3.2. Mineralogi Bijih dan Gangue Endapan Mineral Tekstur Endapan Epitermal Karakteristik Endapan Epitermal Sulfidasi Rendah...

dokumen-dokumen yang mirip
II.3. Struktur Geologi Regional II.4. Mineralisasi Regional... 25

I.1 Latar Belakang Masalah I.4 Lokasi Daerah Penelitian I.6 Penelitian Terdahulu dan Keaslian Penelitian... 4

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vi. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LEMBAR PETA...

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan emas biasanya digunakan sebagai standar

BAB V PENGOLAHAN DATA

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

SKRIPSI. Oleh : ARIE OCTAVIANUS RAHEL NIM

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PENELITIAN

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah

(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 20 Desember Penyusun III

STUDI UBAHAN HIDROTERMAL

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL

BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL

BAB I PENDAHULUAN I.1

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL DAN MINERALISASI DAERAH PENELITIAN

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

BAB III ALTERASI HIDROTHERMAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

III.4.1 Kuarsa sekunder dan kalsedon

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH TAMBAKASRI DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS BERDASARKAN ANALISIS PETROGRAFI CONTO INTI PEMBORAN DAERAH ARINEM, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 1

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA

Ciri Litologi

BAB I PENDAHULUAN. berada di Selogiri, Wonogiri yaitu prospek Randu Kuning. Mineralisasi emas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab I : Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

BAB III METODA PENELITIAN

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

GEOLOGI DAN TIPE MINERALISASI ENDAPAN EMAS-PERAK EPITHERMAL PADA DAERAH PINUSAN, KECAMATAN BENDUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR.

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL. 4.1 Teori Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN

Zona Alterasi Berdasarkan Data Bor Daerah Arinem, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH GUNUNG BULEUD, DESA GARUMUKTI, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN GARUT, PROVINSI JAWA BARAT

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi,

DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN... 1

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

KARAKTERISTIK ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS PADA SISTEM EPITERMAL PROSPEK RANDU KUNING, KECAMATAN SELOGIRI, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

ZONA POTENSI MINERALISASI VEIN KUBANG CICAU, PONGKOR, BOGOR, JAWA BARAT

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No. 1, Januari 2011

SURVEI GEOKIMIA TANAH LANJUTAN DAERAH GUNUNG SENYANG KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III Perolehan dan Analisis Data

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

DAFTAR ISI SARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN...

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

GEOLOGI DAN ALTERASI HIDROTERMAL DI GUNUNG BATUR, WEDIOMBO, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROVINSI DI YOGYAKARTA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 3 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 3 1.4. Manfaat Penelitian... 4 1.5. Letak dan Kesampaian Lokasi Penelitian... 4 1.6. Batasan Masalah... 5 1.7. Peneliti Terdahulu... 7 1.8. Keaslian Penelitian... 9 BAB II GEOLOGI REGIONAL... 11 2.1. Geologi Regional... 11 2.1.1.Geomorfologi Regional... 12 2.1.2.Stratigrafi Regional... 13 2.1.3. Struktur Geologi Regional... 17 2.2. Geologi Prospek Poboya... 19 2.2.1. Geomorfologi Prospek Poboya... 19 2.2.2. Stratigrafi Prospek Poboya... 20 2.2.3. Struktur Geologi Prospek Poboya... 21 2.2.4. Alterasi dan Mineralisasi Prospek Poboya... 22 BAB III DASAR TEORI DAN HIPOTESIS... 24 3.1. Definisi dan Klasifikasi Endapan Epitermal... 24

