BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya ketersediaanya pangan lokal asli yang ketersediannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL PADA PEMBUATAN BISKUIT DITINJAU DARI KADAR β-karoten, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN DAYA TERIMA

BAB I PENDAHULUAN. produk bakery dengan kombinasi bahan pangan lokal Indonesia. diversifikasi pangan dengan memanfaatkan sumber daya pangan lokal.

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. Tepung tersebut digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kue tradisional

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

pangan fungsional yang beredar di pasaran. Salah satu pangan fungsional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

PENDAHULUAN. sebagai bahan baku atau bahan tambahan untuk membuat berbagai jenis makanan.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui penganekaragaman pangan didapatkan variasi makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

Bab 1 PENDAHULUAN. bahan mentah seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan, sayursayuran,

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Makanan tradisional merupakan wujud budaya yang berciri kedaerahan,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan vitamin A (KVA). KVA yaitu kondisi kurang zat gizi mikro

I. PENDAHULUAN. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) adalah jenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang tertuang di dalam Millenium Development Goals (MDGs).

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kerupuk bawang merupakan makanan ringan/snack yang terbuat dari

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. Singkong (Manihot Esculenta) merupakan salah satu sumber bahan pangan yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat mempengaruhi seseorang di saat mereka dewasa. Pada anak, pertumbuhan dan perkembangan terjadi pada saat mereka memasuki rentang umur 6 sampai mendekati 12 tahun, yang masing-masing menguraikan karakteristik penting dari periode tersebut. Periode usia pertengahan ini sering disebut usia sekolah atau masa sekolah (Wong et al., 2009). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, secara nasional prevalensi anak pendek pada rentang umur 5-12 tahun adalah 30,7 persen dan prevalensi anak kurus pada umur 5-12 tahun yaitu 11,2 persen. Untuk itu perlu adanya penanganan khusus agar tidak berdampak buruk pada anak dimasa yang akan datang. Terlebih pada negara berkembang anak yang memiliki nilai z-score untuk BB/TB kurang dari -2 Z memiliki risiko kematian yang lebih besar (Kemenkes, 2013; Fawzi, 1997). Asupan makan anak merupakan segala bentuk makanan maupun minuman yang dikonsumsi anak sebagai sumber zat gizi. Jenis makanan dan jumlah yang diasup akan menentukan tumbuh kembang anak nantinya. Menurut Hidayati (2014) terdapat hubungan bermakna antara asupan makan anak dengan status gizi anak usia sekolah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa status gizi seseorang dipengaruhi oleh dua hal yaitu asupan makan 1

dan penyakit infeksi. Keduanya merupakan faktor langsung yang dapat mempengaruhi status gizi (UNICEF, 1998). Masalah gizi kurang dan gizi buruk perlu ditangani khususnya dalam hal asupan makan sebagai faktor langsung yang mempengaruhi status gizi. Jenis makanan yang dikonsumsi sebaiknya mengandung energi dan protein tinggi agar dapat membantu memenuhi kebutuhan sehari. Salah satu jenis produk makanan yang memiliki formulasi padat gizi, aman dikonsumsi, mudah dicerna adalah bahan makanan campuran (BMC) (Suhardjo, (1988) dalam Hamid, (2002)). BMC merupakan perpaduan bahan makanan yang secara tunggal dapat memenuhi kebutuhan anak dalam hal kecukupan gizi pada umumnya (Winarno, (1984) dalam Nataliningsih, (2007)). Target atau sasaran dari BMC adalah golongan rawan seperti anak-anak yang tengah membutuhkan energi dan protein tinggi untuk tumbuh kembang. Oleh karena itu, komposisi bahan-bahan yang terkandung di dalamnya perlu diperhatikan. Energi dan protein tinggi dapat diperoleh dari bahan makanan sumber karbohidrat dan bahan makanan hewani. Selain sumber energi dan protein, BMC juga dapat ditambahkan sumber vitamin dan mineral yaitu dengan cara menambahkan sayuran ke dalamnya. Salah satu bahan makanan yang menjadi sumber karbohidrat adalah ubi. Jenis ubi jalar yang tengah marak di pasaran adalah ubi jalar cilembu. Ubi ini memiliki keunikan yaitu rasanya yang manis seperti madu dan merupakan sumber karbohidrat penting. Oleh karena itu ubi jalar ini dapat dijadikan alternatif dari penggunaan beras ataupun gandum sebagai solusi ketahanan pangan. Namun, pengolahan ubi jalar cilembu sebagai produk 2

