TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam

Transkripsi

1 4 TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Tanaman nilam termasuk famili Labiatae (Santoso 1990). Ada tiga jenis tanaman nilam yaitu Pogostemon cablin Benth atau Nilam Aceh, Pogostemon heyneatus Benth atau nilam hutan/nilam Jawa, dan Pogostemon hortensis Backer atau Nilam Sabun. Tanaman nilam termasuk Pogostemon cablin Benth merupakan jenis tanaman semak dengan tinggi sekitar meter. Mangun (2008) menambahkan daun nilam halus bagai beledru apabila diraba dengan tangan dan agak membulat lonjong seperti jantung serta warnanya agak pucat. Bagian bawah daun dan rantingnya berbulu halus, batangnya berkayu dengan diameter mm. Jenis nilam yang diusahakan secara komersial di Indonesia adalah dari spesies Pogostemon cablin Benth, yang dikenal sebagai nilam Aceh. Jenis nilam tersebut merupakan tanaman standar ekspor yang direkomendasikan karena memiliki aroma khas dan rendemen minyak daun keringnya tinggi, yaitu % dibandingkan jenis lainnya. Jenis nilam Jawa (Pogostemon heyneatus Benth) sama dengan nilam sabun (Pogostemon hortensis Backer) hanya memiliki kandungan minyak sekitar % (Mangun, 2008). Syarat Tumbuh Nilam Santoso (1990) menyatakan bahwa nilam dapat tumbuh baik di daerah-daerah tropis antara 10 o Lintang Utara sampai 10 o Lintang Selatan. Tanaman nilam dapat tumbuh pada ketinggian m di atas permukaan laut (dpl). Tanaman tersebut akan tumbuh baik dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat m dpl. Sudaryani dan Sugiharti (2001) menambahkan bahwa tanaman nilam menghendaki suhu yang panas dan lembab serta memerlukan curah hujan yang merata. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar mm/tahun. Suhu yang baik untuk tanaman tersebut yaitu o C dengan kelembaban lebih dari 75 persen.

2 5 Tanah yang subur serta banyak mengandung humus sangat diperlukan oleh tanaman nilam. Santoso (1990) mengemukakan, nilam dapat tubuh baik pada tanah Regosol, Latosol, dan Aluvial; dengan tekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dan kemasaman tanah (ph) antara 6 7. Sudaryani dan Sugiharti (2001) menambahkan bahwa keadaan fisik tanah yang berat (tanah liat), tanah berpasir dan berkapur kurang baik untuk pertumbuhan tanaman nilam. Tanaman nilam dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, tetapi akan tumbuh lebih baik pad tanah yang gembur dan banyak mengandung humus, seperti tanah bekas perkebunan kopi dan tanaman tahunan lainnya. Pada tanah yang mempunyai permukaan air tanah dangkal dan tergenang air tidak cocok untuk tanaman nilam, karena pada kondisi ini tanaman mudah terserang penyakit busuk akar yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora sp (Moko et al., 1998). Pemupukan Nitrogen Nitrogen merupakan unsur hara yang sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman. Sutedjo (2008) menjelaskan fungsi nitrogen bagi tanaman antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun, meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan dan meningkatkan berkembangbiaknya mikro-organisme di dalam tanah. Jumlah nitrogen yang tersedia dalam tanah berasal dari N-organik dan N-anorganik yang dapat disimbiosis oleh pertumbuhan tanaman. Prawiranata et al. (1992) menyatakan bahwa pemberian nitrogen akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang sangat pesat, warna daun menjadi hijau tua dan tanaman lebih sukulen. Hal ini menyebabkan tanaman mudah terserang hama dan penyakit. Kekurangan unsur N dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan sistem perakarannya terbatas, daun menjadi berwarna kuning atau hijau kekuningan dan cenderung cepat rontok (Soepardi, 1983). Adianto (1993) menambahkan bahwa kekurangan unsur N menyebabkan tanaman kerdil dan daunnya menguning akibat kekurangan N untuk pembentukan protein dan klorofil.

