BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK. A. Gambaran Status Gizi Baik Balita di Desa Pecuk

dokumen-dokumen yang mirip
KUESIONER PERAN IBU. Lampiran:

GRAFIK CAKUPAN TEMPAT BEROBAT BILA ANGGOTA KELUARGA SAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB. III PROSES DAN METODE PENELITIAN. A. Dasar Pemilihan Desa Pecuk Sebagai daerah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB 1 PENDAHULUAN. utama, pertama asupan makanan dan utilisasi biologik zat gizi (Savitri, 2005).

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN. masih dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya masih banyaknya balita

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. karantina, para penderita penyakit tersebut berangsur angsur sembuh. Mengingat banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermutu. Menurut data United Nations Development Program

KUESIONER GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008

KUESIONER SURVEY MAWAS DIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh.

Tabel 1.1 Profil keluarga Dampingan No Nama Stataus Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan 1 I Nyoman Suami & 62 Tidak Buruh Pekerja

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN ISPA DI RW. 03 KELURAHAN SUKAWARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas No Kode Quesioner Pertanyaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin

dibawah usia 5 tahun (Anonim, Kompas, Mei 2005). Hal ini juga golongan masyarakat rentan gizi (Sediaoetama,1999).

No Nama Status Umur Pendidikan Pekerjaan Ket

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

KUISIONER SURVEY MAWAS DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

ANALISIS SITUASI PANGAN DAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

ANALISIS SITUASI PANGAN DAN GIZI

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

BAB I PENDAHULUAAN. Masa balita adalah masa kehidupan yang sangat penting dan perlu

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

KUESIONER PENELITIAN

BAB IX PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

DIAGNOSIS & INTERVENSI KOMUNITAS DI DESA TANJUNG PASIR KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOM BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I LATAR BELAKANG

1. Pendidikan ibu : 1. Tidak sekolah 2. Tamat SD 3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA 5. Tamat Akademi/Perguruan Tinggi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penduduknya berasal dari berbagai kecamatan, yaitu kecamatan Batudaa, Tibawa,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB IV GAMBARAN UMUM POTENSI DAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA PECUK

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan wahana pemberdayaan

Transkripsi:

BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK A. Gambaran Status Baik Balita di Desa Pecuk Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Sunita 2003). Anak balita merupakan kelompok usia pertumbuhan badan yang pesat, dimana merupakan kelompok yang rentan gizi dan mudah menderita kelainan gizi. Zat-zat gizi yang diperlukan oleh anak balita jumlahnya relatif besar dan asupan makanan yang didapat akan tergambar pada status gizi balita tersebut (Djaeni 1999). Menurut UNICEF (1990), determinan dasar (akar masalah) yang mempengaruhi status gizi adalah faktor politik, ekonomi, budaya dan sosial. Faktor ini berpengaruh terhadap pemanfaatan potensi sumber daya yang ada dan bagaimana mereka diubah menjadi sumber daya bagi keamanan pangan, perawatan dan lingkungan serta layanan kesehatan. Determinan dasar tersebut secara keseluruhan dapat dikatakan berupa faktor lingkungan. Kualitas lingkungan akan menentukan proses patofisiologis seseorang, yang kemudian menentukan keadaan kesehatan sesorang maupun masyarakat, yang berarti dapat pula menentukan status gizi seseorang, yang dalam penelitian ini adalah status gizi balita (Basset 1992). Jumlah balita pada saat pengambilan data penelitian, yaitu pada bulan Mei - Agustus tahun 2009 di Desa Pecuk setiap bulannya selalu mengalami perubahan (seperti terlihat dalam Gambar 5.1). Hal ini terjadi oleh karena adanya kelahiran baru, bertambahnya umur balita sehingga telah melampaui masa 117

balitanya dan adanya perpindahan balita bersama orang tuanya baik perpindahan yang bersifat sementara maupun menetap ke daerah lainnya. Jumlah balita terbanyak berada di Dusun Pecuk. Gambar 5.1: Grafik jumlah balita bulan Mei - Agustus tahun 2009 di Desa Pecuk, Kecamatan Mijen Kabupaten Demak Sumber: Puskesmas Mijen II Sedangkan untuk gambaran status gizi balita di Desa Pecuk pada bulan Agustus tahun 2009, yang ditentukan berdasarkan pengukuran berat badan per tinggi badan, didapatkan terbanyak adalah balita dengan gizi baik, yaitu sebesar 84,21% ( 64 orang) dan tidak didapatkan balita dengan status gizi buruk (lihat Gambar 5.1), yang berarti diatas rata-rata status gizi baik di wilayah kabupatennya (Kabupaten Demak) yaitu sebesar 82,48%. 118

