BAB 3 GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BERITA RESMI STATISTIK

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

BERITA RESMI STATISTIK

BAB 3 GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA. Uraian ini dimulai dengan letak geografis provinsi Sumatera Utara, sejarah

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

PENERAPAN ANALISIS JALUR DALAM MENENTUKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA TAHUN 2011 DI PROVINSI SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR

LAMPIRAN. Lampiran I JADWAL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis

LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

Lampiran 1. Sampel. Universitas Sumatera Utara

: SUMATERA UTARA Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov

Lampiran 1 Hasil Regression Model GLS FIXED EFFECT (FEM)

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

PENGENALAN APLIKASI STATISTICAL PRODUCT AND SERVICE SOLUTIONS (SPSS)

Pemerintahan Government

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

Universitas Sumatera Utara

PENGGUNAAN ANALISIS JALUR YANG MEMPENGARUHI ANGKA LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TUGAS AKHIR

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

PROFIL PEMBANGUNAN SUMATERA UTARA

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI SELATAN

REKAP DATA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam jutaan rupiah)

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROPINSI SUMATERA UTARA

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

,85 8,44 - Sumatera Utara ,01 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

Kabupaten/Kota yang memenuhi kriteria dantidak memenuhi kriteria untuk menjadi Sampel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015

KAJIAN FISKAL REGIONAL SUMATERA UTARA

BADAN PUSAT STATISTIK

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar sebagai

diakses pada tanggal 12 Maret 2011 pukul WIB 1di Medan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

Descriptive Statistics

Transkripsi:

29 BAB 3 GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA 3.1 Geografi Sumatera Utara 3.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1 0 4 0 Lintang Utara dan 98 0 100 0 Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan provinsi Aceh, sebelah timur dengan negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan disebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 Km 2, Sebagian besar berada di daratan pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di provinsi pulau Nias, pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik dibagian Barat maupun dibagian Timur pantai pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 Km 2, atau sekitar 9,23% dari total luas Sumatera Utara, diiuti kabupaten Langkat dengan luas 6263,29 Km 2 atau 8,74% dari total luas Sumatera Utara, kemudian kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 Km 2 atau sekitar 6,12% dari total luas Sumatera Utara. Sedangkan luas daerah terkecil adalah kota Sibolga dengan luas 10,77 Km 2 atau sekitar 0,02% dari total luas wilayah Sumatera Utara.

30 Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota. Adapun kabupaten/kota yang ada di rovinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Wilayah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara Wilayah Kabupaten Wilayah Kota Nias Nias Selatan Sibolga Mandailing Natal Humbang Hasundutan Tanjung Balai Tapanuli Selatan Pakpak Bharat Pematang Siantar Tapanuli Tengah Samosir Tebing Tinggi Tapanuli Utara Serdang Bedagai Medan Toba Samosir Batu Bara Binjai Labuhan Batu Padang Lawas Utara Padang Sidimpuan Asahan Padang Lawas Gunung Sitoli Simalungun Dairi Karo Deli serdang Labuhan Batu Selatan Labuhan Batu Utara Nias Utara Nias Selatan Langkat Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 (tiga) kelompok wilayah/kawasan yaitu Pantai Barat, Daratan Tinggi, dan Pantai Timur. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Pdang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kota Sibolga, dan Kota Gunung Sitoli. Kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten dairi, Kabupaten karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pematang Siantar. Kawasan Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Lbuhan Batu Utara, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten

31 Deli Serdang, Kabupaten Lngkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai. 3.1.2 Iklim Karena terletak dekat garis khatulistiwa provinsi Sumatera Utara tergolong kedalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 33,4 0 C, sebagian daerahnya berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhunya minimal bisa mencapai 23,7 0 C. Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret. Diantara kedua musim tersebut diselingi oleh musim pancaroba. 3.2 Penduduk Sumatera Utara 3.2.1 Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat terbesar jumlah penduduknyadi Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa, dan hasil SP 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Pada bulan April 2003 dilakukan pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah

32 penduduk sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil sensus penduduk pada bulan Mei 2010 jumlah penduduk Sumatera Utara 12.982.204 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun1990 adalah 143 jiwa per Km 2 dan tahun 2000 meningkat menjadi 161 jiwa per Km 2. Laju pertumbuhan penduduk selama kurun waktu 1990-2000 adalah 1,20% per tahun, dan pada tahun 2000-2010 menjadi 1,22% per tahun. Pada tahun 2012 penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.215.401 jiwa. Penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah sekitar 6.544.299 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 6.671.102 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Sumatera Utara sebesar 99,52. Pada tahun 2012 penduduk Sumatera Utara lebih banyak tinggal di daerah pedesaan daripada di daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di pedesaan adalah 6,67 juta jiwa (50,48%) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 6,54 juta jiwa (49,52%). 3.2.2 Suku dan Agama Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu sebagai penduduk asli provinsi ini. Pusat penyebaran suku-suku di Sumatera Utara adalah sebagai berikut: 1. Melayu :Pesisir Timur, terutama di Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, dan Kabupaten Langkat 2. Batak Karo :Kabupaten Karo, Deli Serdang, Langkat, dan Medan.

