EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi Korelasional Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap Motivasi Belajar Siswa/I SMA Yayasan Perguruan Sutomo I Medan) Oleh: DAVID EDWARD 110904041 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar Siswa/I. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap Motivasi Belajar Siswa/i SMA Sutomo I Medan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: teori komunikasi, komunikasi antarpribadi, bimbingan konseling, dan motivasi belajar. Metode yang digunakan adalah metode korelasional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 514 orang. Untuk menghitung jumlah sampel, digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Berdasarkan perhitungan, diperoleh sampel sebanyak 84. Teknik pengumpulan data menggunakan studi lapangan melalui kuesioner dan penelitian kepustakaan. Berdasarkan skala Guilford, hasil 0.51 berada pada skala 0.40-0.70 yang menunjukkan hubungan yang cukup berarti. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Tata Jenjang Spearman diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.51 (Ha diterima), yaitu terdapat hubungan antara Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling dan Motivasi Belajar Siswa/i Sutomo I. Selanjutnya, untuk menguji signifikasi pengaruh variabel X terhadap Y digunakan rumus, dimana > atau 5.37 > 1.99 yang berarti Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa/i Sutomo I sebesar 26.01%. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Konseling terhadap Motivasi Belajar Siswa/i Sutomo I Medan. Kata Kunci: Efektivitas Komunikasi Antarpribadi, Motivasi Belajar, Konseling, SMA Sutomo I Medan 1
PENDAHULUAN Manusia pada dasarnya tidak akan pernah lepas dari aktivitas komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting dalam suatu interaksi sosial, baik dalam hubungan interpersonal, kelompok, organisasi, bahkan masyarakat. Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan tersesat, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi (Mulyana, 2007:6). Demikian pula komunikasi mengambil banyak peran di dalam dunia pendidikan. Berbagai bentuk komunikasi yang terjadi serta dengan konteks dan fungsi yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan dari pendidikan tersebut. Seperti contoh, komunikasi organisasi di antara guru dan staff di dalam aktivitas administrasi sekolah, komunikasi kelompok di antara guru dan siswa di dalam proses belajar dan mengajar, serta komunikasi antarpribadi di antara guru dan siswa, guru BK dan siswa, maupun seorang siswa dengan siswa lainnya yang berada di dalam lingkungan sekolah. Pada dasarnya, anak memerlukan motivasi di dalam kegiatan belajarnya. Pentingnya motivasi dalam belajar, karena keberadaannya sangat berarti bagi perbuatan belajar atau seluruh aktivitas dalam belajar (Uno, 2008:23). Wlodkowsi (2004) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah (direction) serta ketahanan (persistene) (Siregar,Nara, 2010:49). Komunikasi interpersonal adalah bentuk komunikasi yang sering sekali dipakai di dalam mendukung proses pengajaran maupun pembelajaran di setiap lembaga pendidikan. Komunikasi interpersonal juga lebih efektif untuk memotivasi peserta didik secara personal agar dapat memahami dirinya dan dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya (Effendy, 2004:8). Bimbingan konseling adalah salah satu metode yang telah lama ada dan yang pada saat ini berkembang pesat dalam dunia pendidikan guna membantu siswa atau peserta didik untuk mengembangankan potensi dasar yang dimiliki siswa, yang tidak sekedar memberikan ilmu pengetahuan sesuai kurikulum (Sukardi, 1988:20). Terlepas dari bentuk atau metode pengajaran yang ada dan yang telah lama diterapkan di dalam mendukung pengembangan potensi siswa/i Yayasan Perguruan Sutomo I Medan, yayasan ini juga memberikan salah satu fasilitas 2
