BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sumitro Djojohadikusumo No. 07 Sirombu Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias

dokumen-dokumen yang mirip
KUISIONER PENELITIAN UNTUK KEPALA SEKOLAH Jenis Kelamin : Laki Laki Perempuan... Pendidikan : (isi sesuai dengan jabatan/status saudara)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Sidikalang, fokus penelitian ini dilakukan disma Negeri 1

PETUNJUK EVALUASI PENCAPAIA

WAHANA INOVASI VOLUME 6 No.2 JULI-DES 2017 ISSN :

PETUNJUK EVALUASI PENCAPAIAN ADIWIYATA

SUPLEMEN 1 BUKU PANDUAN ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN SEKOLAH ADIWIYATA

Tersusunnya Visi, misi dan tujuan yang memuat upaya pelestarian fungsi lingkungan dan/ atau, mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau

D. Pengembangan dan atau Pengelolaan Sarana Pendukung Sekolah Yang Ramah lingkungan. Tujuan Kegiatan Sasaran Output Waktu I II III IV

PERSIAPAN KEGIATAN ADIWIYATA TAHUN 2014 DAN STRATEGI MENUJU SEKOLAH ADIWIYATA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM ADIWIYATA DALAM DUNIA PENDIDIKAN ISTI ENDARTATI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN MAGELANG

Surat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan

TELAAH PEMAHAMAN DAN PARTISIPASI GURU SD DI KECAMATAN COLOMADU DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MAKALAH SEMINAR PENGEMBANGAN SEKOLAH BERWAWASAN ADIWIYATA BERBASIS PARTISIPATIF 1 OLEH: MUHAMMAD NURS 2 A BAN JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

KRITERIA PENILAIAN ADIWIYATA

BAB I PENDAHULUAN. akan memberikan dukungan bagi pelaksanaan pembangunan. Pendidikan yang

PEDOMAN PEMBINAAN ADIWIYATA

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan. Banyak terjadi penurunan kualitas lingkungan, baik yang terjadi

METODE EVALUASI 2 STANDAR (Kebijakan Berwawasan dan Penerapan Kurikulum Berbasis Lingkungan)

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA

Laporan PELAKSANAAN SOSIALISASI ADIWIYATA PROV. GORONTALO TAHUN 2014 PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2014

3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA

BAB II DESKRIPSI SMAN 10 TANGERANG Sejarah Berdirinya SMAN 10 Tangerang Seiring dengan otonomi daerah yang digulirkan pemerintah pusat maka

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KERJASAMA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UPAYA PENCAPAIAN ADIWIYATA DI SMA NEGERI 8 MALANG

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Rotari, 2016

PROFIL / KEADAAN SEKOLAH UPTD SMAN 1 KARANGREJO - TULUNGAGUNG. 1. Nama Sekolah : UPTD SMA Negeri 1 Karangrejo

SEKSI PENINGKATAN KAPASITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROFIL SEKOLAH ADIWIYATA TAHUN 2017

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

Buku Panduan Adiwiyata 2011 KATA PENGANTAR

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN. Hanya dengan menjadikan ini kepedulian dan upaya bersama, sumberdaya. calon pengambil keputusan di masa mendatang.

2016 IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBUD AYA LINGKUNGAN D AN PED ULI LINGKUNGAN WARGA SEKOLAH D I SMA NEGERI 9 BAND UNG

Langkah-langkah Menuju Sekolah Adiwiyata

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM SMA NEGERI 1 PETIR

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

ADIWIYATA KEBIJAKAN ADIWIYATADI KABUPATEN MAGELANG

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. implementasi kebijakan RSBI di Propinsi DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sragen yang telah berhasil mewujudkan sekolah adiwiyata dengan

ANALISIS MATERI IPBA DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

PROFIL UKS SMA NEGERI 3 KUNINGAN. Mewujudkan warga SMA Negeri 3 Kuningan yang sehat lahir dan batin. 2. Mewujudkan pendidikan kesehatan yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan sebagai bentuk kebersamaan antara dunia pendidikan dan

WALIKOTA TASIKMALAYA

6 NAMA KEPALA SEKOLAH : II : II : 0.00

Nama Sekolah : SMA Negeri 5 Bukittinggi NSS : NPSN : Propinsi : Sumatera Barat : Bukittinggi Kecamatan : Mandiangin Koto

ADIWIYATA MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG BERBUDAYA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

1. Menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru Mata Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA DI SMP NEGERI 7 SALATIGA ARTIKEL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI

PROGRAM/RENCANA KERJA KEPALA SEKOLAH (RKKS) SMKN 3 SELONG JL. RAYA RUMBUK KM. 3, DESA RUMBUK, KAB.LOTIM, NTB

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Bab 4. Hasil Penelitian, Analisis, dan Pembahasan

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan

KABUPATEN BADUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015

BAB V ANALISIS DATA. analisis induktif. Analisis induktif yaitu mendeskripsikan fakta-fakta yang

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

RENCANA OPERASIONAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Tahun

KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB I. PENDAHULUAN. ditengarai dengan perilaku guru dan murid sekolah yang tidak berwawasan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang

IV. HASIL DAN ANALISIS DATA PROFIL MAGISTER AKUNTANSI UKSW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. belajar. Peran strategis Kabupaten Banyuwangi dikarenakan letak Banyuwangi

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pengelolaan kurikulum dan pembelajaran dalam implementasi MBSdi

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

RESPONDEN KEPALA SEKOLAH

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

TUGAS RINCI/ LANGKAH LANGKAH. Guru bimbingan konseling. turut menandatangan i komitment tertulis untuk menginisiasi SRA

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Tempat dan Waktu 3.1.1. SMA Negeri 1 Sirombu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sirombu beralamat di Jl. Sumitro Djojohadikusumo No. 07 Sirombu Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat - Sumatera Utara Kode Pos 22863. SK Pendirian Sekolah : 056/1974 Tanggal 25 Februari 1974, alamat email : Sman_sirombu@yahoo.co.id dan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) : 10258504. Akreditasi sekolah : B. Kurikulum yang diterapkan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan waktu penyelenggaraan di pagi hari yang terdiri dari 15 rombongan belajar. Luas tanah 9,618 M². 3.1.2. SMA Negeri 2 Mandrehe Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Mandrehe beralamat di Desa Sisobambowo Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat - Sumatera Utara Kode Pos 22862. SK Pendirian Sekolah : 425/2637/2006 Tanggal 14 Juni 2015. alamat email : sman2mandrehe06@gmail.com dan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) : 10258425. Akreditasi sekolah : C. Kurikulum yang diterapkan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan waktu penyelenggaraan di pagi hari yang terdiri dari 12 rombongan belajar. Luas tanah 10000 M².