3.2. Mineralogi Bijih dan Gangue Endapan Mineral... 25 3.3. Tekstur Endapan Epitermal... 27 3.4. Karakteristik Endapan Epitermal Sulfidasi Rendah... 28 3.5. Batuan Samping Endapan Epitermal Sulfidasi Rendah... 29 3.6. Fluida Pembentuk Endapan Epitermal Sulfidasi Rendah... 30 3.7. Alterasi Hidrotermal... 31 3.7.1 Klasifikasi Tipe Alterasi Hidrotermal... 33 3.8. Inklusi Fluida... 35 3.9. Hipotesis... 38 BAB IV METODE PENELITIAN... 40 4.1. Bahan dan Alat Penelitian... 40 4.1.1. Bahan Penelitian... 40 4.1.2. Alat Penelitian... 41 4.2. Tahapan Penelitian... 41 4.2.1. Persiapan... 42 4.2.2. Penelitian Lapangan... 42 4.2.3. Pengambilan Sampel... 42 4.2.4. Analisis Laboratorium... 44 4.2.4.1. Analisis Petrologi dan Mineralogi... 44 4.2.4.2. Analisis Inklusi Fluida... 45 4.2.5. Integrasi dan Interpretasi Hasil Analisis... 46 4.2.6. Penulisan... 47 BAB V GEOLOGI DAERAH PENELITIAN... 50 5.1. Geomorfologi Daerah Penelitian... 50 5.2. Stratigrafi Daerah Penelitian... 52 5.3. Struktur Geologi Daerah Penelitian... 58 BAB VI KARAKTERISTIK ALTERASI DAN MINERALISASI... 62 6.1. Karakteristik Alterasi Hidrotermal... 62 6.1.1. Alterasi Argilik... 62 6.1.2. Alterasi Propilitik... 65 6.2. Karakteristik Mineralisasi Bijih... 67

6.2.1. Jenis-jenis Mineral Bijih... 68 6.2.2. Tekstur Mineral Bijih... 72 6.2.3. Paragenesis Mineral Bijih... 74 BAB VII KARAKTERISTIK FLUIDA HIDROTERMAL... 76 7.1. Petrografi Inklusi Fluida... 75 7.2. Mikrotermometri Inklusi Fluida... 78 BAB VIII DISKUSI... 83 8.1. Kontrol Geologi Terhadap Mineralisasi... 83 8.2. Karakteristik dan Tipe Endapan Emas Poboya... 87 8.2.1. Kehadiran Endapan Sinter dan Breksi Hidrotermal... 86 8.2.2. Perkembangan Fluida Hidrotermal... 91 8.2.3. Kedalaman Pembentukan Endapan... 94 8.2.4. Tipe Endapan Emas Poboya... 96 8.3. Genesa Pembentukan Endapan Emas Poboya... 100 BAB IX KESIMPULAN... 104 DAFTAR PUSTAKA... 106 LAMPIRAN... 109 1. Analisis Petrografi... 109 2. Analisis Alterasi... 119 3. Analisis Mineragrafi... 131 4. Hasil Analisis XRD... 148 5. A. Section10000N menunjukkan posisi sampel intibor pada lubang bor P.T. Citra Palu Mineral yang digunakan dalam penelitian... 157 B. Tabel keterangan daftar sampel intibor P.T. Citra Palu Mineral pada section 10000N yang digunakan selama penelitian... 158 6. A. Section 10040N menunjukkan posisi sampel intibor pada lubang bor P.T. Citra Palu Mineral yang digunakan dalam penelitian..... 159 7. B. Tabel keterangan daftar sampel intibor P.T. Citra Palu Mineral pada section 10040N yang digunakan selama penelitian... 160 8. Peta Lintasan Stasiun Pemetaan Geologi dan Alterasi... 161 9. Peta Geomorfologi... 162

