TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015)

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

TINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi

TINJAUAN PUSTAKA. (C curvinagthus Holmgren) adalah sebagai berikut : Gambar 1 : Siklus hidup rayap Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat gamabar dibawah ini: Gambar 1. Siklus hidup rayap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. bujur Timur dan Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup perkembangan rayap adalah melalui metamorfosa. pertumbuhan) telur, nimfa, dewasa. Walau stadium dewasa pada serangga

SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

KAJIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP DAN URGENSI TINDAKAN PENGAWETAN TERHADAP PEMBANGUNAN DI BEBERAPA PERUMAHAN KOTA PEMATANGSIANTAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Oleh: Tarsoen Waryono **)

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan

TINJAUAN PUSTAKA. Papan Partikel. Sorghum (Shorgum bicolour) merupakan salah satu sumber daya alam

ORGANISME PERUSAK KAYU. 1. Jamur atau Cendawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bekerjasama. Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Tanaman ini dapat tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

IDENTIFIKASI JENIS RAYAP DI KAWASAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: M. HENDRIANSYAH JUMARI NIM:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1.Karakteristik Bangunan Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Medan. : Jl. Garu I No 28 Medan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

METODOLOGI PENELITIAN

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

Lampiran 1. Karakteristik-Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Swasta. Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 a) Tumbuhan tuba yang tumbuh di perladangan masyarakat; b) Batang tumbuhan tuba.

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Uji Suspensi Kitosan untuk Mengendalikan Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) pada Tanaman Karet di Lapangan

UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat pada gambar:

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI

II. TINJAUAN PUSTAKA

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

Gambar 1. Koloni Trigona sp

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

BAB II TINJAUAN PROYEK

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Global Warming. Kelompok 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN KAYU KARET UNTUK FURNITURE

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROSES PENGAWETAN KAYU. 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB V FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN JAMUR PELAPUK PADA BANGUNAN RUMAH SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKANNYA

TINJAUAN PUSTAKA. Paimin (1997) menyatakan berdasarkan penggolongan jenis tumbuhtumbuhan. (taksonomi), tanaman kemiri termasuk famili Euphorbiaceae.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

BAB VIII PEMBAHASAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah milik pemerintah dan 404 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SD di Kota Medan disajikan pada tabel 1. Table 1. Data jumlah Sekolah Dasar Negeri di Kota Medan No Kecamatan SD Negeri SD Swasta 1 Medan Tembung 11 27 2 Medan Amplas 22 14 3 Medan Deli 21 28 4 Medan Baru 13 15 5 Medan Kota 20 23 6 Medan Area 27 18 7 Medan Maimun 13 10 8 Medan Johor 23 21 9 Medan Polonia 9 12 10 Medan Tuntungan 21 15 11 Medan Petisah 13 9 12 Medan Helvetia 22 32 13 Medan Timur 25 18 14 Medan Belawan 26 16 15 Medan Perjuangan 13 24 16 Medan Denai 33 33 17 Medan Marelan 28 18 18 Medan Sunggal 17 22 19 Medan Selayang 8 15 20 Medan Labuhan 26 16 21 Medan Barat 10 18 Jumlah 401 404 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Medan, 2008. Rayap Rayap menurut Tarumingkeng (1992) dalam Rakhmawati (1996) adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo, yaitu ordo Isoptera dari kelas

Arthropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar 2000 spesies dan di Indonesia sampai tahun 1970 telah tercatat lebih kurang 200 spesies. Menurut Nandika (2003), ada sekitar 200 jenis rayap di Indonesia dan lima persen diantaranya menjadi musuh manusia. Rayap termasuk binatang purba karena sudah ada sejak 200 juta tahun yang lalu. Nandika dkk., (2003) menyatakan setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang memiliki bentuk yang berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing, yaitu kasta prajurit, kasta pekerja dan kasta reproduksi. Kasta prajurit dapat dengan mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dan mengalami penebalan yang nyata. Tugasnya adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya semut dan vertebrata predator. Kasta pekerja umumnya berwarna pucat dengan kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa. Populasinya mencapai 80-90% dalam satu koloni rayap. Kasta ini bertugas memberi makan dan memelihara ratu, mencari sumber makanan, membuat sarang, liang-liang kembara, menumbuhkan jamur dan memeliharanya. Sedangkan kasta reproduksi terdiri atas betina (ratu) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Ukuran ratu pada rayap tingkat tinggi bisa mencapai panjang ukuran lima sampai sembilan cm atau lebih. Kemampuan rayap melakukan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan menyebabkan penyebaran rayap di dunia menjadi sangat luas. Di daerah tropika, rayap ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut. Penyebaran ke daerah temperate telah berlangsung, sehingga mencapai batas 50 LU dan 50 LS. Faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan populasi rayap meliputi curah hujan, suhu, kelembaban,

ketersediaan makanan dan musuh alami. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Kelembaban dan suhu merupakan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap (Nandika dkk., 2003). Kelembaban optimum bagi rayap subteran berkisar antara 97,5% - 100%, dan rayap kayu mampu bertahan hidup selama 11 jam pada kondisi kering dengan kelembaban udara relatif 10%. Dalam kondisi lembab dengan tingkat kelembaban udara 100%, rayap ini mampu hidup selama 86,5 jam tanpa persediaan makanan (Suranto, 2002). Prasetyo dan Yusuf (2004) menyatakan rayap memiliki habitat yang unik dalam suatu ekosistem. Keberadaan koloni rayap berperan penting dalam siklus biogeochemical (dekomposer bahan organik) seperti siklus nitrogen, karbon, sulfur, oksigen dan fosfor. Mudahnya rayap beradaptasi dengan lingkungannya mengakibatkan mereka bisa ditemui di hampir semua bentuk ekosistem. Berdasarkan sifat penyerangannya rayap tanah cenderung menyukai lokasi yang memiliki kelembaban yang tinggi. Dalam suatu rumah, bahan-bahan konstruksi kayu yang diduga sering terkena bocoran air hujan serta lokasi yang lembab seperti di daerah kamar mandi merupakan bagian yang dominan terkena serangan rayap tanah. Sementara itu, rayap kayu kering tidak terlalu memerlukan kondisi yang lembab pada daerah serangannya karena jenis rayap ini mampu membuat kelembaban di dalam kayu yang diserang (Siregar dan batubara, 2007). Koloni rayap Koloni rayap dapat dibentuk dari tiga cara (Hasan, 1983), yaitu: 1. Pembentukan koloni oleh kasta reproduksi primer (laron) dengan perkawinan sepasang kasta reproduksi primer.

2. Pembentukan koloni dengan cara isolasi, disebabkan terdapatnya sebagian rayap yang terisolasi dari koloni induk karena lorong-lorong atau sel-sel yang tersumbat. Rayap ini membentuk koloni baru dengan menjadikan kasta reproduksi suplementer sebagai ratu dan raja. 3. Pembentukan koloni dengan cara imigrasi, yaitu dengan cara memisahkan diri dari koloni induk. Menurut Nandika (2003), rayap dapat berkembang biak ratusan ribu hingga jutaan ekor dalam satu koloni sekitar 3-5 tahun. Rayap berkembang biak sangat cepat. Sementara usia produktif mereka berbeda tiap jenisnya. Untuk ratu sekitar 20 tahun, sedangkan rayap pekerja sekitar tiga tahun. Dalam satu koloni terdapat sepasang ratu dan raja dengan ribuan tentara. Sisanya adalah pekerja. Rayap pekerja mencari makanan 24 jam secara terus-menerus. Berdasarkan hasil penelitian, untuk luas wilayah 295 meter persegi, populasi rayap mencapai 610 ribu. Di Jakarta mencapai 1,7 juta. Daya jelajah maksimal 118 meter dan berat tubuh rayap 2,5 miligram. Sedangkan satu ekor rayap memerlukan makan sekitar 0,24 miligram setiap hari, maka koloni rayap di Jakarta mengkonsumsi kayu sebanyak 408 gram setiap harinya. Rayap perusak gedung Habitat atau sarang rayap bervariasi antara satu dengan yang lain. Koloni yang sederhana hanya membuat terowongan-terowongan pada kayu yang lembab dan mulai membusuk, lainnya membuat koloni pada kayu kering. Rayap memiliki tiga kelompok yaitu rayap kayu kering, rayap pohon, dan rayap tanah. Pada musim tertentu, rayap menjadi laron dan berterbangan di bawah sinar lampu secara berpasang-pasangan. Setelah melepas sayapnya, pasangan rayap itu