bimbingan konseling guna membantu proses pengembangan potensi siswa/i yaitu melalui pertemuan tatap muka (percakapan) bersama konselor yang professional. Komunikasi cukup banyak mengambil peran di dalam seluruh proses pertemuan tatap muka tersebut diantara siswa/i dan konselor atau yang disebut dengan bimbingan konseling. Tanpa dapat dipungkiri setiap interaksi yang terdapat pada bimbingan konseling tersebut, tidak terlepas dari berbagai bentuk komunikasi yang dipakai termasuk komunikasi antarpribadi. Fasilitas bimbingan konseling ini diperuntukan bagi seluruh siswa Yayasan Perguruan Sutomo I Medan guna mendukung program pengembangan siswa/i tersebut (http:/www.sutomomdn.sch.id). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besarkah pengaruh efektivitas komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa-siswi Yayasan Perguruan Sutomo I Medan khususnya pada tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas). KAJIAN LITERATUR Komunikasi Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah: upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Effendy, Uchjana, 2007:9). Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Mulyana, Deddy, 2007:81). Bimbingan Konseling Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year s Book of Education 1995, yang menyatakan: Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Rogers (1942) memperjelas arti konseling sebagai berikut: konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam mengubah sikap dan tingkah lakunya (Hallen, 2005:2). Motivasi Wlodkowsi (2004:13) menejelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah (direction) serta ketahanan (persistence). Motivasi Belajar 3
Wlodkowski dan Jaynes (2004) mengemukan bahwa motivasi belajar merupakan sikap yang tidak hanya sudi belajar tetapi juga menghargai dan menikmati aktivitas belajar serta menghargai dan menikmati hasil belajarnya. Motivasi belajar sebagai sebuah sistem pembimbing internal yang berusaha menjaga fokus seseorang anak tetap belajar serta berdiri sendiri dan bersaing melawan hal-hal lain dalam hidup sehari-hari (Wlodkowsi &Jaynes, 2004:11). METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu: metode yang bertujuan meneliti sejauhmana variasi pada faktor lain (Rakhmat, 1985:38). Metode korelasional digunakan untuk meneliti hubungan di antara variabel-variabel. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi ditetapkan seluruh siswa dan siswi tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan Perguruan Sutomo I Medan yang pernah mengikuti kegiatan bimbingan konseling yaitu sebanyak 514 orang. Dengan menggunakan rumus Taro Yamane, maka diperoleh sampel sebanyak 84 orang dengan menggunakan teknik penarikan sampel secara purposive sampling dan probability sampling. Dan penelitian ini dilakukan pada bulan April 2015 sampai dengan Juni 2015. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan yaitu mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian dan penelitian lapangan yaitu memperoleh informasi melalui penyebaran kuesioner. Teknik analisa data menggunakan analisa tabel tunggal, tabel silang, dan uji hipotesis. HASIL DAN PEMBAHASAN Usia responden yang terbanyak dalam penelitian ini yaitu mayoritas berusia 16-18 tahun. Usia yang berada pada 16-18 tahun ini merupakan masa-masa yang sulit dan penuh pergolakan bagi remaja. Siswa yang memiliki jenis kelamin perempuan lebih dominan yang menjadi responden dalam sampel penelitian ini dibandingkan siswa yang berjenis kelamin laki-laki. Jumlah siswi yang berjenis kelamin perempuna sebanayak 46 dan lakilaki sebanyak 38 orang. Mayoritas responden dalam penelitian ini yaitu siswa yang bidang studinya atau jurusan IPA (Ilmu pengetahuan Alam) yaitu berjumlah 58 orang sedangkan responden bidang studi IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) berjumlah 26 orang. 4
