BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha menuntut pimpinan perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan yang cepat dalam lingkungan bisnis yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani yaitu system yang artinya adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut

MAKALAH PENGENDALIAN INTERNAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian global yang sudah berlangsung dewasa ini, didukung

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peranan sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengendalian Intern. Pengendalian intern merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. hidup suatu perusahaan dan juga menjadi sumber pendapatan yang utama untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi. Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

BAB II LANDASAN TEORI. penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil. ini belum menerapkan praktek yang sehat.

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

PENGENDALIAN INTERN 1

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Akuntansi dan Sistem Informasi Akuntansi. keuangan yang berfungsi sebagai media control bagi manajemen villa untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manajemen juga memiliki peranan penting. Prosedur merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

menyimpang dalam mengambil keputusan, manajemen membutuhkan informasi mengenai aspek atau keadaaan perusahaan. Informasi merupakan alat bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK KELANCARAN PRODUKSI PADA PT. GRAPHIKA BETON EVA SELVIANTI ( )

SISTEM PENGENDALIAN INTERN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian pengendalian intern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas seperti sekarang ini,

1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang semakin pesat dalam berbagai bidang atau sektor kehidupan.

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. B. Pengertian dan Pemahaman Umum Mengenai Non Government. Apa sebenarnya NGO itu? NGO merupakan singkatan dari Non Government

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat dan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Hal ini tentu sangat

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat ketat antar perusahaan saat ini terjadi di dalam

KUESIONER. Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas

BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT HERFINTA FARM AND PLANTATION MEDAN. A. Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. Halaman I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Wibowo,

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi. Sistem pada dasarnya adalah suatu jaringan yang berhubungan dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian sistem menurut Anastasia dan Lilis (2010:3), sistem merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perekonomian sekarang ini, perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit

BAB I PENDAHULUAN. menentu, hal ini dikarenakan ketidak pastian politik dan perekonomian dalam

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEWI KURNIASIH Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.8 Latar Belakang Penelitian Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORITIS

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Internal. yang ditetapkan telah dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen persediaan (inventory management) yang baik. merupakan kunci keberhasilan setiap perusahaan, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Informasi akuntansi adalah bagian yang terpenting dari seluruh informasi yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian pengendalian menurut William K. Carter (2009:6) yang

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Krismiaji (2010:218), Pengendalian internal (internal control)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dan semakin berkembangnya sumber

BAB IV PEMBAHASAN. Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fungsi Pengertian fungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:201) adalah sebagai berikut: Kegunaan suatu hal; pekerjaan yang dilakukan (jabatan yang dilaksanakan); kerja suatu bagian tubuh. Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa fungsi lebih banyak menunjukan penyesuaian diri dan sebagai suatu proses dari aktivitas yang dinamis yang diharapkan timbul akibat dari status atau kedudukan yang melekat padanya. 2.2 Sistem Pengendalian Intern 2.2.1 Pengertian dan Tujuan Sistem pengendalian intern Sistem pengendalian intern dapat mempunyai arti sempit dan luas. Dalam arti sempit, pengendalian intern merupakan pengecekan penjumlahan, baik penjumlahan mendatar maupun penjumlahan menurun. Dalam arti luas, pengendalian intern merupakan pengecekan penjumlahan tetapi meliputi semua alat yang digunakan untuk mengadakan pengawasan yang mencakup semua aspek managerial sehubungan dengan pengelolaan perusahaan. Sistem pengendalian intern terdiri dari beberapa kebijakan dan prosedur spesifik yang dirancang untuk memberikan kepastian yang wajar bahwa sasaran dan tujuan perusahaan penting untuk dipenuhi. Kebijakan dan prosedur ini seringkali disebut Pengendalian, secara kolektif disebut Stuktur Pengendalian Intern. Sistem pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk mengendalikan jalannya perusahaan agar operasi dapat berjalan dengan lancar, keamanan aktiva perusahaan dapat terjamin dan dapat mencegah terjadinya kecurangan, kesalahan dan pemborosan.