10. Peta Geologi... 163 11. Peta Zonasi Alterasi Hidrotermal... 164

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Gambar 1.2. Gambar 2.1. Gambar 2.2. Hal Peta tektonik Indonesia yang menunjukkan Pulau Sulawesi terletak di antara tiga lempeng tektonik yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng India-Australia, dan Lempeng Pasifik- Filipina (Hall dan Wilson, 2000).... 1 Peta lokasi daerah penelitian yang dimodifikasi dari Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 2015 32 (Bakosurtanal, 1991)... 5 Peta geologi regional Palu dan sekitarnya. Modifikasi dari Sukamto (1973) dan Van Leeuwen & Muhardjo (2005) dalam Van Leeuwen et al. (2016)... 11 Stratigrafi daerah Sulawesi Tengah bagian barat, Leher Sulawesi, dan Lengan Utara Sulawesi bagian barat. Modifikasi dari Van Leeuwen dan Muhardjo (2005).... 13 Gambar 2.3. Struktur geologi utama Pulau Sulawesi (Surono et al., 2013)... 18 Gambar2.4. Gambar 2.5. Gambar 3.1 Gambar 3.2. Gambar 3.3. Gambar 3.4. Interpretasi peta geologi daerah Poboya dan sekitarnya dimodifikasi dari Kusmanto et al., 2015. Daerah penelitian ditunjukkan oleh kotak merah.... 19 Stratigrafi daerah Palu dan sekitarnya, modifikasi dari Muhardjo (1999) (Kusmantoet al., 2015)... 21 Model skematik endapan epitermal yang dimodifikasi dari Buchanan (1981 dalam White, 2010)..... 24 Model jenis-jenis fluida hidrotermal yang berkontribusi dalam pembentukan vein endapan epitermal sulfidasi rendah (Corbett, 2002)... 31 Mineral dan tipe alterasi yang biasa dijumpai pada endapan epitermal (Corbett dan Leach, 1997) Tipe alterasi argilik dan propilitik kemungkinan dijumpai pada daerah penelitian (garis kuning).... 35 (A) Gambaran klasifikasi tipe inklusi; primary (P), secondary (S), dan pseudosecondary (PS). (B) Klasifikasi inklusi fluida berdasarkan teperatur (Sheppard et al., 1985; Pirajno, 2009)... 38 Gambar 4. Diagram alur penelitian... 48 Gambar 5.1. Kenampakan satuan perbukitan bergelombang / miring pada daerah penelitian yang difoto dari stasiun 4 dengan arah foto N 16 E.... 50

Gambar 5.2. Gambar 5.3. Gambar 5.4. Kenampakan satuan dataran aluvial pada daerah penelitian yang difoto dengan arah N 35 E.... 51 (A) Kenampakan di lapangan satuan batuan quartz-pyroxene gneiss pada stasiun 48 dan(b) kenampakan handspecimen batuan quartz-pyroxene gneiss yang menunjukkan tekstur nematoblastik atau pensejajaran mineral prismatik dengan jelas. (C) Fotomikrograf sayatan tipis conto singkapan batuan dengan kode 233 dengan komposisi mineral kuarsa (Qzt), piroksin (Px), dan garnet (Grt)... 53 (A) Kenampakan di lapangan satuan batuan granit pada stasiun 17 dan(b) kenampakan handspecimen batuan granit dengan komposisi mineral kuarsa, ortoklas, dan biotit.... 54 Gambar 5.5. Fotomikrograf sayatan tipis conto singkapan batuan dengan kode 177 dengan kenampakan nikol sejajar (A) dan nikol silang (B). Terdiri dari mineral ortoklas (Or), kuarsa (Qzt), muskovit (Ms), biotit (Bt), dan mineral opak (Opq).... 55 Gambar 5.6. Gambar 5.7. Gambar 5.8. Gambar 5.9. (A) Kenampakan lapangan singkapan Endapan Molasa Sulawesi menunjukkan gradasi ukuran butir menghalus ke atas pada stasiun 10. (B) Kenampakan singkapan Endapan Molasa Sulawesi secara lebih dekat pada stasiun 5 yang terdiri dari fragmen batuan granitoid.... 57 Kenampakan endapan aluvial pada daerah aliran sungai Binangga Pondo... 58 Kenampakan kekar gerus pada litologi genes kuarsa-piroksen di stasiun 34 yang difoto ke arah N 9 E.... 59 Hasil pengolahan data kekar menggunakan stereonet; a. Plane kekar; b. Pole dari plane (bidang) kekar; c. Kontur populasi data kekar; d. Analisis stress utama.... 60 Gambar 5.9. Peta topografi daerah penelitian (tidak terskalakan) menunjukkan pergeseran bukit ditandai dengan garis panah merah. Kenampakan tersebut merupakan ciri sekunder dari penentuan arah sesar geser menganan (dekstral).... 60 Gambar 6.1. Gambar 6.2. Kenampakan singkapan batuan teralterasi argilik. (A) Batuan granit teralterasi pada stasiun 4 dan (B) batuan genes kuarsapiroksen yang teralterasi pada stasiun 48. Fotomikrograf sampel sayatan batuan POBO0035-47 pada nikol sejajar (C) dan nikol silang (D). Terdiri dari mineral alterasi mineral lempung (Cly) dan kalsit (Cal).... 63 Hasil analisis XRD conto batuan 101 menunjukkan kehadiran mineral-mineral lempung sebagai penciri alterasi argilik.... 63