Gambar 5.2: Grafik status gizi balita Desa Pecuk, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, bulan Agustus 2009 Sumber: Posyandu Desa Pecuk Data status gizi balita bulan Mei - Agustus 2009 yang didapat dari balita yang berkunjung ke posyandu dengan penimbangan menggunakan timbangan dacin yang kemudian dicatat di buku KMS (kartu menuju sehat) dan buku besar posyandu atau yang ditentukan berdasarkan pengukuran berat badan per umur, maka didapatkan data sebagai berikut: 119

Tabel 5.1: Data status gizi balita bulan Mei - Agustus tahun 2009 yang berkunjung ke posyandu di Desa Pecuk,Kec. Mijen, Kab. Demak (berdasarkan gizi buruk, kurang, baik dan lebih) Umur (bulan) Buruk Kurang Baik Lebih Mei Juni Juli Agus Mei Juni Juli Agus Mei Juni Juli Agus Mei Juni Juli Agus 0-6 0 0 0 0 0 0 0 0 26 15 20 11 0 1 0 0 7-12 0 0 0 0 1 1 1 2 30 14 24 17 0 0 0 0 13-18 0 0 0 0 1 1 5 0 14 13 8 11 0 0 0 0 19-24 0 0 0 0 1 1 1 2 8 7 10 7 0 0 0 0 25-30 0 0 0 0 2 0 0 0 4 1 3 3 0 0 0 0 31-36 0 0 0 0 1 1 3 2 9 7 7 3 0 1 1 0 37-42 0 0 0 0 0 0 0 0 6 5 6 4 0 0 0 0 43-48 0 0 0 0 3 3 4 4 6 8 7 6 0 1 0 0 49-54 0 0 0 0 1 0 0 0 8 5 3 1 0 0 0 0 55-60 0 0 0 0 1 0 2 0 4 6 3 3 1 1 1 1 Jumlah 0 0 0 0 11 7 16 10 115 81 91 66 1 4 2 1 % 0 0 0 0 8,6 7,6 14,6 12,9 90,7 88,1 83,6 85,9 0,7 4,3 1,8 1.2 Sumber: Posyandu Desa Pecuk 120 120

Berdasarkan data tersebut, maka pada bulan Mei - Agustus 2009 tidak ditemukan adanya balita dengan kategori status gizi buruk di Desa Pecuk, sedangkan status gizi kurang menyebar pada berbagai kelompok umur. Kejadian status gizi kurang tersebut cenderung meninggi pada umur balita 43 48 bulan (lihat Gambar 5.1). Gambaran status gizi yang baik juga dapat dipantau dari hasil penimbangan berat badan balita yang berkunjung ke posyandu pada saat penelitian berlangsung, yang dinilai berdasarkan BB (berat badan) naik, BGM (bawah garis merah) dan BGT (bawah garis titik-titik), dengan hasil data yang dapat dilihat pada Tabel 5.2. 121

Tabel 5.2: Data status gizi balita bulan Mei - Agustus tahun 2009 yang berkunjung ke posyandu di Desa Pecuk, Kec. Mijen, Kab. Demak (Berdasarkan BB Naik, BGM, BGT) Umur (bulan) BB Naik BGM BGT Mei Juni Juli Agustus Mei Juni Juli Agustus Mei Juni Juli Agustus 0-6 25 16 20 11 1 0 0 0 0 0 0 0 7-12 30 15 24 17 0 0 0 2 1 0 1 0 13-18 14 14 12 10 1 0 1 1 0 0 0 0 19-24 9 8 10 8 0 0 1 1 0 0 0 0 25-30 4 1 3 2 1 0 0 1 1 0 0 0 31-36 9 7 9 3 0 1 1 1 1 1 1 1 37-42 6 5 6 4 0 0 0 0 0 0 0 0 43-48 9 9 8 7 0 3 3 3 0 0 0 0 49-54 9 5 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 55-60 4 6 4 4 2 0 1 0 0 1 1 0 Jumlah 119 86 99 67 5 4 7 9 3 2 3 1 % 93.8 93.6 90.9 87,2 3.9 4.3 6.4 11.6 2.3 2.1 2.7 1.2 Sumber: Posyandu Desa Pecuk Keterangan : BB naik : Berat badan naik, BGM : Bawah garis merah, BGT : bawah garis titik-titik 122 122

Pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa kenaikan BB banyak terjadi pada balita umur 0 12 bulan dan setelah balita berumur lebih dari satu tahun, cenderung terjadi berat badan yang tetap atau bahkan penurunan berat badan. Hal ini dimungkinkan terjadi oleh karena kebutuhan nutrisi anak semakin banyak dari segi kuantitas maupun kualitas, yang tidak hanya dapat dipenuhi dari ASI saja, tetapi lebih bergantung pada makanan yang diberikan orang tuanya, dimana sebagai makanan pokok anak usia diatas satu tahun di Desa Pecuk adalah nasi dengan lauk pauknya. Prosentase BB naik dari balita yang berkunjung ke posyandu pada bulan Mei - Agustus 2009, tertinggi terdapat pada bulan Mei 2009, dengan rata-rata BB naik setiap bulannya sebesar 91,2%. Hal ini menunjukan bahwa hampir semua balita mendapatkan pola asuh gizi yang memadai dari orang tuanya yang tercermin pada peningkatan BB balita setiap bulannya. Prosentase balita yang berada di BGM dari balita yang berkunjung ke posyandu pada bulan Mei - Agustus 2009, terbanyak terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 11,6%, dengan penyebaran umur balita yang secara pengamatan kasar dapat dikatakan tidak dapat dibedakan atau tidak terdapat ketergantungan umur (lihat Tabel 5.2). Prosentase balita yang berada di BGT dari balita yang berkunjung ke posyandu pada bulan Mei - Agustus 2009, terbanyak terdapat pada bulan Juli 2009, yaitu sebesar 2,7%. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa balita dengan hasil penimbangan pada kelompok BGM dan BGT yang juga menggambarkan status gizi kurang, merupakan balita yang relatif sama dari bulan ke bulan, kebanyakan adalah balita dengan komplikasi penyakit yang menyertainya (misalnya dengan penyakit TBC anak, berat badan lahir rendah atau BBLR). Hal tersebut dapat diamati pada gambaran balita dengan BGM pada bulan Agustus terjadi peningkatan yang merupakan perpindahan status dari balita dengan BGT sehingga gambaran 123

yang terjadi adalah kebalikan dari gambaran balita dengan BGM yaitu penurunan di bulan Agustus. Gambar 5.3: Gambaran Balita dengan status gizi baik di Desa Pecuk, Kec. Mijen, Kabupaten Demak Sumber: Data primer Gambaran status gizi balita di Desa Pecuk ini juga didukung dari hasil observasi, dimana gambaran status gizi secara 124

proporsional bentuk tubuh, balita di Desa Pecuk rata-rata mempunyai status gizi baik. Pada pengamatan tidak ditemukan balita dengan status gizi buruk. B. Lingkungan Rentan di Desa Pecuk Lingkungan rentan gizi adalah segala sesuatu yang ada disekitar masyarakat atau dalam hal ini disekitar keluarga balita, baik berupa benda mati, benda hidup termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk oleh karena interaksi masing-masing elemen yang secara teoritis tidak mendukung terbentuknya status gizi baik pada balita. Berdasarkan gambaran status gizi yang relatif baik di Desa Pecuk tersebut tidak sesuai dengan kenyataan berupa lingkungan rentan gizi yang ada di daerah tersebut. Lingkungan rentan tersebut adalah tingkat pendidikan, pendapatan dan lingkungan rumah tangga sehat. 1. Tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.3. Hampir 80% penduduk dengan tingkat pendidikan sampai dengan tamat SD atau sederajat. Gambaran khusus pendidikan ibu balita di Desa Pecuk, sebagian besar (83,94%) berpendidikan SD (Sekolah Dasar) sampai dengan tingkat SLTP (sekolah lanjutan tingkat pertama), seperti yang tergambar pada Tabel 5.3. 125