Tempat atau lokasi penelitian adalah Kecamatan Sirombu dan Kecamatan Mandrehe, fokus penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe Kabupaten Nias Barat. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dan akan dimulai 23 bulan November 2016 hingga bulan Januari 2017. Penelitian dimulai dengan persiapan penelitian, survey awal dan seminar, selanjutnya pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data melalui pengamatan/wawancara/kuisioner, analisis data serta penulisan tesis. 3.2. Jenis Penelitian Ditinjau dari permasalahan dan tujuan penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Statistik deskriptif adalah bidang statistik yang berhubungan dengan metode pengelompokkan, peringkasan dan penyajian data dengan cara lebih informatif. Penelitian Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang disertai dengan gambar/foto dari orang-orang yang perilakunya dapat diamati. 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah jumlah kumpulan dari keseluruhan elemen yang akan ditarik kesimpulan (Indrawan R dan Yarniawati, 2014). Tabel 3.1. Keadaan warga sekolah di SMAN 1 Sirombu dan SMAN 2 Mandrehe Kabupaten Nias Barat No Jenis Responden SMAN 1 Sirombu SMAN 2 Mandrehe Jlh 1. Kepala Sekolah 1 1 2 2. Guru 36 19 55 3. Pegawai 1 1 2 4. Siswa 497 335 832

5. Komite Sekolah 4 4 8 Total 539 360 899 Teknik penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah metode Slovin. Sampel ditentukan dengan menggunakan pendekatan statistik untuk tingkat kesalahan 10% dari populasi (Indrawan R. dan Yaniawati, 2014) dengan formula sebagai berikut : Keterangan : n = Jumlah sampel N = Ukuran populasi e = Standar error/derajat kebebasan (10% = 0,1) dengan perhitungan sampel sebagai berikut : - Untuk siswa SMA Negeri 1 Sirombu n =83.75 (dibulatkan 84 orang) - Untuk siswa SMA Negeri 2 Mandrehe n = 77.01 (dibulatkan 77 orang) Pemilihan sampel dilakukan dengan dua cara : 1) Cara sensus untuk Kepala Sekolah, Guru, Pegawai dan Komite 2) Sampel berstrata untuk siswa adalah proses pemilihan sampel sebagai sub kelompok populasi secara proposional. Adapun kriteria sampling yang ditetapkan adalah untuk siswa kelas XII = 50%, siswa kelas XI = 30% dan siswa kelas X = 20%. Tabel 3.2. Jumlah Responden di SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe Kabupaten Nias Barat. No Jenis Responden SMAN 1 Sirombu SMAN 2 Mandrehe Jlh

1. Kepala Sekolah 1 1 2 2. Guru 36 19 55 3. Pegawai 1 1 2 4. Siswa 84 77 161 5. Komite Sekolah 4 4 8 Total 126 102 228 3.4. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. 3.4.1. Data Primer Data primer didapatkan dengan cara: 1. Observasi Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung ke lokasi penelitian dengan mengunjungi lokasi yang menjadi objek penelitian dan meninjau langsung upaya pengelolaan dan perlindungan lingkungan di SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe serta melakukan pertemuan dengan responden. 2. Kuisioner Untuk memudahkan perolehan data, selanjutnya disebarkan kuisioner atau angket kepada responden untuk mengetahui tentang sekolah berwawasan lingkungan di SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe. Penyebaran kuisioner akan dilakukan secara langsung kepada responden dengan menentukan secara langsung responden yang akan diteliti. 3. Wawancara Selain observasi dan kuisioner, dilakukan wawancara yang dilakukan dengan cara diskusi dengan stakeholder, narasumber (interview guite) dan warga

sekolah untuk mengetahui masalah dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian mutu sekolah berwawasan lingkungan di SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe Kabupaten Nias Barat. 3.4.2. Data Sekunder Data skunder adalah data dan informasi yang diperoleh dari sumber tidak langsung (biasanya berupa dokumen data). Data sekunder merupakan data pendukung untuk penjelasan, pemberi keterangan, atau data pelengkap data primer, dapat berupa data teori dan konsep pembangunan didapatkan dari sumber pustaka atau literatur berupa kebijakan, rencana dan tindakan mendorong sekolah menjadi sekolah berwawasan lingkungan, sedang dilaksanakan maupun rencana pembangunan masa mendatang yang dapat diperoleh dari kantor/instansi terkait. 3.5. Peralatan Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain: kamera, laptop, printer, kuisioner dan alat tulis menulis. Objek penelitian, antara lain: lingkungan SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe Kabupaten Nias Barat, siswa, guru, pegawai, kepala sekolah dan pengurus komite sekolah. Data penelitian yang dikumpulkan berbentuk data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan lapangan dengan cara langsung mencatat mengenai sarana dan prasarana serta kuisioner. 3.6. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data penelitian, peneliti menggunakan instrumen yang diberikan kepada responden. Instrumen dalam penelitian ini terbagi atas dua kelompok, yaitu kelompok pertama dilakukan kepada stakeholder dengan menggunakan wawancara mendalam (Depth Interview). Isi dari wawancara menyangkut konsep sekolah berwawasan lingkungan di Nias Barat. Instrumen kedua digunakan kepada responden yang terdiri dari siswa, guru, tata usaha, komite sekolah dan kepala sekolah melalui pengisian kuisioner. Isi dari kuisioner yang diberikan kepada responden terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu Pengembangan Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan, Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan, Pelaksanaan Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif, Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendukung Sekolah yang Ramah Lingkungan. 3.7. Analisis Data Penelitian yang akan dilaksanakan ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu berusaha mengungkapkan bagaimana persepsi warga sekolah terhadap sekolah berwawasan lingkungan di SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe Kabupaten Nias Barat dalam mewujudkan sekolah berwawasan lingkungan. Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Data yang diperoleh diorganisasikan sesuai dengan tuntutan penyajian/pengolahan statistik yang akan digunakan dalam bentuk tabel frekuensi atau persentase. - Untuk variabel persepsi warga sekolah terhadap kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan diuji dengan memberika kuisioner kepada responden sebanyak 8 pernyataan.

