KARAKTERISTIK NUTRISI KORBAN DAN PELAKU BULLYING PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan


KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1.

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat memiliki status gizi yang baik, sehingga anak memiliki tinggi badan. pola makan yang seimbang dalam menu makanannya.

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

PENDAHULUAN Latar Belakang

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

KUESIONER PENELITIAN

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Dewasa ini tingkat kesibukan masyarakat membuat masyarakat menyukai segala sesuatu yang instan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

KUESIONER HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD, AKTIVITAS FISIK DAN FAKTOR LAIN DENGAN GIZI LEBIH PADA REMAJA SMU SUDIRMAN JAKARTA TIMUR TAHUN 2008

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Program Studi : Ilmu Gizi / Ilmu Kesehatan Masyarakat (Lingkari salah satu) Umur Sampel : tahun

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian KUESIONER A. DATA RESPONDEN

Petunjuk : isilah dan beri lingkaran pada poin jawaban yang disediakan! I. Identitas Responden 1. ID Responden: [ ] [ ] 2.

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Univariat. 1. Karakteristik responden. Reponden pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah :

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

Informed Consent Persetujuan menjadi Responden

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Anak membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN PERILAKU SARAPAN PADA SISWA(I) SMU. 1. Apakah yang saudara ketahui tentang gizi seimbang?

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

Transkripsi:

Al-Sihah : Public Health Science Journal 128-137 KARAKTERISTIK NUTRISI KORBAN DAN PELAKU BULLYING PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR Reny Noviasty 1, Rahmi Susanti 2, Ika Wulan Sari 3 1, 2 Bagian Gizi FKM Universitas Mulawarman 2 Bagian Biostatistik FKM Universitas Mulawarman 2 Bagian Labolatorium FKM Universitas Mulawarman ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik gizi terkait kebiasaan makan diantaranya frekuensi makan dalam sehari, kebiasaan sarapan, konsumsi fast food, soft drink, dan cemilan, serta status gizi dengan indeks IMT/U anak usia sekolah yang menjadi korban maupun pelaku bullying serta kecenderungan perilaku bullying terjadi pada anak dengan status gizi tidak normal. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan studi kecenderungan atau prediksi. Penelitian ini dilakukan pada anak SD kelas 5 usia 10-12 tahun. Siswa-siswi yang berpartisipasi dalam penelitian ini sebanyak 46 anak. Pada penelitian ini akan dilakukan Penilaian Kebiasaan konsumsi dan Perilaku Bullying dilakukan dengan menggunakan kuesioner sementara status gizi diukur menggunakan pengukuran antropometri. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak dari 26 anak (56,5%) yang menjadi korban bullying, 12 anak (46,2%) terkategori status gizi normal, 14 anak (53.5%) terkategori malnutrisi (11,5% kurus, 15,4% gemuk, 26,9% obesitas), sementara terdapat 17 anak (36,9%) yang menjadi pelaku bullying dimana 8 anak (47.1%) terkategori status gizi normal dan 9 anak (52.9%) terkategori malnutrisi (17,6% gemuk, 35,3% obesitas). Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa terdapat 3 anak (6,5%) yang terkategori menjadi korban sekaligus pelaku bullying dengan status gizi 100% mengalami obesitas. Tidak terlihat perbedaan yang significant pada karakteristik gizi antara korban dan pelaku bullying pada anak SD. Tapi terlihat adanya kecenderungan bahwa yang menjadi korban maupun pelaku bullying adalah mereka yang terkategori gemuk dan obesitas. Diperlukan peran orang tua maupun pihak sekolah untuk memantau pola konsumsi dan status gizi dalam upaya pencegahan bullying yang disebabkan oleh ukuran tubuh. Kata Kunci : Kebiasaan makan, gizi, bullying, korban, pelaku PENDAHULUAN Fenomena bullying kini terlihat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hasil penlitian menemukan bahwa dalam 30 tahun terakhir, bullying menjadi ancaman serius terhadap perkembangan anak dan yang kemudia berpotensi menyebabkan terjadinya kekerasan di sekolah (Olweus, 1978, dalam smokowski & Kopasz, 2005). Bullying kini tidak mengenal usia, bukan hanya terjadi pada remaja, tindakan Alamat Korespondensi: ISSN-P : 2086-2040 Gedung FKIK Lt.1 UIN Alauddin Makassar ISSN-E : 2548-5334 Email: renynoviastyfkm@gmail.com Volume 9, Nomor 2, Juli-Desember 2017