melakukan perkawinan dan mencari lokasi untuk membentuk koloni. Bila dia berasal dari kayu kering, biasanya sasarannya mencari kayu kering pula, misalnya mebel. Rayap bisa masuk ke dalam rumah melalui pondasi atau kayu dinding rumah. Sedangkan laron yang berasal dari rayap tanah akan kembali ke tanah. Kasta inilah yang sering menghancurkan tanaman, kayu, mebel dan bahan berselulosa lainnya (Nandika, 2003). Tarumingkeng (1971) dalam Jusmalinda (1994) menyatakan jenis-jenis rayap perusak kayu di Indonesia termasuk dalam famili Kalotermitidae, Rhinotermitidae dan Termitidae. 1. Famili kalotermitidae Jenis-jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling primitif. Koloninya tidak terdapat kasta pekerja. Tugas mengumpulkan makanan dan merawat sarang dilakukan oleh larva dan nimfa yang telah tua. Cara hidupnya dibagi atas tiga golongan: a. Rayap kayu lembab (Glyptotermes spp). b. Rayap pohon (Neotermes spp). c. Rayap kayu kering (Cryptotermes spp). 2. Famili rhinotermitidae Famili ini mempunyai sarang dibawah atau diatas tanah. Jenis-jenis yang terpenting adalah Coptotermes curvignathus dan Coptotermes travian. Organisasi dari famili ini sedikit lebih maju dari famili Kalotermitidae. 3. Famili termitidae Famili ini memiliki organisasi yang lebih sempurna dari famili Kalotermitidae. Rayap ini kebanyakan hidup di dalam tanah. Genus yang terkenal

antara lain Ondototermes, Microtermes, Macrotermes. Namun diantara rayaprayap itu, yang paling menimbulkan masalah pada bangunan gedung adalah jenis Coptotermes curvignathus. Kemampuannya dalam menyerang bangunan sangat ditunjang oleh daya jelajahnya yang tinggi baik pada arah jelajah horizontal maupun vertikal; mampu membuat sarang antara (secondary nest) pada tempattempat yang tidak secara langsung bersinggungan dengan tanah, dan ukuran populasinya yang tinggi. Namun beruntung, dibandingkan dengan rayap lain misalnya Schedorhinotermes javanicus, Macrotermes gilvus, maupun Microtermes inspiratus, sebaran rayap C. curvignathus jauh lebih terbatas dan diduga pola sebaran spasialnya berbeda (Rismayadi, 2002). Menurut Rismayadi (2003), rayap tanah Coptotermes juga dapat menyerang kayu sasarannya sejauh 90 meter dari sarangnya, yang terdapat di kedalaman tanah 30-60 centimeter dibawah permukaan tanah bahkan lebih dalam lagi dengan liang-liang selebar enam milimeter. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh serangan rayap baik rayap tanah maupun rayap kayu kering cukup tinggi. Kerugian yang ditimbulkan oleh rayap tanah lebih besar dibandingkan dengan rayap kayu kering. Hal ini diduga disebabkan oleh sejarah lahan yang merupakan lahan perkebunan dan perladangan (Hakim dkk., 2009). Sistem organisasi, spesialisasi dan komunikasi yang efektif dalam dunia kehidupan rayap menempatkan rayap sebagai organisme perusak kayu di garda depan. Untuk itu perlu mengenali cara kerja rayap ini agar tidak keliru dalam memperlakukannya (Rismayadi, 2003).