- Untuk variabel persepsi warga sekolah terhadap kurikulum berbasis lingkungan diuji dengan memberika kuisioner kepada responden sebanyak 6 pernyataan. - Untuk variabel persepsi warga sekolah terhadap kegiatan berbasis partisipatif dalam pencapaian mutu sekolah berwawasan lingkungan diuji dengan memberika kuisioner kepada responden sebanyak 4 pernyataan. - Untuk variabel persepsi warga sekolah terhadap sarana dan prasarana yang peduli dan ramah lingkungan diuji dengan memberika kuisioner kepada responden sebanyak 6 pernyataan. Untuk mengukur keempat variabel di atas menggunakan skala Likert, sebagai berikut : No Kriteria Penilaian Nilai 1 Sangat tidak setuju 1 2 Tidak Setuju 2 3 Cukup setuju 3 4 setuju 4 5 Sangat setuju 5 Untuk analisis perbedaaan persepsi warga sekolah kita menggunakan uji beda (Muluk dan Ricky S, 2016) dengan rumus sebagai berikut : U = n n 1 2 n n2 1( n1 1) 2 i n1 1 Ri Keterangan : U = Nilai uji Mann-Whitney N 1 = sampel 1 N 2 = sampel 2 R i = Ranking ukuran sampel Berdasarkan t hitung dan t tabel maka dapat disimpulkan :

- Bila U hitung > U tabel maka terdapat perbedaan persepsi antara SMA Negeri 1 Sirombu dengan SMA Negeri 2 Mandrehe terhadap sekolah berwawasan lingkungan. - Bila U hitung < U tabel maka tidak terdapat perbedaan persepsi antara SMA Negeri 1 Sirombu dengan SMA Negeri 2 Mandrehe terhadap sekolah berwawasan lingkungan. 3.8. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian di bagi atas: 1. Tahap Pra-Lapangan yaitu: - Melakukan pendalaman terhadap masalah yang sudah dirumuskan dengan cara studi literatur. - Menyiapkan instrumen penelitian berupa kegiatan pengumpulan data untuk tahap pekerjaan lapangan. 2. Tahap Pengumpulan Data. - Melaksanakan pengumpulan data primer. Dilakukan dengan observasi langsung ke lokasi penelitian, melakukan pertemuan dengan responden, wawancara yang dilakukan dengan cara diskusi dengan stakeholder, nara sumber dan komite sekolah. - Melaksanakan pengumpulan data skunder Dilakukan dengan mengumpulkan data pendukung untuk penjelas, pemberi keterangan, atau data pelengkap data primer, dapat berupa data teori dan konsep pembangunan didapatkan dari sumber pustaka atau literatur berupa kebijakan, rencana dan tindakan mendorong sekolah menjadi sekolah berwawasan

lingkungan sedang dilaksanakan maupun rencana pembangunan masa mendatang yang dapat diperoleh dari kantor/instansi terkait. 3. Tahap Analisis Data. - Melakukan analisis data dari yang telah dikumpulkan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen, gambar, foto dan sebagainya. Dalam penelitian ini digunakan analisis data kualitatif yaitu dengan cara data yang telah terkumpul diinput dan diolah dan dianalisis untuk menjawab masalah penelitian. Pada tahap pengolahan data dilakukan editing data untuk memastikan kesempurnaan pengisian dari setiap instrument pengumpulan data dan dilakukan pengkodean (coding). Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi atau persentase. Atas pentabulasian data tersebut kemudian dilakukan interpretasi dengan melakukan uji statistik uji beda guna mencari signifikasi perbedaan persepsi warga sekolah. - Menarik kesimpulan awal dari hasil penelitian. - Melakukan pengujian kesimpulan awal dengan mengajukan hasilnya kepada responden dan pihak terkait. - Menarik kesimpulan akhir. - Penyusunan laporan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Nias Barat merupakan Kabupaten yang baru dimekarkan pada tahun 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Barat di Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Nias Barat adalah salah satu daerah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang berada dalam satu pulau dengan Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Selatan, dan Kota Gunungsitoli. Kabupaten Nias Barat berada di sebelah barat Pulau Nias yang berjarak ± 60 KM dari Kota Gunungsitoli. Luas wilayah Kabupaten Nias Barat adalah 544,09 KM 2. Kabupaten Nias Barat terdiri dari 8 kecamatan yaitu Kecamatan Lolofitu Moi, Mandrehe, Mandrehe Utara, Mandrehe Barat, Moro o, Ulu Moro o, Lahomi dan Sirombu. Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Nias Barat terdiri dari 16 Sekolah Menengah Atas yang terdiri dari 13 Sekolah Menengah Atas Negeri dan 3 Sekolah Menengah Atas Swasta. Sesuai dengan judul tesis ini yaitu Persepsi Warga Sekolah dan Instansi Terkait Terhadap Sekolah Berwawasan Lingkungan

Tingkat SMA Di Kabupaten Nias Barat, maka dipilih dua sekolah sebagai sampel yaitu SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe. 4.1.2. Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini adalah sejumlah warga sekolah dari SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe. Responden adalah siswa, guru, pegawai sekolah, kepala sekolah dan komite sekolah. Komposisi responden terlihat pada Tabel 4.1. berikut : 32 Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Kategorinya No Jenis Responden SMAN 1 Sirombu SMAN 2 Mandrehe Persen 1. Kepala Sekolah 1 1 0,87 2. Guru 36 19 24,12 3. Pegawai 1 1 0,87 4. Siswa 84 77 70,61 5. Komite Sekolah 4 4 3,50 Total 126 102 100 Berdasarkan Tabel 4.1. di atas terlihat bahwa total keseluruhan responden yang ikut mengisi kuesioner adalah 228 orang. Total keseluruhan responden merupakan gabungan dari dua Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Nias Barat. 4.1.3. Persepsi Warga Sekolah Terhadap Sekolah Berwawasan Lingkungan 4.1.3.1. Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan Warga sekolah yang peduli dengan lingkungan hidup dapat dimulai dari lingkungan pendidikan atau sekolah. Oleh sebab itu pihak sekolah perlu membuat suatu kebijakan yang sifatnya peduli dan berbudaya lingkungan hidup untuk menciptakan lingkungan yang asri dan nyaman.

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada warga sekolah tentang kebijakan berwawasan lingkungan di SMA Negeri 1 Sirombu, diperoleh persepsi dari responden yang menyatakan 7 orang (5,6%) sangat setuju, 55 orang (44%) setuju, 57 orang (45,6%) cukup setuju dan 6 orang (4,8%) kurang setuju. Lebih jelas tentang hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut : Tabel 4.2. Kebijakan Berwawasan Lingkungan SMA Negeri 1 Sirombu Frekuensi Persentase Valid Sangat Setuju 7 5,6 Setuju 55 44,0 Cukup Setuju 57 45,6 Kurang Setuju 6 4,8 Sangat Kurang Setuju 0 0 Total 125 100,0 Sumber : Data Olahan 2017 Sedangkan untuk SMA Negeri 2 Mandrehe, diperoleh persepsi dari responden yang menyatakan 10 orang (9,9 %) cukup setuju dan 91 orang (90,1%) kurang setuju. Lebih jelas tentang hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3. berikut : Tabel 4.3. Kebijakan Berwawasan Lingkungan SMA Negeri 2 Mandrehe Frekuensi Persentase Valid Sangat Setuju 0 0 Setuju 0 0 Cukup Setuju 10 9,9 Kurang Setuju 91 90,1 Sangat Kurang Setuju 0 0 Total 101 100,0 Sumber : Data Olahan 2017 4.1.3.2. Kurikulum Berbasis Lingkungan Komponen atau variabel lain yang juga menjadi penting untuk melihat sebagian dari dimensi penerapan konsep sekolah berwawasan adalah komponen