129 AL-SIHAH VOLUM E IX, NO. 2, JULI -DESEMBER 2017 intimidasi untuk mengganggu bahkan menyerang tersebut juga mulai terlihat pada anak usia sekolah dasar. Data yang tercatat oleh world vision Indonesia pada tahun 2008 terjadi 1.626 kasus, tahun 2009 meningkat hingga 1.891 kasus, 891 diantaranya kasus di sekolah (Saputro, 2013) Bullying ibarat fenomena gunung es yang nampak puncak kecil di permukaan namun memiliki permasalahan yang besar di bagian dasarnya. Masalah bullying sebagian di antaranya tidak mudah ditangkap oleh mata orang tua ataupun guru. Sebagaimana dikemukakan, bahwa masyarakat (khususnya para orang tua dan guru) seringkali terlena oleh kesan remeh fenomena bullying, sehingga mengesampingkan dampak dan bahayanya yang luar biasa yang muncul di kemudian hari baik terhadap korban bullying, dan pelaku bullying, maupun dampak yang lebih luas lagi terhadap masyarakat kita (Hidayati, 2013) Anak usia sekolah diharapkan memiliki status gizi yang normal. Hal ini selain menunjang kesehatan anak, juga meminimalisir terjadinya bullying. Bullying merupakan tindakan intimidasi oleh satu atau lebih anak kepada anak lainnya yang dapat berupa bullying verbal, bullying fisik, bullying relasional dan bullying lewat media social. Beberapa faktor menjadi alasan bullying salah satu diantaranya adalah bentuk fisik yang tidak normal terkait status gizi seperti gendut, kerempeng, sebagaimana disebutkan bahwa terdapat beberapa karakteristik yang identik dengan seseorang termasuk penampilan ataupun perilaku yang berbeda dengan kebanyakan orang pada umumnya menjadi alasan terjadinya bully. Sebagian yang menjadi korban bully adalah mereka yang memiliki ukuran fisik yang berbeda dari kebanyakan anak-anak di usia yang sama. Anak yang cenderung lebih kecil, lebih tinggi, atau memiliki berat badan lebih rentan menjadi korban bully (Murphy, 2009). Oleh karenanya penting untuk menjaga status gizi anak berada pada kondisi normal selain untuk kesehatan juga untuk menghindari bullying tersebut. Asupan gizi yang tercukupi menjadi modal bagi perkembangan dan pertumbuhan anak yang optimal. Anak usia sekolah memiliki banyak aktifitas di sekolah seperti proses belajar, kegiatan bermain, berolahraga dan kegiatan lainnya yang membutuhkan energy atau tenaga yang cukup besar. Energi tersebut dapat diperoleh melalui sarapan sehat di pagi hari sebelum berangkat ke sekolah. Sarapan merupakan tahap awal dalam rangkaian pemenuhan gizi dalam sehari. Sarapan sehat, tidak hanya bermanfaat untuk pemenuhan energy pada hari itu, melainkan dapat membiasakan anak untuk disiplin yang akan terus dilakukannya hingga usia

