BAB I PENDAHULUAN. tujuan strategis dari Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu mengurangi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Saat ini perikanan tangkap di Indonesia telah mengalami gejala padat tangkap

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, aktivitas mikroorganisme atau proses oksidadi lemak oleh udara

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Akuakultur merupakan sektor yang berkembang dengan pesat. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabel Capaian Kinerja Sasaran Urusan Kelautan Dan Perikanan. Tahun 2012 INDIKATOR SASARAN. Realisasi Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. usaha besar yang mengalami gulung tikar didera krisis. Pada saat yang bersamaan pula,

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN JELAWAT Business Development of Jelawat Fish Cultivation

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ikan merupakan hewan yang hidup di air yang menjadi salah satu dari sekian banyak bahan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

I. PENDAHULUAN. luas dan garis pantai yang panjang menjadi daya dukung yang sangat baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung dunia dalam memasok pangan dunia terutama dari sektor

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

ANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA

BUKU SAKU DATA PETERNAKAN DAN PERIKANAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. buatan. Diperairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang mempunyai nilai sangat strategis. Konsumsi ikan segar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar, terutama tentang jenis-jenis ikan. Menurut Khairuman & Amri

EVALUASI PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. yang cukup besar yaitu sektor perikanan. Indonesia merupakan negara maritim yang

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI

Tabel/Table Luas Areal dan Jumlah Tanaman Hutan Rakyat Forest Area and Number of Plants of Smallholder Forest

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan tangkap dan budidaya berperan penting dalam pencapaian tujuan strategis dari Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu mengurangi tingkat kelaparan, malnutrisi, dan ketidakamanan pangan. Sektor perikanan berperan dalam mengurangi kemiskinan di pedesaan dan memperkuat ketahanan pangan terhadap kemungkinan terjadinya bencana, krisis, dan perubahan iklim. Pertumbuhan produksi perikanan secara global terus diupayakan demi mengejar laju pertumbuhan populasi penduduk. Pada tahun 2012, produksi perikanan tangkap dunia sebesar 91,3 juta ton dan produksi perikanan budidaya sekitar 90 juta ton (termasuk 24 juta ton diantaranya adalah aquatic plant) seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.1. Perikanan budidaya (aquaculture) tetap menjadi sektor yang berperan penting dengan menyumbang pertumbuhan tinggi untuk memenuhi permintaan terhadap produk perikanan yang terus meningkat. Tabel 1.1. Produksi dan Pemanfaatan Perikanan Tangkap dan Budidaya Dunia 2007 2008 2009 2010 2011 2012 (Juta ton) Produksi Tangkap 90,8 90,1 90,1 89,1 93,7 91,3 Budidaya (tidak termasuk aquatic plant) 49,9 52,9 55,7 59,0 62,0 66,6 Total Perikanan Dunia 140,7 143,1 145,8 148,1 155,7 158,0 Pemanfaatan Konsumsi Manusia 117,3 120,9 123,7 128,2 131,2 136,2 Non-food Uses 23,4 22,2 22,1 19,9 24,5 21,7 Populasi (miliaran) 6,7 6,8 6,8 6,9 7,0 7,1 Sumber: Food and Agriculture Organization (FAO) 1

2 Sumbangan produksi perikanan yang digunakan untuk konsumsi langsung manusia terus meningkat dalam enam tahun terakhir yang ditunjang oleh kenaikan permintaan dari pertumbuhan penduduk dunia. Perikanan budidaya (aquaculture fisheries) di Indonesia sendiri memiliki prospek yang sangat cerah karena luas wilayah darat Indonesia seluas 1.910.931,32 km 2. Pertumbuhan ikan yang cepat dalam waktu relatif singkat memberikan nilai keuntungan yang lebih besar bagi pembudidaya ikan sekaligus masyarakat sebagai konsumen. Perairan budidaya digolongkan menjadi budidaya laut (fish breeding), tambak (brackish water pond), kolam (fresh water fishery), karamba dan jaring apung (cage fishery), serta sawah (rice fishery). Dari jenis perairan budidaya tersebut, budidaya kolam merupakan salah satu penghasil produksi terbesar. Hal tersebut dapat dilihat dari Gambar 1.1 dimana volume produksi kolam pada tahun 2014 sebesar 1.949.145 (ton) atau sebesar 13,6 % dari seluruh jenis perairan budidaya di Indonesia. 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 - Tambak Kolam Jaring Apung Karamba Sawah Produksi Ikan Menurut Jenis Kegiatan (ton) Gambar 1.1. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Kegiatan Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia 2015 Menurut statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia, Jawa Tengah memproduksi perikanan kolam sebesar 9,39% dan Yogyakarta sebesar

