BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan tenaga kerja yang ulet dan terampil sehingga dicapailah performa

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang penting dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting. Menurut Mangkunegara (2005:67) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal, selain kualitas SDM, sistem dalam organisasi, prosedur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi ataupun perusahaan tidak akan dapat bertahan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dinamika kerja di lingkungan industri dan organisasi akhir-akhir ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting disamping sumber-sumber daya lain yang dimiliki

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kebutuhan yang cukup penting. Hal ini menjadikan industri jual beli

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara job..., Putriani Pradipta Utami Setiawan, FISIP Universitas UI, 2010 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. siap terhadap perubahan tersebut. Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Cascio (2003) mengungkapkan OCB sebagai perilaku kebijaksanaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada karyawan PT. Perdana Perkasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda dunia mengharuskan perusahaan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Oleh karena itu sumber daya manusia harus diperhatikan, dijaga dan

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri, Sebagaimana diketahui sebuah organisasi atau perusahaan,

telekomunikasi dan informasi kepada masyarakat luas sampai kepelosok daerah di seluruh Indonesia. PT Telkom memiliki 25,011 orang karyawan per

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan menghadapi masalah dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan sumberdaya manusia yang berkualitas saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

2 nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lain. Sumber daya manusia merupakan aset yang p

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dengan bermunculannya sekolah-sekolah baru

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. JUDUL i. LEMBAR PENGESAHAN ii. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR iv. DAFTAR ISI... v. 1.1 Latar Belakang Masalah. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi yang berhasil mewujudkan perubahan memiliki ciri-ciri mampu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB I PENDAHULUAN. habisnya. Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aspek penting yang menentukan keefektifan suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau Badan) oleh negara atau institusi yang fungsinya setara dengan negara

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian OCB dan DOCB

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel Tergantung : Organizational Citizenship Behavior. B. Definisi Operasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang baik (SDM), berkualitas dan potensial merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. diperlukan, maka individu dalam organisasi memerlukan perilaku untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Salah satu yang mendukung perkembangan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pemerintahan Belanda, Kota Bandung telah dirancang untuk menjadi kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior (OCB) organisasi (Bateman & Organ, 1983).Organ et al. (2006), mendefinisikan

BAB I PEND AHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1. SKALA SAAT UJI COBA 2. ANALISA HASIL VALIDITAS AIKEN S V 3. RELIABILITAS SKALA SAAT UJI COBA 4. SKALA SAAT PENELITIAN 5.

HAKEKAT RELEGIUSITAS Oleh Drs.H.Ahmad Thontowi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya akan berelasi dengan orang lain pun akan meningkat. Individu akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kondisi responden perlu diperhatikan sebagai informasi tambahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang yang ada disekitarnya. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik dalam literatur manajemen karena dapat mempengaruhi efektifitas

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Huang et al. (2012) mengemukakan tiga kategori perilaku pekerja, yaitu:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan organisasi lain sehingga dapat terus mengembangkan organisasi.

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) (STUDI PADA GURU SMP NEGERI 4 RAHA KAB.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena merupakan sumber

Judul : Pengaruh Keadilan Organisasional, Komitmen Organisasional, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan bagian dari ilmu perilaku

BAB I PENDAHULUAN. ketat, karena perusahaan tidak hanya dihadapkan pada persaingan dalam negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperlakukan dengan baik oleh organisasi, mereka akan cenderung bersikap dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata obyek

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan minyak bumi yang dihasilkan oleh Indonesia. PT. X terus berusaha

I. PENDAHULUAN. Setiap organisasi tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki

Pendidikan Agama Islam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi. kebutuhan untuk mengerjakan atau melakukan kegiatannya lebih baik dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang saling bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan perusahaan provider telekomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan. perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan. maksud memeroleh atau membantu memeroleh pendapatan atau gaji

BABI PENDAHULUAN. . Setiap organisasi dalam kegiatannya selalu memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di Indonesia yang saat ini semakin pesat memunculkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan yang besar,

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang menata bagaimana cara berhubungan antara. mengabdi kepada Allah. Dengan mengamalkan ajaran agama, itu

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi situasi dan kondisi di era globalisasi ini, perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang sangat penting karena faktor manusia sangat berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. reformasi baru, yaitu perubahan yang disebut dengan globalisasi. Sturuktur. serta cara berpikir baru pada lingkup organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. SDM merupakan salah satu faktor produksi yang harus dikelola dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. rapuh saat sumber daya yang dimilikinya tidak memiiki visi yang sama dalam

Transkripsi:

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang baik akan menjadikan organisasi mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cushway, 2002). Pembenahan diri organisasi dapat dilakukan dengan mempersiapkan tenaga kerja yang ulet dan terampil sehingga dicapailah performa kerja yang baik yang akan meningkatkan produktivitas organisasi (Mufunda, 2006). Sehingga setiap job description yang ada akan dikerjakan dengan maksimal. Namun saat ini, perilaku yang menjadi tuntutan organisasi tidak hanya perilaku yang sesuai dengan job description atau in-role saja, tetapi juga perilaku extra-role yaitu kontribusi peran ekstra untuk menyelesaikan pekerjaan dari perusahaan. Perilaku extra-role ini disebut juga dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB). OCB merupakan perilaku yang berkaitan dengan kontribusi di luar peran formal yang ditampilkan oleh seorang karyawan dan tidak mengharapkan imbalan atau hadiah formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan dan efektivitas organisasi (Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006). Tidaklah mudah seorang pekerja dapat bertindak extra role dalam pekerjaanya. Kebanyakan memang para pekerja hanya bekerja sesuai dengan role yang telah ditetapkan saja. Namun, terkadang tetap ada orang yang mampu bekerja secara extra-role. Tentu saja hal ini sangat bermanfaat sekali untuk organisasi. Sehingga perilaku tersebut harus mendapatkan perhatian dan

15 penghargaan khusus agar anggota dalam organisasi terus terpacu untuk melakukan OCB, misalnya dengan mencatat perilaku OCB sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kinerja karyawan (Newstrom & Davis, 2002; Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006). Menurut Organ; Podsakoff; dan Mackenzie (2006) bahwa terdapat dimensi-dimensi dalam Organizational Citizenship Behavior (OCB), yaitu : altruism (perilaku membantu), courtesy (perilaku menghormati orang lain), conscientiousness (perilaku melakukan usaha melebihi harapan perusahaan), sportsmanship (perilaku tidak suka protes dan mengeluh), civic virtue (perilaku berpartisipasi aktif dalam perusahaan), cheerleading (rendah hati), peacemaking (perilaku mencari solusi dalam masalah perusahaan). Organ; Podsakoff; dan Mackenzie (2006), berpendapat bahwa dimensi altruism, courtesy, cheerleading, dan peacemaking dapat digabung menjadi satu dimensi yaitu dimensi helping behavior karena berkaitan dengan perilaku menolong orang lain dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada serta menyangkut pekerjaan di organisasi. Oleh karena itu maka pengukuran OCB dapat dilakukan dengan menggunakan empat dimensi saja yaitu helping behavior, conscientiousness, sportsmanship, dan civic virtue. Di dalam dimensi tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya orang yang melakukan OCB akan berkerja tanpa ada paksaaan, sangat bertanggung jawab, dan giat dalam setiap aktifitas pekerjaan. Menurut Uyun (1998) agama sangat mendorong pemeluknya untuk berperilaku baik dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya serta giat berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi

16 lebih baik. Sehingga dengan landasan agama setiap orang didorong untuk berpelikaku OCB dalam bekerja. Ada beberapa istilah lain dari agama, antara lain religi, religion (Inggris), religie (Belanda), religio (Latin), dan dien (Arab). Orang yang beragama disebut juga orang yang religius. Makna religiusitas menurut Fetzer (1999) adalah sesuatu yang lebih menitikberatkan pada masalah perilaku, sosial dan merupakan sebuah doktrin dari setiap agama atau golongan. Oleh karena itu doktrin yang dimiliki setiap agama wajib diikuti oleh setiap pengikutnya. Menurut Glock dan Stark (1966) yang dikutip oleh Ancok (1994) religiusitas adalah system symbol, system keyakinan, system nilai, dan perilaku yang terlambangkan yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).. Menurut Nashori dan Mucharam (2002) religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang muslim, religiusitas dapat diketahui dari seperapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam. Dari pengertian yang ada, dapat disimpulkan bahwasanya religiusitas merupakan kepercayaan atau keyakinan individu terhadap ajaran agama Islam yang berasal dari hati nurani pribadi seseorang yang diaplikasikan dalam bentuk komitmen ibadah dan pengamalan nilai-nilai hidup sehari-hari. Komitmen ibadah dalam hal ini bukan hanya sebatas solat, puasa, zikir dan ibadah lain yang bersifat ketuhanan, namun pada ibadah yang di aplikasikan dalam kegiatan sehari-hari,

17 cohntohnya dalam hal berkerja yang akan menjadi ibadah jika memiliki niat hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT. Salah satu bentuk komitmen ibadah dan pengalaman nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang ada di dalam teori religiusitas dapat terlihat di dalam perilaku OCB. Di dalam teori OCB terdapat dimensi helping behavior yang didalamnya terdapat perilaku saling tolong-menolong. Menurut Batson dan Brown (2005) bahwa orang yang beragama memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk membantu orang lain, dibanding orang yang tidak mengenal agama. Dalam pandangan religiusitas juga sangat ditekankan perilaku saling tolong-menolong. Dalam agama Islam setiap umatnya diperintahkan untuk saling tolong-menolong kepada orang lain. Hal ini dijelaskan di dalam Al Quran yaitu pada surat Al Maidah : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-nya. (Qur an Surat Al Maidah ayat 2) Dari ayat tersebut dapat dilihat adanya perintah untuk saling tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari. Menolong orang lain yang tanpa meminta imbalan. Selain itu, agama Islam juga menganjurkan umatnya untuk bekerja dan memiliki etos kerja yang tinggi sehingga para pekerja mampu bekerja secara extra role dan semata-mata hanya untuk mengabdi kepada Tuhannya.

