BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang mempunyai nilai sangat strategis. Konsumsi ikan segar

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai sangat strategis. Konsumsi ikan segar yang telah mencapai sekitar 31,64 kg/kapita/tahun belum dapat dipenuhi dari pasokan dalam negeri sendiri, karena laju peningkatan permintaan tidak dapat diimbangi oleh pertumbuhan populasi dan peningkatan produksi(nugroho, 2014). Permintaan ikan segar merupakan suatu fenomena yang bersifat dinamis,kenyataannya bahwa tidak selamanya permintaan konsumen terhadap ikan dapat dipenuhi oleh ketersediaannya dipasaran. Menurut Nida (2011) permasalahan yang terdapat dalam rantai pasok ikan antara lain menyangkut distribusi hasil perikanan seperti panjangnya rantai distribusi, kontinyuitas produk kurang terjamin, kelangkaan produk diperiode tertentu, serta keterbatasan infrastruktur masih menjadi isu umum di pasar domestik. Perbedaan konsumsi ikan di tiap daerah ditunjukkan oleh laporan Aditya dalam Kedaulatan Rakyat (2014) yang menyebutkan bahwa konsumsi ikan di DIY pada tahun 2014 mencapai 24,3 kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi ikan ini masih dibawah standar konsumsi ikan nasional yang mencapai 36,31 kg/kap/tahun. 1

2 2 No Tabel 1.1 Konsumsi Ikan Nasional Tahun 2014 Provinsi Konsumsi Ikan (kg/kap/thn) KIDS KIDA KIMJ TKI 1 Aceh 32,90 5,14 0,29 38,33 2 Sumatera Utara 19,15 11,90 0,95 32,01 3 Sumatera Barat 27,30 6,24 1,27 34,81 4 Riau 25,67 9,61 1,50 35,78 5 Jambi 25,06 9,59 0,72 33,37 6 Sumatera Selatan 16,26 14,29 0,40 31,95 7 Bengkulu 20,59 8,62 0,71 29,33 8 Lampung 20,25 5,81 0,36 29,87 9 Babel 33,92 2,74 0,93 37,58 10 Kep. Riau 32,60 5,08 2,69 40,37 11 DKI Jakarta 24,45 2,58 2,54 30,91 12 Jawa Barat 27,76 7,49 1,40 36,45 13 Jawa Tengah 25,27 5,02 1,08 31,12 14 DI Yogyakarta 23,03 1,61 1,96 24,30 15 Jawa Timur 28,88 6,87 2,59 36,34 16 Banten 30,62 7,83 1,11 39,87 17 Bali 16,96 12,41 1,65 31,02 18 NTB 24,25 5,21 0,51 29,97 19 NTT 23,34 5,94 0,33 29,61 20 Kalimantan Barat 25,40 12,42 1,06 38,08 21 Kalimantan Tengah 25,31 9,15 0,91 35,37 22 Kalimantan Selatan 29,07 5,49 1,84 36,39 23 Kalimantan Timur 50,53 7,19 1,82 58,01 24 Sulawesi Utara 31,47 4,05 2,93 36,44 25 Sulawesi Tengah 31,12 2,18 1,22 34,52 26 Sulawesi Selatan 34,27 5,28 1,03 40,58 27 Sulawesi Tenggara 35,40 3,21 0,32 38,93 28 Gorontalo 36,57 2,32 0,61 39,50 29 Sulawesi Barat 26,95 5,98 0,22 36,15 30 Maluku 47,72 1,47 2,22 51,41 31 Maluku Utara 43,65 3,32 0,00 46,97 32 Papua 35,13 1,64 0,85 37,97 33 Papua Barat 32,81 1,79 0,47 35,07 Rata-rata Konsumsi Nasional 29,20 6,04 1,17 36,31 Sumber : Susenas, 2014 (BPS)

3 3 Keterangan KIDS= Konsumsi Ikan dan Udang Segar KIDA= Konsumsi Ikan dan Udang Asin/Awetan KIMJ = Konsumsi Ikan yang dibeli dalam bentuk olahan/matang dalam kelompok makanan/minuman jadi TKI = Total Konsumsi Ikan Rendahnya konsumsi ikan per kapita disebabkan oleh belum meratanya distribusi, suplai tidak kontinyu, jumlah produk yang berkualitas baikmasih sedikit di pasaran, serta kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat makan ikan. Menurut data Keputusan Kementrian Perikanan pada tahun 2011 menyebutkan tingkat konsumsi ikan sebesar 29,08 kg/kapita. Pada tahun 2012 meningkat menjadi 30,47 kg/kapita dan pada tahun 2013 nilai ini meningkat lagi menjadi 31,64 kg/kapita. Peningkatan konsumsi dari tahun 2012 sampai 2013 mencapai 3,81%. Adanya gerakan ini, memicu pertumbuhan konsumsi ikan di seluruh Indonesia salah satunya di DIY. Seharusnya peningkatan jumlah konsumsi ikan seharusnya diimbangi dengan peningkatan produksi ikan. Berdasarkan data Keputusan Kementrian Perikanan tahun 2011 jumlah produksi perikanan tangkap di DIY sebesar ton dan volume produksi perikanan budidaya sebesar ton. Untuk mencukupi kebutuhan konsumsi ikan, DIY memasok ikan dari daerah lain seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. MenurutWidodo (2013) hanya 30% dari total kebutuhan ikan di DIY yang dapat dipenuhioleh pemasok lokal. Sedangkan 70% sisanya disuplai dari luar daerah DIY.