9 Untuk memperoleh pengertian dari pengendalian intern, maka penulis akan mengemukakan beberapa kutipan dari berbagai literatur. Menurut Bodnar (2001:397) dalam bukunya Accounting Information System memberikan definisi Pengendalian Intern adalah sebagai berikut: Internal control as the process implemented by the board of directors, management those under their direction to provide reasonabke assurance that control objectives are actieves with negard to following categories: (a) effectiveness and efficiency of operations (b) realiability of financial reporting, (c) compliance with applicable laws and regulations Terjemahan pengendalian intern diatas sebagai berikut Pengendalian Intern adalah proses yang dipengaruhi oleh semua anggota organisasi untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi operasi, kualitas laporan keuangan dan dipatuhinya hukum dan peraturan perudang-undangan yang berlaku. Berdasarkan uraian di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa tujuan sistem pengendalian intern meliputi: 1. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. 2. Keandalan laporan keuangan. 3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasi. Ini berarti bahwa tujuan sistem pengendalian intern harus memperhatikan aspek pencapaian atas pelaksanaan mengenai keberadaan, kelengkapan, ketelitian, klasifikasi, ketepatan waktu, posting dan pengikhtisaran. Pemantauan atas pembelian dan persediaan bahan baku dilakukan oleh bagian pembelian dan gudang secara intensif. Pemuktakhiran pencatatan dilakukan segera setelah pembelian persediaan bahan baku diterima oleh bagian gudang. Pencatatan atas pembelian dan hutang selalu didokumentasikan dalam kartu hutang. Pencatatan atas pembayaran hutang dan penggunaan bahan baku selalu dicatat dengan menggunakan perkiraan yang tepat. Perputaran karyawan perusahaan dibagian pembelian, gudang dan produksi relatif rendah.

10 2.2.2 Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Penerapan sistem pengendalian intern oleh manajemen dalam suatu perusahaan harus memperhatikan unsur atau aspek sistem pengendalian intern itu sendiri. Mengenai unsur-unsur sistem pengendalian intern tersebut, antara lain: 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian intern, yang membentuk disiplin dan sistem. Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas antara lain: 1. Nilai integritas dan etika Efektivitas sistem pengendalian intern bersumber dari dalam diri orang yang mendesain dan melaksanakannya. Nilai integritas dan etika bisnis tersebut dikomunikasikan oleh manajer melalui personal behavior, manajer mengkomunikasikan nilai integritas dan etika melalui tindakan individual mereka, sehingga nilai-nilai tersebut dapat diamati oleh karyawan entitas sedangkan melalui operational behavior, manajer mendesain sistem yang digunakan untuk membentuk perilaku yang diinginkan, yang berdasarkan nilai integritas dan etika. 2. Komitmen terhadap kompetensi Untuk mencapai tujuan entitas, personel di setiap tingkat organisasi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan paduan antara kecerdasan, pelatihan, dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan kompetensi. 3. Dewan Komisaris dan Komite Audit Komunikasi dengan Komite Audit memberikan panduan bagi auditor dalam mengkomunikasikan hasil auditnya kepada komite audit, dan jika komite ini tidak dibentuk, kepada dewan komisaris.

11 Hal-hal yang harus dikomunikasikan kepada dewan komisaris atau komite audit meliputi: a. Kebijakan akuntansi penting tertentu yang dipilih oleh manajemen. b. Proses yang digunakan oleh manajemen dalam melakukan estimasi akuntansi. c. Akibat adjustment yang diajukan oleh auditor. d. Ketidaksepakatan antara auditor dan manajemen tentang penerapan prinsip akuntansi. e. Kesulitan yang ditemukan oleh auditor dalam pelaksanaan audit. Berfungsinya dewan komisaris dan komite audit akan menciptakan iklim pengendalian yang baik dalam perusahaan berbentuk perseroan terbatas. 4. Filosofi dan Gaya Operasi Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar (basic beliefs) yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawannya. Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu entitas harus dilaksanakan. 5. Struktur Organisasi Struktur organisasi memberikan kerangka untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas entitas. Pengembangan struktur organisasi suatu entitas mencakup pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab di dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. 6. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab Dengan pembagian wewenang yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi. Di samping itu pembagian wewenang yang jelas akan memudahkan pertanggungjawaban konsumsi sumber daya organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi. 7. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia Karyawan merupakan unsure penting dalam setiap sistem pengendalian intern. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur sistem pengendalian intern yang lain dapat dikurangi sampai batas minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan.

