BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah

Bab 1 PENDAHULUAN. pada kehidupan selanjutnya. Perhatian yang diberikan pada masa balita akan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangannya mengatakan bahwa anak usia toddler (1-3) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008 ) Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, parkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Toilet training yaitu suatu usaha melakukan latihan buang air besar dan buang

BAB 1 PENDAHULUAN. namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati

BAB I PENDAHULUAN. adalah aktifitas untuk mencapai tugas perkembangan melalui toilet training.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga lain, pengalaman dini belajar anak khususnya sikap sosial yang awal

BAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang

BAB I PENDAHULUAN. anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian (Wong, 2004). Dalam

KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI BANDA ACEH COMPARISON OF TOILET TRAINING READINESS IN BANDA ACEH

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang. sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU IBU DALAM TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

HUBUNGAN TOILET LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK USIA BULAN DALAM MENGONTROL ELIMINASI DI POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan

BAB I PENDAHULUAN. anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam tumbuh kembang anak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat. yang tepat melakukan toilet training setelah anak mulai bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. anak melakukan kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi. tubuhnya sendiri serta fungsinya.(hidayat Alimul,2005)

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI RW 02 DAN RW 06 KELURAHAN TLOGOMAS MALANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

JURNAL ABDIMAS BSI Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 Februari 2018, Hal. 7-13

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari hal hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur

BAB I PENDAHULUAN. mencapai perkembangan dan pertumbuhan anak (Wong, 2009). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), jumlah anak usia toddler

Ima Syamrotul M Dosen Kebidanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

BAB 1 PENDAHULUAN. terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI TOILET TRAINING DI PAUD AL-AMIN BIMASDA KECAMATAN SETU TANGERANG SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TOILET TRAINING ANAK USIA 1-3 TAHUN TERHADAP PENGETAHUAN IBU DI DESA SAMBON BANYUDONO BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

BAB I. dan perkembangan anak selanjutnya. Salah satu tugas anak toddler ini yaitu

A-PDF OFFICE TO PDF DEMO: Purchase from to remove the watermark BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak pra sekolah adalah anak yang berumur bulan, pada masa ini

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP IBU TENTANG TOILET TRAINING

SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan (maturation) yang

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata. yang muncul dalam masa perkembangan (Depkes, 2010).

PERSEPSI IBU TENTANG TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD PERMATA BUNDA RW 01 DESA JATI SELATAN 1 SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak dengan rentang usia 0-6 tahun, pada masa ini

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Periode lima tahun pertama kehidupan anak (masa balita) merupakan masa

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

Psikologi Terapan UI ini.

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI IBU TERHADAP KESIAPAN TOILET TRAINING ANAK TODDLER DI DESA SUKORENO SENTOLO KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH ANTICIPATORY GUIDANCE TERHADAP PRAKTIK TOILET TRAINING PADA ORANG TUA DENGAN ANAK USIA BULAN DI DESA PANDOWOHARJO SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK NGESTIRINI TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) menyebutkan bahwa setiap anak merupakan aset

: RIZKA RATNA NURVITASARI

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan skill dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

MUHAMMAD ARISY DEKY PRABOWO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan yang sangat pesat. Di usia ini sangat penting untuk meletakkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Dalam keluarga, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan. fisik, kognitif, emosi maupun psikososial (Soetjiningsih, 2002).

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga sangat berharap mempunyai anak. Orangtua dan keluarga adalah lingkungan pertama yang bertanggung jawab atas terwujudnya perkembangan anak baik secara rohani,jasmani maupun sosial. Setiap orangtua menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Orangtua akan memberikan kasih sayang, perhatian, perawatan dan pendidikan yang terbaik untuk anaknya. Selain itu orangtua atau khususnya ibu sebagai orang yang paling dekat dengan anak, juga harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk melihat bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa balita. Menurut Soetjiningsih (1999:29) periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahsa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Dalam perkembangan anak terdapat msa kritis, untuk itu diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi pada diri anak berkembang. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi anak dengan orangtuanya/orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila 1

