I. PENDAHULUAN. batubara, baik penambangan batubara maupun pengelolaan hasil batubara.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 Daftar Emiten Sub Sektor Batubara. No Kode Nama Emiten. 1 ADRO Adaro Energy Tbk. 2 ARII Atlas Resources Tbk

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam akan dapat menumbuhkan terbukanya perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penjelasan yang sudah dilakukan pada bab-bab sebelumnya bahwa

Tabel Sampel Perusahaan Pertambangan. No Kode Nama Emiten No Kode Nama Emiten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Undang Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995). Menurut Tandelilin (2010:2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Berbagai cara yang digunakan untuk melakukan kegiatan investasi

Lampiran 1 Data Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun No Kode Saham

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal, dan dengan hal tersebut perusahaan dapat mempertahankan. berguna bagi perusahaan di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Obyek Studi

BAB I PENDAHULUAN. pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar dalam BEI sektor pertambangan. Sedangkan periode pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung (German, Sidney, dan Raymond, 1985) dalam Hadi (2013) dan jika

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor pertambangan yang

BAB III. Metode Penelitian. sampel pada penelitian ini sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2014:2) metode penelitian adalah :

METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan batubara yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada zaman modern ini, perusahaan berkompetisi untuk memperluas jangkauan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi yang akan membantu semua pengguna untuk mengetahui kondisi. baik oleh pihak eksternal maupun pihak internal.

BAB III METODE PENELITIAN. Equity Ratio (DER), Return to Equity (ROE), Earning per Share (EPS), dan Price

ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ( )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejak tahun 2005 sampai saat ini (tahun 2016) merupakan salah satu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Pertambangan Periode

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2017:2) definisi metode penelitian adalah: Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pun akan menghasilkan laba yang kurang baik juga. panjang dinilai akan menggeser pusat ekonomi dunia ke Asia yang akan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka diperoleh kesimpulan sebagai. a. Working Capital To Total Assets (X 1 )

BAB I PENDAHULUAN. Perlu adanya pertumbuhan industri untuk bisa mencapai suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kondisi tingkat inflasi saat ini yang sering berubah-ubah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendanai operasional perusahan maupun untuk membiayai investasi jangka UKDW

Lampiran 1 : Daftar Item Pengungkapan Lingkungan ENVIRONMENTAL DISCLOSURE (PENGUNGKAPAN LINGKUNGAN)

Daftar Nama Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak pilihan bagi seorang investor yang mempunyai kelebihan dana dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dilakukan seperti penetapan strategi, ide-ide baru, kepercayaan

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGATAR ABSTRAKSI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. A.

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Diserahkan: 15 Juli 2017, Direvisis: 11 Agustus 2017 Diterima: 9 September 2017

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) semakin banyak di bahas

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin ketatnya persaingan negara-negara di dunia berlombalomba

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah rumit dalam rangka mencapai tujuan yang optimal. Proses

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. Penelitian ini mengungkapkan pengungkapan perusahaan atas corporate social

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dipakai oleh perusahaan-perusahaan di negara lain.

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) dari

BAB I PENDAHULUAN. pesat dari periode ke periode, hal tersebut terbukti dengan meningkatnya jumlah saham

2015 PENGARUH PROFITABILITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dewi Ambarwati 1),Kun Ismawati 2) 1) Mahasiswa Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi UNSA 2) Dosen Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi UNSA ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia periode tahun 2012 sampai dengan tahun Pengambilan sampel data dilakukan secara online melalui situs online

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi nasional. Dalam beberapa tahun terakhir sektor industri ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dengan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. batubara yang terdaftar di BEI periode Berikut ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Mining and Mining Service di Bursa efek Indonesia (BEI)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perkembangan yang sangat signifikan. Bahkan pernah dikatakan bahwa

Lampiran 1 Populasi, Kriteria Perusahaan, dan Sampel

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and

BAB I PE DAHULUA. Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 telah menghancurkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, karena yang

TINJAUAN PUSTAKA. suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Perusahaan makanan dan minuman merupakan salah satu kategori sektor industri

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan dunia usaha yang semakin cepat dewasa ini membuat

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. harta ataupun modal baik pada aset riil maupun aset finansial pada suatu unit