makanan mayoritas masih sebatas dalam bentuk rebus atau panggang. Sehingga untuk meningkatkan keanekaragaman produk pangan berbahan dasar lokal, ubi jalar cilembu ini dapat diinovasi menjadi produk makanan lain. Penggunaan ubi jalar cilembu yang dijadikan tepung dalam produk olahan pangan memiliki banyak kelebihan, yakni lebih cocok untuk pengembangan produk pangan dan nilai gizi, lebih tahan disimpan sehingga penting sebagai penyedia bahan baku industri dan harga lebih stabil, memberi nilai tambah pendapatan produsen dan menciptakan industri perdesaan serta meningkatkan mutu produk (Heriyanto dan Winarto, 1998). Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang relatif tinggi dan berkualitas prima. Selain itu juga memiliki tekstur yang lebih halus dan lebih lunak jika dibandingkan dengan daging sapi dan ternak lain, sehingga memudahkannya untuk dicerna tubuh (Murtidjo, 2003). Penggunaan daging ayam pada produk olahan makanan sudah banyak dilakukan seperti sebagai isian roti, abon ayam, dan lain sebagainnya. Daging ayam ini akan meningkatkan citarasa makanan menjadi lebih gurih. Kecukupan vitamin dan mineral tubuh dapat diperoleh dengan mengkonsumsi sayuran seperti wortel. Wortel kaya akan beta karoten yang membantu sistem kekebalan, sistem pencernaan, sistem pernafasan, serta membangun gigi, rambut, serta tulang yang kuat. Wortel ini berisi gula alami yang akan dilepaskan perlahan-lahan ke dalam tubuh untuk memberi energi yang tahan lama (Selby, 2004). Ketiga bahan makanan ini dapat dicampur menjadi satu sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Pencampuran ketiganya dapat menghasilkan suatu bahan makanan 3

campuran (BMC) yang bernilai gizi tinggi. BMC ini berupa tepung yang nantinya diolah menjadi produk olahan makanan yang beraneka ragam. BMC dapat dibuat menjadi nugget, cake, kue kering, biskuit, brownies, bolu dan lain-lain (Sarbini, 2008). Pembuatan produk BMC berupa biskuit dinilai menarik untuk anak usia sekolah. Selain menarik, biskuit juga praktis dan mudah dibuat. Teksturnya yang keras dan padat memudahkan pula untuk tercapainya nilai gizi yang tinggi. Untuk memaksimalkan produk BMC ini, perlu diketahui perubahanperubahan yang terjadi selama penyimpanan produk. Perubahan yang terjadi pada produk dapat mengindikasikan bahwa mutu produk berkurang dan menjadi parameter kelayakan produk untuk masih dapat dikonsumsi. Oleh karena itu, mengetahui perubahan mutu pada produk pangan menjadi sangat penting berkaitan dengan keamanan produk pangan dan untuk memberikan jaminan mutu kepada konsumen. Perubahan mutu pada biskuit dapat dilihat dari aktivitas air (Aw) biskuit. Aw ini menunjukkan banyaknya air bebas dalam bahan pangan yang dapat memicu reaksi biologis dan kimiawi (Arisman, 2009). Selain itu, Aw bersama kadar air juga mempengaruhi kestabilan dari produk pangan kering berupa sifat-sifat fisik yaitu kekerasan dan kekeringan (kerenyahan) dan sifat-sifat fisikokimia seperti pencoklatan non enzimatis (warna) (Winarno, 2004). Selain Aw, perubahan kimia selama proses penyimpanan dapat dilihat dari nilai TBA (thiobarbituric acid) yang merupakan parameter ketengikan karena berasal dari hasil oksidasi asam lemak tidak jenuh (PUFA) yang dapat mempengaruhi stabilitas flavour (Ketaren, 1986). Selama proses penyimpanan dapat terjadi penurunan mutu produk yang dapat dilihat 4

dari perubahan Aw, nilai TBA, sifat organoleptik yaitu warna dan kerenyahan (Hutasoit, 2009). Perubahan ini dapat mengindikasikan bahwa produk sudah tidak layak dikonsumsi. Perubahan mutu pada produk pangan dapat dipengaruhi oleh kemasan produk. Salah satu kemasan yang banyak digunakan dalam industri pangan kini tidak hanya terdiri dari kombinasi antara berbagai plastik namun kombinasi antara plastik dengan aluminium. Kemasan seperti ini disebut dengan metalized plastic. Kemasan ini bersifat tidak meneruskan cahaya, menghambat masuknya oksigen, menahan bau, memberikan efek mengkilap, dan mampu menahan gas (Brown, 1992). Berdasarkan hal tersebut, peneliti memilih judul penelitian yaitu Perubahan Mutu Selama Penyimpanan Biskuit BMC (Bahan Makanan Campuran) untuk Anak Usia Sekolah Berbahan Dasar Ubi Jalar Cilembu, Wortel, dan Daging Ayam. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terjadi perubahan Aw biskuit BMC formulasi 50% selama penyimpanan? 2. Apakah terjadi perubahan warna biskuit BMC formulasi 50% selama penyimpanan? 3. Apakah terjadi perubahan tekstur/kerenyahan biskuit BMC formulasi 50% selama penyimpanan? 4. Apakah terjadi perubahan nilai TBA (thiobarbituric acid) biskuit BMC formulasi 50% selama penyimpanan? 5