Tabel 5.3: Data pendidikan Ibu Balita di Desa Pecuk, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak bulan Mei tahun 2009 Pendidikan Ibu Buruk Kurang SD 10 0 (4,58%) SLTP 12 0 (5,50%) SLTA 4 0 (1,83%) DIPLOMA 0 0 S1 0 0 Jumlah 26 0 (11,92%) Sumber: Data primer Baik Lebih Total 65 (29,81%) 94 (43,11%) 25 (11,46%) 3 (1,37%) 3 (1,37%) 190 (87,15%) 1 (0,45%) 1 (0,45%) 0 0 0 2 (0,91%) 76 (34,86%) 107 (49,08%) 29 (13,32%) 3 (1,37%) 3 (1,37%) 218 (100%) 2. Tingkat pendapatan keluarga. Mata pencaharian masyarakat Desa Pecuk, sebagian besar sebagai buruh, baik sebagai buruh tani maupun buruh swasta seperti pekerja pabrik rokok, pabrik mebel, supir dan buruh bengkel. Gambaran ini dapat mencerminkan bagaimana tingkat pendapatan keluarga. Sebagian besar keluarga balita di Desa Pecuk (52,29%) mempunyai pendapatan berkisar antara lebih dari Rp 1.000.000,- sampai dengan Rp 1.500.000,- perbulan, sesuai dengan gambaran pada Tabel 5.4. 126

Tabel 5.4: Data rata-rata pendapatan keluarga balita per bulan di Desa Pecuk, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak bulan Mei tahun 2009 Pendapatan keluarga (ribuan Rp) Buruk Kurang Baik Lebih Total < 500 0 1 (0,45%) 12 (5,50%) 0 13 (5,96%) 500 1.000 0 16 (7,33%) 36 (16,51%) 2 (0,91%) 54 (24,77%) > 1.000 1.500 0 9 (4,12%) 105 (48,16%) 0 114 (52,29%) > 1.500 0 0 37 (16,97%) 0 37 (16,97%) Jumlah 0 26 (11,92%) 190 (87,15%) 2 (0,91%) 218 (100%) Sumber: Data primer Sedangkan pendapatan perkapita terbanyak berkisar antara lebih dari Rp 200.000,- sampai dengan Rp 300.000,- per bulan, yaitu 40,82%. Masih ditemukan pendapatan perkapita kurang dari Rp 100.000,- perbulan atau sebaliknya keluarga yang mempunyai pendapatan perkapita tertinggi didaerahnya yaitu lebih dari Rp 800.000,- sampai dengan Rp 900.000,- per bulan, walaupun jumlahnya tidak lebih dari 3%, seperti yang terlihat pada Tabel 5.5. Gambaran tingkat pendapatan keluarga ini juga dapat menggambarkan jumlah keluarga miskin yang terdapat di Desa Pecuk, yang terlihat pada gambaran jumlah keluarga prasejahtera terlihat cukup tinggi, yaitu sebesar 43,69% atau 269 keluarga, seperti yang terlihat pada Gambar 4.5. 127

Tabel 5.5: Pendapatan keluarga balita per kapita per bulan di Desa Pecuk, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak bulan Mei tahun 2009. Pendapatan Keluarga Perkapita ( ribuan Rp ) Buruk Kurang Baik Lebih Total Prosentase ( % ) < 100 0 2 3 0 5 2.29 >100-200 0 10 36 2 48 22.01 > 200-300 0 10 79 0 89 40.82 > 300-400 0 3 43 0 46 21.10 > 400-500 0 1 23 0 24 11 > 500-600 0 0 0 0 0 0 > 600-700 0 0 5 0 5 2.29 > 700-800 0 0 0 0 0 0 > 800-900 0 0 1 0 1 0.49 Jumlah 0 26 190 2 218 Sumber: Data primer 100 128 Desa Pecuk merupakan daerah pedesaan yang mempunyai lingkungan rentan gizi, yaitu dengan pendidikan, pendapatan keluarga yang tidak mendukung terjadinya status gizi masyarakat yang baik. Desa Pecuk ini seperti juga gambaran kebanyakan desa-desa yang ada di Indonesia, dimana potensi sumber daya alamnya terutama berupa lahan persawahan yaitu sebesar 74,44% atau 192 Ha (Gambar 4.2). Pekerjaan dan mata pencahariannya sebagian besar adalah sebagai petani dan buruh tani. Hal ini memungkinkan konsumsi makanan keluarga tergantung dari hasil panennya. Hasil panen ini dipergunakan langsung untuk konsumsi makanan keluarga atau melalui transaksi