Berdasarkan jawaban responden keterbukaan konselor mengenai pengalaman pribadinya selama proses konseling kepada siswa, dirasakan sudah baik oleh siswa/i yang mengikuti konseling. Sikap konselor dalam hal ini dinyatakan oleh responden sudah cukup baik, sikap konselor di dalam memaklumi keluhan-keluhan siswa/i tersebut menujukkan bahwa konselor dalam hal ini mencoba untuk mau mengerti kesulitan dan masalah yang sebenarnya dialami oleh siswa/i. Siswa/i yang mengikuti konseling juga telah merasakan bahwa mereka menyadari akan pentingnya belajar bagi mereka bukan hanya sekedar rutinitas belaka yang mereka kerjakan sehari-hari. Hal ini menunjukkan peran konselor dalam komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling dirasakan cukup baik oleh siswa. Konselor, di dalam kegiata bimbingan konseling telah melakukan peran penting untuk senantiasa menyadarkan siswa akan manfaat belajar bagi siswa/i yang mengikuti bimbingan konseling. Hal ini dibuktikan dengan jawaban responden yang menyatakan bahwa mereka telah menyadari manfaat dari setiap proses pembelajarannya. Siswa/i menyatakan dengan jelas bahwa di dalam bimbingan konseling, konselor telah memberikan dukungan atau berperan sudah sangat baik bagi mereka atau siswa/i tersebut Pada umumnya selama bimbingan konseling tersebut siswa/i telah merasakan bahwa konselor berusaha dengan baik untuk memberikan ketenangan kepada mereka untuk meringankan beban perasaan mereka mengenai kesulitan belajar yang mereka alami. Siswa/i yang telah mengikuti bimbingan konseling menyatakan sepakat dan setuju mengenai adanya kegiatan bimbingan konseling yang ada di sekolah Yayasan perguruan Sutomo I Medan secara langsung mendukung menciptakan suasanan belajar yang kondusif bagi mereka. Siswa/i dalam hal ini telah merasakan adanya suasana belajar yang kondusif dan nyaman bagi mereka setelah dengan adanya kegiatan bimbingan konseling. Dapat disimpulkan bahwa konselor secara kesehariannya berperan sebagai konselor, telah menunujukan sikap untuk menghargai siswa/i yang mengikuti bimbingan konseling. 5
Mayoritas responden menyatakan bahwa konselor cukup berperan di dalam memberikan solusi terkait masalah yang dihadapi oleh siswa/i yang mengikuti kegiatan bimbingan konseling. Tingkat konsentrasi siswa/i yang mengikuti bimbingan konseling sudah cukup baik namun daripada itu masih terdapat siswa/i yang belum memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi. Siswa/i telah memiliki sikap yang benar untuk memperhatikan dan mengikuti setiap pelajaran tanpa adanya suatu ketergantungan terhadap siapapun guru yang mengajar. Hal ini juga menujukkan bahwa siswa/i memperhatikan atau mengikuti setiap pelajaran dengan adanya dorongon yang ada dalam dirinya sendiri. Ketekunan siswa/i dapat dikatakan cukup baik tekhusus setelah mengikuti kegiatan bimbingan konseling. Ketekunan tersebut dapat menunjukkan bahwa siswa/i berusaha untuk memberikan perhatian secara khusus terhadap setiap mata pelajaran dengan mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah yang pada dasarnya harus dikerjakan dengan tepat waktu. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden atau siswa/i yang telah mengikuti bimbingan konseling telah menyadari akan pentingnya belajar bagi mereka. Kesadaran siswa/i akan pentingnya proses pembelajaran sudah cukup baik. Siswa/i melakukan setiap aktivitas belajar dengan pemahaman yang baik bahwa kegiatan belajar tersebut mereka lakukan tersebut berguna bagi mereka sendiri baik pada waktu sekarang atau waktu yang akan datang. Berdasarkan jawaban responden yang ada, mayoritas responden menyatakan bahwa mereka terdorong untuk belajar demi menggapai cita-cita pribadinya. Sebagian besar siswa/i yang telah mengikuti bimbingan konseling belum memahami dengan baik bahwa jam belajar di rumah sangat penting bagi mereka untuk dapat memahami setiap materi pelajaran. Pada dasarnya siswa/i seharusnya menyediakan waktu luang untuk mengulang pelajaran yang ada, dengan tujuan untuk lebih memahami. Namun, mayoritas responden belum menyediakan waktu khusus untuk mengulang pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Sebagian besar siswa/i yang telah mengikuti konseling percaya terhadap kemampuan yang ia miliki sendiri sehingga hal ini membuktikan bahwa mereka 6