Cara penyerangan Sistem organisasi, spesialisasi dan komunikasi yang efektif dalam dunia kehidupan rayap menempatkan rayap sebagai organisme perusak kayu di garda depan. Menurut Nandika dkk., (2003), rayap tanah mampu menyerang bangunan dengan berbagai cara antara lain: 1. Menyerang melalui kayu yang berhubungan dengan tanah. 2. Masuk melalui retakan-retakan atau rongga pada dinding dan pondasi. 3. Dengan cara membuat liang-liang kembara diatas permukaan kayu, beton, pipa dan lain-lain. 4. Menembus objek-objek penghalang seperti plastik, logam tipis, dan lainlain walaupun penghalang tersebut bukan objek makanannya. Rayap tanah terutama akan menyerang objek-objek yang berhubungan langsung dengan tanah, seperti pada tiang-tiang kayu. Bisa juga melalui retakanretakan atau rongga pada semen, lantai, dan pondasi rumah permanen dan semi permanen, kehadiran rayap tanah ditandai dengan adanya liang kembara pada objek-objek terserang (Jusmalinda, 1994). Sedangkan rayap kayu kering (Nandika dkk., 2003) dapat mencapai sasarannya melalui : (1) laron yang bersialang menemukan objek sasaran dan mampu berkembang karena objek tidak tertutup (misalnya cat tidak toksik, kayu tidak awet atau diawetkan) dan (2) objek sasaran terserang oleh rayap yang berasal dari objek lain yang telah diserang dan letaknya berdekatan. Kerugian Serangan Rayap di Indonesia Kerugian ekonomis akibat kerusakan kayu oleh faktor perusak kayu pada bangunan di Indonesia telah mencapai milyaran rupiah tiap tahunnya. Survei di

beberapa kota besar, Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota-kota besar lainnya menunjukkan bahwa umumnya bangunan perumahan sangat rentan diserang oleh organisme perusak kayu (Romaida, 2002). Menurut Rudi (1994) dalam Romaida (2002), tingkat serangan rayap pada rumah di Kotamadya Bandung telah mencapai 90% dengan kerugian pertahun sebesar 1,35 milyar rupiah. Untuk daerah JABOTABEK menurut Siregar (1985) dalam Romaida (2002), rata-rata persentase serangan rayap tanah pada perumahan mencapai 38,20%. Sedangkan total nilai kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Kotamadya Surabaya menurut Rakhmawati (1996) dan nilai investasi per tahun sebesar Rp 8.530.207,29 atau Rp 35.542,53 per rumah per tahun. Untuk Kota Cirebon, Romaida (2002) menghitung kerugian yang diakibatkan oleh rayap kayu kering sebesar Rp 2.082.591,- dan kerugian ekonomis yang diakibatkan oleh rayap tanah adalah sebesar Rp 1.565.470,-. Safaruddin (1994) memperkirakan kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Jakarta Barat dan Jakarta Timur berkisar Rp 67,58 Milyar. Berdasarkan penelitian Pusat Studi Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor (IPB), kerugian rata-rata per tahun yang disebabkan oleh rayap terhadap bangunan publik di Indonesia sekitar Rp 2,8 triliun per tahun. Nilai tersebut kerugian terbesar terjadi di Jakarta Rp 2,6 triliun (Tarumingkeng, 2003). Departemen Pekerjaan Umum pada pertengahan tahun 1983 menyatakan kerugian akibat serangan rayap pada bangunan gedung pemerintah saja diperkirakan mencapai seratus milyar rupiah setiap tahunnya (Romaida, 2002).

Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap Tindakan pengamanan sudah harus dimulai pada saat pemilihan lokasi bangunan atau sebelum bangunan didirikan (pra konstruksi). Memerangi rayap setelah bangunan berdiri jauh lebih mahal (pasca konstruksi). Tingginya serangan rayap disebabkan oleh pengaruh lahan-lahannya. Oleh karena itu, sebelum mendirikan bangunan perlu diketahui sejarah lahannya, jangan mendirikan rumah atau membeli rumah dikawasan bekas hutan karet karena memiliki resiko yang besar terhadap serangan karena lahan bekas perkebunan karet merupakan habitat utama rayap ganas (Rismayadi, 2003). Pra konstruksi Menurut Lippsmeier (1994), Tindakan ini dikatakan sebagai tindakan pencegahan, selain lebih murah juga lebih mudah dilakukan. Dengan upaya pencegahan, umur suatu bangunan akan lebih lama dan tahan terhadap serangan rayap. Berbeda dengan upaya pengendalian dimana komponen yang sudah rusak harus diganti dan kemungkinan untuk diserang kembali lebih besar. Ada beberapa kemungkinan tindakan pencegahan gangguan rayap tanah menurut Lippsmeier (1994), antara lain: a. Memperhitungkan bahaya rayap mulai tahap perancangan hingga detail pekerjaan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan pada perancangan, pemilihan lokasi, drainase efektif, pemisahan bangunan dari tanah dan yang paling efektif adalah dengan memasang perintang mekanis. b. Memakai bahan pelindung kimiawi

c. Melakukan tindakan pencegahan pada waktu pembangunan. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, lokasi bangunan harus bersih dari sarang rayap; sisa-sisa akar, potongan kayu, kertas dan lain-lain. d. Menggunakan bahan bangunan yang tahan rayap. Antara lain dengan menggunakan kayu awet atau yang diawetkan. Kayu awet sangat sedikit jumlahnya. Menurut Nandika (2003) kayu ulin, merbau, sengon laut, kayu jati atau jati merupakan jenis kayu yang tahan terhadap serangan rayap. Menurut Nandika, (2003) ancaman rayap bisa dicegah dengan teknologi anti rayap. Untuk memusnahkan rayap, dapat digunakan produk anti rayap yang menggunakan 0,5 gram Hexaflumuron. Dimana jika dikonsumsi (dimakan) rayap, saat 8 minggu kemudian terjadi penggantian kulit, namun kulit baru tidak terbentuk sehingga rayap mengalami dehidrasi. Tindakan yang umum dilakukan di Indonesia adalah tindakan pemberian bahan pengawet. Tindakan ini bertujuan untuk memperpanjang umur pakai kayu. Pengawetan kayu untuk perumahan dan gedung menurut SNI 03-5010.1-1999 adalah suatu proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak kayu sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu. Kayu dalam kontruksi bangunan memiliki peranan besar dan banyak digunakan sebagai komponen utama. Penentuan mutu kayu bangunan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu umur pakai kayu, serangan rayap, serangan bubuk kayu dan kumbang, diametaer kayu, barat jenis kayu, dan kemirinagn serat (Nuryawan dan Prasetyo, 2005).

