BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRA. HELNI, APT, M.KES

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor : HK T e n t a n g

Mengenal Perbedaan Logo Jamu, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka Serta Obat Untuk Diabetes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri. Usaha Obat. Tradisional. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI DAN USAHA OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OBAT ASLI INDONESIA

Obat tradisional 11/1/2011

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

M E M U T U S K A N. Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:661/MENKES/SK/VII/1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keanekaragaman hayati merupakan sumber kecantikan yang tidak ada habisnya. Pada

Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak)

Aspek CPOTB/CPKB Pengawasan Mutu

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN PRODUK HERBAL BERBASIS RISET

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau

KETENTUAN UMUM. Pasal 1

Regulasi Produksi dan Distribusi Kefarmasian

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

2016, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN NOMOR: 453/Kpts/TN.260/9/2000 TENTANG OBAT ALAMI UNTUK HEWAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN,

Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata baik di pusat daerah,

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 760/MENKES/ PER/ lx/1992 TENTANG FITOFARMAKA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

Latar Belakang. Teori Umum. Deinisi :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR BAB I KETENTUAN UMUM.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN

DALAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN DAYA SAING

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khasiat sebagai obat. Bahkan, sekitar 300 spesies dimanfaatkan sebagai bahan

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

KEBIJAKAN NASIONAL DAN REGULASI TERKAIT SAINTIFIKASI JAMU Untuk memenuhi tugas mata kuliah Saintifikasi Jamu

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan alternatif solusi kesehatan masyarakat. Oleh karena harga obat tradisional

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

Biodiversitas adalah berbagai variasi yang ada di antara makhluk hidup dan lingkungannya Sekitar 59% daratan Indonesia merupakan hutan hujan tropis

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI KONSULTASI PUBLIK KETIGA 27 JULI 2017

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol : 20-27

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah salah satu sendi terpenting kehidupan. Ada tiga

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TEORI PENGAWASAN TERHADAP PRODUKSI OBAT TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF NEGARA HUKUM

TINJAUAN PUSTAKA. obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN

I. PENDAHULUAN. kesehatannya banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pelayanan kesehatan formal, peranan obat tradisional sebagai

BPOM. Uji Klinik. Persetujuan. Tata Laksana. Pencabutan.

Disampaikan oleh : Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Makassar, 24 April 2014

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kontaminasi Mikroorganisme pada Jamu Gendong Di Kota Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

ANALISIS IKLAN DISPLAY PRODUK JAMU PADA LIMA MEDIA CETAK PERIODE BULAN FEBRUARI APRIL 2009

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN PUSAT PENGOLAHAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT DAN PUSAT EKSTRAK DAERAH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BAHAN BAKU OBAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penetapan Kadar Sari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menteri Kesehatan Republik Indonesia * KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG

OUTLINE. Drs. Hary Wahyu T., Apt. Direktur Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen A. PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PANDUAN PENGISIAN FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN OBAT ALAMI UNTUK HEWAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN

AKFAR ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan III NO. 7B Telp Fax KAYU TANGI BANJARMASIN 70123)

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 25 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan modal awal manusia untuk dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Evaluasi penerapan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) di industri obat tradisional di Jawa Tengah

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA No. 0584/MENKES/SK/VI/1995. Tentang SENTRA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PENGOBATAN TRADISIONAL

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meningkatkan kesehatan. Salah satu jenis tanaman obat yang potensial, banyak

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Tradisional Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Tujuan dari pelaksanaan pengobatan tradisional menurut Zulkifli (2014) adalah: 1. Tujuan Umum Meningkatnya pendayagunaan pengobatan tradisional baik secara tersendiri atau terpadu pada sistem pelayanan kesehatan paripurna, dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan demikian pengobatan tradisional merupakan salah satu alternatif yang relatif lebih disenangi masyarakat. Oleh karenanya kalangan kesehatan berupaya mengenal dan jika dapat mengikut sertakan pengobatan tradisional tersebut. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatnya mutu pelayanan pengobatan tradisional, sehingga masyarakat terhindar dari dampak negatif karena pengobatan tradisional. b. Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan dengan upaya pengobatan tradisional. c. Terbinanya berbagai tenaga pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan. 5