3 3,20% dari total keseluruhan perikanan kolam yang ada di Indonesia. Untuk Provinsi Jawa Tengah, pembudidaya ikan kolam berpusat di Kabupaten Klaten, sedangkan di Yogyakarta pembudidaya ikan kolam terbesar berada di Kabupaten Sleman. Jenis ikan kolam yang paling banyak dibudidayakan adalah ikan nila sebanyak 30,81%, ikan lele sebanyak 26,59%, ikan gurame sebanyak 19%, dan ikan bawal sebanyak 18,82% jika dibandingkan dengan jenis ikan lain di Kabupaten Sleman. Pada Gambar 1.2 menunjukkan bahwa, jenis ikan tersebut paling banyak dibudidayakan sehingga tepat digunakan sebagai obyek penelitian dan dapat memakili dari jenis ikan budidaya kolam lainnya, akan tetapi untuk jenis ikan gurame tidak digunakan sebagai obyek penelitian karena hanya terdapat beberapa petani pembesar di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Klaten yang dapat membudidayakan serta sebagian usaha telah berskala besar. Parameter kualitas budidaya pembesaran ikan gurame juga jauh berbeda dibandingkan dengan ikan nila, lele, dan bawal sehingga tidak semua orang dapat dengan mudah melakukan budidaya pembesaran ikan gurame. 10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 0 Nila Lele Gurami Bawal Grasscarp Udang Galah Karper Tawes Ikan Lainnya Produksi Ikan Menururt Jenis Ikan (Kg) Gambar 1.2. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Ikan Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY 2015

4 Usaha budidaya pembesaran ikan kolam telah ada sejak dahulu dan terus berkembang sampai sekarang, tetapi meskipun telah lama ada, sebagian besar usaha budidaya pembesaran ikan kolam seperti di Kabupaten Sleman masih bersifat sampingan atau sebagai usaha kecil yang memiliki banyak keterbatasan dalam pengolahan usaha. Grafik jumlah konsumsi ikan dan produksi ikan budidaya pada Gambar 1.3 di Yogyakarta menunjukkan bahwa jumlah konsumsi ikan penduduk lebih banyak dibandingkan dengan kemampuan produksi ikan budidaya. Untuk menutupi defisit kebutuhan ikan konsumsi, maka banyak pedagang ikan yang mengambil ikan dari luar Yogyakarta seperti di Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Boyolali. 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000-2008 2009 2010 2011 2012 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 Konsumsi Ikan (ton) Produksi Ikan (ton) Gambar 1.3. Konsumsi dan Produksi Ikan Budidaya di DIY Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY 2015 Kabupaten Sleman merupakan kabupaten dengan tingkat produksi perikanan ikan budidaya kolam tertinggi di Yogyakarta, akan tetapi jumlah produksi ikan tetap belum dapat memenuhi kebutuhan ikan konsumsi penduduk Yogyakarta. Hal tersebut menunjukkan bahwa produktivitas pada usaha budidaya pembesaran ikan kolam di Kabupaten Sleman masih rendah. Produktivitas yang