33 3. Batak Toba :Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, dan Kabupaten Toba Samosir 4. Batak Mandailing :Kabupaten Mandailing Natal. 5. Batak Angkola :Kabupaten Tapanuli Selatan dan Padang Lawas 6. Batak Simalungun :Kabupaten Simalungun 7. Batak Pakpak :Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat 8. Nias :Pulau Nias 9. Minangkabau :Kota Medan, Kabupaten Batu Bara, dan Pesisir Barat 10. Aceh :Kota Medan 11. Jawa :Pesisir Timur 12. Tionghoa :Perkotaan pesisir Timur dan Barat Sebagai provinsi yang multietnis maka pendududk provinsi Sumatera Utara juga menganut agama ataupun kepercayaan yang beragam. Agama utama di provinsi Sumatera Utara adalah: 1. Islam, terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau, Jawa, Aceh, Batak Mandailing, sebagian Batak Karo, Simalungun dan Pakpak. 2. Kristen (Protestan dan Katolik), terutama dipeluk oleh suku Batak Karo, Batak Toba, Pakpak, Mandailing, dan Nias. 3. Hindu, terutama dipeluk oleh suku Tamil diperkotaan. 4. Buddha, terutama dipeluk oleh suku Tionghoa di perkotaan. 5. Konghucu, terutama dipeluk oleh suku Tionghoa di perkotaan.

34 6. Parmalim, dipeluk oleh sebagian oleh suku Batak di Huta Tinggi. 7. Animisme, masih ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu Parhabonaron dan kepercayaan sejenisnya.

35 BAB 4 PENGOLAHAN DATA 4.1 Penyajian Data Data yang akan diolah dalam tugas akhir ini adalah data yang dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, yaitu data mengenai tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara tahun 2011 per Kabupaten/Kota (persen). Adapun data laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, rata-rata lama sekolah, indeks pembangunan manusia, produk domestik regional bruto perkapita, jumlah penduduk yang melek huruf, konsumsi perkapita, tingkat partisipasi agkatan kerja dan angka hatapan hidup dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan 2000 (persen) Tahun 2011 j Kabupaten/Kota 2011 J Kabupaten/Kota 2011 Kabupaten Kabupaten 1 Nias 6,81 18 Serdang Bedagai 5,98 2 Mandailing Natal 6,43 19 Batu Bara 5,11 3 Tapanuli Selatan 5,26 20 Padang Lawas Utara 6,81 4 Tapanuli Tengah 6,27 21 Padang Lawas 6,39 5 Tapanuli Utara 5,54 22 Labuhan Batu Selatan 6,13 6 Toba Samosir 5,26 23 Labuhan Batu Utara 6,21 7 Labuhan Batu 5,72 24 Nias Utara 6,88 8 Asahan 5,37 25 Nias Barat 6,76 9 Simalungun 5,81 Kota 10 Dairi 5,28 26 Sibolga 5,06 11 Karo 6,59 27 Tanjungbalai 5,11 12 Deli Serdang 6,01 28 Pematangsiantar 6,02 13 Langkat 5,78 29 Tebing Tinggi 6,67 14 Nias Selatan 4,46 30 Medan 7,69 15 Humbang Hasundutan 5,94 31 Binjai 6,28 16 Pakpak Bharat 5,98 32 Padangsidimpuan 5,99 17 Samosir 5,96 33 Gunung Sitoli 6,55 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

36 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 j Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) j Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) Kabupaten Kabupaten 1 Nias 132 605 18 Serdang Bedagai 599 941 2 Mandailing Natal 408 731 19 Batu Bara 379 400 3 Tapanuli Selatan 266 282 20 Padang Lawas Utara 225 621 4 Tapanuli Tengah 314 142 21 Padang Lawas 227 365 5 Tapanuli Utara 281 868 22 Labuhan Batu Selatan 280 269 6 Toba Samosir 174 748 23 Labuhan Batu Utara 333 793 7 Labuhan Batu 418 992 24 Nias Utara 128 343 8 Asahan 674 521 25 Nias Barat 82 572 9 Simalungun 825 366 Kota 10 Dairi 272 578 26 Sibolga 85 271 11 Karo 354 242 27 Tanjungbalai 155 889 12 Deli Serdang 1 807 173 28 Pematangsiantar 236 893 13 Langkat 976 582 29 Tebing Tinggi 146 606 14 Nias Selatan 292 417 30 Medan 2 117 224 15 Humbang 31 Binjai Hasundutan 173 255 248 456 16 Pakpak Bharat 40 884 32 Padangsidimpuan 193 322 17 Samosir 120 772 33 Gunung Sitoli 127 382 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Rupiah) Tahun 2011 j Kabupaten/Kota Rupiah j Kabupaten/Kota Rupiah Kabupaten Kabupaten 1 Nias 4 114 201 18 Serdang Bedagai 8 039 104 2 Mandailing Natal 5 290 955 19 Batu Bara 20 485 243 3 Tapanuli Selatan 7 086 187 20 Padang Lawas Utara 3 710 435 4 Tapanuli Tengah 4 169 588 21 Padang Lawas 3 510 898 5 Tapanuli Utara 6 044 495 22 Labuhan Batu Selatan 10 737 944 6 Toba Samosir 10 612 552 23 Labuhan Batu Utara 10 065 377 7 Labuhan Batu 8 229 894 24 Nias Utara 4 078 894 8 Asahan 8 420 068 25 Nias Barat 3 285 312 9 Simalungun 7 141 787 Kota 10 Dairi 7 920 146 26 Sibolga 9 117 743 11 Karo 10 131 858 27 Tanjungbalai 9 419 060 12 Deli Serdang 8 515 516 28 Pematangsiantar 9 124 757 13 Langkat 7 810 450 29 Tebing Tinggi 8 481 007 14 Nias Selatan 4 339 593 30 Medan 18 220 195 15 Humbang 6 154 848 31 Binjai 8 644 670 Hasundutan 16 Pakpak Bharat 4 274 131 32 Padangsidimpuan 5 132 000 17 Samosir 9 287 062 33 Gunung Sitoli 7 254 260 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