3 6 Tanaman nilam merupakan tanaman yang responsif terhadap pemupukan (Wikardi et al., 1990). Pemberian pupuk N pada tanaman nilam sangat penting karena bagian tanaman nilam yang dipanen adalah daunnya. Pemberian dosis pupuk N yang tepat akan memacu pertumbuhan vegetatif yang baik. Pada fase vegetatif terjadi tiga proses penting, yaitu pembelahan sel, perpanjangan sel, dan tahap pertama diferensiasi sel yang berhubungan dengan perkembangan akar, daun, dan batang baru (Harjadi, 1996). Secara umum kandungan nitrogen dalam tanah kandungan nitrogen dalam tanaman sebesar 1 5 % bobot. Tanaman menyerap nitrogen dalam bentuk amonium (NH + 4 ) dan nitrat (NO - 3 ) (Glendinning, 1986). Hasil penelitian Anggoroseto (2001) pada pembibitan nilam menunjukkan bahwa umur pinching dan waktu pemupukan N tidak mempengaruhi tinggi bibit dan persentase bibit jadi. Percobaan Rohmani (2001) yang mempelajari kombinasi pupuk N dan waktu pinching tanaman induk menunjukkan dosis terbaik adalah 90 kg N/ha. Pemupukan N merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan tanaman terhadap unsur N. Salah satu pupuk N yang umum diberikan ke tanaman atau tanah adalah pupuk Urea. Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan NH 4 (amonia) dengan CO 2, bahan dasarnya berupa gas alam dan merupakan sampingan barang tambang minyak bumi. Kandungan N total pada Urea berkisar persen. Urea merupakan pupuk dasar utama yang diberikan pada tanaman. Nitrogen yang dikandungnya dilepas dalam bentuk amonia dan sebagian bereaksi dengan tanah membentuk nitrat dan nitrit (Marsono dan Sigit, 2001). Pemangkasan Pemangkasan harus dilaksanakan pada waktu yang tepat agar produksi yang diperoleh maksimal. Dalam menentukan waktu yang tepat untuk pemangkasan perlu diperhatikan kondisi atau kesehatan tanaman agar setelah pemangkasan tanaman tidak mati. Pemangkasan dilakukan mulai dari cabang ke tiga dari atas (Mangun, 2008). Daun yang banyak mengandung minyak adalah tiga pasang daun yang termuda, sehingga pemangkasan harus dapat memunculkan daun muda sebanyak

4 7 mungkin. Untuk mempercepat pertumbuhan tunas baru, sebaiknya dalam tiap rumpun hanya dibiarkan satu cabang saja yang tumbuh (Sudaryani dan Sugiharti, 2001). Tindakan perompesan merupakan tindakan yang tepat untuk mendapatkan tunas-tunas baru yang akan menghasilkan daun-daun muda. Kegiatan pinching (pangkas) bertujuan untuk mematahkan dominansi pucuk (apical dominant), sehingga beberapa tunas samping terangsang untuk tetap aktif dan percabangan yang terletak di bawah potongan. Tanaman yang pucuknya dipangkas berat, terutama bila masih muda, cenderung untuk tetap dalam kondisi vegetatif (Harjadi, 1989). Pinching pada tanaman nilam dilakukan untuk meningkatkan jumlah cabang lateral yang terbentuk. Dengan demikian akan semakin banyak juga daun muda yang dihasilkan. Kegiatan pemangkasan dapat meningkatkan pertumbuhan cabang, terutama cabang pada ketiak daun (Sadikin, 2004). Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh kegiatan pemangkasan menghambat dominasi apikal sehingga merangsang pertumbuhan tunas samping dan percabangan berikutnya (Harjadi, 1996). Minyak Nilam Minyak nilam adalah minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth). Minyak nilam merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tetapi cukup dikenal di pasaran internasional. Minyak atsiri terdiri atas persenyawaan (compound) kimia mudah menguap, termasuk golongan hidrokarbon asiklik dan hidrokarbon isosiklik serta turunan hidrokarbon yang telah mengikat oksigen. Persenyawaan minyak nilam juga mengandung nitrogen dan belerang. Pada umumnya semua bagian tanaman nilam yaitu akar, batang, tangkai dan daun mengandung minyak nilam, tetapi kandungannya berbeda. Minyak dari akar dan batang mempunyai berat jenis yang tinggi, mutu dan rendemen yang rendah bila dibandingkan dengan daun sehingga tidak digunakan dalam pengolahan (Ketaren dan Djatmiko, 1978). Berdasarkan bentuknya, minyak nilam berwujud cairan kental, sedangkan warnanya kuning muda dan bernuansa hijau hingga merah yang menjurus ke coklat tua. Aroma spesifik nilam mirip jeruk nipis atau kamfer. Minyak nilam

5 8 mengandung coerulein, persenyawaan biru terang yang terdapat dalam matricaria, worm wood, dan minyak lainnya. Minyak nilam mengandung beberapa senyawa antara lain benzaldehid 2.34 %, kariofilen %, patchoulien %, buenesen %, dan Patchouli Alcohol Content % (Mangun, 2008). Menurut Anggraeni et al. (1998) minyak nilam yang disuling dari bahan segar dan bahan kering berbeda dalam sifat fisika-kimia dan komposisi kimia. Akibat pengeringanginan bahan segar nilam sebelum disuling, kadar air dan kadar minyak nilam, bilangan ester serta komponen golongan terpen dalam minyak nilam berkurang. Sebaliknya bobot jenis, indeks bias, dan komponen berat yang polar dalam minyak nilam meningkat dengan semakin lama pengeringanginan. Perlakuan lama pengeringanginan bahan segar nilam tidak berpengaruh terhadap rendemen, bilangan asam, putaran optik, dan kelarutan minyak dalam alkohol. Irfan (1989) menyatakan bahwa semakin banyak proporsi batang daripada daun, maka semakin berkurang kadar minyak bahan. Perbandingan optimum antara batang dan daun pada campuran bahan yang disuling adalah 1 : 0.5. Semakin banyak proporsi tangkai, kadar minyak dan rendemen minyak semakin berkurang.