VOLUM E IX, NO. 2, JULI -DESEMBER 2017 AL-SIHAH 130 remaja bahkan dewasa. Kebiasaan sarapan pada remaja dan dewasa terbukti dapat mencegah kegemukan. usia sekolah sarapan hanya dengan air minum dan 44,6% tidak memenuhi kebutuhan gizi sarapan per hari yakni asupan energi Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Variabel Karakteristik n % Karakteristik Responden Usia (tahun) 10 - < 11 20 43,5 11 - < 12 21 45,7 12 - < 13 5 10,8 Jenis Kelamin Laki-laki 24 52,2 Perempuan 22 47,8 Kategori School Bullying Korban 26 56,5 Pelaku 17 37 Korban sekaligus pelaku 3 6,5 Karakteristik Keluarga Pekerjaan Ayah Buruh 2 4,3 Swasta 28 60,9 PNS/Polisi/TNI 4 8,7 Honorer 1 2,2 Wirausaha 10 21,7 Tidak bekerja 1 2,2 Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga 34 73,9 Swasta 7 15,3 PNS 2 4,3 Honorer 1 2,2 Wirausaha 2 4,3 Sumber: Data Primer, 2017 Hasil riset Kesehatan Dasar tahun 2010 memperlihatkan bahwa dari segi kuantitas dan kualitas sarapan anak Indonesia masih rendah. Hasil tersbut menyebutkan bahwa sekitar 26,1% dari 35.000 anak kurang dari 15%, padahal dibutuhkan setidaknya 15-30% asupan energy yang berasal dari sarapan, yakni sekitar 450-500 kalori dan dibutuhkan 8-9 gram protein untuk dapat meningkatkan konsentrasi belajar

131 AL-SIHAH VOLUM E IX, NO. 2, JULI -DESEMBER 2017 dan stamina sehingga prestasi belajar anak usia sekolah juga meningkat (Depkes, 2014). Sementara hasil tersbut didukung oleh penelitian yang diadakan oleh Nestle Indonesia (2012), dimana didapatkan empat dari sepuluh anak Indonesia mengkonsumsi sarapan tidak bergizi. Sejalan dengan hasil penelitian Hardinsyah (2015) bahwa tujuh dari sepuluh anak Indonesia kekurangan gizi sarapan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik gizi terkait kebiasaan makan diantaranya frekuensi makan dalam sehari, kebiasaan sarapan, konsumsi fast food, soft drink, dan cemilan, serta status gizi dengan indeks IMT/U anak usia sekolah dasar yang menjadi korban maupun pelaku bullying serta kecenderungan perilaku bullying terjadi pada anak dengan status gizi tidak normal. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada anak SD kelas 5 usia 10-12 tahun yang memiliki akreditasi A yakni SDN 12 yang berlokasi di jalan abdul wahab syahranie di Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Menu Makan Keluarga per hari berdasarkan Status Gizi balita Variabel Sumber: Data Primer, 2017 Korban Frekuensi makan sayur dalam sehari Kategori School Bullying Pelaku Korban dan Pelaku Total 1-2 kali 10 (52,6%) 8 (42,1%) 1 (5,3%) 19 (100 %) 3-4 kali 12 (63,2%) 6 (31,6%) 1 (5,3%) 19 (100%) >4 kali 4(50,0%) 3 (37,5%) 1 (12,5%) 8 (100%) Total 26 (56,5%) 17 (37,0%) 3 (6,5%) 46 (100%) Frekuensi makan buah dalam sehari 1-2 kali 14(58,3%) 10(41,7%) 0(0,0%) 24(100%) 3-4 kali 8(53,3%) 5(33,3%) 2(13,3%) 15(100%) >4 kali 4(57,1%) 2(28,6%) 1(14,3%) 7(100%) Total 26(56,5%) 17(37,0%) 3(6,5%) 46(100%) kecamatan samarinda Ulu, Kelurahan air hitam, Kota Samarinda. Siswa-siswi yang berpartisipasi dalam penelitian ini sebanyak 46 anak. Pada penelitian ini akan dilakukan Penilaian Kebiasaan konsumsi dan Perilaku Bullying dilakukan dengan menggunakan kuesioner sementara status gizi diukur menggunakan pengukuran antropometri yakni tinggi badan menggunakan microtoise

