BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

I. PENDAHULUAN. mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

Herdiansyah Eka Putra B

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. interest dan pendapatan non bunga atau fee based income. Pendapatan bunga diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia

BABI PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang, dimana pemerintah

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan kedalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Unit-unit

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

Tinjauan Perekonomian Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). Perdagangan internasional sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena dalam perdagangan internasional semua negara bersaing di pasar internasional. Salah satu keuntungan perdagangan internasional adalah memungkinkan suatu negara untuk berspesialisasi dalam menghasilkan barang dan jasa secara murah, baik dari segi bahan maupun cara berproduksi. Manfaat nyata dari perdagangan internasional dapat berupa kenaikan pendapatan, cadangan devisa, transfer modal dan luasnya kesempatan kerja. Dengan kata lain, perdagangan internasional merupakan engine of development, karena dapat menciptakan nilai tambah terhadap pendapatan nasional melalui arus penawaran atau permintaan barang dan jasa dari suatu negara ke negara lain. Perdagangan internasional meliputi ekspor dan impor barang maupun jasa. Dengan terbukanya akses pasar global, maka memungkinkan Indonesia untuk mengekspor produk ke luar negeri dan mengimpor produk dari luar negeri. Dalam penghitungan pendapatan nasional, peningkatan ekspor akan meningkatkan pendapatan nasional, sedangkan peningkatan impor akan menurunkan pendapatan nasional. Oleh karena itu, maka setiap negara akan berusaha untuk meningkatkan ekspornya. Tabel 1.1. berikut memperlihatkan perkembangan ekspor dan impor nonmigas Indonesia dalam kurun waktu 2001 2010.

2 Tabel 1.1. Perkembangan Ekspor dan Impor Nonmigas Indonesia 2001 2010 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Ekspor Nilai Pertumbuhan (Juta US$) (%) 43.684,6-8,53 45.046,1 3,12 47.406,8 5,24 55.939,3 18,00 66.428,4 18,75 79.589,1 18,81 92.012,3 15,61 107.894,2 17,26 97.491,7-9,64 129.739,5 33,08 Impor Nilai Pertumbuhan (Juta US$) (%) 25.490,3-7,29 24.763,1-2,85 24.939,8 0,71 34.792,5 39,51 40.243,2 15,67 42.102,6 4,62 52.540,6 24,79 98.644,4 87,75 77.848,5-21,08 108.250,6 39,05 Sumber : BPS (berbagai tahun terbitan, diolah) Tabel 1.1. di atas menunjukkan pertumbuhan ekspor nonmigas Indonesia yang semakin meningkat, kecuali pada tahun 2009 yang tumbuh negatif sebagai imbas dari krisis finansial global sejak akhir tahun 2008. Peningkatan pertumbuhan ekspor tersebut merupakan upaya nyata pemerintah Indonesia, yang sejak pertengahan 1980-an mulai menjadikan ekspor nonmigas sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi, seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Pergeseran ini terjadi setelah pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan dan deregulasi di bidang ekspor, sehingga memungkinkan produsen untuk meningkatkan ekspor nonmigas. Kegiatan menggenjot perdagangan internasional tidak saja dilakukan oleh pemerintah pusat, tetapi juga oleh masing-masing daerah, yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Seperti halnya pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang berlangsung secara menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian masyarakat. Pencapaian hasilhasil pembangunan yang sangat dirasakan masyarakat merupakan agregat pembangunan dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yang tidak terlepas dari usaha keras

3 bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. Namun di sisi lain berbagai kendala dalam memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber modal masih dihadapi oleh penentu kebijakan di tingkat provinsi maupun di kabupaten/kota. Dari sisi permintaan, selain konsumsi dan investasi, pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara ditunjang oleh transaksi perdagangan internasional yang merupakan salah satu motor perekonomian, seperti ditunjukkan pada tabel berikut: Jenis Penggunaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Menurut Penggunaan 2001 2010 (Persen) T a h u n 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2,22-2,40 9,92 4,78 4,85 1,80 5,18 4,53 6,50-7,14 2,39-2,76 4,73-12,51 22,56 22,68 6,68 16,21 6,48 14,75 8,64 17,32 2,84 10,65 9,53 29,45 2,10 15,42 6,95 24,32 10,60 22,75 8,07 4,62-0,95 2,56 8,58 4,78 10,29 14,44 PDRB 3,98 4,56 4,81 5,74 5,48 6,18 6,90 6,39 5,07 6,37 Sumber : BPS (berbagai tahun terbitan, diolah) Sebagaimana data pada Tabel 1.2. di atas, ekspor sebagai salah satu komponen dalam struktur PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Sumatera Utara terlihat tumbuh positif, kecuali pada tahun 2009 sebagai imbas dari krisis global di akhir 2008. Selama kurun waktu 2001-2010, ekspor Sumatera Utara tumbuh rata-rata 7,14 persen per tahun, melebihi pertumbuhan rata-rata PDRB dalam kurun waktu yang sama, yakni sebesar 5,55 persen per tahun. Neraca perdagangan luar negeri Sumatera Utara dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir tetap positif, terlihat dari realisasi nilai ekspor yang selalu lebih besar dibandingkan dengan nilai impor, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.3. dan Gambar 1.1. berikut ini.