2 interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih di dalam kandungan. Menyadur dari Hidayat (2005:25) masa balita yang termasuk dalam anak usia toddler (1-3 tahun) merujuk konsep periode kritis dan plastisias yang tinggi dalam proses tumbuh kembang maka usia 1-3 tahun sering disebut sebagai golden period (kesempatan emas) untuk meningkatkan kemampuan setinggitingginya dan plastisitas yang tinggi adalah pertumbuhan sel otak cepat dalam waktu yang singkat peka terhadap stimulasi dan pengalaman fleksibel mengambil alih fungsi sel sekitarnya dengan membentuk sinap-sinap serta sangat mempengaruhi periode tumbuh-kembang selanjutnya. Anak pada usia toddler harus mendapatkan perhatian yang serius dalam arti tidak hanya mendapatkan nutrisi yang memadai saja tetapi memperhatikan juga intervensi stimulasi dini untuk membantu anak meningkatkan potensi dengan memperoleh pengalaman yang sesuai dengan perkembangannya. Pada masa toddler anak mulai mengembangkan kemandiriannya dengan lebih memahirkan keterampilan yang telah dipelajarinya ketika bayi. Keseimbangan tubuh sudah mulai berkembang terutama dalam berjalan yang sangat diperlukan untuk menguatkan rasa otonomi untuk mengendalikan kemauannya sendiri. Tumbuh kembang yang paling nyata pada tahap ini adalah kemampuan untuk mengeksplor dan memanipulasi lingkungan tanpa tergantung pada orang lain. Tampak saling keterkaitan antara perkembangan dan pertumbuhan fisik dengan psikososial. Wong (2009) mengungkapkan bahwa perkembangan pada usia toddler juga merupakan perubahan dari fase yang percaya tidak percaya menjadi fase otonomi

3 ditunjukkan dengan sikap kemandirian yang semakin meluas, pada masa ini anak dapat mengontrol bagian tubuhnya, kemampuan dalam berbahsa meningkat dan pada fase ini juga berada pada fase anal dimana anak mulai mampu untuk mengontrol buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK). Sangat penting bagi mereka untuk mengembangkan keterampilan motorik seperti belajar pelaksanaan toilet training dengan benar. Konsep toilet training memang belum banyak dipahami di kalangan masyarakat, hal ini disebakan informasi terkait tentang toilet training tidak dikenalkan secara umum di masyarakat. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Wong (2009) yang mengatakan bahwa kebiasaan yang salah dalam mengontrol BAK dan BAB akan menimbulkan hal-hal yang buruk pada anak di masa mendatang, antara lain menyebabkan anak tidak displin, manja dan dimana nanti pada saatnya anak akan mengalami masalah psikologis, anak akan merasa berbeda dan tidak dapat secara mandiri dalam mengontrol buang air besar dan buang air kecil. Pengetahuan tentang toilet training sangat penting untuk dimiliki oleh seorang ibu. Hal ini akan berpengaruh pada penerapan atau pelaksanaan toilet training pada anak. Ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik berarti mempunyai pemahaman yang baik tentang manfaat dan dampak toilet training, sehingga ibu akan mempunyai sikap yang positif terhadap konsep toilet training. Riblat (2003 dalam jurnal) mengungkapkan bahwa di Indonesia diperkirakan jumlah balita mencapai 30% dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia, dan menurut Survey Kesehata Rumah Tangga (SKRT) nasional diperkirakan

4 jumlah balita yang sudah mengontrol BAB dan BAK di usia toddler sampai prasekolah mencapai 75 juta anak. Fenomena ini dipicu karena banyak ha, pengetahuan ibu yang kurang tentang cara melatih BAB dan BAK, pemakaian popok sekali pakai, hadirnya saudara baru dan masih banyak lainnya. Menurut Paryanti (2013 dalam jurnal) di Indonesia survey menunjukkan anak laki-laki lebih banyak menunjukkan gejala anuresia (mengompol) dibanding dengan anak perempuan dengan perbandingan 3:1. Berdasarkan survey, sekitar 30% anak berusia 4 tahun, 10% anak berusia 6 tahun dan 3% anak berusia 15 tahun mengompol pada malam hari. Menurut Syahid (2009 dalam jurnal) tingkat pengetahuan ibu tentang toilet training pada anak usia toddler sebagian besar tidak baik sebanyak 63,8%. Pelaksanaan toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun) sebagian besar tidak dilaksanakan sebanyak 56,4%. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di Posyandu Desa Juhar Perangin-Angin, Kecamatan Juhar, Kabupaten Karo terdapat anak usia toddler (1-3 tahun) anak 20 anak dan hanya 5 anak yang sudah dilakukan toilet training dna 15 anak belum dilakukan toilet training. Dari data tersebut dapat diketahui masih banyak anak yang harus mendapatkan perhatian khusus karena tugas perkembangan belum tercapai, khususnya pada pelaksanaan toilet training. Pelaksanaan toilet training pada anak usia toddler di Desa Juhar belum tercapai disebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang toilet training sehingga kebanyakan ibu tidak melatih anaknya dalam melakukan kegiatan toilet training seperti BAB dan BAK. Akibat kegagalan toilet training diantaranya yaitu mengompol (enuresis). Terjadinya enuresi memberikan dampak yang kurang baik bagi perkembangan anak, mengompol juga membuat anak merasa adanya