atau variabel kurikulum berbasis lingkungan hidup. Penelusuran atas komponen ini dapat dilakukan dengan mengulas kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada warga sekolah tentang kurikulum berbasis lingkungan di SMA Negeri 1 Sirombu, diperoleh persepsi dari responden yang menyatakan 24 orang (19,2%) sangat setuju, 27 orang (21,6%) setuju dan 74 orang (59,2%) cukup setuju. Lebih jelas tentang hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut : Tabel 4.4. Kurikulum Berbasis Lingkungan SMA Negeri 1 Sirombu Frekuensi Persentase Valid Sangat Setuju 24 19,2 Setuju 27 21,6 Cukup Setuju 74 59,2 Kurang Setuju 0 0 Sangat Kurang Setuju 0 0 Total 125 100,0 Sumber : Data Olahan 2017 Sedangkan untuk SMA Negeri 2 Mandrehe, diperoleh persepsi dari responden yang menyatakan 12 orang (11,9 %) cukup setuju dan 89 orang (88,1%) kurang setuju. Lebih jelas tentang hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut : Tabel 4.5. Kurikulum Berbasis Lingkungan SMA Negeri 2 Mandrehe Frekuensi Persentase Valid Sangat Setuju 0 0 Setuju 0 0 Cukup Setuju 12 11,9 Kurang Setuju 89 88,1 Sangat Kurang Setuju 0 0 Total 101 100,0 Sumber : Data Olahan 2017 4.1.3.3. Kegiatan Berbasis Partisipatif

Indikator selanjutnya yang menjadi bagian dari komponen/variabel pengembangan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif adalah keberadaan kegiatan lingkungan yang diprakarsai oleh sekolah dan melibatkan masyarakat disekitar lingkungan sekolah. Keberadaan indikator ini pada umumnya meliputi berbagai kegiatan yang terkait lingkungan baik dalam skala besar maupun kecil yang dalam pelaksanaannya melibatkan unsur masyarakat di sekitar sekolah. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada warga sekolah tentang kegiatan lingkungan berbasis partisipatif di SMA Negeri 1 Sirombu, maka diperoleh persepsi dari responden yang menyatakan 34 orang (27,2%) sangat setuju, 20 orang (16%) setuju, 56 orang (44,8%) cukup setuju dan 15 orang (12%) kurang setuju. Lebih jelas tentang hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.6. berikut : Tabel 4.6. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif SMAN 1 Sirombu Frekuensi Persentase Valid Sangat Setuju 34 27,2 Setuju 20 16,0 Cukup Setuju 56 44,8 Kurang Setuju 15 12,0 Sangat Kurang Setuju 0 0 Total 125 100,0 Sumber : Data Olahan 2017 Sedangkan untuk SMA Negeri 2 Mandrehe, diperoleh persepsi dari responden yang menyatakan 12 orang (11,9 %) cukup setuju, 84 orang (83,2%) kurang setuju dan 5 orang (5%) sangat kurang setuju. Lebih jelas tentang hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut :

Tabel 4.7. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif SMA N 2 Mandrehe Frekuensi Persentase Valid Sangat Setuju 0 0 Setuju 0 0 Cukup Setuju 12 11,9 Kurang Setuju 84 83,2 Sangat Kurang Setuju 5 5,0 Total 101 100,0 Sumber : Data Primer Olahan 2017 4.1.3.4. Pengelolaan Sarana Pendukung Sekolah Sebagaimana di sebutkan bahwa lingkup kajian penelitian ini meliputi empat komponen/variabel pokok yang salah satunya adalah pengelolaan sarana pendukung sekolah yang ramah lingkungan. Keberadaan komponen/variabel ini memiliki arti yang sama pentingnya dengan komponen/varibel lainnya. Untuk mengetahui kondisi variabel/komponen ini dilokasi penelitian, maka dirumuskanlah beberapa indikator yang akan digunakan sebagai alat ukur. Salah satu indikator yang termasuk dalam variabel pengelolaan sarana pendukung sekolah yang ramah lingkungan ini adalah pemanfaatan sarana pendukung sekolah sebagai media pembelajaran lingkungan hidup. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada warga sekolah SMA Negeri 1 Sirombu, maka diperoleh persepsi dari responden yang menyatakan 48 orang (38,4%) sangat setuju, 21 orang (16,8%) setuju, 41 orang (32,8%) cukup setuju dan 15 orang (12%) kurang setuju. Lebih jelas tentang hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.8. berikut :

Tabel 4.8. Pengelolaan Sarana Pendukung Sekolah SMA Negeri 1 Sirombu Frekuensi Persentase Valid Sangat Setuju 48 38,4 Setuju 21 16,8 Cukup Setuju 41 32,8 Kurang Setuju 15 12,0 Sangat Kurang Setuju 0 0 Total 125 100,0 Sumber : Data Olahan 2017 Sedangkan untuk SMA Negeri 2 Mandrehe, diperoleh persepsi dari responden yang menyatakan 8 orang (7,5%) cukup setuju dan 99 orang (92,5%) kurang setuju. Lebih jelas tentang hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.9. berikut : Tabel 4.9. Pengelolaan Sarana Pendukung Sekolah SMAN 2 Mandrehe Frekuensi Persentase Valid Sangat Setuju 0 0 Setuju 0 0 Cukup Setuju 8 7,9 Kurang Setuju 93 92,1 Sangat Kurang Setuju 0 0 Total 101 100,0 Sumber : Data Primer Olahan 2017 4.1.4. Perbedaan Persepsi Warga Sekolah Antara SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe di Kabupaten Nias Barat Untuk mengukur perbedaan persepsi warga sekolah antara SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe di Kabupaten Nias Barat dengan menggunakan uji beda dan diolah. Sebelum memulai uji beda, hal penting yang perlu diperhatikan yaitu melakukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu sebagai prasyarat. Uji normalitas dan uji homogenitas perlu dilakukan untuk menentukan statistika yang akan digunakan dalam uji perbedaan. Uji beda pada penelitian ini menggunakan teknik statistik Mann-Whitney U. Hasil uji perbedaan data penelitian ditampilkan pada Tabel 4.10. berikut :