4 Tabel 1.3. Realisasi Nilai Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara 2001-2010 Tahun Ekspor (US$.000) Impor (US$.000) Neraca (US$.000) 1 2 3 4 2001 2.294.796 860.758 1.434.038 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2.891.996 2.687.877 4.239.409 4.563.075 5.523.901 7.082.899 9.261.977 6.460.117 9.147.778 Sumber : BPS (berbagai tahun terbitan) 819.298 679.811 953.359 1.178.006 1.456.987 2.109.879 3.696.065 2.724.236 3.576.248 2.072.698 2.008.066 3.286.050 3.385.069 4.066.914 4.973.020 5.565.912 3.735.881 5.571.530 Gambar 1.1. Pertumbuhan Nilai Ekspor Impor Sumatera Utara 2001-2010 (Persen) Pertumbuhan (%) 100 80 60 40 20 0-20 -40 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Ekspor(%) -5.86 26-7.06 57.7 7.63 21.1 28.2 30.8-30.3 41.6 Impor(%) 11-4.82-17 40.2 23.6 23.7 44.8 75.2-26.3 31.3 Sumber : BPS (berbagai tahun terbitan, diolah) Dari data di atas, terlihat bahwa baik ekspor maupun impor Provinsi Sumatera Utara secara umum memiliki kecenderungan yang semakin meningkat. Perdagangan ke

5 luar negeri Provinsi Sumatera Utara mengalami perkembangan yang relatif tinggi. Pada tahun 2001 nilai ekspor mencapai 2.294,80 juta US$, meningkat sekitar empat kali lipat menjadi 9.147,78 juta US$ pada tahun 2010. Selama kurun waktu tersebut, nilai ekspor pernah mengalami penurunan yang cukup besar, yaitu pada tahun 2009 menurun sekitar 30,25 persen dibandingkan tahun 2008. Hal ini terkait dengan krisis finansial global yang dampaknya dirasakan sejak pertengahan 2008. Meskipun terlihat fluktuatif, namun dalam kurun 2001-2010, pertumbuhan ekspor Sumatera Utara rata-rata positif 16,98 persen. Demikian halnya dengan impor, pada tahun 2001 bernilai 860,76 juta US$, kemudian meningkat lebih dari empat kali lipat menjadi 3.576,25 US$ pada tahun 2010. Seperti halnya dengan nilai ekspor, pertumbuhan terendah dari nilai impor juga terjadi pada tahun 2009, yaitu tumbuh 26,29 persen. Penurunan tersebut juga terkait dengan krisis finansial global yang dampaknya mulai dirasakan pada penurunan perdagangan luar negeri di akhir tahun 2008 dan puncak penurunannya pada tahun 2009. Dalam kurun waktu tersebut, terlihat bahwa neraca perdagangan tertinggi Provinsi Sumatera Utara terjadi pada tahun 2010 sedangkan terendah terjadi pada tahun 2001. Selama kurun waktu satu dasawarsa terakhir tersebut, pergerakan neraca perdagangan dapat dikelompokkan menjadi empat periode. Pertama, periode 2001-2003 neraca perdagangan cenderung stagnan. Periode kedua, yaitu sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 menunjukkan tren neraca perdagangan yang semakin meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 24,20 persen per tahun. Periode ketiga merupakan periode krisis keuangan global yang berpengaruh terhadap penurunan neraca perdagangan. Ini terjadi pada tahun 2009 di mana neraca perdagangan turun sekitar 32,88 persen. Periode keempat yaitu paska krisis global atau tahun 2010 sampai dengan sekarang di mana neraca perdagangan kembali mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.