37 Tabel 4.4 Rata-rata lama sekolah, Konsumsi perkapita, Jumlah Penduduk Melek Huruf, Angka Harapan Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011 j Kabupaten/Kota Rata-rata lama sekolah Konsumsi Perkapita Melek Huruf Angka Harapan Hidup IPM Kabupaten 1 Nias 8,86 610,30 90,44 69,77 69,03 2 Mandailing Natal 6,45 639,92 99,33 63,70 71,00 3 Tapanuli Selatan 7,92 646,21 99,83 67,34 74,39 4 Tapanuli Tengah 8,95 622,02 95,78 68,26 71,54 5 Tapanuli Utara 8,15 635,19 98,60 70,02 74,77 6 Toba Samosir 8,97 649,31 98,35 70,02 76,88 7 Labuhan Batu 9,89 638,21 97,96 70,75 74,53 8 Asahan 8,53 633,82 97,01 70,02 73,02 9 Simalungun 7,90 635,71 97,50 69,13 73,84 10 Dairi 8,70 630,60 98,16 69,08 73,48 11 Karo 8,91 628,55 98,72 68,59 75,73 12 Deli Serdang 9,22 635,17 98,53 72,29 75,62 13 Langkat 9,50 631,93 96,96 70,88 73,51 14 Nias Selatan 8,78 604,98 85,20 69,12 67,70 15 Humbang 6,33 616,75 98,21 70,36 72,36 Hasundutan 16 Pakpak Bharat 9,31 617,58 96,52 67,96 71,15 17 Samosir 8,20 625,88 97,47 67,81 74,12 18 Serdang Bedagai 9,54 631,93 97,80 69,84 73,58 19 Batu Bara 8,65 632,09 95,27 68,08 72,05 20 Padang Lawas 7,61 636,33 99,53 68,71 73,11 Utara 21 Padang Lawas 8,89 628,99 99,66 66,62 72,47 22 Labuhan Batu 8,40 631,66 98,93 67,09 74,12 Selatan 23 Labuhan Batu 8,21 633,10 98,53 70,23 73,85 Utara 24 Nias Utara 8,01 608,33 89,19 69,97 68,05 25 Nias Barat 6,10 611,71 84,30 69,24 67,05 26 Kota Sibolga 9,72 632,51 99,29 70,29 75,42 27 Tanjung balai 8,89 627,56 98,99 70,76 74,61 28 Pematang siantar 10,89 637,56 99,47 72,29 77,82 29 Tebing Tinggi 9,90 642,57 98,73 71,47 76,86 30 Medan 10,84 638,19 99,36 72,06 77,68 31 Binjai 9,99 636,38 99,19 71,89 76,78 32 Padangsidimpuan 10,19 632,41 99,70 69,72 75,53 33 Gunung Sitoli 8,72 615,15 96,75 70,29 72,33 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

38 Tabel 4.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota j Kabupaten/Kota TPAK TPT J Kabupaten/Kota TPAK TPT Kabupaten Kabupaten 1 Nias 76.51 4.69 18 Serdang Bedagai 73.69 4.89 2 Mandailing Natal 73.79 4.52 19 Batu Bara 74.09 4.97 3 Tapanuli Selatan 75.57 4.18 20 Padang Lawas Utara 76.16 4.61 4 Tapanuli Tengah 74.03 5.22 21 Padang Lawas 74.87 6.95 5 Tapanuli Utara 74.80 3.85 22 Labuhan Batu Selatan 76.15 3.92 6 Toba Samosir 74.51 2.35 23 Labuhan Batu Utara 75.04 4.93 7 Labuhan Batu 73.55 5.88 24 Nias Utara 74.35 4.75 8 Asahan 73.22 6.14 25 Nias Barat 74.91 3.83 9 Simalungun 73.84 4.62 26 Kota 10 Dairi 76.09 2.60 Sibolga 68.76 9.82 11 Karo 75.75 4.46 27 Tanjung balai 68.17 10.88 12 Deli Serdang 70.24 7.69 28 Pematang siantar 65.79 9.50 13 Langkat 74.26 5.78 29 Tebing Tinggi 67.31 8.36 14 Nias Selatan 75.19 5.23 30 Medan 67.11 9.97 15 Humbang Hasundutan 75.23 3.56 31 Binjai 67.85 8.73 16 Pakpak Bharat 83.03 3.92 32 Padang sidimpuan 69.45 8.81 17 Samosir 75.01 2.26 33 Gunung Sitoli 72.78 6.09 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara 4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Menentukan variabel eksogen dan variabel endogen Variabel eksogen adalah Laju pertumbuhan ekonomi, Jumlah penduduk, Rata-rata lama sekolah, Indeks pembangunan manusia, Produk domestik regional bruto per kapita atas dasar harga konstan 2000, Melek huruf, Tingkat partisipasi angkatan kerja, sedangkan variabel endogen adalah Tingkat pengangguran terbuka.

