DAYA HASIL DAN PENAMPILAN FENOTIFIK KARAKTER KUANTITATIF GALUR-GALUR F2BC4 PADI GOGO BERAS MERAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

AKSI GEN DAN HERITABILITAS KANDUNGAN ANTOSIANIN BERAS MERAH PADA HASIL PERSILANGAN GALUR HARAPAN PADI BERAS MERAH TOLERAN KEKERINGAN X KALA ISI TOLO

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Padi Gogo di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

UJI SIFAT KUANTITATIF DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL GALUR HARAPAN PADI BERAS MERAH (Oryza sativa L.) DI DATARAN TINGGI

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali

I. PENDAHULUAN. meningkat. Sementara lahan pertanian khususnya lahan sawah, yang luas

Adaptasi dan Stabilitas Hasil Galur-Galur Padi Beras Merah pada Tiga Lingkungan Tumbuh

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK

I Gusti Putu Muliarta Aryana PS Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Mataram

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR PADI TAHAN TUNGRO DI KABUPATEN BANJAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertanaman Musim Pertama

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

KORELASI FENOTIPIK, GENOTIPIK DAN SIDIK LINTAS SERTA IMPLIKASINYA PADA SELEKSI PADI BERAS MERAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

UJI DAYA HASIL LANJUTAN GALUR HARAPAN PADI GOGO BERAS MERAH PADA DATARAN RENDAH DI DESA MAMBALAN KECAMATAN GUNUNGSARI

PENAMPILAN KARAKTER FENOTIPIK 15 GALUR INBRED JAGUNG SELFING KE-14 (S-14) RAKITAN POLINELA

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

Sumber : Nurman S.P. (

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAMPUNG SELATAN

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

HASIL DAN KOMPONEN HASIL 14 GENOTIP PADI GOGO DI KABUPATEN BANJARNEGARA. Oleh: Agus Riyanto, Suwarto dan Totok Agung Dwi Haryanto

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

Uji Daya Hasil Lanjutan Galur-Galur Dihaploid Padi Sawah Hasil Kultur Antera

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

Jurnal Agrotek Indonesia 1 (1) : (2016) ISSN :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU ABSTRAK

PENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU ABSTRAK

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN METODE PENELITIAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

KERAGAAN 12 VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) DAN VARIETAS UNGGUL HIBRIDA (VUH) DALAM USAHA PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KEC

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci : beras merah, korelasi, sidik lintas Key words: red rice, correlation, path analysis. Agroteksos Vol. 21 No.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA

ADAPTASI KLON-KLON BAWANG MERAH (Allium ascollonicum L.) DI PABEDILAN LOSARI CIREBON ABSTRACT

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

USAHA TANI PARIA MENUNJANG KEGIATAN VISITOR PLOT DI KEBUN PERCOBAAN MAUMERE. I. Gunarto, B. de Rosari dan Masniah BPTP NTT

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

Abstrak. Kata kunci : Jagung hibrida, Sistem tanam, Varietas. Pendahuluan

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Transkripsi:

