BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. bahwa hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak.

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Nilam Indonesia 2.2 Minyak Nilam

PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN. Oleh : YULINDA DWI NARULITA

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

EKONOMI GAHARU. Oleh : Firmansyah, Penyuluh Kehutanan. Budidaya pohon gaharu saat ini tak terlalu banyak dikenal masyarakat.

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui pendekatan edukatif (Subejo, 2010). Pendekatan edukatif diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PERBEDAAN KUALITAS MINYAK NILAM (Pogostemon cablin Benth.) BERDASARKAN BAGIAN PADA TANAMAN

Jurusan Kimia Faklultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 1

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

FENOMENA PENYAKIT BUDOK PADA TANAMAN NILAM

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Gambir merupakan komoditas perkebunan rakyat yang terutama ditujukan

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

Tahun Bawang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Biomassa adalah segala material yang berasal dari tumbuhan atau hewan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

II. TINJAUAN PUSTAKA

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM SKRIPSI

Bab V Analisis dan Pembahasan

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth)

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam perdagangan internasional, minyak nilam di kenal sebagai minyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal hal

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

ISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan,

Karakteristik Empat Aksesi Nilam

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

POLA TANAM NILAM. Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I. PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Mangkurat Banjarbaru 2) Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi secara efektif dan penyuluh bertindak sebagai jembatan dan sekaligus penghantar teknologi. Teknologi disini maksudnya adalah teknologi pertanian yang berarti cara-cara bagaimana penyebaran benih, pemeliharaan tanaman, memungut hasil serta termasuk pula benih pupuk, obatobatan, pemberantasan hama, alat-alat, sumber tenaga kerja dan kombinasi jenisjenis usaha oleh para petani sebagai fungsinya selaku pengelola untuk mengambil keputusan (Suhardiyono, 1992 : 21 ). Pada dasarnya prilaku petani sangat di pengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental petani itu sendiri. Dengan digiatkannya penyuluhan pertanian diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan terutama pada perilaku serta bentuk-bentuk kegiatanya seiring dengan terjadinya perubahan cara berpikir, cara kerja, cara hidup, pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah dan lebih menguntungkan, baik bagi dirinya beserta keluarganya maupun lingkunganya (Slamet, 2003 : 21). Tingkat adopsi dipengaruhi oleh persepsi petani tentang ciri-ciri inovasi dan perubahan yang dikehendaki oleh inovasi didalam pengelolaan pertanian dari keluarga petani. Inovasi biasanya di adopsi dengan cepat karena : Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani. Kompatibilitas / keselarasan dengan nilai-nilai, pengalaman, dan kebutuhan.

Kompleksitas / tidak rumit Dapat dicoba Dapat diamati (Van den Ban dan Hawkins, 2003 : 129 ). Inovasi adalah suatu gagasan melukiskan objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir (Van den Ban dan Hawkins, 2003 : 125 ). Kecepatan setiap petani dalam menerapkan inovasi ataupun teknologi baru tidak sama, ada yang lambat dan ada yang cepat. Melalui penyuluhan pertanian dapat di bedakan beberapa golongan petani antara lain : 1. Inovator 2. Penerap inovasi teknologi lebih dini (early adopter) 3. Penerap inovasi teknologi lebih awal (early mayority) 4. Penerap inovasi teknologi lebih akhir (late mayority) 5. Penolak teknologi inovasi (laggard) (Kartasapoetra, 1994 : 27-28). Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak yang dihasilkan merupakan komoditas ekspor yang cukup mendatangkan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor minyak nilam mempunyai prospek yang baik, karena dibutuhkan secara kontinu dalam industri kosmetik, parfum, sabun dan lain-lain.