6 Apabila ditinjau dari sisi mitra dagang, negara tujuan utama ekspor Sumatera Utara antara lain adalah India, Jepang, Cina, Amerika Serikat, Belanda, Singapura, Malaysia, Italia, Mesir, dan Ukraina. Nilai ekspor Sumatera Utara ke masing-masing negara tersebut ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 1.4. Nilai Ekspor Sumatera Utara ke Negara Tujuan Utama (000 US$) Tahun 2005-2010 Negara Tujuan Utama Ekspor T a h u n 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 7 8 Total India Jepang Cina A S Belanda Singapura Malaysia Italia Mesir Ukraina 332.677 582.077 377.795 454.186 349.460 207.383 162.836 102.334 54.823 70.791 433.554 894.044 545.975 461.230 326.089 228.967 216.475 111.663 68.964 39.610 907.379 949.637 620.430 518.761 422.717 290.047 219.498 132.992 159.031 63.828 1.540.773 1.053.721 718.975 612.452 427.877 300.892 381.426 243.897 253.475 129.660 1.087.285 623.059 527.512 516.318 249.564 317.744 262.279 174.600 210.336 168.831 1.528.616 1.038.553 811.678 661.003 435.009 363.172 316.621 210.883 210.535 250.192 5.830.284 5.141.091 3.602.365 3.223.950 2.210.716 1.708.205 1.559.135 976.369 957.164 722.912 Sumber: BPS (berbagai tahun terbitan) Dari Tabel 1.4. di atas, terlihat bahwa dalam kurun waktu enam tahun terakhir, nilai terbesar dari ekspor Provinsi Sumatera Utara tertuju kepada empat negara yaitu India, Jepang, Cina, dan Amerika Serikat. Hal ini diduga karena keempat negara tersebut memiliki jumlah populasi dan sekaligus Gross Domestic Product (GDP) yang lebih besar dibandingkan negara tujuan lainnya, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.5. berikut. Ini menunjukkan bahwa populasi dapat digunakan sebagai ukuran suatu negara, di mana negara dengan populasi lebih banyak memiliki potensi pasar yang cukup besar. Demikian halnya dengan GDP yang menunjukkan kemampuan suatu negara untuk membiayai impornya, di mana negara dengan GDP lebih besar memiliki kemampuan absorpsi yang lebih besar pula. Untuk menunjukkan daya beli masyarakat dari suatu

7 negara maka digunakan pendapatan per kapita yang merupakan hasil pembagian GDP suatu negara dengan jumlah negara tersebut. Tabel 1.5. GDP (miliar US$) dan Penduduk (juta jiwa) Negara-Negara Tujuan Utama Ekspor Provinsi Sumatera Utara 2005-2010 Negara Tujuan Utama Ekspor T a h u n 2005 2006 2007 2008 2009 2010 India Jepang Cina A S Belanda Singapura Malaysia Italia Mesir Ukraina GDP 834,2 949,1 1238,7 1224,1 1361,1 1684,3 1140 1157 1174 1190,9 1207,7 1224,6 GDP 4571,9 4356,7 4356,3 4849,2 5035,1 5488,4 127,8 127,8 127,8 127,7 127,6 127,5 GDP 2256,9 2712,9 3494,1 4521,8 4991,3 5930,5 1303,7 1311 1317,9 1324,7 1331,4 1338,3 GDP 12564 13315 13962 14219 13864 14447 295,5 298,4 301,2 304,1 306,8 309,3 GDP 638,5 677,7 782,6 870,8 793,4 774,2 16,3 16,3 16,4 16,4 16,5 16,6 GDP 123,5 139,1 168,4 167 175,9 213,2 4,3 4,4 4,6 4,8 4,9 5,1 GDP 138 156,6 186,8 222,7 192,9 237,8 26,1 26,6 27,1 27,5 27,9 28,4 GDP 1786,3 1873 2127,2 2307,3 2111,1 2043,6 58,6 58,9 59,4 59,8 60,2 60,5 GDP 89,7 107,5 130,5 162,8 189 218,9 74,2 75,6 76,9 78,3 79,7 81,1 GDP 86,1 107,8 142,7 180 117,2 136,4 47,1 46,8 46,5 46,3 46,1 45,9 Sumber: World Bank

8 Berdasarkan Tabel 1.4., pada kurun waktu 2005-2010 nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara ke negara Singapura dan Malaysia, masing-masing hanya berada pada urutan keenam dan ketujuh dari sepuluh negara tujuan utama ekspor, meskipun secara geografis Singapura dan Malaysia memiliki jarak yang lebih dekat dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Krugman (1991) mempertimbangkan, bahwa jarak dua mitra dagang menjadi determinan penting pola perdagangan secara geografis. Hal ini dikarenakan jarak akan meningkatkan biaya transportasi, sehingga secara teori ekonomi, jarak berhubungan negatif dengan ekspor. Gambar 1.2. berikut memperlihatkan nilai total ekspor Sumatera Utara dan jarak geografis dari ibu kota Provinsi Sumatera Utara ke ibu kota masing-masing negara tujuan utama ekspor. Gambar 1.2. Nilai Total Ekspor Sumatera Utara ke Negara-Negara Tujuan Utama Ekspor (2005-2010) dan Jarak Geografis Nilai ekspor Sumut (000 US$) 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 340 630 3594 4419 5527 7647 8175 9434 9955 15284 MalaysiaSingapura India Cina Jepang Mesir Ukraina Italia Belanda AS Jarak dari Sumut (km) Sumber: BPS (berbagai tahun terbitan, diolah) Bertolak dari kenyataan-kenyataan tersebut, menarik untuk meneliti pola hubungan perdagangan antara Provinsi Sumatera Utara dengan beberapa negara tujuan utama ekspornya. Salah satu pendekatan untuk memprediksi hubungan perdagangan bilateral adalah gravity model, di mana pada dasarnya pendekatan tersebut