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penjelasan yang sudah dilakukan pada bab-bab sebelumnya bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan pertambangan batubara merupakan perusahaan yang menghasilkan batubara, baik penambangan batubara maupun pengelolaan hasil batubara. Batubara sebagai salah satu sumber energi yang melimpah di Indonesia, memberikan kontribusi yang cukup besar untuk kemajuan perekonomian di tanah air. Potensi inilah yang membuat perusahaan pertambangan batubara banyak berdiri di Indonesia. Karakteristik industri pertambangan batubara terdiri dari beberapa hal seperti, perusahaan pertambangan padat modal, artinya sangat memerlukan modal yang besar untuk keperluan perusahaan tambang tersebut, misalnya alat berat, transportasi, gaji karyawan. Penambangan batubara juga sangat tergantung pada keadaan geologi daerah dan keadaan lapisan batubara. Ciri pokok lain yang juga mencerminkan perusahaan pertambangan yaitu, biasanya perusahaan pertambangan terletak jauh dari kota karena lokasi penambangan biasanya berada di daerah yang terpencil. Selanjutnya, industri pertambangan memiliki risiko yang besar seperti dalam sebuah eksplorasi penambangan tidak menemukan bahan galiannya maka pemilik perusahaan

2 tersebut harus menerima kerugian yang tidak bisa dibilang sedikit, selain itu resiko pencemaran lingkungan yang tidak bisa dianggap remeh karena pada dasarnya lingkungan bekas tambang tidak bisa dikembalikan lagi seperti awal sebelum adanya kegiatan penambangan. Terdapat 22 perusahaan tambang batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang akan dijelaskan sebagai berikut: Tabel 1. Daftar Perusahaan Pertambangan Batubara yang Tercatat di BEI Tahun 2010-2014 No Kode Nama Emiten Tanggal IPO 1 ADRO Adaro Energy Tbk. 16 Juli 2008 2 ARII Atlas Resources Tbk. 8 November 2011 3 ATPK ATPK Resources Tbk. 17 April 2002 4 BORN Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk. 26 November 2010 5 BRAU Berau Coal Energy Tbk. 19 Agustus 2010 6 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk. 8 November 2012 7 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk. 30 Juli 1990 8 BYAN Bayan Resources Tbk. 12 Agustus 2008 9 DEWA Darma Henwa Tbk. 26 September 2007 10 DOID Delta Dunia Makmur Tbk. 15 Juni 2001 11 GEMS Golden Energy Mines Tbk. 17 November 2011 12 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk. 9 Juli 2009 13 HRUM Harum Energy Tbk. 6 Oktober 2010 14 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk. 18 Desember 2007 15 KKGI Resource alam Indonesia Tbk. 1 Juli 1991 16 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk. 10 Juli 2014 17 MYOH Samindo Resources Tbk. 27 Juli 2000 18 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk. 11 Juli 2007 19 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. 23 Desember 2002 20 PTRO Petrosea Tbk. 21 Mei 1990 21 SMMT Golden Eagle Energy Tbk. 29 Februari 2000 22 TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk. 6 Juli 2012 Sumber: www.idx.co.id Tabel 1. menunjukkan terdapat 22 perusahaan pertambangan batubara yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak Tahun 1990 hingga Tahun 2014. Namun setelah diteliti hanya ada 18 perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap dari Tahun 2010-2014. Jika dilihat dari jumlah perusahaan batubara yang terdaftar di BEI, jumlah ini sudah tergolong banyak

3 apalagi bila ditambahkan dengan perusahaan yang belum tercatat di BEI. Banyaknya perusahaan ini disebabkan oleh hasil tambang batubara yang melimpah di tanah air kita, selain itu biaya untuk menambang batubara sangatlah besar. Karena itulah perusahaan ini butuh pendanaan eksternal berupa pengungkit keuangan. Perusahan sering menggunakan modal pinjaman, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dalam istilah keuangan disebut dengan pengungkit. Pengungkit keuangan merupakan dana yang berasal dari luar perusahaan yang bisa digunakan untuk meningkatkan keuntungan yang diharapkan bagi perusahaan. Pengungkit (leverage) sendiri terbagi menjadi 2 (dua), yakni pengungkit operasional (operating leverage) dan pengungkit finansial (financial leverage). Watson dan Head (2010) dalam Gatsi, dkk (2013) mengatakan bahwa degree of operating leverage menjelaskan tentang sejauh mana perusahaan menggunakan biaya tetap untuk memaksimalkan keuntungan. Artinya, ketika degree of operating leverage meningkat secara terus-menerus, ada kemungkinan peningkatan proporsi yang sama dalam biaya operasional tetap dari perusahaan yang memiliki kecenderungan penurunan EBIT perusahaan dalam jangka panjang. Pengungkit operasional (operating leverage) dapat diartikan sebagai penggunaan aset yang menimbulkan biaya tetap operasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan yang bisa menutup biaya tetap dan biaya variabel. Biaya operasi tetap dikeluarkan agar volume penjualan dapat menghasilkan penerimaan yang lebih besar daripada seluruh biaya operasi tetap dan variabel.