12 2. Penaksiran Risiko Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penaksiran risiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap risiko yang dapat timbul dari perubahan keadaan, seperti: 1. Bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal. 2. Perubahan standar akuntansi 3. Hukum dan peraturan baru 4. Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang digunakan untuk pengolahan informasi 5. Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengolahan dan pelaporan informasi dan personel yang terlibat di dalam fungsi tersebut. 3. Informasi dan Komunikasi Fokus utama kebijakan dan prosedur pengendalian yang berkaitan dengan sistem akuntansi adalah bahwa transaksi dilaksanakan dengan cara yang mencegah salah saji dalam asersi manajemen di laporan keuangan. Sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah sah, telah dicatat, dinilai secara wajar, digolongkan secara wajar, dicatat dalam periode yang seharusnya, dimasukkan ke dalam buku pembantu dan telah diringkas secara benar. 4. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petujuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai macam tujuan dan diterapkan dalam berbagai tingkat dan fungsi organisasi.

13 5. Pemantauan Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja sistem pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengendalian, pada waktu yang tepat, untuk menentukan apakah sistem pengendalian intern beroperasi sebagaimana yang diharapkan, dan untuk menentukan apakah sistem pengendalian intern tersebut telah memerlukan perubahan karena terjadinya perubahaan keadaan. Berdasarkan unsur-unsur sistem pengendalian intern yang telah disebutkan diatas maka bagian pembelian bahan baku diperkenankan membuat kebijakan pembelian bahan baku yang bersifat khusus jika belum ada kebijakan umum. Bagian pembelian bahan baku hanya bertugas menganalisis permintaan pembelian bahan baku, sedangkan keputusannya bergantung pada atasan. Bagian pembelian bahan baku menganalisis pembelian bahan baku setelah permintaan pembelian masuk tanpa menunggu instruksi. Sebelum analisis pembelian diserahkan ke kepala bagian pembelian, kelengkapan mengenai harga, supplier atau pemasok dan syarat pembayaran sepenuhnya merupakan tanggung jawab bagian pembelian. Jumlah pembelian yang disetujui ditetapkan berdasarkan ketentuan yang berlaku dan dicatat atas dasar jumlah yang sama. Seluruh pembelian yang disetujui untuk direalisir setelah dimonitor secara teratur selama periode tertentu. Sudah ada pemisahan tugas yang jelas antara orang yang melakukan analisis pembelian, menyetujui pembelian, mencatat pembelian dan yang mengarsipkan persetujuan pembelian serta penerimaan persediaan bahan baku. Bagian internal audit secara berkesinambungan meneliti seluruh aktivitas pembelian sesuai dengan kebijakan yang berlaku.

14 2.2.3 Kepentingan Manajemen terhadap Pengendalian Intern Manajemen membutuhkan pengendalian intern lazimnya disebabkan karena semakin berkembangnya suatu perusahaan. Cirinya ditandai dengan volume kegiatan menjadi lebih besar dan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan semakin kompleks. Selain itu terdapatnya rentang kendali (span of control) dari manajemen. Konsekuensinya adalah jika dalam suatu perusahaan terdapat pertambahan suatu kegiatan dan jumlah personil, maka pimpinan semakin sulit untuk mengendalikan perusahaan. Keadaan ini menyebabkan pimpinan melakukan pelimpahan wewenang kepada bawahannya, tetapi tanggung jawab tetap di tangan pimpinan tersebut. Pimpinan merasa perlu untuk menetapkan suatu alat yang dapat memberikan suatu keyakinan bahwa yang dilaporkan itu benar dan dapat dipercaya, alat yang dimaksud itu adalah sistem pengendalian intern yang layak atau memadai. Dengan demikian jelaslah tanggung jawab untuk merancang dan menerapkan sistem pengendalian intern terletak pada pihak manajemen. Laporan keuangan merupakan sarana pertanggungjawaban manajemen puncak. Fungsi pengendalian intern bagi perusahaan adalah untuk mengawasi semua aktivitas perusahaan yang kegiatannya banyak dan kompleks serta merupakan alat bagi manajemen dalam membantu mengawasi semua kegiatan perusahaan. Pada tingkat yang minimal, sistem pengendalian intern diharapkan berguna untuk mengurangi penyimpangan yang terjadi. 2.3 Pembelian 2.3.1 Pengertian Pembelian Titik awal dari siklus kegiatan total operasi perusahaan adalah usaha untuk mendapatkan barang dan jasa yang akan dipasarkan kembali, baik dalam bentuk siap pakai atau barang jadi, barang setengah jadi atau barang yang harus dikombinasikan dengan barang lain untuk menghasilkan produk atau jasa lain yang siap dijual. Usaha untuk mendapatkan barang atau jasa tersebut meliputi usaha untuk mendapatkan bahan baku, bahan penolong, bahan untuk diproses, tenaga kerja, perlengkapan, fasilitas operasi dan bahkan dana.