39 4.2.2 Merumuskan Hipotesis Hipotesis (sebagai H 1 ) dirumuskan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu rata-rata lama sekolah dan indeks pembangunan manusia terhadap variabel endogen ( k ) yaitu angkatan kerja secara signifikan. 2. Terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu produk domestik regional bruto, melek huruf dan konsumsi perkapita terhadap variabel endogen ( k ) yaitu angka harapan hidup secara signifikan. 3. Terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, angkatan kerja dan angka harapan hidup terhadap variabel endogen ( k ) yaitu tingkat pengangguran terbuka secara signifikan. 4.2.3 Menggambarkan Model Jalur Menggambarkan model diagram jalurnya berdasarkan paradigma hubungan variabel dengan tahapan seperti berikut: 1. Terdapat hubungan kausalitas variabel laju pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran terbuka. 2. Terdapat hubungan kausalitas variabel jumlah penduduk terhadap tingkat pengangguran terbuka. 3. Terdapat hubungan korelasi variabel rata-rata lama sekolah dengan angkatan kerja. 4. Terdapat hubungan kausalitas variabel indeks pembangunan manusia terhadap angkatan kerja.

40 5. Terdapat hubungan kausalitas variabel produk domestik regional bruto terhadap angka harapan hidup. 6. Terdapat hubungan kausalitas variabel melek huruf terhadap angka harapan hidup. 7. Terdapat hubungan kausalitas variabel konsumsi perkapita terhadap angka harapan hidup. 8. Terdapat hubungan kausalitas variabel angka harapan hidup terhadap tingkat pengangguran terbuka. 9. Terdapat hubungan kausalitas variabel angkatan kerja terhadap tingkat pengangguran terbuka Y 7 Gambar 4.1 Model Diagram Jalur Berdasarkan Hubungan Paradigma Variabel

41 di mana: : Tingkat PengangguranTerbuka (%) : Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) : Jumlah Penduduk (Jiwa) : Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) : Indeks Pembangunan Manusia : PDRB Per Kapita (Rupiah) : Jumlah Penduduk Melek Huruf (Jiwa) 7 : Pengeluaran rill per kapita (Rupiah) : Tingkat Partisispasi Angkatan Kerja (%) : Harapan Hidup (Tahun) 4.2.4 Merumuskan Persamaan Struktural Merumuskan persamaan strukturalnya harus berdasarkan model diagram jalur sebagai berikut: Y 7 Gambar 4.2 Model Diagram Jalur Persamaan Struktural

42 Diagram jalur tersebut terdiri atas tiga persamaan sruktural, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 adalah variabel eksogen dan 8, 9, dan adalah variabel endogen. Bentuk persamaan strukturalnya adalah sebagai berikut: sub struktur 1 7 sub struktur 2 sub struktur 3 di mana: variabel laju pertumbuhan ekonomi variabel jumlah penduduk variabel rata-rata lama sekolah variabel indeks pembangunan manusia variabel produk domestik regional bruto variabel melek huruf 7 variabel konsumsi perkapita variabel tingkat pasrtisipasi angkatan kerja variabel angka harapan hidup variabel tingkat pengangguran terbuka error 4.2.5 Menentukan Matriks Korelasi Antara Variabel Untuk menghitung korelasi antara variabel produk domestik regional bruto, konsumsi perkapita, laju pertumbuhan ekonomi, angka harapan hidup, dan indeks

43 pembangunan manusia dianalisis menggunakan SPSS dengan langkah-langkah sebagi berikut 1. Klik Analyse. 2. Pilih Correlate. 3. Pilih Bivariate. 4. Masukkan variabel laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, rata-rata lama sekolah, indeks pembangunan manusia, produk domestik regional bruto, jumlah penduduk melek huruf, konsumsi perkapita, angka harapan hidup, angka harapan hidup dan tingkat pengangguran terbuka ke kolom Variables. 5. Klik OK Tabel 4.6 Tabel Matriks Korelasi Antara Variabel Correlations 7 Pearson Correlation - Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation 7 Pearson Correlation Pearson Correlation Pearson Correlation.342