4 Tabel 2. Data Hasil Perhitungan Degree of Operating Leverage Pada Perusahaan Pertambangan Batubara yang Terdaftar di BEI Tahun 2014 No Kode Emiten DOL No Kode Emiten DOL 1 ADRO -6,00 11 HRUM 2,05 2 ARII -1,35 12 ITMG 1,04 3 ATPK 6,34 13 KKGI 1,66 4 BRAU 5,51 14 MYOH 2,46 5 BRMS 3,38 15 PKPK 0,03 6 BYAN -7,05 16 PTBA 0,36 7 DEWA -20,28 17 PTRO 6,02 8 DOID -1,94 18 SMMT 0,55 9 GEMS -2,82 10 GTBO 2,40 Rata-Rata -0,42 Sumber: www.idx.co.id, data diolah Tabel 2. menggambarkan perhitungan degree of operating leverage pada tahun 2014 pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil perhitungan pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa DOL pada perusahaan pertambangan sangat berfluktuatif, ada perusahaan yang memiliki DOL yang sangat tinggi bahkan ada juga yang memiliki DOL negatif. Perhitungan DOL yang nol atau bahkan negatif artinya setiap perubahan (naik/turun) 1% dari penjualan akan mengakibatkan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang diterima nol atau negatif. Artinya pengungkit operasional tidak membantu perusahaan mengoptimalkan biaya tetap operasionalnya namun justru merugikan bagi perusahaan. Pengungkit finansial (financial leverage) mengambil alih apa yang dilupakan oleh pengungkit operasional (operating leverage), yaitu makin memperbesar dampak tingkat penjualan terhadap laba per saham (EPS). Karena itulah operating leverage sering disebut dengan pengungkit (leverage) tingkat pertama dan financial leverage sebagai pengungkit tingkat kedua. Pengungkit finansial didefinisikan sebagai rasio persentase perubahan laba bersih yang tersedia untuk

5 pemegang saham dengan persentase perubahan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) (Weston dan Copeland, 1991). Pengungkit finansial (financial leverage) berasal dari pembayaran bunga untuk utang yang digunakan perusahaan biasanya disebut dengan beban tetap keuangan. Pembicaraan financial leverage berkaitan dengan struktur modal perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beban tetap (bunga) yang tinggi berarti menggunakan utang yang tinggi, yang berarti degree of financial leverage perusahaan juga tinggi. Degree of financial leverage mempunyai dampak terhadap earning per share. Untuk perusahaan yang memiliki DFL yang tinggi, perubahan EBIT akan menyebabkan perubahan EPS yang tinggi pula. Seperti halnya degree of operating leverage. Degree of financial leverage seperti pisau bermata dua: jika EBIT meningkat, EPS akan meningkat secara signifikan, sebaliknya, jika EBIT turun, EPS juga akan turun secara signifikan (Hanafi, 2011). DFL bisa diartikan sebagai efek perubahan EBIT terhadap pendapatan (profit). Modal kerja adalah investasi perusahaan jangka pendek yang terdiri dari berbagai komponen aktiva lancar seperti kas, surat berharga, piutang dan persediaan (Putra, 2012) dalam Sufiana dan Purwanti (2012). Perusahaan harus mengelola modal kerja dengan baik karena menyangkut operasional perusahaan. Jika perusahaan kelebihan modal kerja akan menyebabkan dana yang menganggur, sehingga dapat memperkecil profitabilitas. Apabila kekurangan modal kerjanya, maka akan menghambat kegiatan operasional perusahaan (Sufiana dan Purwanti, 2012).