0248: I.G.P. Muliarta dkk. PG-5 DAYA HASIL DAN PENAMPILAN FENOTIFIK KARAKTER KUANTITATIF GALUR-GALUR F2BC4 PADI GOGO BERAS MERAH I.G.P. Muliarta, I.M. Sudantha, dan Bambang B. Santoso Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Unram Jl. Majapahit No.62 Mataram NTB Telp. 370 621435 e-mail: muliarta1@yahoo.com Disajikan 29-30 Nop 2012 ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui daya hasil dan penampilan fenotipik karakter kuantitatif galurgalur F2BC4 padi gogo beras merah. Penelitian menggunakan 30 genotipe padi beras merah yang terdiri atas 10 galur F2 hasil back cross 4 (BC4) P3 antara PKBCP3 Kala Isi Tolo, 17 galur F2 hasil back cross 4 (BC4) P19 antara PKBCP19 Kala Isi Tolo dan 3 tetua (Kala Isi Tolo, PKBCP3 dan PKBCP19). Setiap genotipe ditanam pada luasan 1 m 4 m, jarak tanam 20 cm 20 cm dengan 1 tanaman per rumpun. Percobaan dilakukan dengan sistim gogo pada lahan sawah di desa Nyur Lembang Kecamatan Narmada kabupaten Lombok Barat pada MK Juni s/d September 2012 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok tiga ulangan. Pemeliharan tanaman meliputi penyiangan, pemupukan dengan Ponska dosis 300 kg/ha, Urea 200 kg/ha. Data hasil pengukuran dianalisis ragam mengikuti cara [7], selanjutnya dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1). Galur G4(F2BC4P3-47), G5(F2BC4P3-60), G10(F2BC4P3-97), G14(F2BC4P19-50), G23(F2BC4P19-G1) dan G24(F2BC4P19-G2) dengan hasil per hektarnya secara berurutan adalah 8,50 ton, 7,64 ton, 7,90 ton, 7,91 ton, 7,90 ton dan 7,03 ton merupakan galur yang menunjukkan daya hasil di atas tetuanya yaitu PKBCP3, PKBCP19 dan Kala Isi Tolo. 2). Umur berbunga, jumlah anakkan produktif per rumpun, panjang malai, jumlah gabah berisi dan hampa permalai, kandungan antosianin beras dan hasil gabah per hektar menunjukkan perbedaan antar galur yang diujikan sedangkan tinggi tanaman, jumlah anakkan non produktif, dan bobot 100 butir gabah tidak menunjukkan perbedaan atar galurnya Kata Kunci: padi beras merah, fenotipik, berat biji, malai, daya hasil I. PENDAHULUAN Keberadaan lahan kering di Indonesia mencapai lebih dari 28 juta hektar dan luasannya terus bertambah setiap tahunnya akibat dari pembukaan hutan dan pembakaran padang alang-alang untuk pemukiman transmigrasi. Luas lahan kering di NTB yang terdiri atas dua pulau besar yaitu Lombok dan Sumbawa adalah 1.673.476 ha atau sekitar 83 % dari luas wilayahnya, dan baru hanya sebagian kecil saja lahan tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Lahan kering terdiri atas lahan sawah tadah hujan dan lahan tegalan. [3] Padi beras merah di Indonesia merupakan salah satu plasma nutfah yang keberadaannya semakin langka akibat penanaman varietas padi unggul baru. Penanaman padi beras merah umumnya pada daerah dataran tinggi sebagai padi gogo yang memiliki daya hasil rendah (2 ton Ha 1 ), bermutu rendah dan berumur dalam (5-6 bulan). [2] Sehingga sumber gen baru yang berpotensi untuk ke arah pengembangan padi gogo beras merah yang berdaya hasil tinggi umur genjah sangat diperlukan mengingat masih banayak plasma nutfah untuk sifat-sifat tersebut belum teridntifikasi. Peluang kearah pembentukan varietas padi gogo telah dilakukan Muliarta et.al sejak sejak tahun 2004 dengan memanfaatkan plasma nutfah padi beras merah lokal asal NTB. Dari hasil persilangan back cross antara kultivar Kenya sebagai tetua Donor (toleran kekeringan) dengan kultivar Piong sebagai tetua berulang dihasilkan 11 galur harapan. Kisaran potensi hasilnya yang di peroleh dari galur-galur tersebut adalah 3,08 ton/ha hingga 7,2 ton/ha. Hasil tertinggi dihasilkan oleh galur PKBCP3-S11-8 dan PKBCP19-S28-14. Namun dari hasil analisis kandungan antosianinnya galur tersebut memiliki kandungan antosianin rendah yaitu sebesar 10,7 ppm. [3] Kemudian galur galur tersebut disilangkan kembali dengan dengan tetua padi beras merah kandungan antosianin tinggi (Kala Isi Tolo) melalui persilangan back cross sebanyak 4 kali. [5] Dari