Tanaman nilam adalah tanaman perdu wangi yang berakar serabut, daunnya halus bagai beledru dan agak membulat lonjong, serta warnanya agak pucat. Saat berumur lebih dari 6 bulan, ketinggian tanaman nilam dapat mencapai 2-3 kaki atau sekitar 60-90 cm dengan radius cabang sekitar 60 cm. Nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti herba lainnya. Tanaman ini memerlukan suhu yang panas dan lembab. Selain itu, nilam juga memerlukan curah hujan yang merata dalam jumlah cukup. Tinggi tempat yang ideal yaitu 10-400 m diatas permukaan laut. Sementara pada ketinggian 700-2000 m dpl, nilam masih dapat tumbuh, tetapi kadar rendaman minyaknya tidak sebagus di dataran rendah. Keasaman tanah (ph) yang dikehendaki 5,5-6,5 dan tidak boleh tergenang air (Mangun, 2006, 14-15). Pada dasarnya, terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Namun, nilam Aceh lebih dikenal dan telah ditanam secara meluas. Secara garis besar, jenis nilam ada 3 yaitu : 1. Nilam Aceh ( Pogostemon cablin Benth atau Pogostemon patchouli ) Nilam Aceh merupakan tanaman standar ekspor yang direkomendasikan karena memiliki aroma khas dan rendemen minyak daun keringnya tinggi, nilam jenis ini tidak berbunga, daun berbulu halus yaitu 2,5-5 % dibandingkan dengan jenis lain. Nilam Aceh dikenal pertama kali dan ditanam secara meluas hampir di seluruh wilayah Aceh. Saat ini, hampir di seluruh wilayah Indonesia mengembangkan nilam aceh secara khusus.

2. Nilam Jawa ( Pogostemon heyneatus Benth ) Nilam Jawa disebut juga nilam hutan. Nilam ini berasal dari India dan masuk ke Indonesia serta tumbuh meliar di beberapa hutan di wilayah Pulau Jawa. Jenis tanaman ini hanya memiliki kandungan minyak sekitar 0,5-1,5 %. Jenis daun dan rantingnya tidak memiliki bulu-bulu halus dan ujung daunnya agak meruncing. 3. Nilam sabun ( Pogostemon hortensis Backer ) Jenis tanaman ini hanya memiliki kandungan minyak sekitar 0,5 %-1,5%. Selain itu, komposisi kandungan minyak yang dimiliki dan dihasilkannya tidak baik sehingga minyak dari jenis nilam ini tidak memperoleh pasaran dalam bisnis minyak nilam. Oleh sebab itu, nilam jawa dan nilam sabun tidak direkomendasikan sebagai tanaman komersial karena kandungan minyaknya relatif sangat sedikit. Selain itu, aroma yang dimiliki keduanya berbesa dengan nilam aceh dan komposisi kandungan minyaknya tidak baik (Mangun, 2006 : 16-18). Tujuan utama penanaman nilam adalah diambil daunnya. Waktu panen daun pertama adalah saat tanaman berumur 6-8 bulan. Selanjutnya panen dilakukan setiap 3-4 bulan sekali. Dengan pengelolaan budidaya secara intensif, maka hasil daun rata-rata per tahun dapat mencapai produksi sebagai berikut. Tahun pertama sekitar 7.000 kg daun nilam kering, tahun kedua sekitar 8.500 kg, tahun ketiga kurang lebih 9.500 kg, tahun keempat turun menjadi 8.500 kg dan tahun ke lima hanya sekitar 6.000 kg daun nilam kering (Lutony dan Rahmayati, 2002, 93).

Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal dengan nama patchouli oil. Standar minyak nilam yang diberlakukan di Indonesia sebagai berikut: Karakteristik Warna Berat jenis (25 o ) SNI Kuning muda sampai coklat tua 0,943-0,983 EOA 0,950-0,975 (Lutony dan Rahmayati, 2002, 88). Indeks bias 1,506-1,516 1,570-1,575 Putaran optik Kelarutan dalam alcohol (90%) (-47)-(-66) 1:10 larut dan jernih (-48)-(-65) 1:10 larutan jernih Bilangan asam Bilang an ester Maks 5,0 Maks 10,0 Maks 5,0 Maks 20,0 2.2 Landasan Teori Besarnya perhatian dan keyakinan pemerintah Indonesia akan pentingnya sektor pertanian dapat dilihat dari kesungguhannya dalam membangun pertanian di negara ini. Segala sarana dan prasarana pertanian disediakan, demikian pula segala kemudahan bagi petani, termasuk berbagai bentuk subsidi. Guna mencapai peningkatan produksi, teknologi memang diperlukan, dan para petani perlu mengadopsi teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju (Slamet, 2003 : 14 ). Pelaksanaan penyuluh menerapkan anjuran yang disampaikan oleh penyuluh lapangan, terdapat suatu proses yang disebut dengan proses penerimaan dan proses adopsi terhadap teknologi baru. Dalam penerimaan teknologi baru yang dianjurkan oleh penyuluh lapangan, maka kecepatan penerimaan petani