VOLUM E IX, NO. 2, JULI -DESEMBER 2017 AL-SIHAH 132 100 Gambar 1 memperlihatkan bahwa sebanyak dari 26 anak (56,5%) yang menjadi korban bullying, 12 anak (46,2%) terkategori status gizi normal, 14 anak (53.5%) terkategori malnutrisi (11,5% kurus, 15,4% gemuk, 26,9% obesitas), sementara terdapat 17 anak (36,9%) yang menjadi pelaku bullying dimana 8 anak (47.1%) terkategori status gizi normal dan 9 anak (52.9%) terkategori malnutrisi (17,6% gemuk, 35,3% obesitas). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat 3 100 80 Gizi kurang normal Gizi lebih Obesitas 60 40 20 0 46.2 47.1 35.3 26.9 11.5 15.4 17.6 0 0 0 0 Gambar 1. Grafik Status Gizi Anak SD berdasarkan Kategori Bullying dan berat badan dengan menggunakan timbangan berat badan digital. Adapun pengkategorian School Bullying (korban, pelaku, korban sekaligus pelaku) dilakukan dengan menggunakan kuesioner. HASIL PENELITIAN Tabel 1 memperlihatkan karakteristik balitaanak sekolah dasar yang duduk di kelas 4 dan 5 SD dimana sebagian besar responden berusia 11 - < 12 tahun (45,7%) dan berjenis kelamin laki-laki 52,2%. Sebagian besar (56,5%) responden terkategori sebagai korban bullying. Pekerjaan Ayah responden sebagian besar merupakan pegawai swasta (60,9%) dan pekerjaan ibu adalah sebagai Ibu rumah tangga (73,9%). Dilihat dari suku responden, diketahui bahwa sebagian besar merupakan suku di luar pulau Kalimantan yang didominasi oleh susku Jawa (39,1%). anak (6,5%) yang terkategori menjadi korban sekaligus pelaku bullying dengan status gizi 100% mengalami obesitas. Tidak terlihat perbedaan yang significant pada karakteristik gizi antara korban dan pelaku bullying pada anak SD. Tapi terlihat adanya kecenderungan bahwa yang menjadi korban maupun pelaku

133 AL-SIHAH VOLUM E IX, NO. 2, JULI -DESEMBER 2017 bullying adalah mereka yang terkategori gemuk dan obesitas Pada gambar 2 menunjukkan perilaku sarapan keseluruhan sampel didapatkan 12 anak (26,1%) sarapan pagi setiap hari, 6 anak (13,0%) tidak sarapan, dan sebanyak 28 anak (60,9%) kadang-kadang sarapan dan kadang-kadang tidak sarapan sebelum ke sekolah Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara perilaku jajan dengan kategori bully. Terlihat pada gambar 3 bahwa baik sayuran. Namun bila dilihat dri frekuensi konsumsi sayur dan buah terlihat bahwa sebagian besar anak usia sekolah dasar mengkonsumsi sayur (43,1%) dan buah (52,17%) sebanyak 1-2 kali dalam sehari Pada tabel 2 juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada frekuensi konsumsi sayur dan buah berdasarkan kategori bullying dimana sebagian besar responden yang terategori sebagai korban bully sebagian besar mengkonsumis sayur dan buah sebanyak 1-2 kali dalam sehari (52,6% dan 58,3%) 70 60 61.5 64.7 50 40 30 20 10 26.9 11.5 13.511.8 33.3 33.3 Ya 33.3 tidak kadang-kadang 0 korban pelaku pelaku+korban Gambar 2. Grafik Perilaku Sarapan Anak SD berdasarkan Kategori Bullying responden yang terkategori sebagai korban bully, pelaku bully ataupun keduanya sebagian besar (76,9%; 70,6% ; 66,7%) setiap hari jajan di sekolah. Pada tabel 2 menunjukkan bahwa seluruh siswa/i (100%) yang berpartisipasi dalam penelitian ini diketahui menyukai buah-buahan dan hanya 1 anak (2,2% ) dari 46 siswa/i yang mengaku tidak suka makan PEMBAHASAN Waktu sarapan menjadi salah satu poin yang menyebabkan perilaku sarapan menjadi tidak dapat memenuhi kebutuhan harian anak. Sarapan penting bagi anak usia sekolah, setelah sekitar 8-10 jam lambung dalam kondisi kosong, tubuh memerlukan asupan energy yang cukup untuk beraktifi-