PG-6 hasil selfing F1BC4PKBCP3-SS11-8/Kala Isi Tolo dihasilkan berat gabah maksimum perumpunnya seberat 62,64 gram dengan kemajuan seleksinya sebesar 6,15 gram di bandingkan dengan tetua Kala isi tolo. Jumlah anakkan produktif maksimum 39 anakkan, bobot gabah 100 butir 2,79 gram serta umur berbunga 76 hari. Hasil selfing Galur-galur F1BC4PKBCP19-S28-14/Kala Isi Tolo dihasilkan bobot gabah maksimum seberat 58,88 gram per rumpun dengan kemajuan seleksinya sebesar 7,42 gram dibandingkan dengan tetua Kala Isi Tolo. Jumlah anakkan produktif maksimum diperoleh 36 anakkan, bobot 100 butir gabah 2,92 gram, serta umur berbunga 73 hari (Muliarta et al., 2012). Galur-galur F2BC4 ini nantinya diseleksi daya hasil dan karakter kuantitatifnya untuk dapat terpilih sebagai galur-galur harapan padi gogo beras merah untuk dilanjutkan dalam Uji Daya Hasil Pendahuluan (UDHP). Keragaan karakter fenotipik suatu tanaman adalah penampilan sifat tanaman pada suatu lingkungan tubuh yang merupakan hasil kerjasama antara faktor genetik dan lingkungan. [1] Artikel ini memaparkan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui daya hasil dan penampilan fenotipik karakter kuantitatif galurgalur F2BC4 padi gogo beras merah. II. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan 30 genotipe padi beras merah yang terdiri atas 10 galur F2 hasil back cross 4 (BC4) P3 antara PKBCP3 Kala Isi Tolo, 17 galur F2 hasil back cross 4 (BC4) P19 antara PKBCP19 Kala Isi Tolo dan 3 tetua (Kala Isi Tolo, PKBCP3 dan PKBCP19). Genotipe-genotipe tersebut adalah: G1(F2BC4P3-2), G2(F2BC4P3-12), G3(F2BC4P3-39), G4(F2BC4P3-47), G5(F2BC4P3-60), G6(F2BC4P3-66), G7(F2BC4P3-74), G8(F2BC4P3-78), G9F2BC4P3-80), G10(F2BC4P3-97), G11(F2BC4P19-1), G12(F2BC4P19-33), G13(F2BC4P19-34), G14(F2BC4P19-50), G15(F2BC4P19-51), G16(F2BC4P19-55), G17(F2BC4P19-63), G18(F2BC4P19-94), G19(F2BC4P19-99), G20(F2BC4P19-100), G21((F2BC4P19-GS1), G22(F2BC4P19-1-GS2), G23(F2BC4P19-G1), G24(F2BC4P19-G2), G25(F2BC4P19-G2A), G26(F2BC4P19-G8), G27(F2BC4P19-G10/12), dan 3 tetua yaitu G28 (PKBCP3), G29 (PKBCP19), G30(Kala Isi Tolo). 0248: I.G.P. Muliarta dkk. Setiap genotipe ditanam pada luasan 1 m 4 m, jarak tanam 20 cm 20 cm dengan 1 tanaman per rumpun. Percobaan dilakukan dengan sistim gogo pada lahan sawah di desa Nyur Lembang Kecamatan Narmada kabupaten Lombok Barat pada MK Juni s/d September 2012. Rancangan percobaan yang di gunakan adalah Rancangan Acak Kelompok tiga ulangan. Pemeliharan tanaman meliputi penyulaman, penyiangan, pemupukan dengan ponska dosis 300 kg/ha, Urea 200 kg/ha. Data hasil pengukuran dianalisis ragam mengikuti cara, [7] selanjutnya dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) 5 % pada karakter perlakuan yang berbeda nyata. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Daya hasil dan karakter kuantitatif galur-galur F2BC4 padi gogo beras merah menunjukkan ada perbedaan nyata diantara genotipe yang diujikan pada umur berbunga, jumlah anakkan produktif per rumpun, panjang malai, jumlah gabah berisi dan hampa per malai, bobot gabah per rumpun, kandungan antosianin beras serta hasil gabah per hektar. Sedangkn tinggi tanaman, jumlah anakkan non produktif serta bobot 100 butir gabah tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar genotipe yang diujikan TABEL 1. Umur berbunga dari genotipe yang diujikan bervariasi antara 75,67 hari hingga 85,33 hari, dengan rerata 81.54 hari (TABEL 2). Tetua Kala Isi Tolo adalah genotipe yang memberikan umur berbunga paling genjah (75,67 hari) yang diikuti oleh galur-galur G4 (F2BC4P3-14) berumur 77,67 hari dan Galur G13 (F2BC4P19-34) berumur 77 hari. Sedangkan Galur G3(F2BC4P3-39) memberikan umur berbunga paling lama yaitu 85.33 hari setelah tanam. Pengamatan umur berbunga penting dilakukan karena setiap galur umumnya memberikan respon umur yang berbeda pada setiap musim. Waktu pembungaan penting dalam menentukan waktu sebar dan tanam guna mendapatkan sinkronisasi pembungaan dalam waktu panen yang bersamaan. [9] Selain umur berbunga, tinggi tanaman dan jumlah anakkan per rumpunnya juga merupakan tampilan agronomis yang penting diamati untuk mengidentifikasi galur-galur yang baik untuk secara fenotipe. Tinggi tanaman yang diamati bervariasi dari 86,67 cm hingga 117.3 cm. Secara fenotipe galur-galur yang diuji memiliki ketinggian rata-rata 98,59 cm. Tidak adanya perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman antar galur diakibatkan karena tetuatetuanya memiliki perbedaan yang tidak signifikan yaitu PKBCP3, PKBCP19 dan Kala Isi Tolo secara berurutan 96,22 cm; 97,33 cm dan 94,56 cm Tinggi tanaman yang idial berkisaranatara 90-105 cm karena mudah dirawat dan umumnya tahan rebah. Dari galur-galur yang diujikan nampak semuanya memiliki tinggi yang ideal kecuali galur G13 (F2BC4P19-34) dan G16(F2BC4P19-55) secara berurutan memiliki tinggi 117,33 cm dan 110,78 cm. Anakkan produktif merupakan salah satu komponen hasil yang berpengaruh langung terhadap tinggi rendahnya hasil gabah. Pada TABEL 2 tampak kisaran jumlah anakkan produktif perumpunnya 17,22 hingga 29,67 anakkan per rumpunnya, dan reratanya 22,6 anakkan per rumpunnya. Jumlah anakkan produktif perumpunnya pada galur-galur F2BC4 menunjukkan