terhadap teknologi tidaklah sama tergantung pada sikap dan kondisi masingmasing petani pada saat teknologi diperkenalkan kepada mereka. Teknologi yang diterapkan dalam mendukung pembangunan pertanian Indonesia merupakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan mutu dan diversifikasi produk olahan di sektor hilir, baik itu untuk skala kecil, menengah, maupun besar. Untuk sampai taraf yakin dan mau menerapkan teknologi biasanya petani melalui tahap-tahap dari proses adopsi seperti berikut ini Sadar dan Tahu ( Awareness ) Minat (Interesting ) Penilaian (Evaluation) Percobaan (Trial) Adopsi (Adoption) (Van den Ban dan Hawkins, 2003 : 125 ) Minyak nilam merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang digunakan dalam industri parfum, sabun dan kosmetika disamping itu juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati. Sedangkan limbah sisa dari hasil penyulingan yang jumlahnya berkisar 40-50 % dari bahan baku dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan dupa, obat nyamuk bakar, dan pupuk tanaman atau mulsa. Selanjutnya air sisa hasil penyulingan minyak nilam setelah dipekatkan masih dapat dimanfaatkan sebagai aroma terapi (Aninomous, 2005) Inovasi adalah gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari

petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usaha taninya. Hal ini biasanya di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 1. Umur petani Makin muda petani biasanya mempunyai semagat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut. 2. Pengalaman bertani Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih muda menerapkan inovasi dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. 3. Tingkat pendidikan petani Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi. Tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya kurang menyenangi inovasi, sehingga sikap mental untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pertanian kurang. 4. Total pendapatan Adalah jumlah pendapatan bersih yang diterima dari usahatani serta non usaha tani lainya.

5. Luas pemilikan lahan Petani yang mempunyai lahan yang luas adalah lebih muda menerapkan inovasi dari petani yang memiliki lahan sempit, hal ini dikarenakan keefisienan dalam penggunaan sarana produksi. 6. Jumlah Tanggugan Banyaknya jumlah tanggungan keluarga, akan mendorong petani untuk melakukan banyak kegiatan/aktifitas terutama dalam upaya mencari dan menambah pendapatan keluarga. (Ginting.M, 2002). 2.3 Kerangka Pemikiran Usaha tani nilam merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang di usahakan dan dikelola petani, nilam merupakan tanaman penghasil minyak atsiri, karena minyak yang dihasilkan merupakan komoditas ekspor yang cukup mendatangkan devisa negara. Dalam budidaya nilam diperlukan penerapan teknologi, sehingga adopsi teknologi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan suatu ide atau alat alat teknologi baru yang disampaikan berupa pesan komunikasi lewat penyuluhan penyuluhan pertanian. Dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas tanaman nilam, ada beberapa komponen teknologi budidaya yang dapat diterapkan petani. Komponen-komponen tersebut adalah varietas, pembibitan, penanaman, jarak tanam, pemeliharaan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit.

Tinggi rendahnya penerapan teknologi nilam (adopsi teknologi) di pengaruhi oleh beberapa faktor sosial ekonomi petani seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, total pendapatan, luas lahan, jumlah tanggungan. Pada akhirnya suatu teknologi diterapkan atau tidak diterapkan terletak pada petani itu sendiri, apakah tingkat adopsinya tinggi, sedang, atau rendah terhadap teknologi baru tersebut. Bila dalam dirinya ada kesadaran akan perlunya perubahan maka pembaharuan yang diusulkan oleh penyuluh dapat diterapkan dalam usahataninya.

Skema kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut USAHA TANI NILAM -Varietas -Pembibitan -Penanaman -Jarak Tanam -Pemeliharaan -Pemupukan -Pengendalian Hama dan Penyakit TEKNOLOGI BUDIDAYA NILAM PENYULUH PERTANIAN PETANI NILAM TINGKAT ADOPSI Karaktersitik Sosial Ekonomi Petani : -Umur -Tingkat Pendidikan -Pengalaman Bertani -Total Pendapatan -Luas Lahan -Jumlah Tanggugan TINGGI SEDANG RENDAH Keterangan Ada Hubungan Gambar II.1 Skema Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian Untuk mengarahkan penelitian sesuai dengan identifikasi masalah dan tujuan penelitian maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1) Teknologi budidaya nilam di daerah penelitian telah sesuai dengan anjuran PPL. 2) Tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya nilam di daerah penelitian tinggi. 3) Ada hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, total pendapatan, luas lahan, jumlah tanggungan) dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya nilam di tempat penelitian.