6 Noor dan Lestari (2012) menyatakan bahwa pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup utang lancar sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan. Modal kerja yang berlebihan dapat menyebabkan banyak dana yang tidak dimanfaatkan dengan baik yang mengakibatkan kegiatan operasional perusahaan tidak efisien sehingga akan mengurangi atau memperkecil kemungkinan perusahaan mendapatkan laba maksimal (Laraswati, 2015). Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan yang dimiliki oleh perusahaan berputar dalam satu periode. Perputaran persediaan yang lambat menunjukkan lamanya persediaan tersimpan di perusahaan, sehingga hal ini dapat memperbesar biaya persediaan, dan akan mempengaruhi laba perusahaan (Fitri, 2013). Persediaan barang (inventory) merupakan salah satu elemen utama dari modal kerja berupa aktiva yang juga selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus-menerus mengalami perubahan. Tujuan penilaian tingkat perputaran persediaan adalah untuk mengetahui apakah terdapat persediaan barang yang terlalu banyak atau tidak. Adanya kelebihan persediaan menyebabkan kerugian bagi perusahaan karena kualitas persediaan akan menurun seiring dengan lamanya masa penyimpanan, selain itu akan ada biaya simpan tambahan yang akan menurunkan keuntungan bagi perusahaan.

7 Komponen modal kerja lain yang tak kalah jauh penting adalah piutang. Piutang perusahaan timbul karena adanya penjualan kredit, semakin besar penjualan kredit maka semakin besar pula investasi suatu perusahaan tersebut dalam piutang dan akibatnya risiko atau biaya yang dikeluarkan akan semakin besar pula (Santoso dan Nur, 2008) dalam (Sufiana dan Purwanti, 2012). Agar modal kerja yang diinvestasikan dalam sektor piutang dapat diperkecil, perusahaan perlu memberikan potongan harga. Kebijakan ini dilakukan selain bertujuan untuk menarik debitur untuk segera membayar utangnya, juga untuk memperkecil kemungkinan risiko utang yang tidak tertagih (macet) (Kasmir, 2014). Putri H, dkk (2015) menyatakan bahwa likuiditas sebagai alat pengukur seberapa besar kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kebutuhan kas untuk membayar kewajiban jangka pendek maupun untuk membiayai operasional sehari-hari sebagai modal kerja. Likuiditas mempunyai hubungan yang erat dengan profitabilitas, karena likuiditas menunjukkan tingkat ketersediaan modal kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan operasional. Tingkat likuiditas perlu diperhatikan untuk mempertahankan dan mengembangkan perusahaan dalam menjalankan perusahaannya. Pengelolaan modal kerja yang efisien di dalam perusahaan dihadapkan pada pertukaran antara faktor likuiditas dan profitabilitas, jika perusahaan memutuskan untuk menginvestasikan modal kerja dalam jumlah yang besar, likuiditas akan terjamin. Namun, kesempatan memperoleh laba yang besar akan menurun pula dan berdampak juga pada penurunan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Jadi, profitabilitas berbanding terbalik dengan likuiditas, makin baik likuiditas perusahaan, makin baik juga posisi perusahaan di mata investor.