Persepsi Warga Sekolah Tabel 4.10. Uji beda Mann-Whitney U Peringkat Sekolah N Rata rata peringkat Jumlah peringkat SMA Negeri 1 Sirombu 125 163,26 20407,00 SMA Negeri 2 Mandrehe 101 61,88 6621,00 Total 226 Berdasarkan Tabel 4.10. di atas menunjukkan rata-rata peringkat tiap kelompok, yaitu pada kelompok kesatu rata rata peringkatnya 163,26 lebih besar dari pada rata rata peringkat kedua, yaitu 61,88. Tabel 4.11. Uji Statistik a Uji Statistik a Persepsi Warga Sekolah Mann-Whitney U 843,000 Wilcoxon W 6621,000 Z -12,214 Asymp. Sig. (2-tailed),000 a. Variabel Kelompok : Sekolah Berdasarkan Tabel 4.11. di atas menunjukkan nilai U sebesar 843 dan nilai W sebesar 6621. Apabila dikonversikan ke nilai Z maka besarnya -12,214. Nilai Sig atau P Value sebesar,000 < 0,05. Apabila nilai p value < batas kritis 0,05 maka terdapat perbedaan persepsi bermakna antara SMA Negeri1 Sirombu dengan SMA Negeri 2 Mandrehe. 4.1.5. Upaya yang dapat dilakukan oleh stakeholder Pendidikan di Nias Barat dalam mengimplementasikan sekolah berwawasan lingkungan Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Nias Barat Bapak Elikana Hia, S.Pd di dapatkan informasi bahwa kebijakan Pemerintah Daerah dalam bentuk produk Peraturan Daerah maupun Peraturan Bupati terkait dengan

kegiatan Sekolah Berwawasan Lingkungan hingga saat ini masih belum ada. Menurut beliau, ada berbagai kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan sekolah berwawasan lingkungan diantaranya adalah : 1. Minimnya anggaran yang dikelola oleh Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Nias Barat tersebut sehingga lebih diprioritaskan kegiatan yang menyangkut kebutuhan masyarakat umum seperti kegiatan saat ini sedang dalam penataan tempat pembuangan akhir. 2. Sumber daya manusia yang tersedia di kantor ini yang mempunyai ilmu khusus lingkungan hanya satu orang yaitu Ibu Murniati Hia, ST, kalau dilihat dari sumber daya manusia Kabupaten Nias Barat sangat minim sehingga program seperti ini kami belum bisa melaksanakannya. Hal senada juga disampaikan oleh Kasubbag Program dan Keuangan Bapak Christian Fiter Fama Hia, S.Kom., MM dan Kepala Seksi Pengedalian Pencemaran Bapak Taufik Hidayat Hia, S.Pd., M.Si bahwa program di Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Nias Barat masih belum ada yang berkaitan dengan sekolah. Sementara dari hasil wawancara dengan Sekretaris Dinas Pendidikan Nias Barat Bapak Drs. Hizkia Gulo didapatkan informasi bahwa sampai saat ini, Pemerintah Kabupaten Nias Barat belum memiliki penetapan sekolah berwawasan lingkungan, beliau sering menyampaikan dalam berbagai pertemuan dengan Kepala sekolah dan guru untuk setiap sekolah melaksanakan kegiatan kebersihan dan penghijauan sekolah. Menurut beliau, anggaran dana yang sangat minim menyebabkan kegiatan sekolah berwawasan lingkungan belum bisa dimuat dalam kegiatan Dinas Pendidikan. Beliau menutup wawancara dengan menyampaikan

bahwa saat ini seluruh SMA/SMK di bawah pengelolaan Dinas Pendidikan Provinsi. Program ataupun kegiatan dari Pemerintah Kabupaten Nias Barat terkhusus dalam bentuk sekolah berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan mutu lingkungan dan pendidikan masih belum bisa dilaksanakan. 4.2. Pembahasan 4.2.1. Kebijakan Tentang Sekolah Berwawasan Lingkungan Dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup, salah satunya dapat dimulai dari lingkungan pendidikan atau sekolah. Oleh sebab itu pihak sekolah perlu membuat suatu kebijakan yang sifatnya berwawasan lingkungan hidup. Kebijakan berwawasan lingkungan terdiri atas komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) (KLH 2014). Mayoritas warga sekolah SMA Negeri 1 Sirombu menyatakan persepsi setuju terhadap kebijakan tentang sekolah berwawasan lingkungan. Sekalipun SMA Negeri 1 Sirombu tidak memiliki kebijakan secara khusus yang dimuat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) untuk sekolah berwawasan lingkungan namun upaya yang dilakukan telah menuju sekolah berwawasan lingkungan. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sirombu, beliau menyampaikan bahwa Lingkungan sekolah harus dijaga keasriannya agar warga sekolah merasa nyaman dan betah untuk beraktifitas. SMA Negeri 1 Sirombu memang belum memiliki kebijakan yang dimuat dalam visi, misi, tujuan

dan sasaran sekolah serta Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), kebijakan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup, kebijakan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (tenaga kependidikan dan nonkependidikan) di bidang pendidikan lingkungan hidup, kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumber daya alam namun bukan berarti sekolah harus berdiam diri tanpa melakukan berbagai kegiatan. Ada berbagai kebijakan yang dilakukan dan tidak termuat dalam RKAS seperti pengadaan tempat sampah (sampah kering, basah dan berbahaya), kegiatan pungut sampah sampai setelah apel selesai, kegiatan rutin bersih bersih setiap hari jumat, pemeliharaan bunga didepan kelas dan piket kebersihan ruang kelas setiap hari agar tetap terciptanya lingkungan sekolah yang sehat, bersih dan indah. Gambar 4.1. Keadaan lingkungan SMA Negeri 1 Sirombu Tahun 2017 (Sumber : Dokumen Pribadi) Berbeda dengan SMA Negeri 2 Mandrehe, persepsi warga sekolah tentang kebijakan tentang sekolah berwawasan lingkungan masih dalam kategori kurang setuju. SMA Negeri 2 Mandrehe masih sangat jauh dalam melakukan berbagai

upaya mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dalam struktur kebijakan yang telah disusun. SMA Negeri 2 Mandrehe juga belum memiliki kebijakan yang dimuat dalam visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah serta Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) namun dalam pengamatan kegiatan rutin seperti kegiatan jumat bersih hanya rutinitas, masih ada warga sekolah membuang sampah sembarangan bahkan tanpa rasa peduli dan membiarkan berserakan. Berdasarkan wawancara dengan pihak sekolah ada berbagai kebijakan yang mereka ambil untuk lingkungan namun karena keterbatasan dana sehingga untuk sementara belum bisa melakukan kegiatan tersebut. Gambar 4.2. Keadaan lingkungan SMA Negeri 2 Mandrehe Tahun 2017 (Sumber : Dokumen Pribadi) Berdasarkan data hasil pengamatan, wawancara dan kuisioner SMA Negeri 1 Sirombu dan SMA Negeri 2 Mandrehe masih belum memiliki kebijakan tentang sekolah berwawasan lingkungan yang termuat dalam KTSP dan RKAS, kebijakan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran pendidikan lingkungan