VOLUM E IX, NO. 2, JULI -DESEMBER 2017 AL-SIHAH 134 tas di pagi hari. Terlambat sarapan menyebabkan tubuh menggunakan cadangan energy yang tersimpan dalam tubuh, sehingga jika hal ini terus berlanjut makan anak akan mengalami penurunan status gizi dan tentunya akan mempengaruhi kecerdasan mental dan psikomotorik anak. Sebagian besar responden (80,44%) telah melakukan sarapan di waktu yang tepat yakni sebelum jam 9, dimana sepertiga (30,43%) dari jumah responden responden hanya 11 anak sekolah dasar (23,9%) yang mengkonsumsi kombinasi sumber zat gizi yang dianggap dapat mencukupi variasi zat gizi yang dibutuhkan dalam sarapan. Dibutuhkan minimal 3 kombinasi dari 5 sumber zat gizi yakni Sumber karbohidrat, sumber protein hewani, sumber protein nabati, sumber vitamin dari sayur dan buah-buahan. Hal tersebut sejalan dengan hasil analisis data riskesda tahun 2010 dimana Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Perilaku jajan anak SD berdasarkan kategori Bullying anak SD 017 sarapan di jam 6.30 pagi sebelum berangkat ke sekolah. Sementara terdapat 17.39 % yang tidak sarapan sebelum berangkat sekolah dan baru sarapan di jam 9 pagi dan terdapat 1 orang responden (2.17%) yang sarapan di waktu makan siang pada jam 13.00. Sementara dilihat dari segi kelengkapan menu sarapan terlihat dari 46 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sepuluh makanan yang paling favorit dikonsumsi saat sarapan adalah nasi putih, telur ceplok/dadar, tempe goreng, sayur berkuah, ikan goreng, mi instan, nasi goreng, sayuran (tumis), dan tahu goreng; sedangkan lima minuman terpopuler yang dikonsumsi sebagai sarapan adalah air putih, teh manis, susu kental manis, susu

135 AL-SIHAH VOLUM E IX, NO. 2, JULI -DESEMBER 2017 instan, dan air teh. Hampir separuh (44.6%) anak usia sekolah sarapan dengan kualitas gizi rendah. Sekitar 44.6%, 35.4%, 67.8%, 85.0%, 89.4%, dan 90.3% anak hanya memperoleh gizi <15% AKG dari sarapan (berturut-turut untuk energi, protein, vitamin A, zat besi, kalsium, dan serat) (Hardinsyah dan Aries, 2012) Menu sarapan yang dikonsumsi anak usia sekolah seharusnya dapat memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah. Berdasarkan AKG tahun 2013, jumlah kebutuhan energy kalori anak usia sekolah dalam sehari yakni untuk usia 10-12 tahun sebesar 2100 kalori bagi laki-laki dan 2000 kalori bagi perempuan. Jumlah tersebut dapat dipenuhi apabila anak mengkonsumsi menu yang lengkap dalam 3 kali makan dalam satu hari dan diselingi dengan kudapan (snack) time diantara waktu sarapan dengan makan siang dan diantara makan siang dengan makan malam. Menu yang lengkap terdiri dari makanan sumber karbohidrat (nasi,roti, mie, jagung, kentang, ubi, dst); sumber protein (ayam.telur, ikan, daging, tahu,tempe, dst), sumber vitamin dan mineral (sayuran dan buah-buahan). Untuk sarapan setidaknya dapat terpenuhi ¼-1/3 dari kebutuhan energi dalam sehari yakni sebesar 450-500 kalori atau memenuhi 15-30% dari total kebutuhn energy per hari. Perilaku jajan anak usia sekolah bisa menjadi salah satu alasan bully anak sekolah. Sebagaimana hasil penelitian kualitatif oleh Siswati dan Widayanti (2009), dimana dalam hasil wawancara beberapa orang informan mengaku dipaksa membelikan jajanan dan diancam jika tidak melakukannya. (Siswati & Widayanti, 2009) Namun, hasil penelitian memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara perilaku jajan dengan kategori bully. Terlihat pada gambar 3 bahwa baik responden yang terkategori sebagai korban bully, pelaku bully ataupun keduanya sebagian besar (76,9%; 70,6% ; 66,7%) setiap hari jajan di sekolah. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan terjadinya kelaparan saat di sekolah pada anak tanpa membedakan apakah di korban ataupun pelaku bullying. Kelaparan akan menyebabkan anak jajan di sekolah, apalagi hanya sekitar 5% dari anak-anak tersebut membawa bekal dari rumah, sehingga kemungkinan untuk membeli makanan jajanan lebih tinggi. (Depkes RI,2011). Disebutkan pula oleh Balai Pengawasan Obat dan Makanan bahwa dalam Pangan Jajanan Anak Sekolah menunjukkan bahwa makanan jajanan memberikan kontribusi masing-masing sebesar 31,1%, dan 27,4% terhadap keseluruhan asupan energi dan protein anak sekolah dasar(bpom RI, 2009)