d. Terintegrasinya upaya pengobatan tradisional dalam program pelayanan kesehatan paripurna, mulai dari tingkat rumah tangga, puskesmas sampai pada tingkat rujukannya. Tujuan utama pengobatan tradisional menurut (WHO, 2002) yaitu: 1. Mengintegrasikan secara tepat obat tradisional dalam sistem pelayanan kesehatan nasional dengan mengembangkan dan melaksanakan kebijakan nasional obat tradisional dengan berbagai programnya. 2. Meningkatkan keamanan (safety), khasiat dan mutu dengan memperkuat knowledge-base obat tradisional dan standar jaminan mutu (quality assuranc standard). 3. Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan obat tradisional terutama untuk masyarakat yang tidak mampu. 4. Mempromosikan penggunaan obat tradisional secara tepat oleh tenaga profesional medik maupun oleh konsumen. Dalam melakukan pengobatan tradisional digunakan obat tradisional, menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, obat tradisional hanya dapat dibuat oleh industri dan usaha dibidang obat tradisional. Industri dan usaha dibidang obat tradisional terdiri atas: 1. IOT (Industri Obat Tradisional) adalah industri yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional. 2. IEBA (Industri Ekstrak Bahan Alam) adalah industri yang khusus membuat sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir. 3. UKOT (Usaha Kecil Obat Tradisional) adalah usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen. 4. UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional) adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. 6

5. Usaha jamu racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional duntuk dijajakan langsung kepada konsumen. 6. Usaha jamu gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen. B. Obat Tradisional Pengertian obat tradisional menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. 1. Jamu Jamu merupakan bagian dari obat tradisional yang digunakan secara turun temurun dan baru memiliki klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional (secara empiris/turun temurun). Logo jamu adalah ranting daun terletak dalam lingkaran, ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri wadah/ pembungkus/ brosur, ranting daun dalam lingkaran dicetak dengan warna hijau diatas dasar warna putih atau warna lain yang 7

mencolok kontras dengan warna logo, tulisan JAMU harus jelas, mudah dibaca: dicetak dengan warna hitam diatas dasar warna putih atau warna lain yang mencolok kontras dengan tulisan JAMU. Dijelaskan tentang Registrasi Obat Tradisional berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.007 Tahun 2012 bahwa jamu yang beredar di masyarakat harus memenuhi berbagai persyaratan, antara lain menggunakan bahan yang memenuhi syarat keamanan dan mutu, begitu pula proses produksinya harus memenuhi persyaratan cara pembuatan obat tradisional yang baik atau CPOTB. Jamu yang beredar dimasyarakat harus terdaftar di Badan POM serta tidak boleh mengandung bahan yang berbahaya, seperti alkohol, bahan kimia obat, narkotika atau psikotropika dan bahan lain yang dianggap berbahaya berdasarkan pertimbangan kesehatan. Menurut (KepMenKes RI, 2015) bahwa jamu dapat digunakan untuk menjaga kesehatan, kebugaran dan kecantikan serta dapat membantu pemulihan kesehatan dan pencegahan penyakit. Jamu harus aman, bermutu dan bermanfaat. a. Aman 1) Telah digunakan secara turun temurun 2) Menggunakan bahan tumbuhan obat 3) Tidak ditambahkan bahan kimia b. Mutu 1) Diolah sesuai dengan kaidah cara pembuatan jamu segar yang baik 2) Layak dikonsumsi: a) Tidak tercemar (fisika,kimia, mikrobiologi) b) Tidak rusak (berubah warna, rasa, bau) c. Manfaat 1). Jamu bermanfaat jika digunakan secara teratur dan sesuai dengan tujuan penggunaan. 2). Efek penyembuhan tidak dapat dirasakan secara langsung (Cespleng, Tokcer). 8