Gambar 6.3. Gambar 6.4. Hasil analisis XRD conto batuan 101 menunjukkan kehadiran mineral-mineral lempung sebagai penciri alterasi argilik.... 65 Kenampakan singkapan batuan yang mengalami alterasi propilitik pada stasiun 57 (A) dan stasiun 62 (B).... 66 Gambar 6.5. Fotomikrograf dari sayatan tipis conto singakapan batuan 231- GNE dari stasiun 57 dan conto batuan intibor POBO0036-8 yang tersusun atas mineral kuarsa, biotit, muskovit, mineral opak dan kumpulan mineral alterasi propilitik, antara lain klorit, adularia, kalsit, dan sedikit mineral lempung.... 66 Gambar 6.6. Gambar 6.7. Gambar 6.8. Gambar 6.9. A. Batuan granitoid dengan vein kuarsa bertekstur crustiform banding pada sampel intibor POBO0036-3. B. Batuan sekis dengan vein kalsit tekstur bladed calcite pada sampel POBO0043-18.... 68 (A) Fotomikrograf sayatan poles conto batuan intibor POBO0035-18 yang menunjukkan kandungan mineral pirit (Py), perak (Ag), dan hematit (Hem). (B) Fotomikrograf sayatan poles conto batuan intibor POBO0036-10 yang menunjukkan kehadiran mineral sulfida yaitu pirit (Py) dan kalkopirit (Cpy).... 71 (A) Fotomikrograf sayatan poles conto batuan intibor POBO0038-25 menunjukkan tekstur pengisian rongga pada vein kuarsa oleh emas (Au) dengan bentuk euhedral. (B) Fotomikrograf sayatan poles conto batuan intibor POBO0039-6 menunjukkan pirit (Py) yang menumpang di atas perak (Ag) menandakan bahwa perak terbentuk lebih dahulu..... 73 A. Fotomikrograf sayatan poles conto batuan intibor POBO0035-47 yang menunjukkan mineral pirit dengan tekstur sebaran (disseminated) pada vein kuarsa. B. Fotomikrograf sayatan poles conto batuan intibor POBO0035-18 yang menunjukkan hematit mengganti mineral pirit sebagai hasil oksidasi. Dapat terlihat mineral hematit berbentuk cembung ke arah mineral yang diganti... 74 Gambar 7.1. (A) Fotomikrograf sayatan poles ganda dari intibor POBO0038-29 menunjukkan kandungan inklusi fluida bifase (L-V) yang difoto dalam kondisi suhu normal dengan pembesaran 100x. (B) Fotomikrograf sayatan poles ganda dari intibor POBO0036-2 menunjukkan kandungan inklusi fluida bifase (L-V) yang difoto dalam kondisi suhu normal dengan pembesaran 100x.... 77 Gambar 7.2. (A) Fotomikrograf inklusi fluida bifase (L-V) pada sampel vein kuarsa intibor POBO0038-29 dalam temperatur normal (27 C). (B) Kenampakan inklusi fluida pada kondisi homogen (Th) dengan temperatur 245 C. (C) Kenampakan