0248: I.G.P. Muliarta dkk. PG-7 TABEL 1: Analisis ragam pengaruh genotipe karakter kuantitatif galur-galur F2BC4 padi gogo beras merah No Karakter kuantitatif Kuadrat tengah Keterangan 1 Umur berbunga 0,756 Berbeda nyata 2 Tinggi tanaman 2275,461 Tidak berbeda nyata 3 Jumlah anakkan produktif per rumpun 31,711 Berbeda nyata 4 Jumlah anakkan non produktif per rumpun 0,734 Tidak berbeda nyata 5 Panjang malai 16,859 Berbeda nyata 6 Jumlah gabah berisi per malai 73,627 Berbeda nyata 7 Jumlah gabah hampa permalai 77,823 Berbeda nyata 8 Bobot 100 butir gabah 0,094 Tidak berbeda nyata 9 Bobot gabah per rumpun 91,545 Berbeda nyata 10 Kandungan antosianin beras 35,140 Berbeda nyata 11 Hasil gabah per hektar 3,562 Berbeda nyata jumlah anakkan perumpunnya menyerupai tetuanya yaitu PKBCP3,PKBCP19 dan kala Isi Tolo kecuali pada galur-galur G5, G17, G18, G19 dan G20 memberikan jumlah anakkan produktif tertinggi secara berurutan 25,67 anakkan, 28,89 anakkan, 25,22 anakkan, 28,89 anakkan dan 29,67 anakkan. Galur-galur ini menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tetua Kala Isi Tolo tetapi tidak berbeda nyata terhadap tetua PKBCP3 dan PKBCP19. Jumlah anakkan terendah di jumpai pada tetua Kala Isi Tolo dan Galur G22 sebesar 17,22 anakkan per rumpunnya. Jumlah anakkan non produktif tidak menunjukan perbedaan yang nyata pada galur-galur yang dihasilkan dari persilangan tetuatetuanya baik persilangan antara PKBCP3 Kala Isi Tolo maupun antara Persilangan PKBCP19 Kala Isi tolo (TABEL 2. Kisaran hasil anakkan non produktif antara 0 hingga 1,7 anakkan dengan nilai reratanya 0,6 anakkan per rumpunnya. Anakkan yang produktif merupakan pesaing dari anakkan nonproduktif dalam memanfaatkan energi sinar matahari dan unsur hara. Semakin banyak anakkan non produktif akan menyebabkan lingkungan mikro yang semakin lembab sehingga sangat baik untuk perkembangan hama dan penyakit. [8] Kedepannya diharapkan kearah pembentukan padi tipe ideal maupun tipe semi ideal yaitu yang memiliki anakkan sediki sampai sedang maksimal 15 anakkan dengan jumlah gabah berisi per malainya 250-300 butir. Panjang malai menunjukkan hasil yang bervariasi pada galur-galur F2BC4 yang dihasilkan. Kisaran panjang malai yang dihasilkan adalah 19,5 cm hingga 26,02 cm dengan nilai reratanya 22,4 cm. Panjang malai ter pendek ditunjukkan pada tetua Kala Isi Tolo yang kemudian diikuti oleh galur G20 secara berurutan adalah 19,74 cm dan 19,50 cm. Panjang malai terpanjang ditunjukkan oleh galur G13 sebesar 26,02, kemudian diikuti oleh galur-galur G3, G4,G5, G14, G16, G24 dan G25 dengan nilai secara berurutan 2,39 cm, 23,83 cm, 23,46 cm, 23,76 cm, 24,56 cm, 23,3 cm dan 23,03 cm, galur-galu tersebut tidak berbeda dengan tetua PKBCP19 namun berbeda dengan PKBCP3 dan Kala Isi Tolo. Sedangkan galur galur yang lainnya memberikan perbedaan yang nyata dengan Kala Isi Tolo dan PKBCP19 namun tidak berbeda dengan PKBCP3. Jumlah gabah berisi per malai menunjukkan hasil yang beragam, pada Table 3 tampak bahwa kisaran jumlah gabah berisi adalah 94,17 hingga 170,78 gabah per malainya dengan jumlah reratanya 124,1 gabah. Jumlah gabah berisi tertinggi ditunjukkan oleh galur G4 (F2BC4P3-47) sebesar 170,78 gabah per malainya. Kemudian diikuti oleh G2, G7 dan tetua PKBCP19 secara berurutan sebesar 151,56 gabah, 141,28 gabah dan 142,39 gabah per malainya. Sedangkan jumlah gabah berisi per malainya terendah ditunjukkan oleh tetua Kala Isi Tolo sebanyak 94,17 gabah per malainya. Jumlah gabah yang rendah ini nampak pula pada galur-galur hasil persilangan kedua tetuanya seperti G5, G8 dan G10 yang merupakan galur-galur dari hasil persilangan PKBCP3 dengan Kala Isi Tolo. Sedangkan dari hasil persilangan PKBCP19 dengan Kala Isi Tolo Nampak pada Galur G12, G15, G16, G17, G18, G19, G20, G23, G26 dan G27. Jumlah Gabah hampa per malainya juga menunjukkan hasil yang beragam seperti jumlah gabah berisi per malinya. Kisaran gabah hampa per malainya adalah 4 gabah hingga 26,4 gabah per malainya dengan reratanya 14,1 gabah per malai. Jumlah gabah hampa terendah dijumpai pada tetua PKBCP3 sebesar 4 gabah per malainya, kemudian diikuti oleh galurgalur G11, G21, G26 dan G27 secara berurutan sebanyak 5,67 gabah, 7,36 gabah, 9,40 gabah dan 9,47 gabah hampa per malaianya. Sedangkan jumlah gabah hampa terbanyak ditunjukkan oleh galur G13 (PKBCP19-34) yaitu 26,39 gabah hampa per malainya. Galur-galur yang lainnya yang menunjukkan jumlah gabah terbanyak adalah G4, G14, G15,G16,G17 serta G24 secara berurutan sebesar 19,17 gabah, 18,78 gabah, 20,39 gabah, 20,28 gabah, 20,61 gabah dan 22,03 gabah hampa per malainya. Salah satu tujuan perbaikan