hidup, kebijakan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (tenaga kependidikan dan non-kependidikan) di bidang pendidikan lingkungan hidup, kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumber daya alam namun kedua sekolah memiliki persepsi yang berbeda dalam mengelola sekolah terutama dalam dana agar menjadi sekolah yang asri. SMA Negeri Sirombu melakukan berbagai kegiatan yang merupakan kontribusi bersama untuk melestarikan lingkungan sementara di SMA Negeri 2 Mandrehe memilih pasrah dengan keadaan ini. Nugroho (2008) menyatakan Kebijakan pendidikan adalah kebijakan publik dibidang pendidikan. Ensiklopedia menyebutkan bahwa kebijakan pendidikan berkenaan dengan kumpulan hukum atau aturan yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan, yang tercakup di dalamnya tujuan pendidikan dan bagaimana mencapai tujuan tersebut. 4.2.2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan hidup sebagai strategi pembelajaran perlu dilakukan untuk membentuk sikap peduli lingkungan dikalangan warga sekolah. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan sangat ditentukan oleh tenaga pendidik yang harus memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup. Mayoritas warga sekolah SMA Negeri 1 Sirombu menyatakan persepsi cukup setuju terhadap kurikulum berbasis lingkungan sedangkan responden di SMA Negeri 2 Mandrehe mayoritas menyatakan persepsi kurang setuju. Kedua sekolah memiliki masih belum menerapkan kurikulum berbasis lingkungan baik secara integratif maupun monolitik.

Kualifikasi tenaga pendidik masing masing sekolah telah memenuhi standar kualifikasi seorang tenaga pendidik yaitu minimal lulusan sarjana pendidikan, namun dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup masih rendah, sehingga diharapkan tenaga pendidik harus lebih melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran. Upaya pengembangan isu lokal yang ada diwilayah sekitar masih belum optimal dilakukan oleh kedua sekolah bahkan isu global untuk lebih menumbuhkan kepedulian siswa terhadap lingkungan sangat rendah. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dilapangan pembelajaran lingkungan hidup baik secara integrasi maupun monolitik masih hanya diajarkan oleh guru guru mata pelajaran tertentu saja. Materi ajar muatan lokal di kedua sekolah belum memasukkan materi tentang lingkungan sebagai bahan ajar. Menurut Hamzah (2013), Pendidikan lingkungan sebagai pendidikan yang bersifat multidisiplin yang pembelajarannya dilaksanakan secara terintegratif, tentulah meminta seluruh kompetensi yang dipersyaratkan bagi seorang guru terpenuhi secara optimal. Sejalan dengan itu, maka seorang pendidik lingkungan hidup sudah seharusnya dilaksanakan oleh guru-guru yang sudah terlatih untuk melaksanakan pendidikan tersebut. Seorang pendidik lingkungan tidaklah cukup hanya dengan latar belakang pendidikan guru yang telah dimilikinya semata. Keating (1993) menyatakan bahwa pemerintah hendaknya menyediakan pendidikan lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan bagi semua usia, pekerjaan lingkungan dakam konsep pembangunan, di dalamnya hendaknya memasukkan program pendidikan dengan persoalan utama lingkungan

menganalisis berbagai penyebab krisis lingkungan, melibatkan peserta didik disekolah dalam studi regional dan lokal terhadap kesehatan lingkungan, mencakup penyelamatan air minum, penjagaan kesehatan, makanan, lingkungan dan dampak penggunaan sumber daya ekonomi. 4.2.3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif ditandai dengan pihak sekolah telah melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah dan menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak diantaranya; masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain. Mayoritas warga sekolah SMA Negeri 1 Sirombu menyatakan persepsi setuju terhadap kegiatan lingkungan berbasis partisipatif sedangkan responden di SMA Negeri 2 Mandrehe mayoritas menyatakan persepsi kurang setuju. Kedua sekolah memiliki kegiatan lingkungan berbasis partisipatif yang dimuat dalam kegiatan dalam ekstrakulikuler atau kurikuler dan masih bersifat internal. Pada lokasi penelitian ditemukan adanya sarana dan prasarana yang tidak terawat, lingkungan sekolah sebagian masih belum tertata rapi, bersih dan terurus. Bentuk kegiatan ekstra kurikuler/kurikuler yang sudah dilakukan hanya lomba kebersihan kelas dan dilaksanakan setiap akhir semester, kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar juga kegiatan kemitraan atau memprakarsai pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah masih belum terlaksana baik di SMA Negeri 1 Sirombu maupun SMA Negeri 2 Mandrehe. Kegiatan seperti menanam pohon, daur ulang sampah, pemanfaatan air, karya seni dan hemat energi, dukungan dari kalangan yang terkait dengan sekolah

(orang tua, alumni, media/ pers, dunia usaha, pemerintah, LSM, Perguruan tinggi, sekolah lain) dan dinas pendidikan belum pernah dilaksanakan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dilapangan keterlibatan warga sekolah antara lain berupa : piket kebersihan kelas, jumat bersih dan lomba kebersihan kelas. Hal ini mengindikasikan bahwa kesadaran warga sekolah untuk terlibat dalam pemeliharaan gedung dan lingkungan sekolah harus lebih ditingkatkan. Slamet (2004) menyatakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan diartikan sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan pembangunan dan ikut serta memanfaatkan dan ikut menikmati hasilhasil pembangunan. Menurut saya masalah rendahnya partisipasi baik pihak sekolah dan pihak luar sekolah terhadap sekolah berwawasan lingkungan karena kurangnya kesadaran dan tidak memiliki rasa tanggung jawab bersama sehingga upaya untuk melestarikan alam hanya dilakukan orang yang peduli saja. 4.2.4. Pengelolaan Sarana Pendukung Sekolah Upaya untuk mewujudkan sekolah yang perduli dan berbudaya lingkungan perlu didukung sarana dan prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup, antara lain indikator: ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan dan peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan. Mayoritas warga sekolah SMA Negeri 1 Sirombu menyatakan persepsi setuju terhadap pengelolaan sarana pendukung sekolah sedangkan responden di SMA Negeri 2 Mandrehe mayoritas menyatakan persepsi kurang setuju. Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan

lingkungan hidup, peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan sekolah, penghematan sumberdaya alam (air, listrik) dan ATK. peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat dan pengembangan sistem pengelolaan sampah masih belum diterapkan di kedua sekolah. Disetiap sekolah ketersediaan air sangatlah sulit karena hanya mengharapakan air tampungan dari hujan, pada saat musim kemarau sangat terasa. Demikian pula halnya dengan pola listrik, alat tulis, plastik dan barang keperluan lainnya khususnya barang dengan sifat sekali pakai tidak digunakan secara hemat. Pihak sekolah masih kurang melakukan sosialisasi tentang penghematan pemakaian listrik, air dan ATK secara efisien. Hasil wawancara dan pengamatan dilapangan, masih ditemukan listrik yang menyala disiang hari, ATK digunakan secara boros, kantin sekolah telah melakukan pelayanan belum yang sehat dan ramah lingkungan. Kantin menjual makanan/minuman yang mengandung bahan pengawet/pengenyal, pewarna, perasa yang tidak sesuai dengan standar kesehatan dan kantin tidak menjual makanan yang dikemas tidak ramah lingkungan, seperti : plastik, styrofoam, aluminium foil. Sesuai dengan hasil wawancara dan fakta dilapangan sarana prasarana masih jauh standar sarana dan prasarana Permendiknas No 24 tahun 2007, seperti : air bersih, sampah (penyediaan tempat sampah terpisah, komposter), tinja, air limbah/drainase dan ruang terbuka hijau. Menurut Engkoswara dan Aan (2011), bahwa sarana dan prasarana atau fasilitas pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan yang berfungsi memberikan kemudahan-kemudahan baik bagi siswa,

guru maupun bagi tenaga kependidikan lainnya yang berupa gedung, atau ruangan kelas, perumahan guru, penjaga sekolah dan gedung laboratorium. 4.3. Hambatan Implementasi Sekolah Berwawasan Lingkungan Setelah melakukan penelitan, pengamatan dan wawancara, adapun hambatan yang dialami oleh sekolah untuk mewujudkan sekolah berwawasan lingkungan sebagai berikut : a) Masih rendahnya kesadaran warga sekolah terkait pentingnya lingkungan hidup dan belum menerapkan secara optimal pendidikan lingkungan hidup yang terintergrasi di semua mata pelajaran. Dilain pihak ada sekelompok warga sekolah yang masih belum sadar dalam memahami konsep sekolah berwawasan lingkungan hidup. Hal ini dibuktikan masih ada sekelompok warga sekolah yang masih menganggap sok terhadap perbuatan yang sifatnya melestarikan lingkungan hijau. b) Belum ada pengalokasian dana kegiatan sekolah berwawasan lingkungan yang dimuat dalam APBD dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). c) Dukungan masyarakat dan instansi lain yang masih rendah. Pada dasarnya program sekolah berwawasan lingkungan tidak ditujukan sebagai suatu kompetisi atau lomba. Penghargaan sekolah berwawasan lingkungan diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada sekolah yang mampu melaksanakan upaya peningkatan pendidikan lingkungan hidup secara benar, sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pelaksanaan untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, warga sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup.

4.4. Analisis Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan Sekolah dalam mengimplementasikan kebijakan tentang sekolah berwawasan lingkungan menentukan beberapa kebijakan sebagai payung hukum yang kuat dalam menjalankan program sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Dari dua sekolah yang diteliti, adapun kegiatan/program yang berwawasan lingkungan seperti terlihat pada Tabel 4.12. berikut : Tabel 4.12. Indikator kegiatan sekolah No Indikator SMAN 1 Sirombu SMAN 2 Mandrehe 01 02 03 04 Kebijakan sekolah Pelaksanaan Kurikulum Kegiatan berbasis partispatif Sarana dan prasarana Tidak ada kebijakan khusus untuk sekolah berwawasan lingkungan yang dimuat dalam visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah. Pendidikan Lingkungan Hidup belum menjadi satu mata pelajaran masih hanya diajarkan oleh guru yang ada materi tentang lingkungan sehingga belum terlaksana secara integrasi maupun monolitik. Kegiatan 7 K dilaksanakan setiap hari Jumat, Lomba kebersihan kelas sekali dalam 6 bulan, Petugas setiap hari secara terjadwal melaksanakan pengumutan sampah, penanaman pohon dilakukan oleh guru dan siswa yang bersifat kegiatan sukarela. Rombel : 15 ruang Kasek : 1 ruang Guru : 1 ruang Tidak ada kebijakan khusus untuk sekolah berwawasan lingkungan yang dimuat dalam visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah. Pendidikan Lingkungan Hidup belum menjadi satu mata pelajaran masih hanya diajarkan oleh guru yang ada materi tentang lingkungan sehingga belum terlaksana secara integrasi maupun monolitik Kegiatan 8 K dilaksanakan setiap hari Jumat, Lomba kebersihan kelas sekali dalam 6 bulan, Petugas setiap hari secara terjadwal melaksanakan pengumutan sampah, penanaman pohon sekali dalam setahun yang diprogram oleh OSIS. Rombel Kasek Wakasek : 12 ruang : 1 ruang : 1 ruang

BK TU Bendahara Lab Perpustakaan Kantin CCTV Tong sampah : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 3 ruang : 1 ruang : 2 tempat Tiap ruang Tiap ruang Osis TU Lab Perpustakaan Kantin Tong sampah : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 1 ruang : 4 tempat Tiap ruang Dari segi kebijakan tentang sekolah berwawasan lingkungan masing masing sekolah belum memiliki kebijakan yang terprogram dalam KTSP dan RKAS. Namun di SMA Negeri 1 Sirombu melakukan berbagai kegiatan berwawasan lingkungan karena memiliki kultur melestarikan lingkungan. SMA Negeri 1 Sirombu banyak mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Nias Barat melalui pengadaan fasilitas fasilitas untuk menunjang kegiatan belajar mengajar seperti meja dan kursi, juga telah membentuk sanggar budaya yang merupakan salah satu kegiatan untuk mempromosikan kearifan lokal seperti tempat sirih yang telah dianyam dan memakai bahan bahan lokal yang bebas dari bahan plastik. Gambar 4.3 Bola Nafo Nias Tahun 2017 (Sumber : Internet) Salah satu tradisi Ono Niha (orang Nias) yang masih hidup dan tetap dipertahankan sampai sekarang yaitu Bolanafo. Bolanafo, terdiri dari dua suku kata yaitu bola dan afo. Bola identik dengan pengertian tempat, sedangkan afo adalah lima ramuan dari tawuo (daun sirih), betua (kapur), gambe (daun gambir), bago (tembakau), dan fino (buah pinang). Bahan baku anyaman bolanafo terbuat