18 Allah SWT berfirman: Dan katakanlah, Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang yang mu min,dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (Qur an Surat At-Taubah ayat 105). Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam merupakan agama yang menyuruh umatnya agar bekerja tanpa mementingkan imbalannya saja. Namun Islam memerintahkan kepada umatnya agar bekerja semata-mata untuk mengabdi kepada Allah SWT sehingga dengan demikian pekerjaan yang dilakukan dapat selesai dengan maksimal, ini sesuai dengan dimensi conscientiousness yang merupakan perilaku menunjukan usaha agar melebihi harapan dari organisasi. Selain itu religiusitas juga memaparkan akan pengalaman beragama yang kemudian teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja agama yang memerintahkan untuk bersikap sabar, hal ini juga ada di dalam dimensi OCB yaitu sportsmanship yang bentuk pengaplikasiannya adalah perilaku tidak suka mengeluh. Kemudian dimensi courtesy pada OCB yang menunjukkan perilaku menjaga hubungan baik dengan rekan kerja juga berhubungan dengan dimensi forgivness pada religiusitas, dimana dengan saling memaafkan akan terjalin hubungan baik antar sesama manusia. Dalam OCB juga terdapat dimensi civic virtue yang terlihat dalam perilaku mampu berpartisipasi aktif dalam organisasi, cheerleading dengan mengikuti perayaan jika rekan kerja mendapatkan penghargaan, dan peacemaking yang terlihat jika karyawan mau terlibat aktif dalam membantu penyelesaian masalah

19 rekan kerjanya. Semua hal ini juga dapat terlihat di dalam dimensi religious support dalam religiusitas, yaitu terlihat dengan nilai ukhuwah islamiyah yang terjalin. Salah satu pekerjaan yang didalamnya menuntut seseorang harus berperilaku OCB adalah guru. Tugas guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 52 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Dalam penjelasan Pasal 52 ayat (1) huruf (e), yang dimaksud dengan tugas tambahan, misalnya menjadi Pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket. Selain itu menurut Prihatsanti (2010) peran guru dalam lingkungan sekolah adalah mengajar dan mendidik. Guru berperan sebagai orang yang mengajarkan tentang ilmu-ilmu yang harus dimengerti oleh muridnya. Sedangkan dalam peran mendidik guru harus membimbing dan membina anaknya agar menjadi manusia yang cakap, aktif kreatif, dan mandiri. Guru juga harus menjalankan tugas tambahan seperti tugas menjadi orang tua untuk anak-anak muridnya. Hal ini terkadang harus menyita waktu dan usaha lebih diluar waktu kerja seorang guru. Sesuai dengan pernyataan Schultz (2006) bahwa OCB melibatkan usaha ekstra yang melebihi persyaratan minimum dari pekerjaan. Nilai religiusitas sebagai seorang guru juga tidak dapat ditinggalkan karena memegang peranan penting guna meningkatkan kinerja guru, apalagi guru yang beragama Islam. Guru yang memiliki religiusitas akan menjelma menjadi

20 pribadi yang memiliki kadar keimanan dan ketaqwaan yang tinggi sehingga menjadikan guru menjadi seorang yang taat beribadah, jujur, amanah dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dalam hal ini mengajar dan mendidik (Amrullah, 2008). Sebenarnya penelitian ini pernah diteliti oleh Wahyudin., Pradisti., Sumarsono., & Wulandari (2013) dengan judul dimensi religiusitas dan pengaruhnya terhadap organizational citizenship behavior (Studi pada Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto) namun dalam penelitian ini tidak didapat adanya pengaruh yang signifikan antara religiusitas dan organizational citizenship behavior. Sehingga peneliti ingin meneliti kembali dengan sampel yang berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu pada guru yang beragama Islam. Sehingga dari dasar pemikiran inilah peneliti ingin meneliti tentang apakah ada pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka peneliti membuat suatu rumusan masalah yaitu Apakah terdapat pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim.

21 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data-data empiris mengenai pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) dalam ilmu Psikologi Industri dan Organisasi. Selain itu, untuk berbagi dasar pengetahuan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan dengan topik yang sama. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, gambaran dan wacana mengenai pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim. b. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Sehingga bisa menjadi pertimbangan dalam upaya peningkatan Organizational Citizenship Behavior (OCB). E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Berisikan mengenai latar belakang masalah yang hendak dibahas, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

22 Bab II : Landasan Teori Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah religiusitas dan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Bab III: Metode Penelitian Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu identifikasi variabel, definisi operasional, subjek penelitian, instrumen dan alat ukur yang digunakan, metode pengambilan sampel dan metode analisis data. Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan Berisikan uraian mengenai analisa data dan pembahasan yang dikaitkan dengan teori yang ada. Bab V : Kesimpulan dan Saran Berisi uraian kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian yang meliputi saran metodologis dan saran praktis.