5 kekurangn pada dirinya, merasa kehilangan rasa aman, hina, malu dan cenderung menyendiri. Hidayat (2005:62) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan toilet training antara lain tingkat pengetahuan ibu yang kurang, serta segi ekonomi keluarga yang kurang mendukung, adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orangtua kepada anaknya sehingga mengganggu kepribadian anak dalam melakukan kegiatan toilet training secara mandiri. Menurut Hidayat (2005:65) dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya perlakukan atau aturan yang ketat dari orangtua kepada anaknya yang dapat mengganggu kepribadian anak yang cenderung bersifat retentive diaman anak cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir. Hal ini dapat dilakukan oleh orangtua apabila sering memarahi anak pada saat buang air besar atau buang air kecil atau melarang anak saat berpergian. Bila orangtua santai dalam memberikan atauran dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian yang baik dimana anak lebih mau mendengarkan orangtuanya saat mengajarkan cara melakukan toilet training. Menstimulasi perkembangan anak merupakan salah satu upaya dalam rangka pemenuhan kebutuhan asuh, asah dan asih untuk mencapai perkembangan anak secara optimal. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting, karena anak yang mendapatkan stimulasi akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang bahkan tidak mendapatkan stimulasi. Namun dalam kenyataannya masih banyak orangtua belum memahami bagaimana cara mengasuh anak secara

6 efektif dan memberikan stimulasi kepada anak untuk mencapai perkembangan yang optimal. Pemberian pendidikan stimulus merupakan strategi yang baik untuk menyiapakan dan meningkatkan kemampuan orangtua (terutama ibu) dalam berperan aktif menstimulasi perkembangan anaknya. Dalam mengajarkan toilet training dibutuhkan metode atau cara yang tepat sehingga mudah dimengerti oleh anak serta perlu kesabaran bagi ibu untuk melatih anak tahap demi tahap sehingga toilet training berhasil diterapkan pada anak. Penggunaan metode yang tepat akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam mengajarkan konsep toilet training pada anak. Pengetahuan tentang toilet training sangat penting untuk dimiliki oleh seorang ibu. Hal ini akan berpengaruh pada pelaksanaan toilet training pada anak. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Pelaksanaan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler Di Desa Juhar Perangin-Angin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti uraikan diatas, maka peneliti akan mengemukakan identifikasi masalah dalam proposal ini adalah : 1. Masih banyak anak balita yang susah mengontrol BAB dan BAK (masih mengompol) di usia toddler sampai prasekolah.

7 2. Tingkat pengetahuan ibu yang kurang tentang pelaksanaan toilet training mengakibatkan ibu belum melaksanakan toilet training kepada anak usiatoddler dengan tepat. 3. Adanya perlakuan atau aturan yang ketat dari orangtua kepada anaknya sehingga mengganggu kepribadian anak dalam melakukan kegiatan toilet training secara mandiri. 1.3 Batasan Masalah Pada penelitian ini penulis membatasi masalah yaitu : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pelaksanaan Toilet Training pada Anak Usia Toddler 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu : Apakah ada hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan toilet training pada anak usia toddler di Desa Juhar Perangin- Angin? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan toilet training pada anak usia toddler di Desa Juhar Perangin- Angin.

8 1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberikan refrensi mengenai pengetahuan ibu tentang pelaksanaan toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun) yang dapat dipergunakan untuk perkembangan ilmu pendidikan anak usia dini. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi guru Paud dan orangtua serta instansi terkait mengenai bagaimana menerapkan pelaksanaan toilet training pada anak usia toddler (1-3thun). b. Memberi tambahan wawasan tentang pentingnya pelaksanaan toilet training pada anak sedini mungkin. c. Memberi wawasan kepada peneliti mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang toilet training anak usia toddler. d. Sebagai bahan literatur untuk peneliti lain.