dari sejenis rumput rawa-rawa Keleömö (Eleocharis dulcis) yang dikeringkan dan dipipihkan, lalu diberi pewarna dan dianyam. Bola Nafo bukan sekedar kantong sirih melainkan benda yang dinilai penting bagi tradisi komunal masyarakat Nias. Hasil penelitian Suryadi E (2010) menyatakan bahwa kepemimpinan memainkan peranan yang amat penting, bahkan dapat dikatakan amat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pimpinan membutuhkan orang lain, yaitu bawahan untuk melaksanakan secara langsung tugas tugas, disamping memerlukan sarana dan prasarana lainnya. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, memelihara dan mengembangkan usaha dan iklim yang kondusif di dalam kehidupan organisasional. Kinerja pegawai merupakan hasil dari suatu proses atau seperangkat proses yang menciptakan pemahaman bersama mengenai apa yang harus dicapai (dan bagaimana hal itu dicapai) serta bagaimana dapat mengatur orang dengan cara yang dapat meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan tersebut. Kinerja pegawai yang tinggi bisa tercapai apablia didukung dengan adanya leadership dan budaya organisasi yang baik pula. Untuk menciptakan kondisi sekolah yang berwawasan lingkungan dibutuh leadership yang kuat dan berinovasi sehingga mampu melakukan terobosan/karya dalam sebuah organisasi. Leaderhip mampu menggerakkan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap bawahan dalam memelihara lingkungan dan akan menjadi budaya yang baik bagi organisasi maupun lembaga. Dalam kasus ini SMA Negeri 1 Sirombu memiliki leadership yang lebih baik dalam mengelola

sekolah sehingga menjadi salah satu unsur yang mempengaruhi persepsi warga sekolah terhadap sekolah berwawasan lingkungan. Hasil penelitian Ramdhani (2013), Implementasi sekolah yang berwawasan lingkungan dan berbudaya lingkungan dapat dilaksanakan oleh semua warga sekolah termasuk pimpinan sekolah, guru, karyawan, peserta didik dan penjaga sekolah. Sekolah dapat bekerjasama dengan instansi terkait dalam hal ini Kantor Lingkungan Hidup dan Dinas Pendidikan guna mewujudkan sekolah yang peduli lingkungan. Kerjasama yang baik di antara semua pihak dan komitmen yang jelas di antara semua warga sekolah maka keempat indikator yang menjadi ciri sekolah yang berwawasan lingkungan dapat terlaksana dengan sebagaimana mestinya. Program Adiwiyata perlu diterapkan di sekolah-sekolah untuk membentuk perilaku peduli terhadap lingkungan bagi warga sekolah. 4.5. Analisis Upaya Yang Telah Dilakukan Oleh Stakeholder Dinas Terkait Dalam Mengimplementasikan Sekolah Berwawasan Lingkungan Di Kabupaten Nias Barat. Penyelesaian masalah dan krisis lingkungan yang terjadi saat ini dan masa yang akan datang tidak bisa hanya dilakukan melalui pendekatan teknis, tetapi justru yang terpenting adalah melalui pendekatan pendidikan moral. Membangun moral yang baik akan menjadi modal utama bagi manusia untuk berperilaku etis dalam mengatur hubungan antara dirinya dengan alam semesta. Sehubungan dengan itu penyelesaian masalah dan krisis lingkungan tidak dapat dilakukan secara sepihak, namun diperlukan kerjasama multipihak secara serentak dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Faktor pendukung dalam penerapan kegiatan sekolah berwawasan lingkungan adalah dengan menjalin kerjasama dengan Pemerintah dalam

penyelenggaraannya, yaitu Dinas Pendidikan dan Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup. Hubungan kerjasama sekolah dengan masyarakat bisa berjalan dengan baik apabila didukung oleh beberapa faktor, seperti adanya program dan perencanaan yang sistematis, tersedianya basis dokumentasi yang lengkap, tersedianya tenaga ahli, terampil, sarana serta dana yang memadai dan kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan untuk meningkatkan hubungan sekolah dengan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak stakeholder baik di Dinas Pendidikan maupun Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup menyampaikan bahwa sampai saat ini belum memiliki payung hukum tentang kegiatan sekolah berwawasan lingkungan sehingga kegiatan tersebut belum bisa diterapkan. Minimnya anggaran yang dikelola oleh dinas terkait juga keterbatasan sumber daya manusia yang mengelola menjadi kendala yang dihadapi dalam menerapkan kegiatan sekolah berwawasan lingkungan. Peran pemerintah dalam menyukseskan program sekolah berwawasan lingkungan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata Pasal 6 ayat (2) sebagai berikut : 1. Peran Pembinaan Dalam menyelenggarakan program sekolah berwawasan lingkungan Pemerintah berperan dalam pembinaan sekolah yang meliputi : melakukan sosialisasi, bimbingan teknis, pembentukan sekolah model atau percontohan, pendampingan/monitoring dan evaluasi program.

2. Peran Penilaian Program dari sekolah sekolah yang mencanangkan program pendidikan lingkungan di sekolah akan dinilai oleh Pemerintah yang diajukan sebagai penerima program Adiwiyata dan dilakukan secara berjenjang yaitu tingkat Kabupaten, Provinsi dan Nasional. Penilaian terhadap sekolah sekolah berwawasan lingkungan meliputi 4 aspek penilaian yaitu aspek kebijakan sekolah yang berwawasan lingkungan, aspek kurikulum sekolah berbasis lingkungan, aspek kegiatan sekolah berbasis partisipatif dan aspek pengelolaan sarana dan prasarana pendukung sekolah yang ramah lingkungan. 3. Pemberian Penghargaan Ada beberapa penghargaan dalam program Adiwiyata. Penghargaan Adiwiyata terbagi dalam 3 kategori yaitu Sekolah Adiwiyata Mandiri, Sekolah Adiwiyata, dan Sekolah Calon Adiwiyata. Adiwiyata Mandiri diberikan kepada sekolah sekolah yang mampu mempertahankan program program lingkungan hidup mereka selama tiga tahun berturut turut. Penghargaan Adiwiyata diberikan sebagai apresiasi kepada sekolah yang mampu melaksanakan upaya peningkatan pendidikan lingkungan hidup secara benar, sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Sebagaimana disebutkan diatas, penghargaan adiwiyata tahapan pemberdayaan (selama kurun waktu kurang dari 3 tahun) dan tahap kemandirian (selama kurun waktu lebih dari 3 tahun). Pada tahap awal, penghargaan Adiwiyata dibedakan atas dua kategori, yaitu : - Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang dinilai telah berhasil dalam melaksanakan Pendidikan Lingkungan Hidup.

- Calon sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang dinilai telah berhasil dalam pengembangan lingkungan hidup. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Persepsi warga sekolah antara SMA Negeri 1 Sirombu lebih baik dibandingkan dengan SMA Negeri 2 Mandrehe terhadap sekolah berwawasan lingkungan. 2. Belum ada upaya/tindakan dari Dinas Pendidikan dan Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup terkait dengan sekolah berwawasan lingkungan. 5.2. Saran 1. Sekolah harus mampu membuat terobosan dalam menjadikan sekolah sekolah sebagai tempat yang nyaman dan asri melalui kebijakan yang memuat kegiatan tentang sekolah berwawasan lingkungan. 2. Pemerintah Kabupaten Nias Barat perlu melihat pentingya sekolah berwawasan lingkungan sehingga membuat berbagai kebijakan atau peraturan untuk dijadikan acuan bagi sekolah sekolah dalam mewujudkan sekolah berwawasan lingkungan.