44 4.2.6 Menghitung Koefisien Jalur Dari rumusan hipotesis dan diagram jalur pada Gambar 4.2. Model dibagi menjadi tiga sub struktur,yaitu: 1. Hubungan sub struktur 1 dan 2 terhadap 3. ɛ 1 Gambar 4.3 Hubungan Sub Struktur 1 Untuk menganalisis sub struktur 1, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Persamaan struktural: di mana: variabel rata-rata lama sekolah variabel indeks pembangunan manusia variabel tingkat partisipasi angkatan kerja error

45 b. Membuat matriks korelasi antar variabel [ ] [ ] c. Membuat matriks antar korelasi antar variabel eksogen [ ] d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen Dengan mengimplementasikan program R diperoleh matriks invers korelasi variabel eksogen sebagai berikut: [ ] e. Menghitung koefsien jalur antara variabel eksogen dengan endogen [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

46 Maka diperoleh persamaan struktural berikut: Pada persamaan tersebut, koefisien residu ( ) dihitung dengan rumus: ( ) [ ] ( ) [ ] ( ) ( ) adalah koefisien determinasi, 0,877 Setelah koefisien residu diperoleh, persamaan jalurnya menjadi: 2. Hubungan sub struktur 5, 6, 7 terhadap 9. 7 Gambar 4.4 Hubungan Sub Struktur 2

47 Untuk menganalisis sub struktur 2, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Persamaan struktural: di mana: variabel produk domestik regional bruto variabel melek huruf 7 variabel konsumsi perkapita error b. Membuat matriks korelasi antar variabel 7 7 [ ] 7 7 [ ] 7 c. Membuat matriks antar korelasi antar variabel eksogen 7 7 [ ]

48 d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen Dengan mengimplementasikan program R diperoleh matriks invers korelasi variabel eksogen sebagai berikut: [ ] e. Menghitung koefsien jalur antara variabel eksogen dengan endogen [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] Maka diperoleh persamaan struktural berikut: Pada persamaan tersebut, koefisien residu ( ) dihitung dengan rumus: 7 [ ] [ ]

49 adalah koefisien determinasi, 0,913 Setelah koefisien residu diperoleh, persamaan jalurnya menjadi: 7 0,913 Hubungan sub struktur 1, 2, 8 dan 9 terhadap Y. Y 7 Gambar 4.5 Hubungan Sub Struktur 3 Untuk menganalisis sub struktur 3, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Persamaan struktural:

50 di mana: variabel laju pertumbuhan ekonomi variabel jumlah penduduk variabel tingkat partisipasi angkatan kerja variabel angka harapan hidup variabel tingkat pengangguran terbuka error b. Membuat matriks korelasi antar variabel [ ] [ ] c. Membuat matriks antar korelasi antar variabel eksogen [ ]

51 d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen Dengan mengimplementasikan program R diperoleh matriks invers korelasi variabel eksogen sebagai berikut: [ ] e. Menghitung koefsien jalur antara variabel eksogen dengan endogen [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] Maka diperoleh persamaan struktural berikut: Pada persamaan tersebut, koefisien residu ( ) dihitung dengan rumus: ( ) [ ] [ ]

52 adalah koefisien determinasi, 0,323 Setelah koefisien residu diperoleh, persamaan jalurnya menjadi: 4.2.7 Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen Berdasarkan hasil perhitungan koefisien jalur diperoleh model persamaan struktural sebagai berikut: 7 Y 7 Gambar 4.6 Besar Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Endogen

53 di mana: 7, yang merupakan koefisien jalur dari terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari 7 terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari terhadap., yang merupakan koefisien jalur dari terhadap. Berdasarkan hasil tersebut, pengaruh parsial variabel eksogen terhadap endogen dapat dihitung seperti berikut: 1. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel

54 c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel 2. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel 3. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel

55 b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel 4. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect)

56 5. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel indeks pembangunan manusia ( ) terhadap variabel tingkat partisipasi angkatan kerja ( ) 6. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel

57 c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel 7. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel 8. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel

58 b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel 9. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel

59 10. Untuk jalur terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel terhadap variabel 11. Untuk jalur 7 terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel konsumsi perkapita ( 7 ) terhadap variabel angka harapan hidup ( ) b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel konsumsi perkapita ( 7 ) terhadap variabel angka harapan hidup ( )

60 c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel konsumsi perkapita ( 7 ) terhadap variabel angka harapan hidup ( ) 12. Untuk jalur 7 terhadap a. Besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) variabel 7 terhadap variabel b. Besarnya pengaruh tidak langsung (Indirect Effect) variabel 7 terhadap variabel c. Besarnya pengaruh total (Total Effect) variabel 7 terhadap variabel Selanjutnya pengaruh bersama-sama (simultan) variabel eksogen teerhadap endogen sebagai berikut: Pengaruh simultan terhadap variabel Besarnya pengaruh variabel eksogen dan terhadap variabel endogen adalah:

61 ( ) [ ] [ ] Dengan demikian pengaruh variabel laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, tingkat partisispasi angkatan kerja dan angka harapan hidup secara bersama-sama terhadap tingkat pengangguran terbuka adalah sebesar 89,6% dan 10,4% dipengaruhi variabel lain di luar model jalur. 4.2.8 Pengujian Koefisien Jalur Menguji kebermaknaan (test of significant) koefisien jalur yang telah dihitung untuk sub struktur 1, sub struktur 2 dan sub struktur 3 sebagai berikut: 1. Pengujian koefisien jalur pada substruktur 1 Persamaan strukturalnya: di mana: variabel rata-rata lama sekolah variabel indeks pembangunan manusia variabel tingkat partisipasi angkatan kerja error

62 Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesa H 0 : = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu rata-rata lama sekolah dan indeks pembangunan manusia terhadap variabel endogen ( k ) yaitu angka partisipasi angkatan kerja secara signifikan. H 1 : 0, Artinya terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu rata-rata lama sekolah dan indeks pembangunan manusia terhadap variabel endogen ( k ) yaitu angka partisipasi angkatan kerja secara signifikan. b. Menentukan taraf signifikan Taraf signifikan α = 0,05 Derajat kebebasan (dk) V 1 = k dan V 2 = ( n k 1 ) yaitu 2 dan 30 Mengikuti tabel distribusi F untuk F 0,05(2,30) = 3,32 c. Kriteria pengujian H 0 = diterima, apabila F hitung F tabel dan sebaliknya H 0 = ditolak, apabila F hitung > F tabel d. Uji statistik

63 Untuk menghitung Uji F langkah pertama yang dilakukan adalah: Menghitung nilai ( ) [ ] ( ) [ ] ( ) Setelah didapat nilai ( ) kemudian menghitung nilai uji F, Diperoleh nilai F hitung sebesar 3,08 dan F tabel = 3,32, hal ini berarti nilai F hitung < F tabel maka H 0 diterima. Maka variabel eksogen yaitu rata-rata lama sekolah dan indeks pembangunan manusia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel endogen yaitu tingkat partisipasi angkatan kerja. 2. Pengujian koefisien jalur pada sub struktural 2 Persamaan strukturalnya: 7

64 di mana: variabel produk domestik regional bruto variabel melek huruf 7 variabel konsumsi perkapita error Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesa H 0 : = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu produk domestik regional bruto, melek huruf dan konsumsi perkapita terhadap variabel endogen ( k ) yaitu angka harapan hidup secara signifikan. H 1 : 0, Artinya terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu produk domestik regional bruto, melek huruf dan konsumsi perkapita terhadap variabel endogen ( k ) yaitu angka harapan hidup secara signifikan. b. Menentukan taraf signifikan Taraf signifikan α = 0,05 Derajat kebebasan (dk) V 1 = k dan V 2 = ( n k 1 ) yaitu 3 dan 29 Mengikuti tabel distribusi F untuk F 0,05(3,29) = 2,93 c. Kriteria pengujian H 0 = diterima, apabila F hitung F tabel dan sebaliknya H 0 = ditolak, apabila F hitung > F tabel

65 d. Uji statistik Untuk menghitung Uji F langkah pertama yang dilakukan adalah: Menghitung nilai [ ] [ ] ( ) Setelah didapat nilai kemudian menghitung nilai uji F, Diperoleh nilai F hitung sebesar F tabel = 2,93, hal ini berarti nilai F hitung < F tabel maka H 0 diterima. Maka variabel eksogen yaitu produk domestik regional bruto, melek huruf dan konsumsi perkapita tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel endogen yaitu angka harapan hidup.

66 3. Pengujian koefisien jalur pada sub struktural 3 Persamaan strukturalnya: di mana: variabel laju pertumbuhan ekonomi variabel jumlah penduduk variabel tingkat partisipasi angkatan kerja variabel angka harapan hidup variabel tingkat pengangguran terbuka error Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesa H 0 : = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, tingkat partisipasi angkatan kerja dan angka harapan hidup terhadap variabel endogen ( k ) yaitu tingkat pengangguran terbuka secara signifikan. H 1 : 0, Artinya terdapat pengaruh variabel eksogen ( u) yaitu laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, tingkat partisipasi angkatan kerja dan angka harapan hidup terhadap variabel endogen ( k ) yaitu tingkat pengangguran terbuka secara signifikan b. Menentukan taraf signifikan Taraf signifikan α = 0,05 Derajat kebebasan (dk) V 1 = k dan V 2 = ( n k 1 ) yaitu 4 dan 28

67 Mengikuti tabel distribusi F untuk F 0,05(4,28) = 2,71 c. Kriteria pengujian H 0 = diterima, apabila F hitung F tabel dan sebaliknya H 0 = ditolak, apabila F hitung > F tabel d. Uji statistik Untuk menghitung Uji F langkah pertama yang dilakukan adalah: Menghitung nilai ( ) [ ] [ ] Setelah didapat nilai kemudian menghitung nilai uji F,

68 Diperoleh nilai F hitung sebesar 12,09 dan F tabel = 2,71, hal ini berarti nilai F hitung > F tabel maka H 0 ditolak. Maka variabel eksogen yaitu laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, tingkat partisipasi angkatan kerja dan angka harapan hidup berpengaruh secara signifikan terhadap variabel endogen yaitu tingkat pengangguran terbuka.