Gambar 7.3. Gambar 8.1. Gambar 8.2. inklusi fluida pada kondisi final melting temperature (Tm) dengan temperatur -1 C... 79 Histogram hasil pengukuran tempertur homogenesasi (Th) dan salinitas sampel POBO0036-2 dari analisis mikrotermometri... 82 Shear model Riedel (1929; Tchalenko, 1970 dalam Corbett dan Leach, 1997) yang menunjukkan terbentuknya bukaan jog dalam sistem sesar geser. Model ini dapat digunakan untuk menginterpretasi struktur geologi yang mengontrol terbentuknya endapan emas di daerah penelitian..... 83 A. Interpretasi kontrol geologi yang membentuk mineralisasi pada daerah Poboya. B. Sistem patahan dilational yang membentuk bukaan jog sebagai tempat terperangkapnya mineralisasi (Corbett dan Leach, 1997). C. Pola bukaan pada daerah penelitian termasuk pada pola en-echelon veins berdasarkan lingkungan pembentukan mineralisasi yang termasuk lingkungan dangkal (epitermal) (Corbett dan Leach, 1997). D. Rekonstruksi struktur geologi yang membentuk bukaan jog sebagai tempat terperangkapnya mineralisasi... 86 Gambar 8.3. A. Kenampakan lapangan endapan sinter yang dijumpai pada stasiun 7, menunjukkan jejak tumbuhan (X) yang ikut terendapkan pada saat endapan sinter terbentuk. B. Kenampakan handspecimen endapan sinter yang menunjukkan pecahan conchoidal sebagai indikasi kandungan silika... 88 Gambar 8.4. A. Kenampakan lapangan breksi hidrotermal yang dijumpai pada stasiun 43. B. Kenampakan handspecimen breksi hidrotermal yang tersusun atas fragmen, matriks, dan semen silika... 89 Gambar 8.5. Gambar 8.6. Gambar 8.7. Fotomikrograf sayatan tipis sampel batuan 220-HBX pada kenampakan nikol sejajar (A) dan kenampkan nikol silang (B). Menunjukkan komponen batuan yang terdiri dari fragmen batuan (RF), kuarsa, mineral opak, dan massa dasar glass... 90 Model skematik interpretasi mekanisme pembentukan breksi hidrotermal pada daerah penelitian yang dimodifikasi dari Jebrack (1997)... 91 A. Model skematik yang menunjukkan kecenderungan tren yang dihasilkan dari beberapa proses yang terjadi pada suatu inklusi fluida dalam temperature dan salinitas (Shepherd et al., 1985). B. Hasil plot dan kecenderungan nilaith-salinitas dari sampel intibor vein kuarsa POBO0036-2 dan POBO0038-29 yang menunjukkan kecenderungan tren 1.... 93

Gambar 8.8. Gambar 8.9. Kurva boiling untuk fluida NaCl yang menunjukkan hubungan antara temperature homogenisasi (Th) dan kedalaman boiling dalam kondisi hidrostatik dengan modifikasi (Haas, 1971 dalam Shepherd et al., 1985).... 95 Diagram hubungan temperatur-salinitas dalam penentuan system hidrotermal (modifikasidari Large et al., 1988 dalam Pirajno, 2009). Garis merah merupakan hasil plot temperature dan salinitas inklusi fluida dari sampe lintibor vein kuarsa POBO0036-2 yang menunjukkan system hidrotermal pada daerah penelitian termasuk tipe epitermal... 97 Gambar8.10. Penentuan tipe epitermal berdasarkan temperature pembentukan endapan menggunakan diagram sulfidation state Log fs 2 1000/T (Enuadiet al., 2003)... 98 Gambar 8.11. Model konseptual Endapan Epitermal Sulfidasi Tinggi dan Sulfidasi Rendah (Corbett, 2004). Interpretasi tipe endapan pada daerah penelitian yaitu Endapan Epitermal Adularia- Serisit Au-Ag (garis merah).... 99 Gambar 8.12 Model genetik konseptual pembentukan endapan emas pada daerah penelitian yang diadaptasi dari Corbett dan Leach (1997).... 103

DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1. Perbedaan bentuk endapan antara endapan sulfidasi rendah dengan sulfidasi tinggi... 25 Tabel 3.2. Kehadiran mineral bijih pada endapan epitermal (White dan Hedenquist, 1995)... 26 Tabel 3.3 Kehadiran mineral gangue pada endapan epitermal (White dan Hedenquist, 1995)... 27 Tabel 4. Jadwal Penelitian... 49 Tabel 5.1 Data pengukuran kekar gerus pada pada litologi genes kuarsapiroksen di stasiun 34... 60 Tabel 6.1. Kumpulan mineral alterasi pada daerah penelitian (lampiran 2).. 67 Tabel 6.2. Kumpulan mineral bijih pada daerah penelitian (lampiran 3)... 71 Tabel 6.3. Paragenesis tahap mineralisasi pada daerah penelitian... 75 Tabel 7. Pengukuran Th dan Tm serta perhitungan salinitas sampel vein kuarsa... 80 Tabel 8.1. Perbandingan karakteristik endapan mineral pada daerah penelitian dengan endapan epitermal adularia-serisit Au-Ag dari Corbett dan Leach (1997)... 99