C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perubahan mutu biskuit BMC selama penyimpanan. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Mengetahui perubahan Aw biskuit BMC formulasi 50% selama penyimpanan 2. Mengetahui perubahan warna biskuit BMC formulasi 50% selama penyimpanan 3. Mengetahui perubahan tekstur/kerenyahan biskuit BMC formulasi 50% selama penyimpanan 4. Mengetahui perubahan nilai TBA (thiobarbituric acid) biskuit BMC formulasi 50% selama penyimpanan D. Manfaat Penelitian 1. Bagi program Studi Gizi Kesehatan Sebagai bahan pustaka dalam rangka menambah informasi tentang perubahan mutu biskuit BMC (bahan makanan campuran) untuk anak usia sekolah. 2. Bagi masyarakat Untuk meningkatkan diversifikasi makanan berbahan ubi jalar cilembu dan menjadi referensi produk makanan tinggi energi dan protein yang baik dikonsumsi oleh anak usia sekolah. 6

3. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti, sarana dalam melakukan penelitian ilmiah dan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dalam perkuliahan. 4. Bagi pihak lain Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa. E. Keaslian Penelitian 1. Kusumo, M. E. (2013) Pendugaan Umur Simpan Kue Kering Jagung Dalam Kemasan Plastik OPP-PP dan Metalized Plastic Dengan Metode Accelerated Shelf-Life Testing Berdasarkan Persamaan Arrhenius. Penelitian ini bertujuan untuk menduga umur simpan dan menentukan indikator kerusakan mutu pada kue kering jagung. Untuk menduga umur simpan kue kering tersebut, semua sampel dikemas dalam kemasan yang berbeda (metalized dan plastik OPP-PP dengan ketebalan 60 µm) dan disimpan pada suhu 25 o C, 35 o C, dan 45 o C selama 6 minggu. Hasil penelitian menunjukan bahwa selama 6 minggu penyimpanan kualitas mutu kue kering jagung mengalami penurunan yang ditunjukan dengan peningkatan keempat parameter yaitu nilai TBA, kekerasan, kadar air, dan Aw. Kue kering yang dikemas dalam kemasan metalized plastic memiliki umur simpan lebih lama (2,4 bulan) dibandingkan kue kering yang dikemas dalam kemasan OPP-PP (2 bulan). 7

Persamaan dengan penelitian ini yaitu subjek yang diamati berupa produk makanan kering dengan parameter yang diukur yaitu nilai TBA, kekerasan, dan Aw. Sedangkan perbedaannya yaitu pada penelitian ini juga mengukur kadar air dan mengestimasi umur simpan produk. 2. Priyanto, G., et al. (2008) Profil dan Laju Perubahan Mutu Tepung Kecambah Kacang Hijau Selama Penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil mutu dan laju perubahan mutu fisik tepung kecambah kacang hijau dalam kemasan selama penyimpanan. Hasil dari penelitian ini adalah lama penyimpanan dan jenis kemasan berpengaruh nyata terhadap mutu fisik tepung yaitu kadar air, volume spesifik, kelarutan, indeks kecoklatan, dan sudut repos, sedangkan untuk mutu sensoris hanya berbeda pada aroma, dan perbedaan yang tidak nyata untuk warna dan tekstur. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengamati perubahan mutu produk selama menyimpanan dengan parameter yang diamati yaitu warna dan tekstur. Kemasan yang digunakan juga sama yaitu metalized plastic. Namun, terdapat beberapa perbedaan yaitu dari produk yang diamati berupa tepung dan tidak mengamati parameter perubahan Aw dan TBA selama penyimpanan. 3. Hutasoit. (2009) Penentuan Umur Simpan Fish Snack (produk ekstrusi) Menggunakan Metode Akselerasi Dengan Pendekatan Kadar Air Kritis dan Metode Konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk menduga umur simpan produk fish snack dengan pendekatan kadar air kritis yaitu pendekatan kurva sorpsi isotermis dan membandingkannya dengan umur simpan yang ditentukan melalui perhitungan secara manual. 8

Hasil dari penelitian yaitu umur simpan fish snack melalui pendekatan kurva sorpsi isotermis berkisar 2,9 4,3 bulan untuk snack tanpa flavor dan 0,4 0,9 bulan untuk snack dengan flavor. Pada penyimpanan dengan metode konvensional, fish snack sudah menunjukkan terjadinya kemunduran mutu hingga penyimpanan empat minggu namun masih layak dikonsumsi. Persamaan pada penelitian ini yaitu mengamati parameter nilai kerenyahan dan kadar TBA. Selain itu, juga memperhitungkan aktivitas air dan perubahan warna. Sedangkan perbedaan penelitian ini yaitu menghitung umur simpan produk serta kemasan yang digunakan berupa plastik PP (polypropylene). 9