4 4 Untuk menanggulangi masalah pasokan ikan segar diperlukan adanya kajian terhadap dinamika komoditas ikan segar. Dinamika ini dapat dilihat melalui rantai pasoknya yang dimulai dari nelayan sampai ketangan konsumen ikan segar. Rantai pasok merupakan sebuah sistem terintegrasi yang mengkoordinasi proses antar bisnis-bisnis yang terkait mulai dari tingkat hulu sampai ke hilir. Fungsi dari sistem rantai pasok adalah menyediakan produk pada tempat dan waktu yang tepat, serta pada kondisi yang diinginkan. Tantangan dalam mengelola rantai pasok adalah struktur yang kompleks dan ketidakpastian yang sering terjadi.kompleksitas struktur diakibatkan oleh banyaknya pihak yang terlibat dalam rantai pasok, sedangkan ketidakpastian disebabkan oleh variabilitas permintaan konsumen dan kuantitas material tersebut mengakibatkan produksi dan persediaan mengalami kelebihan atau kekurangan dari tingkat yang seharusnya, sehingga menurunkan kinerja rantai pasok sebagai ukuran pencapaian target kerja. Salah satu upaya untuk memperbaiki kinerja rantai pasok adalah dengan melakukan pengendalian persediaan pada masing-masing pelakunya. Pendekatan sistem dinamik mampu memahami sistem yang kompleks dan dinamik sehingga dapat diketahui perubahan perilaku sistem untuk membangun skenario perubahan untuk perbaikan sistem tersebut.jika dibandingkan dengan metode lain seperti pemodelan program linier, pemodelan sistem dinamik pada tahap pengembangannya tidak

5 5 hanya mengacu pada proses yang linier sehingga dilakukan proses pengulangan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Hasil yang diperoleh dengan pemodelan sistem dinamik juga lebih reliable dan real time dibandingkan dengan model statistik. Maka dari itu, analisa tingkat persediaan ikan segar dilakukan dengan pendekatan sistem dinamik. Diharapkan melalui pendekatan ini mampu memberikan gambaran bagi proses perencanaan dan peningkatan kinerja terkait pengendalian terhadap keseimbangan permintaan dan pasokan ikan di D.I Yogyakarta Perumusan Masalah Yogyakarta merupakan provinsi yang tingkat konsumsi ikannya masih rendah dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Namun, tingkat konsumsi ikan di DIY mempunyai kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan konsumsi ikan tidak diimbangi dengan jumlah produksi ikan, menurut Widodo (2013) hanya 30% dari total kebutuhan ikan di DIY yang dapat dipenuhi oleh pemasok lokal, sisanya 70% disupplai dari luar DIY.Permasalahan lain yang terdapat dalam rantai pasok ikan antara lain menyangkut distribusi hasil perikanan seperti panjangnya rantai distribusi, kontinyuitas produk yang kurang terjamin, kelangkaan produk di periode tertentu, serta keterbatasan infrastruktur pendukung pemasaran masihmenjadi isu umum di pasar domestik. Fluktuatifnya permintaan ikan segar dari masyarakat Jogja sendiri membuat permintaan tidak dapat dipenuhi karena kurangnya pasokan ikan

6 6 segar. Persediaan yang terbatas tersebut juga berimbas pada harga jual masing-masing jenis ikan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan studi terhadap sistem rantai pasok ikan segar di DIY dengan pendekatan simulasi sistem dinamis. Studi dilakukan dengan mempresentasikan sistem nyata rantai pasok ke dalam sebuah model untuk melihat perilakunya dengan fokus ketingkat persediaan sebagai parameter kinerja rantai pasok. Kemudian dilakukan simulasi untuk melihat perubahan perilakunya dengan membangkitkan beberapa skenario, agar kinerja dari sistem rantai pasoknya dapat ditingkatkan Batasan Masalah Batasan masalah diperlukan dalam penelitian agar hasil penelitian menjadi lebih fokus. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Komoditas yang dikaji adalah ikan segaryang diditribusikan melalui sistem rantai pasok di D.I Yogyakarta. 2. Pelaku rantai pasok yang diteliti hanya pelaku logistik seperti pembudidaya ikan, nelayan, pengepul, pedagang dan konsumen sedangkan penyedia jasa logistik tidak diteliti. 3. Analisa disini meliputi jumlah pasokan dan permintaan ikan segar di D.I Yogyakarta. 4. Kerusakan ikan yang dibahas diasumsikan sebesar 3% dari total ketersediaan ikan yang ada.

7 7 5. Komoditas ikan yang ditelti disini hanya sebatas ikan yang paling banyak dikonsumsi di DIY seperti cakalang, tuna, lele, nila, gurame, bandeng, dan bawal Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi pelaku pada sistem rantai pasok ikan segar di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Mengidentifikasi ketersediaan ikan di Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap ketersediaan ikan dengan menggunakan regresi linier Y = a + bx 4. Usulan perbaikan tingkat persediaan ikan segar di D.I Yogyakarta Manfaat Penelitian 1. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam rantai pasok ikan segar. 2. Memperluas kajian penelitian dalam Supply Chain Management bagi masyarakat luas, pelaku pasar, dan pelaku rantai pasok bahan pertanian pada umumnya. 3. Memberikan pertimbangan terkait alternatif kebijakan untuk mendukung ketersediaan dan permintaan ikan segar di D.I Yogyakarta.