mengerjakan tugas-tugas dengan dorongan untuk mengetahui dan memahami setiap mata pelajaran. Setelah mengikuti bimbingan konseling, mayoritas siswa/i tersebut yakin terhadap kemampuan ataupun potensi yang ada pada diri mereka masing-masing. Siswa/i yang telah mengikuti bimbingan konseling telah memiliki kepercayaan diri yang baik. Hal ini dibuktikan dari mayoritas siswa/i yang telah berusaha dengan baik untuk mengembangkan kemampuan atau potensi yang mereka miliki. Mayoritas siswa/i yang telah mengikuti bimbingan konseling berusaha untuk berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain untuk dapat lebih memahami mengenai materi pelajaran yang belum mereka mengerti. Mayoritas siswa/i yang telah mengikuti bimbingan konseling memiliki kepuasaan dari hasil belajar yang mereka miliki dan pada akhirnya walaupun mereka telah memperoleh nilai ulangan yang tinggi, mereka tetap berusaha untuk belajar lebih keras lagi. mayoritas responden menyatakan bahwa mereka memperhatikan catatan-catatan yang diberikan guru untuk perbaikan tugas atau PR yang mereka kerjakan. Hal ini juga menunjukkan bahwa siswa/i telah melakukan evaluasi terhadap hasil belajarnya dan adanya sikap siswa/i untuk meningkatkan pemahamannya kembali terhadap mata pelajaran yang terkait. Berdasarkan pernyataan responden, usaha siswa/i yang telah mengikuti bimbingan konseling dalam meminimalisir tingkat kejunuhan terhadap mata pelajaran yang cenderung monoton sudah cukup baik. Mayoritas responden menyatakan bahwa mereka tertarik untuk mengikut kegiatan bimbingan konseling yang mendukung adanya suasana kegitan belajar yang nyaman. Terdapat hubungan antara hubungan antara kemampuan konselor dalam membentuk pikiran siswa/i akan pentingnya belajar dengan kesadaran siswa/i akan pentingnya belajar, yaitu sebesar 49.99%. Terdapat hubungan antara kemampuan konselor dalam membentuk pikiran siswa/i akan manfaat belajar dengan kesadaran siswa/i akan manfaat belajar bagi dirinya, yaitu sebesar 51,18%. 7
Terdapat hubungan kemampuan konselor menyakinkan kemampuan yang dimiliki siswa/i dengan usaha siswa/i untuk mengembangkan kemampuan atau potensi yang ia miliki, yaitu sebesar 58,75%. Terdapat hubungan antara suasana belajar yang nyaman yang diciptakan melalui bimbingan konseling dan ketertarikan siswa/i untuk belajar terhadap suasana belajar yang nyaman, yaitu sebesar 55,94%. Setelah diperoleh seluruh hasil penelitian maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dimulai dengan membuat rangking dan nilai-nilai jawaban responden pada setiap kuesioner yang telah diberi skor untuk setiap pertanyaan. Berdasarkan perhitungan rumus, maka hasil uji hipotesis yang didapatkan bernilai 0.51. Berdasarkan pernyataan bahwa > 0, maka hipotesa diterima. Karena hasil juga lebih besar dari pada [ > (0.51 ; 0.213)], artinya hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah Ha, yaitu terdapat hubungan antara efektivitas komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa/i SMA di Yayasan Perguruan Sutomo I Medan. Selanjutnya untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan tersebut digunakan skala Guilford. Berdasarkan skala Guilford, hubungan yang terdapat antara kedua variabel penelitian berada pada skala 0.40 0.70. Hal ini ini mengindikasikan hubungan yang cukup berarti antara efektivitas komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa/i SMA Yayasan Perguruan Sutomo I Medan. Kemudian untuk mengetahui tingkat signifikasi hasil uji hipotesis tersebut dilakukan dengan menghitung nilai t hitung dan t tabel dengan hasil = 5.37 = 1.99. Menurut hasil tersebut, terdapat perbedaan antara dengan yaitu nilai lebih besar daripada. Jika >, maka hubungannya signifikan. Artinya, komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling mempengaruhi siswa/i SMA Yayasan Perguruan Sutomo I Medan. Nilai hasil perhitungan determinasi di atas menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi antarpribadi di dalam bimbingan konseling mempengaruhi motivasi belajar siswa/i Yayasan Perguruan Sutomo I Medan sebesar 26.01%. Selebihnya sebesar 73.99% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar penelitian ini, seperti: komunikasi antarpribadi di dalam keluarga, lingkungan pergaulan sehari-hari, kemajuan teknologi, maupun psikologis siswa/i itu sendiri. 8