8 Current ratio merupakan salah satu rasio likuiditas yang memberikan indikasi penting mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang harus segera dipenuhi dengan menggunakan aktiva lancar, yang dihitung dengan membandingkan aktiva lancar dengan utang lancar. Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu membayar kewajiban jangka pendeknya maka perusahaan tersebut tergolong liquid, dan apabila perusahaan tidak mampu membayar kewajiban jangka pendeknya maka perusahaan dalam keadaan illiquid (Kasmir, 2014). Tabel 3. Data Aktiva Lancar dan Utang Lancar Pada Perusahaan Pertambangan Batubara yang Terdaftar di BEI Tahun 2014 (dalam ribuan dolar AS) No Kode Emiten Aktiva Lancar Utang Lancar No Kode Emiten Aktiva Lancar Utang Lancar 1 ADRO 1.271.632 774.595 11 HRUM 280.935 78.548 2 ARII 48.490 147.597 12 ITMG 569.553 364.170 3 ATPK 55.924 17.399 13 KKGI 39728 23.566 4 BRAU 866.649 1.287.872 14 MYOH 82.100 44.092 5 BRMS 2.346.892 6.798.673 15 PKPK 15.047 12.535 6 BYAN. 323.240 518.794 16 PTBA 596.206 287.309 7 DEWA 160.791 114.626 17 PTRO 176.832 107.514 8 DOID 301.906 127.104 18 SMMT 12.915 10.704 9 GEMS 141.302 64.054 10 GTBO 11.705 5.825 Rata-Rata 405.658 599.165 Sumber: www.idx.co.id, data diolah Tabel 3. menyajikan data aktiva lancar dan utang lancar. Pada Tahun 2014 aktiva tertinggi dicapai oleh PT Bumi Resources Energy Tbk sebesar US$2.346.892.000 namun utang tertinggi juga dicapai oleh perusahaan yang sama yaitu PT Bumi Resources Energy Tbk. sebesar US$ 6.798.673.000. Perusahaan yang memiliki aktiva terendah yaitu PT Garda Tujuh Buana Tbk sebesar US$ 11.705.000 dan perusahaan yang memiliki utang terendah dicapai oleh perusahaan yang sama yaitu PT Garda Tujuh Buana Tbk. sebesar US$ 5.825.000 dapat dilihat pula dari

9 tabel bahwa terdapat beberapa perusahaan yang memiliki aktiva lancar yang tinggi namun juga memiliki utang lancar yang lebih tinggi pula seperti pada PT Bumi Resources Energy Tbk. perusahaan ini memiliki aktiva tertinggi selama Tahun 2014 diantara perusahaan pertambangan batubara lainnya, namun juga memiliki utang yang tertinggi, artinya perusahaan ini belum mampu membiayai kewajiban jangka pendeknya. Laba atau profit menjadi salah satu tujuan utama semua perusahaan, baik itu perusahaan dagang, perusahaan pertambangan, jasa maupun perusahaan manufaktur. Ambarwati, dkk (2015) menyatakan, setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan tersebut akan lebih terjamin. Tanpa diperolehnya laba, perusahaan tidak dapat memenuhi tujuannya yaitu berkembang (growth), bertahan hidup (going concern), tanggung jawab sosial (corporate social responsibility). Laba yang menjadi tujuan utama perusahaan dapat dicapai dengan menjual barang dan jasa. Semakin besar penjualan barang dan jasa, maka laba yang dihasilkan perusahaan juga akan semakin besar. Kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dipengaruhi oleh banyak hal antara lain profitabilitas perusahaan itu sendiri. Berikut ini akan disajikan laba bersih perusahaan sektor pertambangan batubara yang terdaftar di BEI:

10 Tabel 4. Data Laba Bersih Pada Perusahaan Pertambangan Batubara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2014 (dalam ribuan dolar AS) No Kode Emiten Laba Bersih No Kode Emiten Laba Bersih 1 ADRO 150.523 11 HRUM 3.889 2 ARII -24.621 12 ITMG 200.218 3 ATPK 4.256 13 KKGI 8.002 4 BRAU -84.900 14 MYOH 22.392 5 BRMS -465.905 15 PKPK -2.285 6 BYAN. -189.619 16 PTBA 170.712 7 DEWA 299 17 PTRO 2.251 8 DOID 22.601 18 SMMT -282 9 GEMS 11.144 10 GTBO -4.610 Rata-rata -9.774 Sumber: www.idx.co.id, data diolah Tabel 4. menyajikan data laba bersih Tahun 2014 pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa laba bersih tertinggi dicapai oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk.. sebesar US$ 200.218.000 dan perusahaan yang tidak memperoleh laba dan cenderung merugi ada pada PT Bumi Resources Energy Tbk. sebesar US$ -465.905.000 dan ratarata laba bersih untuk industri pertambangan batubara pada Tahun 2014 adalah sebesar US$ -6.063.000 artinya secara umum banyak diantara perusahaan pertambangan batubara ini mengalami kerugian selama Tahun 2014. Gambar 1. Aktiva Lancar, Utang Lancar dan Laba Bersih Tahun 2014 Perusahaan Pertambangan Batubara yang Terdaftar Di BEI.