9 mempertimbangkan pengaruh ukuran pasar dalam hal ini GDP (Gross Domestic Product) dan jarak antara dua perekonomian. Berdasarkan data pada Tabel 1.4. dan Gambar 1.2. di atas, variabel GDP dan jarak yang merupakan variabel dasar dari gravity model, tidak cukup dapat menjelaskan pola hubungan perdagangan dimaksud. Oleh karena itu menurut hemat Penulis, pengaruh dari beberapa variabel lain perlu ditambahkan dalam penelitian ini. Menurut Samuelson (1995), selain GDP, volume dan nilai ekspor dipengaruhi oleh harga relatif suatu komoditi di pasar internasional, yang berkaitan erat dengan nilai tukar mata uang. Selain beberapa variabel di atas, peningkatan ekspor Sumatera Utara kemungkinan tidak terlepas dari pertumbuhan investasi, khususnya investasi asing langsung (FDI = foreign direct investment) di Provinsi Sumatera Utara. Realisasi nilai FDI (PMA = Penanaman Modal Asing) di Sumatera Utara dalam kurun waktu enam tahun terakhir, ditunjukkan pada Tabel 1.6. berikut. Tabel 1.6. Realisasi Nilai PMA di Sumatera Utara 2005-2010 Tahun Nilai PMA (US$.000) Pertumbuhan (%) 1 2 3 2005 2006 2007 2008 2009 2010 52.669,55 54.156,31 330.250,53 255.176,02 940.296,46 290.630,83 Sumber : Sumut Dalam Angka (BPS, 2011) -47,69 2,82 509,81-22,73 268,49-69,09 Dari data di atas, terlihat bahwa pertumbuhan investasi asing langsung di Provinsi Sumatera Utara berfluktuatif, namun secara keseluruhan memiliki pertumbuhan positif rata-rata 106,935 persen. Pertumbuhan yang cukup signifikan tersebut secara tidak langsung telah meningkatkan industrialisasi yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah output yang memungkinkan terjadinya peningkatan pada

10 ekspor. Hal ini sejalan dengan penelitian Brenton and Di Mauro (1999), menyatakan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang positif antara FDI dan ekspor, yakni hubungan komplementer yang kuat. Dari uraian di atas, penelitian tentang pola perdagangan Provinsi Sumatera Utara ke negara-negara tujuan utama ekspor sangat penting dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara terhadap negara-negara mitra dagangnya. Pengetahuan akan determinan ekspor tersebut dapat digunakan untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam mengembangkan potensi perdagangan internasional Provinsi Sumatera Utara. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian sebelumnya, maka untuk mengetahui determinan ekspor Provinsi Sumatera Utara dengan pendekatan gravity model, rumusan masalah yang akan diteliti oleh Penulis adalah: 1. Bagaimanakah pengaruh produk domestik bruto (GDP) per kapita negara importir terhadap nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara? 2. Bagaimanakah pengaruh jumlah populasi negara importir terhadap nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara? 3. Bagaimanakah pengaruh jarak geografis antara Provinsi Sumatera Utara dengan negara importir terhadap nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara? 4. Bagaimanakah pengaruh nilai investasi asing langsung (FDI) di Sumatera Utara terhadap nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara? 5. Bagaimanakah pengaruh nilai tukar efektif riil terhadap nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara?

11 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah : 1. Menganalisis pengaruh produk domestik bruto (GDP) negara importir terhadap nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara. 2. Menganalisis pengaruh jumlah populasi negara importir terhadap nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara. 3. Menganalisis pengaruh jarak geografis antara Provinsi Sumatera Utara dengan negara importir terhadap nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara. 4. Menganalisis pengaruh nilai investasi asing langsung (FDI) di Sumatera Utara terhadap nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara. 5. Menganalisis pengaruh nilai tukar efektif riil terhadap nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara aspek teoritis (keilmuan) maupun secara aspek praktis (guna laksana). Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis (keilmuan): Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan untuk mengembangkan analisis pola dan faktor-faktor penentu dalam studi arus perdagangan internasional, khususnya dalam penggunaan gravity model untuk perdagangan. 2. Manfaat praktis (guna laksana): Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di jajaran Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara dalam

12 mengembangkan potensi perdagangan Sumatera Utara, untuk mendukung pembangunan perekonomian daerah.