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilaksanakan oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Efektivitas komunikasi antarpribadi di dalam bimbingan konseling yaitu diantara konselor dan siswa, sudah cukup baik. Sesuai dengan panduan pengukuran efektivitas komunikasi antarpribadi yang dipakai yaitu keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan kesetaraan bahwa hasil penelitian yang diperoleh yaitu di dalam hal keterbukaan di antara konselor dan siswa sudah cukup baik dapat dilihat pada bab IV tabel 4.4, 4.5, dan tabel 4.6 yang pada umumnya menunjukkan hasil yang positif. Selanjutnya di dalam hal empati, adanya sikap empati yang juga cukup baik di antara konselor dan siswa yang dapat dilihat pada tabel 4.7, 4.8, 4.9, dan tabel 4.10. Dukungan yang baik diberikan konselor kepada siswa juga sudah cukup baik yang dapat dilihat pada tabel 4.11, 4.12, 4.13, 4.14, 4.15, dan tabel 4.16. Selain itu, sikap positif yang ditunjukkan oleh konselor kepada siswa juga cukup baik, hal ini dapat dilihat dari tabel 4.17, 4.18, dan tabel 4.19. Dan pengukuran yang terakhir yaitu kesetaraan yang menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.20, 4.21, dan tabel 4.22. 2. Tingkat motivasi belajar siswa/i yang setelah mengikuti bimbingan konseling pada dasarnya masih berada pada tingkat yang cukup rendah. Pengukuran motivasi belajar tersebut menggunakan 4 (empat) indikator pengukuran yaitu perhatian, relevansi, kepercayaan diri, dan kepuasan. Terkait perhatian siswa/i yaitu minat dan dorongan rasa ingin tahu siswa/i diperoleh masih berada pada tingkat yang rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 4.23, 4.24, 4.25, dan tabel 4.26 yang menunjukkan nilai dibawah 50%. Namun, pada pengukuran di dalam relevansi di antara mengikuti proses belajar terhadap kesadaran akan pentingnya belajar dan manfaat belajar bagi siswa siswa/i menunjukkan nilai yang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 4.27, 4.28, 4.29, dan tabel 4.30. Selanjutnya, pada pengukuran kepercayaan diri siswa/i masih terdapat hasil yang rendah, dapat dilihat pada tabel 4.31, 4.32, dan tabel 4.33. Dan pada pengukuran motivasi belajar siswa/i terkait kepuasan siswa/i menunjukkan hasil yang cukup baik yang dapat dilihat pada tabel 4.36, 4.37, 4.38, 4.39, dan tabel 4.30. 3. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Tata Jenjang Spearman (Spearman s Rho Rank-Order Correlation) diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.506 yang jika sesuai dengan kaidah dalam Spearman Rho Koefisien > 0, maka dengan demikian hipotesis diterima. Mengacu pada skala Guilford, tingkat tinggi rendahnya hubungan berada pada hubungan yang cukup berarti antara efektivitas komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa/i SMA Yayasan 9
Perguruan Sutomo I Medan. Jika dilihat dari hasil perhitungan Uji t, ternyata nilai > (5.37 > 1.99) dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara efektivitas komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa/i SMA Yayasan Perguruan Sutomo I Medan. Demikian pula berdasarkan uji determinasi, ternyata pengaruh efektivitas komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa/i SMA Yayasan Perguruan Sutomo I Medan cukup kecil, yaitu hanya sebesar 26.01%, sedangkan selebihnya yaitu 73.99% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar penelitian ini, seperti: komunikasi antarpribadi di dalam keluarga, lingkungan pergaulan sehari-hari, kemajuan teknologi, maupun psikologis siswa/i itu sendiri. DAFTAR PUSTAKA Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Siregar, Eveline & Hartini Nara.2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sukardi, Dewa Ketut. 1988. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Bina Aksara. Effendy, Onong Uchjana. 2004. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hardjana.2007. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius. Rakhmat, Jalaludin. 1985. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remadja Karya. Wlodkowski, Raymond J., Judith H. Jayness. 2004. Hasrat Untuk Belajar. (Nur Setiyo Budi Widarto. Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hallen, A. 2005.Bimbingan dan Konseling.Ciputat: Quantum Teaching. Sumber Lain: http:/www.sutomo-mdn.sch.id. 10