PG-8 0248: I.G.P. Muliarta dkk. TABEL 2: Umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah anakkan produktif dan non produktif per rumpun serta panjang malai galur-galur F2BC4 padi gogo beras merah Genotipe Umur berbunga (hst) Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakkan produktif per rumpun (anakkan) Jumlah anakkan non produktif per rumpun (anakkan) Panjang malai (cm) G1 81,67 cdef 97,44 22,78 abc 0,67 22,36 b G2 83,00 bcd 99,89 19,67 abc 0,56 21,82 b G3 85,33 a 97,78 22,33 abc 0,33 23,39 a G4 77,67 i 97,56 21,56 abc 0,89 23,83 a G5 82,67 bcde 103,11 25,67 ab 0,33 23,46 a G6 83,33 bc 92,89 20,33 abc 0,44 22,00 b G7 82,33 bcde 97,56 23,56 abc 0,11 21,42 b G8 83,33 bc 91,89 23,00 abc 0,78 21,23 b G9 82,00 bcde 98,78 20,67 abc 1,44 22,33 b G10 83,33 bc 91,67 20,22 abc 0,44 19,98 b G11 79,33 h 97,00 21,89 abc 0,78 22,44 b G12 81,67 cdef 102,11 23,44 abc 1,22 22,53 b G13 77,00 ij 117,33 22,44 abc 1,56 26,02 a G14 80,00 gh 104,00 24,56 abc 1,67 23,76 a G15 81,33 efgh 103,11 26,33 abc 1,00 21,70 b G16 81,67 cdef 110,78 23,11 abc 0,33 24,56 a G17 80,00 gh 93,56 28,89 ab 1,44 21,35 b G18 83,33 bc 86,67 25,22 ab 0,67 21,41 b G19 80,67 fgh 94,56 28,89 ab 1,33 21,41 b G20 82,67 bcde 89,89 29,67 a 0,89 19,50 c G21 82,67 bcde 101,00 17,22 c 0,11 21,54 b G22 81,00 efg 101,56 19,33 abc 0,00 21,39 b G23 83,33 bc 98,89 24,44 abc 0,33 22,99 b G24 82,00 bcde 100,67 18,56 bc 0,22 23,13 a G25 81,67 cdef 101,67 22,22 abc 0,11 23,04 a G26 80,67 fgh 103,89 18,56 bc 0,22 20,98 b G27 82,00 bcde 94,33 24,78 abc 0,44 21,29 b PKBCP3 83,67 b 96,22 20,78 abc 0,11 20,18 b PKBCP19 81,33 defg 97,33 20,67 abc 0,11 23,12 a Kala Isi Tolo 75,67 j 94,56 17,22 c 0,44 19,74 c rerata 81,54 98,59 22,6 0,6 22,4 maksimum 85,33 117,3 29,67 1,7 26,02 minimum 75,67 86,67 17,22 0,0 19,5 varietas adalah untuk mendapatkan tanaman yang mampu secara genetik menghasilkan gabah berisi per malai banyak serta gabah hampa yang rendah. Faktor lingkungan yang menyebabkan gabah berisi rendah salah satunya ketersediaan air. Ketersediaan air yang minim pada saat pengisian bulir mengakibatkan gabah hampa, karena fungsi air tidak hanya untuk penyegaran jaringan tanaman tapi menjadi sarana tranlokasi atau transportasi berbagai mineral dan unsur hara dalam seluruh jaringan tanaman terutama dalam menunjang proses pengisian bulir yang terbentuk disetiap malainya. [8] Ditambahkan pula tanaman akan menghasilkan gabah hampa yang banyak apabila selam pertumbuhan vegetatifnya tidak cukup tersedia unsur hara khususnya N,P,K. penggunaan unsur nitrogen dari pemupukan Urea yang berkelebihan dan tidak seimbang dengan hara P dan K menjadi salah satu faktor penyebab utama yang mendorong terbentuknya gabah hampa yang tinggi dari suatu pertanaman. Penyebab lainnya dapat pula karena pengaruh genetik. Bobot 100 butir gabah tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar galur yang mengindikasikan bahwa dari semua genotipe yang diujikan memiliki keseragaman dalam bobot gabah yang dimiliki. Tidak adanya perbedaan ini diakibatkan dari tetuanya yang memiliki kisaran keseragaman dalam bobot 100 gabahnya sehingga galur-

