 01 Pra Siklus Nilai Jumlah Siswa Presentase Keterangan <65 14 51.85 Tidak Tuntas >65 13 48.15 Tuntas Hasil tes evaluasi sebelum diberikan tindakan menunjukkan dari 27 siswa hanya 13 siswa yang dinyatakan tuntas atau mendapat nilai di atas KKM (KKM 65) sedangkan 14 siswa lainnya dikategorikan belum tuntas atau mendapat nilai di bawah KKM. Mencermati kondisi tersebut maka diperlukan upaya untuk mengatasi permasalahan menganai rendahnya hasil belajar siswa. Dalam hal ini, maka peneliti memilih pendekatan Discovery Learning, karena telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Made Putrayasa, H. Syahruddin, dan I Gedhe Margunayasa (2014) yang dalam penelitiannya terbukti bahwa Discovery Learning mampu meningkatkan hasil belajar. Penelitian lainnya yang terbukti dapat meningkatkan
4 hasil belajar adalah penelitian dari Tiarani (2013). Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan di akhir siklus yakni 82,22% siswa mencapai nilai KKM. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Mencermati hal tersebut maka peneliti tertarik untuk memilih pendekatan Discovery Learning, karena selain telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar, pendekatan ini juga mengkondisikan siswa untuk terlibat aktif dalam kegaitan penemuan sehingga menstimulus siswa untuk dapat menemukan konsep dengan cara mereka sendiri. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menerapkan pendekatan Discovery Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SD Negeri Gedangan 01 tahun pelajaran 2015/ 2016. 1.2 Identifikasi Masalah Hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Gedangan 01 masih rendah, dari 27 siswa ada 14 siswa yang nilainya di bawah KKM (KKM 65). 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah pada SD Negeri Gedangan 01 maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah pendekatan Discovery Learning dapat diupayakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 Semester II tahun Pelajaran 2015/ 2016 di SD Negeri Gedangan 01. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA melalui pendekatan Discovery Learning pada siswa kelas 5 semester II tahun pelajaran 2015/ 2016 di SD Negeri Gedangan 01 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan dan penting dalam megembangkan pengetahuan bagi dunia pendidikan dan memperkaya penelitian yang sudah ada sebelumnya
5 dan dapat memberikan gambaran dalam upaya peningkatan hasil belajar IPA melalui pendekatan pembelajaran discovery learning. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Bagi Guru Memberikan masukan bagi guru-guru dalam memilih pendekatan pembelajaran discovery learning sehingga dalam pembelajaran guru dapat melibatkan siswa agar berperan aktif dalam proses pembelajaran dan memilih pendekatan yang tepat dan cocok dan sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan agar dalam pembelajaran IPA siswa bisa mengetahui secara langsung apa yang sebelumnya tidak siswa ketahui melalui pengamatan dan penemuan. b. Bagi Siswa Dengan penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA serta mendorong siswa untuk berperan aktif dan senang dalam mengikuti proses pembelajaran dengan pendekatan discovery learning. c. Bagi Sekolah Dapat memberikan masukan untuk mengembangkan kurikulum yang ada dengan pendekatan pembelajaran yang lebih berpartisipasi seperti menggunakan pendekatan pembelajaran discovery learning agar dapat lebih baik dalam hasil belajar. d. Bagi Peneliti Dapat memberikan pengalaman kepada peneliti dalam penerapan pendekatan discopery learning serta agar peneliti semangkin mengembangkan dan mensosialisasikan pembelajran dengan pendekatan discopery learning agar menjadi pembelajaran yang bermanfaat dikemudian hari dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan.