BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM. Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

Bab I Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 8 Tgl 11 Agustus 1949 dengan jumlah jemaat sebanyak 83 jemaat yang

GEREJA HKBP DI SEMARANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN HURIA KRISTEN INDONESIA (HKI)

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1 M.M. Srisetyati Haryadi, PengantarAgronomi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, p

TATA GEREJA PEMBUKAAN

PARA PENDETA DAN PARA PELAYAN JEMAAT LAINNYA PELAJARAN 9

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh 7, Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang, 1976, hal.25

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan

TATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Bekerja Dengan Para Pemimpin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR: 07/BPMS-BNKP/2008 tentang PELAYAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum GSJPDI Kristus Gembala Baik. bawah naungan organisasi Gereja Sidang Jemaat Pentakosta Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut

MEMUTUSKAN. Peraturan Banua Niha Keriso Protestan tentang Resort

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu. dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Masehi Injili di Timor). Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) pada waktu

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB I. A. Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147

UKDW BAB I PENDAHULUAN

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penulisan

TATA GEREJA Gereja Kristen Immanuel Edisi SR XX TATA GEREJA. Gereja Kristen Immanuel. Edisi SR XX. Sinode Gereja Kristen Immanuel

TATA DASAR TATA DASAR

PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian

BAB IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP MUTASI PENDETA DI GKBP

MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

Panduan Administrasi. Kompleks Istana Mekar Wangi Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung Telp ; Website:

BAB I PENDAHULUAN. sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang

BAB V PENUTUP. 1. Tradisi Piring Nazar sebagai sebuah kenyataan sosio-religius dapat dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

MUTASI PENDETA-PENDETA DI GKPB DITINJAU DARI MANAJEMEN GEREJAWI

BAB I PENDAHULUAN. penginjil Rheinische Mission Gesellschaft (RMG) masih sedikit. Keadaan ini

PERATURAN PELAKSANAAN MAJELIS JEMAAT NO. 1. Tentang JEMAAT

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan karir seorang karyawan. Sedangkan dalam organisasi non profit dalam hal ini gereja melakukan mutasi tenaga pendeta erat kaitannya dengan panggilan seorang pendeta sebagai pelayan Tuhan dan berdasarkan kebutuhan spritual umat. Pendeta memiliki peran, tugas, dan tanggung jawabnya agar pelayanan dapat berjalan sesuai dengan visi dan misi dari gereja. Sehingga tugas pendeta dalam Sinode Gereja Protestan Maluku telah diatur dalam Tata Gereja GPM tahun 1998, Bab I dan II, demikian: Memimpin serta bertanggungjawab atas ibadah, Pemberitaan Firman dan Pelayanan Sakramen. Melaksanakan pelayanan penggembalaan bagi semua pelayan dan anggota jemaat. Bersama Penatua dan Diaken 1

bertanggungjawab atas penyelenggaraan katekisasi, pembinaan umat, pendidikan agama Kristen di sekolah. Bersama Penatua dan Diaken bertanggung jawab atas pelaksanaan Pekabaran Injil, Pelayanan Kasih dan Keadilan. Membina serta mendorong semua warga jemaat untuk menggunakan potensi dan karunia yang diberikan Tuhan secara bertanggung jawab. Melaksanakan fungsi organisasi dalam Gereja Protestan Maluku sesuai ketentuan Tata Gereja dan Peraturan-Peraturan Gereja yang berlaku. Selain pendeta sebagai pemimpin di jemaat, pendeta juga secara langsung berada di bawah naungan Sinode sebagai badan pengambilan keputusan tertinggi dalam jenjang kepemimpinan Gereja Protestan Maluku. Ini menunjukan bahwa setiap pendeta GPM bertanggung jawab terhadap Sinode sebagai otoritas tertinggi. Sinode GPM berperan cukup penting untuk setiap pelayanan yang dilakukan melalui setiap kebijakan dan keputusan yang dibuat agar tujuan organisasi dapat terarah dan tercapai. Salah satu kebijakan Sinode yang berperan penting bagi pelayanan yang ada di GPM yaitu kebijakan mutasi pendeta. Mutasi pendeta menurut De Jonge (2001), adalah sarana untuk membina pendeta sebagai seorang 2

pejabat gereja dengan cara dipindahkan dari satu jemaat ke jemaat yang lain. Proses pemindahan ini diyakini juga sebagai panggilan yang diterima dari Kristus sebagai kepala gereja terhadap para pelayannya. Peraturan tentang mutasi pendeta dalam hal ini merupakan pelayan organik dalam lingkup GPM diatur dalam Tata Gereja GPM 1998, Bab I pasal 1, demikian: Mutasi adalah perpindahan jabatan atau wilayah kerja atas dasar kepentingan pelayanan GPM serta pembinaan pegawai dan pelayan gereja. Berpatokan pada pasal 1 diatas, maka mutasi pendeta GPM dilakukan dengan tujuan untuk pembinaan pendeta yang adalah pelayan Tuhan. Selain itu, mutasi juga secara langsung dilakukan dengan tujuan lebih kepada pelayanan dengan memperhatikan kebutuhan rohani dari umat. Setiap pendeta yang melayani di wilayah GPM memiliki masa tugas selama lima tahun, akan tetapi dapat diperpanjang sesuai kebutuhan. Hal ini sesuai dengan bab III pasal 6, demikian: 3

Mutasi rutin berlaku bagi Pegawai dan Pelayan Organik Gereja apabila yang bersangkutan telah memenuhi tugas dan fungsi jabatan selama lima tahun seorang Pegawai dan Pelayan Organik dapat diperpanjang tugasnya sesuai kebutuhan. Berdasarkan pada pasal 6 diatas, maka tidak ada pendeta yang akan melayani di suatu jemaat untuk selama-lamanya. Jika dikarenakan suatu alasan yang berkaitan dengan kebutuhan pelayanan umat, maka masa tugas pendeta bisa diperpanjang. Dengan pertimbangan bahwa tidak baik jika seorang pendeta terlalu lama di suatu jemaat dan juga bagi jemaat yang ada. Selanjutnya dalam prakteknya, kebijakan mutasi ini tak jarang memiliki masalah. Misalnya, dalam penelitian yang dilakukan oleh Gultom (2013) menemukan bahwa pengelolaan mutasi di Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan prosesnya melalui lobi-lobi sehingga mutasi pendeta diputuskan oleh pimpinan Sinode HKBP berdasarkan kepentingan pribadi. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh 4

Suryaningsih (2012), ternyata kebijakan mutasi dalam GKPB (Gereja Kristen Protestan Bali) diputuskan hanya oleh beberapa orang saja tanpa memperhatikan kebutuhan dari pendeta itu sendiri dan juga anggota jemaat. Sedikit berbeda dari kedua Sinode yang sudah dipaparkan diatas, maka masalah mutasi yang terjadi di Sinode GPM lebih terhadap pelaksanaannya yang tidak berjalan dengan baik. Padahal kebijakan mutasi itu sudah jelas diatur dalam tata aturan GPM. Masalah-masalah yang terkait dengan pelaksanaan mutasi pendeta ini dipilah menjadi dua bagian besar. Pertama, ada pendeta yang menolak SK mutasi disebabkan sudah nyaman di suatu jemaat. Faktor ekonomi yang menjadi alasan sehingga banyak pendeta menolak dimutasikan ke jemaat kota dan juga sebaliknya pendeta di jemaat desa sangat ingin dimutasikan ke jemaat kota. Ditambah lagi dengan wilayah pelayanan GPM yang adalah wilayah kepulauan sehingga menjadikan medan pelayanannya 5

berat dan sulit dijangkau untuk wilayah yang jauh. Masalah yang kedua yaitu jemaat yang sudah terlanjur mencintai pendeta sehingga tidak ingin pendetanya dipindahkan. Masalah kedua ini yang sering menjadikan proses pelaksanaan mutasi tidak berjalan sesuai dengan aturan yang ada. Sehingga timbulah pemikiran negatif di kalangan majelis jemaat serta umat tentang kebijakan mutasi ini. Kedua masalah diatas secara langsung sangat berdampak terhadap pelayanan yang ada dan timbulnya ketidakadilan diantara sesama rekan pelayanan berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pendeta tual via telepon. Padahal tata gereja sebagai dasar pengambilan keputusan dan rapat tertinggi sudah disahkan (Tata Gereja 1998 Bab I dan Bab II). Dengan demikian berdasarkan permasalahanpermasalah yang telah diuraikan diatas, maka penelitan ini kemudian difokuskan pada proses pelaksanaan mutasi yang dilakukan Sinode GPM yang 6

sesuai dengan kebijakan mutasi yang dikeluarkan Sinode dan pandangan pendeta GPM sebagai pelayan yang menindaklanjuti kebijakan itu bersama dengann jemaat. Mutasi ini bisa horizontal yang biasanya disebut dengan tour of area. Mutasi juga bisa vertikal yang dikenal dengan promosi atau kenaikan jabatan dan juga demusi atau penurunan jabatan. Penelitian ini untuk mutasi yang horizontal dan tidak memperhatiakn promosi dan demusi. Konsekuensi dari batasan penelitian ini adalah bahwa temuan-temuan Key Performance Indicators (KPI) kapan akan dipromosikan atau didemusikan tidak dibahas dalam penelitian ini. 7

1.2 Persoalan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas dan masalah yang akan diteliti, maka yang menjadi persoalan penelitian adalah: 1. Apa yang menjadi dasar Sinode GPM melakukan kebijakan mutasi pendeta? 2. Bagaimana proses dan pelaksanaan mutasi tenaga pendeta di lingkungan GPM? 3. Bagaimana tanggapan pendeta dan umat tentang kebijakan dan pelaksanan mutasi pendeta dalam lingkungan GPM? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengeksplorasi dan menganalisis kebijakan dan proses pelaksanaan mutasi dalam lingkungan GPM dan dampaknya bagi pelayanan gerejawi pada lingkup wilayah pelayanan GPM. 8

1.4 Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian di bidang manajemen gereja khususnya yang membahas mengenai mutasi pendeta pada lingkup organisasi gerejawi. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran tentang pelaksanaan mutasi dalam lingkungan Gereja khususnya GPM. 9