5 masih rendah mengakibatkan penggunaan sumber daya dan biaya yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan besarnya penerimaan pendapatan yang diharapkan. Penggunaan berbagai sumber daya belum dioptimalkan untuk memaksimalkan output yang diperoleh. Salah satu sumber daya yang belum dioptimalkan adalah rasio jumlah kilogram pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan berat badan 1 kilogram atau disebut juga sebagai Feed Convertion Ratio (FCR). Pada suatu usaha budidaya pembesaran ikan kolam umumnya nilai FCR dijadikan sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan baik secara teknis budidaya maupun finansial. Ditinjau dari segi teknis budidaya, nilai FCR terkait dengan parameter keberhasilan pengelolaan program pakan ikan yang secara tidak langsung juga terkait dengan pengelolaan kualitas air dan kondisi ikan. Sedangkan secara finansial nilai FCR akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh karena pakan merupakan penyumbang biaya terbesar pada suatu usaha budidaya pembesaran ikan kolam. Nilai FCR yang sama atau lebih kecil dibandingkan standar (FCR=1), menandakan terjadinya efisiensi pakan yang didukung dengan tata laksana pemeliharaan yang baik. Namun jika nilai FCR lebih besar dibandingkan standar, maka mengindikasikan terjadinya pemborosan pakan sebagai akibat tidak maksimalnya manfaat pakan terhadap pertambahan bobot badan ikan. Tabel 1.2. Nilai Feed Convertion Ratio (FCR) Jenis Ikan Nilai Feed Convertion Ratio (FCR) Kabupaten Sleman Kabupaten Klaten Bawal 1,187 - Nila 1,226 1,196 Lele 1,068 1,104 Sumber : Data Primer 2016

6 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa dengan jenis ikan yang sama dan jenis sumber daya yang sama belum tentu menghasikan output atau jumlah ikan konsumsi yang sama. Untuk menghasilkan jumlah ikan konsumsi atau output dipengaruhi oleh beberapa kondisi yang berbeda pada setiap petani pembesar dimana salah satunya adalah modal yang digunakan. Modal tersebut yang akan berpengaruh terhadap jumlah beberapa sumber daya yang digunakan oleh petani pembesar. Usaha budidaya pembesaran ikan kolam di Kabupaten Sleman dan di Kabupaten Klaten masih bersifat heterogen yaitu masih terdapat usaha budidaya pembesaran ikan kolam yang telah dan belum baik dalam penggunaan sumber daya. Usaha budidaya pembesaran ikan kolam dengan jenis ikan yang sama dan berada di daerah yang sama belum tentu keseluruhannya memiliki kondisi usaha yang baik karena setiap usaha memiliki keunggulan masing-masing dalam penggunaan sumber daya untuk menghasilkan jumlah produk ikan konsumsi yang sama. Petani pembesar sebagian besar telah puas dengan hasil yang diperoleh selama ini karena target produksi hanya bertujuan untuk mengembalikan modal pembesaran ikan dan digunakan untuk budidaya ikan selanjutnya. Sifat petani pembesar ikan kolam yang belum memperhatikan pengembangan dan peningkatan efisiensi usaha sangat disayangkan karena budidaya ikan merupakan peluang usaha yang cukup besar. Peluang ini seharusnya diimbangi dengan peningkatan kinerja usaha dalam memperoleh output yang diharapkan, sehingga peningkatan kinerja petani pembesar secara luas dapat dilakukan secara optimal. Jika usaha budidaya pembesaran ikan kolam tidak mengatasi permasalahan efisiensi secepat mungkin maka usaha akan terus merugi dalam penggunan

7 sumber daya serta akan kesulitan dalam bersaing dengan pelaku usaha lain yang telah efisien. Oleh karena itu diperlukan pengukuran tingkat efisiensi usaha budidaya pembesaran ikan kolam yang tidak hanya beracuan pada pakan yang digunakan tetapi beracuan pada beberapa sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan jumlah ikan konsumsi. Pengukuran nilai efisiensi juga harus dilakukan dengan cara membandingkan antar usaha budidaya pembesaran ikan kolam sehingga nilai yang diperoleh merupakan nilai yang lebih akurat karena telah memasukkan unsur persaingan antar usaha dimana salah satunya adalah penggunaan jumlah pakan ikan yang sama belum tentu menghasikan jumlah ikan konsumsi yang sama. Peningkatan efisiensi berpotensi untuk mengurangi berbagai pemborosan yang selama ini terjadi dalam kegiatan budidaya pembesaran ikan kolam. Peningkatan efisiensi ini dapat dilakukan dengan metode benchmarking dengan suatu pendekatan yang membandingan kinerja tiap-tiap operasi pada suatu usaha budidaya pembesaran ikan kolam dengan kinerja tiap operasi tersebut pada usaha budidaya pembesaran ikan kolam yang lain. Apabila nantinya ditemukan adanya suatu permasalahan yang terjadi di usaha budidaya pembesaran ikan kolam dan menghambat pencapaian efisiensi pada usaha di wilayah tersebut maka diharapkan dapat dilakukan perbaikan dengan mengacu pada usaha budidaya pembesaran ikan kolam yang telah efisien di wilayah yang sama dan dengan jenis ikan budidaya pembesaran yang sama. Maka dari itu pada penelitian ini dilakukan Aplikasi Data Envelopment Analysis (DEA) untuk Perhitungan Tingkat Efisiensi Kinerja Usaha Budidaya