11 Gambar 1. menyajikan grafik aktiva lancar, utang lancar serta laba bersih perusahaan pertambangan selama Tahun 2014. Terlihat dari grafik bahwa proporsi utang lancar pada beberapa perusahaan lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancarnya. Besarnya aktiva lancar ataupun utang lancarpun ternyata belum mampu membuat peningkatan laba bersih atau justru menurunkan laba bersih hingga nilainya menjadi minus. Fenomena inilah yang menarik bagi penulis untuk menelitinya. Penelitian ini menganalisis pengaruh pengungkit keuangan, likuiditas, dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas yang dilakukan dengan mengukur operating leverage (DOL), financial leverage (DFL), current ratio, inventory turnover (INTO), dan receivable turnover (ARTO) serta return on asset (ROA) secara lebih mendalam pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI. Karena sektor pertambangan merupakan sumber pendapatan yang paling besar bagi Indonesia. Kondisi ekonomi pertambangan mampu berdampak positif atau negatif bagi stabilitas ekonomi Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini variabel pengungkit keuangan akan diwakili oleh pengungkit operasional (operating leverage) dan pengungkit finansial (financial leverage), variabel likuiditas diproksikan melalui rasio lancar (current ratio) dan perputaran modal kerja diwakili oleh perputaran persediaan (inventory turnover) dan perputaran piutang (receivable turnover) sebagai variabel-variabel bebas yang berpengaruh terhadap profitabilitas, dimana profitabilitas diproksikan melalui return on asset (ROA). Berdasarkan gambaran tersebut, Peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian

12 ANALISIS PENGARUH PENGUNGKIT KEUANGAN, LIKUIDITAS DAN PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian ini, yaitu; 1. Bagaimana perkembangan pengungkit operasional, pengungkit finansial, likuiditas, perputaran persediaan, perputaran piutang, dan profitabilitas perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014. 2. Apakah pengungkit operasional, pengungkit finansial, likuiditas, perputaran persediaan dan perputaran piutang secara parsial dan bersamasama berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

13 1. Untuk mengetahui perkembangan pengungkit operasional, pengungkit finansial, likuiditas, perputaran persediaan, perputaran piutang dan profitabilitas perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengungkit operasional, pengungkit finansial, likuiditas, perputaran persediaan, perputaran piutang secara parsial dan bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan kontribusi sebagai berikut: 1. Bagi Mahasiswa Penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai manajemen keuangan khususnya profitabilitas dan sebagai bahan referensi dalam pengembangan pengetahuan. 2. Bagi Peneliti Meningkatkan pemahaman dan pengenalan terhadap permasalahan mengenai pengungkit operasional, pengungkit finansial, likuiditas, perputaran persediaan, perputaran piutang serta bagaimana pengaruhnya terhadap profitabilitas perusahaan, sehingga peneliti bisa

14 menerapkan teori yang selama ini diperoleh selama masa perkuliahan dan bisa menerapkan dengan baik ketika telah memasuki dunia kerja. 3. Bagi Investor Sebagai alat bantu pengambil keputusan bagi investor dalam menilai suatu perusahaan yang tercermin melalui labanya dan bisa menjadi pertimbangan untuk melakukan investasi. 1.5 Kerangka Pemikiran Profitabilitas adalah salah satu rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan memperoleh laba melalui penjualan. Profitabilitas dapat diukur melalui berbagai rasio salah satunya ROA. Dengan mengetahui ROA, akan dapat terlihat apakah perusahaan mampu mengelola aktivanya secara efisien dalam kegiatan operasionalnya. Oleh karena itu peneliti memilih proksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA) sebagai variabel dependen karena ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Pengungkit operasional (operating leverage) diartikan sebagai rasio yang mengukur besarnya beban tetap operasional yang digunakan perusahaan untuk mengubah volume penjualan yang menghasilkan laba ataupun rugi yang diterima perusahaan. Ketika perusahaan dapat memanfaatkan leverage ini dengan baik maka tujuan penggunaannya akan tercapai, dan apabila tidak tercapai maka akan meningkatkan resiko bagi perusahaan itu sendiri.