keuangan/perdagangan terlebih dahulu kemudian baru dipergunakan untuk biaya konsumsi makanan keluarga. 3. Lingkungan rumah tangga sehat. Keadaan lingkungan yang dinilai berdasarkan indikator prosentase keluarga yang memiliki persediaan air minum sehat, prosentase keluarga yang memiliki akses terhadap jamban sehat, prosentase keluarga yang mengelola sampah dengan aman, prosentase keluarga yang mengelola air limbahnya dengan aman, laju pertumbuhan penduduk, dan prevalensi akseptor KB. Disimpulkan bahwa di Desa pecuk yang termasuk dalam wilayah Puskesmas Mijen II belum memenuhi syarat sehat sesuai dengan yang diharapkan, seperti yang tergambar pada BAB IV (Profil Kesehatan Desa Pecuk). Gambar 5.4: Contoh gambar lingkungan yang mengindikasikan rentan gizi berupa pendapatan rendah, lingkungan fisik tidak sehat di Desa Pecuk Kecamatan Mijen,Kabupaten Demak Sumber: Data primer 129

Gambar 5.5: Gambar yang mengindikasikan status gizi baik di lingkungan rentan gizi berupa pendapatan yang rendah di Desa Pecuk Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak (yang dapat dilihat dari bentuk dan keadaan rumah) Sumber: Data primer Lingkungan rentan gizi di Desa Pecuk juga tergambar dari hasil observasi, yang berupa: 1. Kebanyakan halaman rumah tidak tertata rapi dan kurang bersih, dengan binatang piaraan terutama ayam atau bebek yang berkeliaran. Pemanfaatan pekarangan untuk keperluan ketersediaan pangan keluarga, misalnya menanaman sayur-sayuran tak banyak terlihat. 130

2. Rata-rata tempat pembuangan sampah terkumpul disudut rumah dengan sistem penggalian lubang, atau hanya dikumpulkan untuk kemudian dibakar. 3. Saluran pembuangan limbah hanya berupa galian tanah berbentuk saluran (berupa saluran tanpa betonisasi) yang terlihat tanpa genangan air. 4. Rata-rata sudah mempunyai kamar mandi dan jamban sendiri-sendiri, dengan air yang berasal dari sumur. 5. Sirkulasi udara dan pencahayaan didalam rumah rata-rata sudah cukup memadai. 6. Lingkungan status ekonomi keluarga di amati atau dinilai dari kondisi bangunan rumah yang ratarata berupa rumah semi permanen dengan lantai plesteran dan sebagian tanah, dinding tembok tanpa plesteran atau dengan dinding kayu tanpa cat atau dinding anyaman bambu. Hal ini menunjukan status ekonomi/pendapatan keluarga rata-rata termasuk kalangan menengah kebawah. Berdasarkan data tentang status gizi balita dan lingkungan rentan gizi di Desa Pecuk, maka dapat disimpulkan bahwa gambaran terbanyak adalah balita dengan gizi baik (84,21%) dan tidak didapatkan balita dengan gizi buruk, yang berarti diatas rata-rata status gizi baik di wilayah kabupatennya (Kabupaten Demak) yang sebesar 82,48%, atau dapat dikatakan bahwa status gizi balita di Desa Pecuk relativ baik. Hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataan berupa lingkungan rentan gizi yang ada di daerah tersebut yang berupa: 1) tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah, dengan jumlah terbanyak 131

sampai dengan tamat SD (79,58%) dan dengan pendidikan ibu balita terbanyak pada tingkat SLTP (49,08%), 2) tingkat pendapatan yang rendah atau kemiskinan yang digambarkan pada jumlah keluarga prasejahtera terlihat cukup tinggi (43,69%), serta 3) lingkungan rumah tangga yang belum memenuhi syarat sehat. 132