2. Obat Herbal Terstandar Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang sudah dibuktikan mutu, keamanan dan manfaatnya secara ilmiah serta menggunakan bahan baku yang telah memenuhi standar. Pada Obat Herbal Terstandar telah dilakukan uji pra-klinik. Logo Obat Herbal Terstandar jari-jari daun (3 pasang) terletak dalam lingkaran, dicetak dalam warna hijau diatas warna dasar putih atau warna lain yang mencoclok dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri wadah/ pembungkus/ brosur, harus dicantumkan tulisan OBAT HERBAL TERSTANDAR, dicetak dalam warna hitam di atas warna dasar putih atau warna lain yang mencolok kontras dengan tulisan OBAT HERBAL TERSTANDAR. Contoh merk Obat Herbal Terstandar, yaitu Diabmeneer (Ny. Meneer), Diapet (Soho), Fitogaster (Kimia Farma), Fitolac (Kimia Farma), Glucocard (Phapros), Hi-Stimuno (Tradimun), Irex Max (Bintang Todjoe), Kiranti Pegal Linu (Ultra Prima Abadi), Kiranti Sehat Datang Bulang (Ultra Prima Abadi), Kuat Segar (PJ. Daun Teratai), Lelap (Soho), PSIDII (Tradimun), Rheumakur (Phytochemindo), Sehat Tubuh (PJ. Bunga Teratai), Songgo Langit (Songgo Langit Herbal Ind), Stop Diar Plus (Air Mancur), Virugon (Konimex). 3. Fitofarmaka Fitofarmaka adalah obat herbal terstandar yang telah dilkukan pembuktian lebih tinggi secara ilmiah. Pada fitofarmaka telah dilakukan pengujian pra klinik dan pengujian klinik. Logo fitofarmaka adalah jari-jari daun, yang kemudian membentuk bintang, terletak dalam lingkaran. Ditempatkan di bagian atas kiri wadah/ pembungkus/ brosur, dicetak dalam warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang mencolok kontras dengan warna logo. Tulisan FITOFARMAKA harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dalam warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang mencolok kontras dengan tulisan FITOFARMAKA. Produk fitofarmaka di Indonesia hanya tersedia 6 produk yaitu: Nodiar (Kimia Farma), Rheumaneer (Nyonya Meneer), 9

Stimuno (Dexa), Tensigard (Phaspros), X-Gra (Phapros), Diabmeneer (Nyonya Meneer). Macam-macam bentuk sediaan obat tradisional menurut Kementrian Kesehatan RI tahun 2015 adalah sebagai berikut: a. Rajangan Rajangan adalah sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan galenik, yang penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas. Disimpan dalam wadah tertutup baik, pada suhu kamar, ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari. b. Serbuk Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik, atau campurannya. Serbuk dalam bahan baku simplisia dilarang ditambahkan bahan pengawet. c. Tablet Tablet adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua permukaannya rata atau cembung, terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan. Disimpan dalam wadah tertutup baik, pada suhu kamar, ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari. d. Kapsul Kapsul adalah sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau lunak, bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan. e. Cairan Obat Dalam Cairan obat dalam sediaan obat tradisional berupa larutan emulsi atau suspensi dalam air, bahan bakunya berasal dari serbuk simplisia atau sediaan galenik dan digunakan sebagai obat dalam. 10

f. Cairan Obat Luar Cairan Obat Luar adalah sediaan Obat Tradisional berupa minyak, larutan, suspensi atau emulsi, terbuat dari Simplisia dan/atau ekstrak dan digunakan sebagai obat luar. Menurut PerMenKes RI Nomor 007 pasal 6 tahun 2012 bahwa obat tradisional yang dapat diberikan izin edar harus memenuhi beberapa kriteria antara lain: a. Menggunakan bahan yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu b. Dibuat dengan menetapkan CPOTB c. Memenuhi persyaratan Farmakope Herbal Indonesiaatau persyaratan lain yang diakui d. Berkhasiat yang dibuktikan secara empiris, turun temurun, dan/ atau secara ilmiah e. Penandaan berisi informasi yang objektif, lengkap, dan tidak menyesatkan. C. Purwokerto Purwokerto adalah ibu kota kabupaten Banyumas, provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Purwokerto terletak di selatan gunung Slamet, terletak di koordinat 7 0 26'LU 109 0 14'BT/7,433 0 LS 109,233 0 BT. Purwokerto terbagi menjadi 4 kecamatan dengan 27 kelurahan. Jumlah penduduk pada tahun 2015 di tiap kecamatan kota Purwokerto yaitu kecamatan Purwokerto Selatan sejumlah 83.596 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 41.958 jiwa dan jumlah perempuan sebesar 41.638 jiwa, kecamatan Purwokerto Barat sejumlah 59.210 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 29.241 jiwa dan jumlah perempuan sebesar 29.969 jiwa, kecamatan Purwokerto Timur sejumlah 65.465 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 32.289 jiwa dan jumlah perempuan sebesar 33.176 jiwa, dan kecamatan Purwokerto Utara sebesar 53.259 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 26.676 jiwa dan jumlah perempuan sebesar 26.583 jiwa (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 11

2015). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti, Dinas Kesehatan. Kabupaten Banyumas belum mempunyai data terkait profil penggunaan obat tradisional pada usaha jamu gendong di wilayah Purwokerto. 12