8 Pembesaran Ikan Kolam sebagai usaha dalam peningkatan kinerja dengan melakukan benchmarking antar usaha budidaya pembesaran ikan kolam yang ada di wilayah Sleman, Yogyakarta dan Klaten, Jawa Tengah. Pada perhitungan tingkat efisiensi dalam penelitian ini digunakan sebuah tool Data Envelopment Analysis (DEA) sebagai metode untuk melakukan benchmarking dengan menganalisis dan memperbandingkan parameter kinerja yang berpengaruh terhadap tingkat efisiensi relatif antara satu usaha dengan usaha sejenis lainnya. Metode DEA juga dapat menunjukkan reference set dari usaha budidaya pembesaran ikan kolam serta mengidentifikasi variabel penyebab inefisien sehingga peningkatan kinerja usaha budidaya pembesaran ikan kolam inefisien dapat dilakukan. Dengan begitu diharapkan pada usaha budidaya pembesaran ikan kolam dapat terus berkembang dan tetap dapat mengatasi persaingan dengan baik. 1.2. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai permasalahan efisiensi kinerja pada beberapa usaha budidaya pembesaran ikan kolam yang ada di wilayah Sleman, Yogyakarta dan Klaten, Jawa Tengah. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1) Bagaimana penggunaan input pada usaha budidaya pembesaran ikan kolam di wilayah Sleman, Yogyakarta dan Klaten, Jawa Tengah sampai saat ini? 2) Bagaimana tingkat efisiensi relatif kinerja usaha budidaya pembesaran ikan kolam antara satu dengan yang lainnya dalam penggunaan sumber dayanya?

9 3) Bagaimana rekomendasi perbaikan yang dapat dilakukan oleh usaha budidaya pembesaran ikan kolam yang belum efisien dalam melakukan kegiatan produksinya? 1.3. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Penelitian ini berfokus pada pengambilan sampel usaha budidaya pembesaran ikan kolam di Sleman, Yogyakarta dan Klaten, Jawa Tengah. 2) Obyek penelitian hanya dibatasi pada usaha budidaya pembesaran ikan kolam air tawar dengan jenis ikan yaitu nila, lele dan, bawal. 3) Parameter yang digunakan dalam perhitungan efisiensi adalah parameter kuantitas dan tidak membahas mengenai parameter kualitas. 4) Variabel input dan output ditentukan berdasarkan pendapat para ahli di bidang budidaya pembesaran ikan kolam yang sekiranya berpengaruh terhadap usaha budidaya pembesaran ikan kolam. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Menentukan usaha budidaya pembesaran ikan kolam yang telah dan belum efisien dalam penggunaan sumber daya berdasarkan tingkat efisiensi relatif yang dimiliki. 2) Menentukan parameter kinerja apa saja yang menyebabkan inefisiensi pada proses usaha budidaya pembesaran ikan kolam yang belum efisien.

10 3) Memberikan rekomendasi perbaikan sebagai upaya peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan oleh usaha budidaya pembesaran ikan kolam inefisien berdasarkan hasil tersebut. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan seperti pemerintah terkait untuk pengembangan usaha budidaya pembesaran ikan kolam secara umum. 2) Menjadi bahan referensi bagi para peneliti untuk penelitian pengembangan usaha budidaya pembesaran ikan kolam selanjutnya dan maupun Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) secara umum.