114 BAB V BAHAN AJAR PENGAYAAN PENGETAHUAN UNTUK TINGKAT SMA MENGENAI MANTRA Tradisi kasambu merupakan sebuah tradisi yang hidup dan berkembang pada masyarakat di kabupaten Muna Barat dan kabupaten Muna. Tradisi ini berkembang sebelum dan setelah pengaruh kebudayaan Islam masuk di Indonesia. Dalam tradisi kasambu, terdapat mantra-mantra yang merupakan bagian dari puisi lama yang perlu dilestarikan sebagai hasil dari kebudayaan daerah. Salah satu cara yang cukup signifikan untuk melestarikan tradisi kasambu yaitu dengan memperkenalkan kembali pada dunia pendidikan, terutama di sekolah-sekolah umum maupun pendidikan luar sekolah melalui pembelajaran puisi lama. Dengan mempelajari puisi lama, diharapkan siswa lebih mengenali dan mencintai budayanya sendiri sehingga tradisi kasambu dapat terselamatkan dari ancaman kepunahan. Pada sisi lain, pelestarian tradisi kasambu dapat menimbulkan rasa bangga terhadap karya sastra dari daerahnya. Implementasi dari pembelajaran dan pengenalan puisi lama bukan untuk mengajari siswa untuk menggunakan mantra untuk kepentingan peribadi, akan tetapi lebih menekankan bahwa mantra merupakan salah satu bentuk sastra yang sudah sangat tua usianya dibandingkan dengan sastra-sastra modern. Selain itu, melalui pembelajaran mantra siswa dapat mengenal bahasa-bahasa klasik yang digunakan dalam mantra, sehingga meningkatkan pengetahuan budaya dan mampu mengembangkannya. Berkaitan dengan penjelasan di atas, maka pada subbab ini peneliti akan memanfaatkan hasil analisis terhadap mantra dalam tradisi kasambu yang menjadi sumber penelitian sebagai bahan ajar yang berupa buku pengayaan. Peneliti berpedoman pada KTSP dan kurikulum 2013 tingkat SMA/MA.
115 A. Analisis Kurikulum Pembelajaran puisi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan 114 mata pelajaran wajib yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dengan mempelajari puisi, diharapkan peserta didik dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan pesan-pesan yang terkandung dalam puisi baik yang tersirat maupun yang tersurat sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan. Dalam paduan penyusunan KTSP mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X semester 1 pada kemampuan mendengarkan terdapat santandar kompetensi memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung serta memuat kompetensi dasar mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman dan mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman. Pada kemampuan menulis memuat standar kompetensi mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi. terdapat kompetensi dasar menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima. Kelas X semester 2 kemampuan berbicara terdapat standar kompetensi mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi dengan kompetensi dasar menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi. Kelas XII semester 1 terdapat kompetensi dasar menanggapi pembacaan puisi lama tentang lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Menanggapi pembacaan puisi lama tentang lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Pembelajaran puisi pada kurikulum 2013 kelas X semester ganjil memuat kompetensi inti (KI) 3 memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahu tentang bahasa dan sastra Indonesia serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian bahasa dan sastra yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) dan memuat kompetensi dasar membandingkan karakteristik puisi lama dan puisi baru secara memadai serta mengapresiasinya dan menulis puisi lama dan baru.
116 Kelas XII semester ganjil terdapat kompetensi inti (KI) 3 memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahu tentang bahasa dan sastra Indonesia serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian bahasa dan sastra yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) dan memuat kompetensi dasar memahami proses pembuatan puisi dan cerpen dengan memperhatikan karakteristik, keestetisan, dan keinovatifan dalam puisi dan cerpen serta menghasilkan karya puisi dan cerpen, baik individual mapun kelompok/klasikal, dan mengembangkan sikap apresiatif dalam menghayati karya sastra. B. Hasil Penilaian Buku Pengayaan Tradisi Kasambu Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengenalan tradisi kasambu terhadap siswa bukan untuk mengajari mereka menggunakan mantra dan segala properti tradisi kasambu untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk mengenalkan bahwa mantra dalam kegiatan kasambu adalah salah satu genre karya sastra yang kedudukannya sama dengan novel, cerpen, maupun drama. Melalui buku pengayaan pengetahuan, diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih mengenal secara spesifik tentang kehidupan tradisi/budaya yang berada dalam ruang lingkup kehidupannya. Buku pengayaan yang telah dibuat (terlampir) telah dinilai oleh beberapa pendidik baik yang mengajar di perguruan tinggi maupun yang mengajar di sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini dilakukan sebagai tolak ukur kelayakan buku pengayaan, untuk dibaca oleh siswa SMA. Aspek yang dinilai dari buku pengayaan pengetahuan di antaranya meliputi aspek materi dan aspek grafika. Aspek materi yang dinilai merupakan kelayakan isi yang terdapat pada buku pengayaan pengetahuan tradisi Kasambu adaptasi dari tuturan tradisi kasambu Masyarakat Kabupaten Muna Barat. Indikator yang mencakup terhadap penilaian tersebut diantaranya: a. Materi/isi b. Penyajian
117 c. Bahasa d. Kesesuaian dan kebermanfaatan puisi Berdasarkan komentar dan saran dari penilai ada beberapa poin yang harus diperhatikan dalam penulisan buku pengayaan dari aspek materi antara lain; 1) teknik dan praktik penulisan harus lebih memperhatikan diksi, penggunaan huruf kapital, tanda baca dan sebagainya, 2) harus ada perbaikan sistematika penulisan, 3) materi/isi wajib menyertakan konsep teori, 4) buku pengayaan harus dapat menyampaikan pesan baik secara implisit maupun eksplisit, 5) konsep lokusi dan ilokusi tampak jelas. Aspek grafika merupakan penilaian kelayakan grafika dalam buku pengayaan pengetahuan tradisi kasambu Masyarakat Kabupaten Muna Barat. Indikator yang mencakup terhadap penilaian tersebut diantaranya: a. Ukuran fisik buku b. Ukuran kulit buku c. Desain isi buku Berdasarkan format penilaian yang diberikan kepada penilai, ada beberapa komentar yang menjadi bahan masukan memperbaiki buku pengayaan ini. Sarmadan, S.Pd.,M.Pd., dosen USN Kolaka mengemukakan (1) teknik dan praktik penulisan harus lebih memperhatikan hal-hal yang sederhana namun penting seperti diksi, penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda baca, (2) sistematika penulisan yaitu sampul, kata pengantar, daftar isi, dan isi buku pengayaan serta daftar rujukan harus jelas. Yandi Hidayatullah, S.Pd. guru Bahasa Indonesia MTs Al Iqna Cisaga Kab. Ciamis Jawa Barat mengomentari (1) dalam buku tidak terdapat biografi penulis, (2) Terdapat lembaran yang bolak-balik, dan (3) warna buku terlalu sendu. Fernandus Arung, S.Pd., M.Pd., dosen USN Kolaka mengomentari perlu pengembangan diri penulis demi kesempurnaan setiap pesan yang ingin disampaikan. Penilaian, saran, dan koreksi yang dikemukan oleh penilai terhadap buku pengayaan tentang pengetahuan bermuatan pendidikan karakter dari mantra tradisi kasambu Kabupaten Muna Barat telah diakomodasi dan menjadi masukan dalam merevisi buku, baik dari aspek kelayakan, kegrafikan, dan materi. Lembar
118 penilaian pengetahuan bermuatan pendidikan karakter dari mantra tradisi kasambu masyarakat Muna Barat dari aspek kelayakan, aspek materi, dan aspek kegrafikan tersebut terdapat pada lampiran tesis ini.