VOLUM E IX, NO. 2, JULI -DESEMBER 2017 AL-SIHAH 136 Dilihat dari segi kebiasaan makan anak sekolah dasar, untuk konsumsi fast food terlihat bahwa sebagian besar responden (73,91%) mengkonsumsi fast food sebanyak 1-2 kali per minggu, 58,7% mengkonsumsi minuman kemasan sebanyak 1-2 kali per minggu, dan 41,3% responden mengkonsumsi cemilan kemasan (keripik singkong, wafer, kue kering, dst) setiap hari. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian Adair dan Popkin (2005) di Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa anak mengkonsumsi lebih dari sepertiga kebutuhan kalori sehari yang berasal dari makanan jajanan jenis fast food dan soft drink. Hal tersebut dapat menyebabkan obesitas (Adair dan Popkin, 2005). Adapun keterbatasan penelitian ini adalah jumlah sampel yang kecil, maka perlu dilakukan studi lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar sehingga dapat dilakukan uji statistic perbedaan antara variable sarapan, konsumsi fastfood, minuman ringan, cemilan, sayur dan buah dengan kategori bullying (korban, pelaku dan korban sekaligus pelaku bullying) KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada masing-masing kategori bully terdapat anak-anak yang mengalami malnutrisi (gizi kurang, gizi lebih dan obesitas). Meskipun tidak secara kuat terlihat adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian bully responden, namun tidak dapat diabakan bahwa ukuran fisik merupakan salah satu alasan yang paling umum digunakan untuk melakukan bully secara verbal seperti ejekan-ejekan gendut, kerempeng, sehingga perlu diadakan pemantauan perilaku konsumsi yang tentunya secara langsung berdampak pada status gizi dan ukuran tubuh anak. DAFTAR PUSTAKA Adair LS, Popkin BM. Are child eating patterns being transformed globally?. Obesity Research. 2005; 13. p. 1281 1299 BPOM RI, 2009. Pangan Jajanan Anak Sekolah. Jakarta : Edisi II. DEPKES RI, 2011. Jejaring Informasi Pangan dan Gizi. Jakarta ; Edisi II. Departemen Kesehatan., 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Diunduh dari http:// gizi.depkes.go.id Hardinsyah dan Aries. 2012. Jenis Sarapan dan Perannya Dalam Asupan Gizi Harian Anak Usia 6-12 tahun di Indonesia. Jurnal gizi dan Pangan, Juli 2012, 792) : 89-96 Hardinsyah., 2015. Berbagi PESAN(Pekan Sarapan Nasional). Materi Kampanye Berbagi PESAN di Jakarta 2015. Diunduh dari http://

137 AL-SIHAH VOLUM E IX, NO. 2, JULI -DESEMBER 2017 pergizi.org Hidayati, Nurul. 2012. Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi. IN- SAN Vol. 14 No. 01, April 2012 Siswati dan Widayanti, Costrie. 2009. Fenomena Bullying di Sekolah Dasar Negeri di Semarang : Sebuah Studi Deskriptif. Jurnal Psikologi Undip, Vol 5 No 2 Desember 2009. http:// www.psikologi.undip.ac.id/ eprints.undi.ac.id/8336/. Diakses tanggal 19 September 2017. Saputro, Anung. 2013. Hubungan Paparan Kekerasan dengan Perilaku Bullying di Sekolah Dasar. Skripsi. Fakutas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Smokowski, P.R. & Kopasz, K.H. (2005). Bullying in school: An overview of types, effects, family charateristics, and intervention strategies. Children & School Journal, 27 (2): 101-109. Martianto D., 2006. Kalau Mau Sehat, Jangan Tinggalkan Kebiasaan Sarapan. Diunduh dari http:// republika.co.id Murphy, A.G. (2009). Character education: Dealing with bullying. New York: Chelsea House Publishers