Bahan-bahan pengawet kayu terdiri dari campuran dari bahan non-organik, tiosianat, arganofosfat, pyretroid dan campuran lain. Disamping bahan pengawet tersebut, formulasi baru sekarang ini diadopsi dari beberapa negara lain. Melalui Komisi Pengawas Pestisida (KOMPES) antara lain CCB, CCF, FCAP, BFCA (Rudi, 2002). Menurut Duljafar (1995), pengaplikasian bahan pengawet pada kayu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pengawetan kayu tanpa tekanan (non pressure process) dan pengawetan kayu dengan tekanan (pressure process). Pengawetan kayu tanpa tekanan seperti pelaburan atau penyemprotan, pencelupan, perendaman dingin, dan perendaman panas-dingin. Sedangkan pengawetan dengan tekanan seperti proses vakum-tekan. Dengan vakum tekan retensi dan penetrasi bahan pengawet lebih dalam dan merata. Pasca konstruksi Prasetyo dan Yusuf (2004) menyatakan tindakan pasca konstruksi merupakan tindakan pengendalian. Pengendalian dilakukan setelah terjadi serangan rayap pada suatu bangunan untuk meminimalkan kerusakan dan membatasi ruang geraknya. Upaya pengendalian serangan rayap perlu memperhatikan karakteristik rayap yang menyerang, kondisi objek yang diserang, dan kondisi lingkungan sekitarnya. Beberapa tindakan pengendalian yang dapat dilakukan antara lain: 1. Pemeriksaan areal, untuk mengetahui jenis rayap perusaknya dan cara menyerang sehingga diketahui lokasi dan teknik pengendalian yang tepat. 2. Perlakuan tanah (soil treatment), dengan memasukkan larutan termisida yang berdaya residual tinggi dengan injektor.

3. Perlakuan pada pondasi bangunan. 4. Fumigasi, sangat efektif untuk membasmi jenis rayap kayu kering. 5. Perubahan struktur bangunan untuk menghilangkan sumber kelembaban. 6. Mengganti atau membakar kayu yang sudah rusak parah. Sedangkan teknologi pengendalian yang lain adalah dengan penekanan populasi (pengumpanan). Nandika dkk., (2003) menyatakan bahwa penekanan populasi rayap merupakan teknologi pengendalian rayap yang populer saat ini. Metode pengumpanan pada prinsipnya memanfaatkan sifat biologis rayap yaitu sifat tropolaksis (saling menjilat) dan grooming (berkumpul) dalam mendistribusikan racun kepada seluruh anggota koloninya. Bahan aktif yang digunakan harus bersifat slow action. Dengan menggunakan termisida yang berefek lambat (slow action), rayap pekerja memakan dan memberi makan sekaligus meracuni koloninya tanpa sadar. Racun ini dapat menghentikan proses ganti kulit rayap yang dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan sifatnya, teknik ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik pengendalian lain, diantaranya lebih ramah lingkungan karena bahannya tidak mencemari tanah, memiliki sasaran yang spesifik, mudah dalam penggunaannya dan mempunyai kemampuan untuk mengeliminasi koloni secara total. Selain itu, teknik ini juga tidak menyebabkan kerusakan pada bangunan karena tidak adanya pengeboran lantai seperti pada sistem injeksi (Nandika dkk., 2003). Teknik perlindungan investasi konstruksi terhadap serangan organisme perusak yang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama pada kayu bangunan yang digunakan adalah dengan pengawetan kayu yang menggunakan bahan pengawet. Pengawetan kayu merupakan suatu proses memasukkan bahan

pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak, sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu. Cara pengawetan kayu bangunan yang umum digunakan adalah vakumtekan, rendaman dingin dan rendaman panas dingin. Pengawetan secara vakumtekan dilakukan dengan pemberian vakum dan tekanan salama proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu bangunan. Pengawetan secara rendaman dingin adalah dengan merendam kayu bangunan ke dalam larutan bahan pengawet. Sedangkan pengawetan secara rendaman panas-dingin adalah dengan merendam kayu bangunan ke dalam larutan bahan pengawetan yang dilakukan secara panas-dingin. Bahan pengawet adalah suatu bahan kimia yang bila dimasukkan ke dalam kayu dapat meningkatkan ketahanan kayu dari serangan organisme perusak seperti jamur, serangga dan makhluk perusak kayu lainnya. Selain dengan cara pengawetan kayu bangunan, teknik perlindungan bangunan dapat juga dilakukan dengan cara injeksi/penyuntikan bahan pengawet pada tapak bangunan (Aini, 2005).