15 Pengungkit finansial (financial leverage) diartikan sebagai rasio yang mengukur besarnya kemampuan perusahaan untuk menggunakan beban tetap keuangan yang berhubungan dengan bunga dari utang yang dimiliki perusahaan untuk memperbesar pengaruh perubahan EBIT pada EPS dan keuntungan. DFL digunakan untuk mengukur berapa banyak penggunaan utang untuk pembiayaan perusahaan yang mempunyai dampak terhadap laba yang diterima perusahaan. Likuiditas, berkaitan dengan kualitas modal kerja, yang mana rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Apabila perusahaan memiliki jumlah aktiva yang lebih besar daripada jumlah kewajibannya hal ini dapat menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan bagi investor agar mau berinvestasi pada perusahaan tersebut. Rasio ini bisa diukur melalui beberapa cara, salah satunya melalui current ratio. Penelitian ini diproksikan oleh current ratio karena profitabilitas bisa dilihat dengan cara mengukur perbandingan antara aktiva lancar dan utang lancar. Persediaan merupakan salah satu elemen penting dalam perusahaan. Apabila persediaan dalam suatu perusahaan terlalu besar hal ini juga tidak berdampak baik bagi perusahaan karena hal ini bisa memperbesar biaya penyimpanan, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan dan turunnya kualitas produk hingga akhirnya menurunkan laba yang didapatkan perusahaan. Apabila penawaran dan permintaan yang tinggi akan produk pada suatu perusahaan akan meningkatkan produksi pada perusahaan tersebut dan membuat perputaran persediaan akan semakin tinggi, persediaan pun akan terus berganti. Hal inilah yang akan berdampak pada meningkatnya laba perusahaan. Oleh karena itu,

16 peneliti menggunakan proksi Inventory Turnover (INTO) karena persediaan merupakan elemen utama yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Komponen modal kerja lain yang frekuensi aktivitasnya dapat diukur selain persediaan yaitu piutang, piutang timbul ketika perusahaan menjual barang dan jasa secara kredit. Semakin tinggi perputaran piutang dalam perusahaan menandakan semakin lancar aliran kas yang masuk dalam perusahaan yang berasal dari penjualan kredit. Artinya pemenuhan kewajiban debitur juga tinggi, hal ini berdampak pada meningkatnya laba yang diterima pada perusahaan tersebut. Oleh karena itu peneliti memilih perputaran piutang karena perputaran piutang dan perputaran persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang terusmenerus mengalami perputaran. Pengelolaan perputaran persediaan dan perputaran piutang yang efektif dan efisien dalam perusahaan memegang peranan penting dalam perusahaan sehingga modal yang dibutuhkan semakin kecil dan perusahaan bisa mendapatkan tingkat profitabilitas yang tinggi (Naibaho dan Sri, 2013). Berdasarkan latar belakang dan pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut.

17 PENGUNGKIT OPERASIONAL (X1) PENGUNGKIT FINANSIAL (X2) LIKUIDITAS (X3) PROFITABILITAS (Y) PERPUTARAN PERSEDIAAN (X4) PERPUTARAN PIUTANG (X5) Gambar 2. Kerangka Pemikiran 1.6 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis berasal dari kata hipo yang berarti ragu dan tesis yang berarti benar. Jadi hipotesis adalah kebenaran yang masih diragukan. Hipotesis termasuk salah satu proposisi disamping proposisi-proposisi lainnya. Oleh karena itu, hipotesis merupakan hasil pemikiran rasional yang dilandasi oleh teori, dalil, hukum dan sebagainya yang sudah ada sebelumnya.

18 Hipotesis dapat juga berupa pernyataan yang menggambarkan atau memprediksi hubungan-hubungan tertentu di antara dua variabel atau lebih, yang kebenaran hubungan tersebut tunduk pada peluang untuk menyimpang dari kebenaran (Sanusi, 2014). Hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan cara menguji ketepatan perkiraan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel dependen dan variabel independen, yakni sebagai berikut: H1 : Pengungkit operasional berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan tambang batubara yang terdaftar di BEI Tahun 2010-2014. H2 : Pengungkit finansial berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan tambang batubara yang terdaftar terdaftar di BEI Tahun 2010-2014. H3 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan tambang batubara yang terdaftar di BEI Tahun 2010-2014. H4 : Perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan tambang batubara yang terdaftar di BEI Tahun 2010-2014. H5: Perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan tambang batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014.