0248: I.G.P. Muliarta dkk. PG-9 TABEL 3: Jumlah gabah berisi dan hampa per malai, bobot 100 butir gabah, bobot gabah per rumpun, kandungan antosianin beras, serta hasil gabah per hektar galur-galur F2BC4 padi gogo beras merah Genotipe Jumlah gabah berisi per malai (gabah) Jumlah gabah hampa per malai (gabah) Bobot 100 butir gabah (gabah) Bobot gabah per rumpun (gram) Kandungan antosianin beras (ppm) Hasil gabah per hektar (ton) G1 134,33 bcd 15,39 bcd 2,36 46,87 a 11,65 hi 5,26 def G2 151,56 ab 12,78 bcd 2,31 39,16 ab 13,77 d 6,02 bcd G3 134,89 bcd 13,89 bcd 2,57 46,27 a 15,52 bc 6,21 bcd G4 170,78 a 19,17 ab 2,05 41,47 ab 16,76 a 8,50 a G5 118,78 bcde 9,61 bcde 2,41 52,84 a 15,63 bc 7,64 a G6 127,17 bcd 10,83 bcd 2,43 36,57 bc 15,86 b 6,07 bcd G7 141,28 abc 10,11 bcd 2,19 44,29 ab 15,51 bc 5,54 cdef G8 118,11bcde 14,17 bcd 2,10 36,61 bc 12,22 fg 5,97 bcd G9 128,33 bcd 14,22 bcd 2,32 36,93 bc 11,51 i 6,33 bcd G10 103,94 de 11,22 bcd 2,18 34,40 c 15,62 bc 5,56 cdef G11 122,67 bcd 5,67 de 2,28 35,53c 16,77 a 7,90 a G12 114,44 de 14,83 bcd 2,16 35,17 c 12,29 f 4,18 f G13 126,06 bcd 26,39 a 2,29 38,08 ab 12,66 e 5,24 def G14 133,89 bcd 18,78 abc 2,31 48,26 a 16,58 a 7,91 a G15 104,61 de 20,39 ab 2,44 45,01 ab 10,21 j 5,11 def G16 117,83 bcde 20,28 ab 2,46 41,86 ab 15,47 c 5,83 bcde G17 112,50 de 20,61 ab 2,20 41,56 ab 15,65 bc 6,98 abc G18 103,44 de 12,89 bcd 2,17 41,35 ab 11,40 i 5,53 cdef G19 118,89 bcde 16,72 bcd 2,42 47,09 a 8,25 l 5,95 bcde G20 115,67 de 16,17 bcd 2,28 44,93 ab 11,94 gh 5,76 bcde G21 138,00 bcd 7,36 de 2,31 35,77 c 7,74 m 4,13 f G22 131,50 bcd 10,08 cd 2,24 38,63 ab 9,11 k 5,63 cdef G23 114,00 de 14,00 bcd 2,62 44,60 ab 15,64 bc 7,90 a G24 120,83 bcd 22,03 abcd 2,50 37,00 ab 11,63 hi 7,03 a G25 125,83 bcd 15,77 bcd 2,70 47,84 a 6,18 n 6,30 bcd G26 115,00 de 9,40 bcde 2,15 35,15 c 10,43 j 5,44 cdef G27 115,06 de 9,47 cde 1,93 41,68 ab 7,52 m 5,32 def PKBCP3 128,11 bcde 4,00e 2,49 33,19 ab 6,50 n 6,36 bcd PKBCP19 142,39 abc 10,50 bcd 2,24 46,33 a 7,77 m 5,09 def Kala Isi Tolo 94,17 e 16,37 bcd 2,03 29,05 c 16,79 a 3,75 f rerata 124,1 14,1 2,305 40,8 12,49 6,1 maksimum 170,78 26,4 2,697 52,8 16,79 8,5 minimum 94,17 4,0 1,933 29,0 6,18 3,7 galur hasil persilangan antar tetuanya juga memberikan kisaran bobot gabah yang hampir sama. Pada Table 3 tampak bahwa kisaran bobot 100 butir gabah antara 1,933 gram hingga 2,697 gram dengan reratanya 2,305 gram per 100 butir gabahnya. Bobot gabah perumpun dari galur-galur yang diujikan menunjukkan kisaran 29 gram hingga 52,8 gram per rumpunnya dengan reratanya 40,8 gram per rumpunnya. Bobot gabah tertinggi di tunjukkan oleh galur G5 (F2BC4P3-60) seberat 52,84 gram per rumpunnya, kemudian diiukuti oleh galur-galur G1, G3, G19, G25 yang secara berurutan berbobot 46,87 gram, 48,26 gram, 47,09 gram dan 47,84 gram per rumpunnya. Galur-galur ini memiliki bobot yang tidak berbeda dengan tetua PKBCP19. Sedangkan bobot gabah terendah dimiliki oleh tetua Kala Isi Tolo yaitu 29,05 gram per rumpunnya yang kemudian diikuti oleh G10, G11, G12, G21 dan G26 dengan bobot secara berurutan 34,40 gram, 35,53 gram, 35,17 gram, 35,77 gram dan 35,15 gram per rumpunnya. Kandungan antosianin beras dari galur yang diujikan menunjukan kisaran 6,18 ppm hingga 16,79 ppm dengan rerata 12,49 ppm. Kandungan antosianin beras tertinggi ditunjukan oleh tetua Kala Isi Tolo kemudian diikuti oleh galur galur G4(F2BC4P3-47), G11(F2BC4P19-1) dan G13(F2BC4P19-34) yang secara berurutan bernilai 16,79 ppm, 16,76 ppm, 16,77 ppm,