69 BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM 5.1 Pengertian Implementasi Sistem Implementasi sistem adalah prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan desain sistem yang ada dalam desain sistem yang disetujui, menginstal dan memulai sistem atau sistem yang diperbaiki. Tahapan implementasi sistem merupakan tahapan penerapan hasil desain yang tertulis ke dalam programming. Pengolahan data pada tugas akhir ini menggunakan software yaitu SPSS 17.0 dan R-2.15.2 dalam memperoleh hasil perhitungan. 5.2 Sekilas Tentang Program SPSS dan R SPSS merupakan salah satu paket program komputer yang digunakan untuk mengolah data statistik. Analisis data akan menjadi lebih cepat, efisien, dengan hasil perhitungan yang akurat dengan program untuk analisis statistik yang paling populer yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solution). SPSS pertama sekali diperkenalkan oleh tiga mahasiswa Standford University pada tahun 1968. Tahun 1948 SPSS sebagai software muncul dengan nama SPSS/PC+ dengan sistem Dos. Lalu sejak tahun 1992 SPSS mengeluarkan versi Windows. SPSS dengan sistem Windows telah mengeluarkan software dengan beberapa versi yang berkembang dalam penggunaannya dalam mengolah data statistika. SPSS sebelumnya dirancang untuk pengolahan data statistik pada ilmuilmu sosial, sehingga SPSS merupakan singkatan dari Statistical Package for the

70 Social Science. Namun, dalam perkembangan selanjutnya penggunaan SPSS diperluas untuk berbagai jenis penggunaan, misalnya untuk proses produksi di perusahaan, riset ilmu-ilmu sains dan sebagainya. Sehingga kini SPSS menjadi singkatan dari Statistical Product and Service Solutions. R merupakan suatu bahasa dan lingkungan (environtment) pemrograman untuk komputasi statistik termasuk secara grafis. R merupakan suatu proyek GNU yang serupa dengan bahasa dan lingkungan pemrograman S yang dikembangkan di Bell Laboratories oleh John Chambers dan rekan-rekannya. R menyediakan beragam teknik statistik dan grafik, yang sampai saat ini terus berkembang. R merupakan suatu sistem analisis data statistik yang komplet sebagai hasil dari kolaborasi penelitian berbagai ahli statistik (statistisi) di seluruh dunia. Versi awal dari R dibuat pada tahun 1992 di Universitas Auckland, New Zealand oleh Ross Ihaka dan Robert Gentleman. Pada saat ini, source code kernel dikembangkan terutama oleh R core team yang beranggotakan 17 orang statistisi dari berbagai dunia. Selain itu, para statistisi lain pengguna R di seluruh dunia juga memberikan kontribusi berupa kode, melaporkan bug, dan membuat dokumentasi untuk R. 5.3 Pengolahan Data dengan SPSS 5.3.1 Mengaktifkan SPSS Memulai SPSS pada window yaitu sebagai berikut: a. Pilih menu Start dari Windows b. Selanjutnya pilih menu Program c. Pilih SPSS Statistics Tampilannya adalah sebagai berikut:

71 Gambar 5.1 Tampilan pengaktifan SPSS 17,0 Tampilan worksheet SPSS 17.0 for windwos seperti berikut: Gambar 5.2 Tampilan worksheet SPSS 17.0 for windows 5.3.2 Mengoperasikan SPSS Dari tampilan SPSS yang muncul, pilih type in data untuk membuat data baru dari menu utama file, pilih new, lalu klik, maka akan tampil, muncul jendela

72 editor kemudian klik data. Cara menamai variabel dilakukan dengan, klik variabel view yang terletak sebelah kiri bawah jendela editor. Pada tampilan jendela Variabel view terdapat kolom-kolom berikut : a. Name : untuk memasukkan nama variabel yang akan diuji. b. Type : untuk mendefenisikan tipe variabel apakah bersifat numeric atau string. c. Widht : untuk menuliskan panjang pendek variabel. d. Decimals : untuk menuliskan jumlah desimal di belakang koma. e. Label : untuk menuliskan label variabel. f. Values : untuk menuliskan nilai kuantitatif dari variabel yang skala pengukurannya ordinal atau nominal bukan scale. g. Missing : untuk menuliskan ada tidaknya jawaban kosong h. Columns : untuk menuliskan lebar kolom. i. Align : untuk menuliskan rata kanan, kiri atau tengah penempatan teks atau angka di Data view. j. Measure : untuk menentukan skala pengukuran variabel, misalnya nominal, ordinal atau scale. 5.3.3 Pengisian dan Pengolahan Data 1. Klik lembar Variabel View dari SPSS Data Editor, definisikan variabel Y dengan nama variabel Y, 1 dengan nama 1, 2 dengan nama 2, 3 dengan nama 3, 4 dengan nama 4, 5 dengan nama 5, 6 dengan nama 6, 7 dengan nama 7, 8 dengan nama 8 dan 9 dengan nama 9.