PG-10 dan 16,58 ppm. Sedangkan kandungan antosianin terendah dijumpai pada galur G25 (F2BC4P19-G2a) yang memiliki kandungan antosian beras seperti tetua PKBCP3. Untuk Tetua PKBCP19 kandungan antosianinnya tidak berbeda nyata dengan G21(F2BC4P19-GS1) dan G27(F2BC4P19-G10/12) dengan nilai secara berurutan 7,77 ppm, 7,74 ppm, dan 7,52 ppm. Hasil gabah per hektarnya menunjukkan perbedaan yang nyata antar genotipe yang diujikan. Pada TABEL 3 tampak kisaran hasil gabah per hektarnya adalah 3,7 ton hingga 8,5 ton dengan reratanya 6,1 ton perhektar. Hasil gabah tertinggi dijumpai pada galur G4 (F2BC4P3-47) kemudian diukuti oleh G5(F2BC4P3-60), G10(F2BC4P3-97), G14(F2BC4P19-50), G23(F2BC4P19- G1) dan G24(F2BC4P19-G2) dengan hasil per hektarnya secara berurutan adalah 8,50 ton, 7,64 ton, 7,90 ton, 7,91 ton, 7,90 ton dan 7,03 ton per hektarnya. Hasil yang diperoleh ini melebihi dari hasil ke tiga tetuanya yaitu PKBCP3, PKBCP19 maupun Kala Isi Tolo. Hasil gabah per hektar terendah dihasilkan oleh Kala Isi Tolo kemudian diikuti oleh G12 dan G21 secara berurutan sebesar 3,75 ton, 4,19 ton dan 4,13 ton per hektarnya. Dari gambaran di atas secara umum nampak bahwa hasil gabah per hektarnya sangat dipengaruhi oleh komponen hasil seperti jumlah anakkan produktif per rumpunnya, panjang malai, jumlah gabah berisi per malai, bobot 100 butir gabah serta bobot gabah per rumpunnya. Galurgalur yang dihasilkan ini adalah galur-galur dari hasil uji daya hasil pendahuluan (UDHP), sehinga perlu dilakukan Uji daya Hasil Lanjutan pada galur-galur yang mempunyai daya hasil tinggi untuk menstabilkan hasil yang nantinya diperoleh. Uji daya hasil lanjutan ini dapat dilakukan pada daerah-daerah sentral penanam padi gogo di pulau Lombok baik pada dataran rendah, medium maupun dataran tinggi. Sekaligus untuk melihat daya adaptasinya pada perbedaan ketinggian yang berbeda. Sehingga nantinya didapatkan galurgalur harapan padi beras merah berdaya hasil tinggi serta berumur genjah yang selanjutnya di lakukan Uji Multi Lokasi sebelum dilepas sebagi varietas unggul baru. IV. KESIMPULAN 1. Galur G4(F2BC4P3-47), G5(F2BC4P3-60), G10(F2BC4P3-97), G14(F2BC4P19-50), G23(F2BC4P19-G1) dan G24(F2BC4P19-G2) dengan hasil per hektarnya secara berurutan adalah 8,50 ton, 7,64 ton, 7,90 ton, 7,91 ton, 7,90 ton dan 7,03 ton merupakan galur yang menunjukkan daya hasil di atas tetuanya yaitu PKBCP3, PKBCP19 dan Kala Isi Tolo. 2. Umur berbunga, jumlah anakkan produktif per rumpun, panjang malai, jumlah gabah berisi dan hampa permalai, kandungan antosianin beras dan 0248: I.G.P. Muliarta dkk. hasil gabah per hektar menunjukkan perbedaan antar galur yang diujikan sedangkan tinggi tanaman, jumlah anakkan non produktif, dan bobot 100 butir gabah tidak menunjukkan perbedaan atar galurnya SARAN Galur-galur yang memiliki daya hasil tinggi perlu dilanjutkan ke UJi Daya Hasil Lanjutan (UDHL) pada daerah sentral penanaman padi gogo di daerah dataran rendah, medium maupun tinggi di pulau Lombok. Sehingga nantinya dihasilkan galur-galur harapan padi gogo beras merah yang berdaya hasil tinggi serta berumur genjah. DAFTAR PUSTAKA [1] Mangondidjoyo,W.200. Analisis interaksi genotipe lingkungan tanaman perkebunan (studi kasus pada tanaman the). Zuriat. 11(1):15-21 [2] Muliarta, A., N. Kantun. Kisman, Sanisah dan N. Soemenaboedhy. 2004. Penampilan fenotipe dan beberapa parameter genetik 16 genotipe padi beras merah. Agroteksos 14 (3) : 162-167. [3] Muliarta, A., N. Kantun, Sanisah dan N. Soemenaboedhy. 2006. Upaya mendapatkan padi beras merah tahan kekeringan melalui metode seleksi Back Cross. Penelitian Hibah Bersaing XI/4 (tidak dipublikasikan) 125 h. [4] Muliarta, A. 2008. Parameter genetik hasil dan kandungan antosianin padi beras merah pada berbagai lingkungan tumbuh (disertasi). Program Studi Ilmu Pertanian Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. 189 h. [5] Muliarta, A., Kisman, Soemenaboedhy, Muhaman Zairin. 2010. Perakitan Varietas unggul padi beras merah toleran kekeringan, berdaya hasil tinggi dan kandungan antioksidan tinggi. Penelitian KKP3T Deptan. (tidak dipublikasikan) 55 h. [6] Muliarta A IGP dan Siti Permatasari. 2012. Perakitan varietas unggul padi beras merah ampibi berdaya hasil dan kandungan antosiann tinggi serta berumur genjah. (laporan kemajuan penelitian Hibah Kopetensi tahun 2012).15 h. [7] Singh, RK, and B.D. Chaudhary. 1979. Biometrical Methods in Quantitative Genetik Analysis. Kalyani Publishers. New Delhi.301 p. [8] Tumarlan Thamrin, Rudy Soehendi, dan Yanter Hutapea. 2010. Keragaan galur-galur harapan padi gogo lahan kering di Sumatera Selatan. Proseding Seminar Nasional Hasil Penelitian Padi. Inovasi teknologi padi untuk mempertahankan swasembada dan mendorong ekspor beras. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Badan enelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementeriann Pertanian. [9] Virmani,S.S. and H.L. Sharma.1993. Synchonizasion of flowering. In. : Manual for hybrid seed pro-

0248: I.G.P. Muliarta dkk. PG-11 duction. IRRI. Manila.Philippines