73 Tampilannya adalah sebagai berikut: Gambar 5.3 Tampilan pengisian data variabel pada variabel view 2. Kemudian pada lembar Data View dari SPSS Data Editor, kita masukkan data,,,,,,, 7 dan sebagai berikut: Gambar 5.4 Tampilan Pengisian Data Variabel pada Data View

74 3. Menghitung korelasi antarvariabel klik Analyze Correlate Bivariate kemudian pindahkan semua variabel kedalam kotak variables LALU KLIK OK Tampilannya sebagai berikut: Gambar 5.5 Tampilan pada jendala bivariate correlations 5.4 Pengolahan Data dengan R 5.4.1 Mengaktifkan R Memulai SPSS pada window yaitu sebagai berikut: a. Pilih menu Start dari Windows b. Selanjutnya pilih menu Program c. Pilih Rgui Tampilannya adalah sebagai berikut: Gambar 5.6 Tampilan pengaktifan R-2.15.2 Tampilan worksheet R-2.15.2 for windwos seperti berikut: Gambar 5.7 Tampilan Worksheet R-2.15.2 for windows

75 5.4.2 Pengisisan dan Pengolahan Data 1. Sub struktur 1 Langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Entri data dalam nama A b. Buat matriks dengan fungsi >B=matrix(A,2,2) c. Menghitung invers matriks dengan fungsi >Sub_Struktur_1=solve(B) d. Ketik >Sub_Struktur_1 kemudian tekan enter Tampilannya adalah sebagai berikut: Gambar 5.8 Tampilan perhitungan invers matriks Sub struktur 1 2. Sub struktur 2 a Entri data dalam nama A b Buat matriks dengan fungsi >B=matrix(A,3,3) c Menghitung invers matriks dengan fungsi >Sub_Struktur_2=solve(B) d Ketik >Sub_Struktur_2 kemudian tekan enter Tampilannya adalah sebagai berikut: Gambar 5.9 Tampilan perhitungan invers matriks Sub struktur 2 3. Sub struktur 3 a. Entri data dalam nama A b. Buat matriks dengan fungsi >B=matrix(A,4,4)

76 c. Menghitung invers matriks dengan fungsi >Sub_Struktur_3=solve(B) d. Ketik >Sub_Struktur_3 kemudian tekan enter Tampilannya adalah sebagai berikut: Gambar 5.10 Tampilan perhitungan invers matriks Sub struktur 3

77 BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Pengaruh variabel laju pertumbuhan ekonomi ( ) terhadap variabel tingkat pengangguran terbuka ( ) secara langsung adalah 0,950 atau berkontribusi sebesar 0,950 2 x 100% = 90,2%. Hubungan antara variabel tersebut adalah searah, artinya semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi maka akan semakin tinggi juga tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara. 2. Pengaruh variabel jumlah penduduk ( ) terhadap variabel tingkat pengangguran terbuka ( ) secara langsung adalah 0,259 atau berkontribusi sebesar 0,259 2 x 100% = 6,7%. Hubungan antara variabel tersebut adalah searah, artinya semakin tinggi jumlah penduduk maka akan semakin tinggi juga tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara. 3. Pengaruh simultan variabel eksogen yaitu laju pertumbuhan ekonomi ( ), jumlah penduduk ( ), tingkat partisipasi angkatan kerja ( ) dan tingkat harapan hidup ( ), terhadap tingkat tingkat pengangguran terbuka ( ) adalah sebesar 0,896 = 89,6% dan sisanya sebesar 10,4% dipengaruhi oleh faktor lain. 4. Pengaruh variabel rata-rata lama sekolah ( ) terhadap tingkat pengangguran terbuka ( ) secara tidak langsung melalui tingkat partisipasi angkatan kerja ( ) adalah -0,051. Hubungan antara variabel tersebut adalah tidak searah,

78 artinya semakin rata-rata lama sekolah maka akan semakin rendah tingkat tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara. 5. Pengaruh variabel indeks pembangunan manusia ( ) terhadap tingkat pengangguran terbuka ( ) secara tidak langsung melalui tingkat partisipasi angkatan kerja ( ) -0,077. Hubungan antara variabel tersebut adalah tidak searah, artinya semakin indeks pembangunan manusia maka akan semakin semakin rendah tingkat tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara. 6. Pengaruh variabel konsumsi per kapita ( 7 ) terhadap tingkat pengangguran terbuka ( ) secara tidak langsung melalui tingkat partisipasi angkatan kerja ( ) 0,018. Hubungan antara variabel tersebut adalah searah, artinya semakin tinggi tingkat per kapita maka akan semakin semakin tinggi tingkat tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sumatera Utara. 6.2 Saran Melalui penyelesaian tugas akhir ini penulis menyarankan: Adanya tindak lanjut dari pemerintah, khususnya pemerintah provinsi Sumatera Utara dalam menciptakan lapangan kerja sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran terbuka dan adanya perhatian khusus dari pemerintah dalam mengembangkan dunia pendidikan sehingga dapat mengurangi angka buta huruf di provinsi Sumatera Utara.