15 Dengan memperhatikan luasnya tugas untuk mendapatkan barang dan jasa maka diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus bagi pelaksanaannya. Dalam perusahaan industri fungsi pembelian mencakup berbagai item yang diungkapkan John Page dalam bukunya Accounting and Information Systems (2000,35) sebagai berikut: related to buying goods from supplies (often called vendor), since must businesses purchase or least some goods from other componen. Dari keterangan diatas dapatlah diketahui bahwa pembelian merupakan suatu fungsi yang penting sehingga pengawasan perlu dilakukan terhadap pelaksanaan fungsi ini, karena itu dalam pembelian harus cermat dan teliti apa yang menjadi kebutuhan perusahaan. Secara garis besar tahap-tahap pembelian adalah: 1. Pengenalan masalah Proses pembelian dimulai ketika seseorang dalam perusahaan mengenali suatu masalah atau kebutuhan. 2. Uraian kebutuhan umum Penentuan karakteristik umum dan kuantitas barang yang dibutuhkan. 3. Spesifikasi produk Mengembangkan spesifikasi teknis barang. 4. Pencarian pemasok Pengidentifikasian pemasok yang tepat. 5. Pemilihan pemasok 6. Spesifikasi rutin pesanan. Melakukan pesanan akhir pada pemasok dengan menetapkan spesifikasi teknis, kuantitas yang dibutuhkan, waktu penyerahan yang diinginkan, kebijakan retur barang, jaminan dan sebagainya. 7. Peninjauan prestasi Peninjauan kembali prestasi para pemasok yang dapat menimbulkan keputusan untuk meneruskan memodifikasi atau melepaskan pemasok.

16 2.3.2 Prosedur Pembelian Secara garis besar prosedur transaksi pembelian adalah sebagai berikut: a. Fungsi gudang berdasarkan kebutuhan mengajukan permintaan pembelian. b. Fungsi pembelian setelah menerima surat permintaan pembelian, meminta penawaran harga dari pemasok. c. Fungsi pembelian menerima penawaran harga dari berbagai supplier dan melakukan pemilihan pemasok. d. Fungsi pembelian membuat order pembelian kepada pemasok yang dipilih. e. Fungsi penerimaan memeriksa dan menerima barang yang dipilih supplier. f. Fungsi penerimaan menyerahkan barang yang diterima kepada fungsi gudang untuk disimpan. g. Fungsi penerimaan melaporkan penerimaan barang kepada fungsi akuntansi. h. Fungsi akuntansi menerima faktur tagihan dari pemasok atas faktur dari pemasok tersebut, fungsi akuntansi mencatat kewajiban yang timbul dari transaksi pembelian. 2.3.3 Sistem Pengendalian Intern Pembelian Prinsip sistem pembelian intern menurut La Midjan dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi I (1997- hal. 139-141) adalah: Pada umumnya harus memperhatikan: 1. Pemisahan fungsi: a. Aktivitas pemesanan pembelian dilakukan oleh bagian produksi atau bagian gudang untuk perusahaan industri. b. Aktivitas pelaksanaan pembelian dilakukan oleh bagian pembelian. c. Aktivitas penerimaan barang yang dibeli dilaksanakan oleh bagian penerimaan/gudang. d. Aktivitas penyimpanan barang yang dibeli dilakukan oleh bagian gudang. e. Aktivitas pencatatan hasil pembelian dilakukan oleh bagian akuntansi/administrasi persediaan kantor/stock card. 2. Bagian pembelian hanya akan melakukan pembelian atas dasar permintaan dari bagian lain yang berada diluar bagian pembelian dan hanya atas barang-barang yang telah disetujui untuk dibeli. 3. Barang yang telah tiba harus diperiksa yaitu ditimbang / dihitung kemudian dibandingkan dengan order pembelian baik kuantum, kualitas, jenis, maupun ketetapan waktu tibanya.

17 4. Harga barang yang telah disetujui untuk dipesan, diterima, dicatat dan dibayar. 5. Adanya kebijaksanaan pembelian dan penetapan harga yang baik. 6. Pencatatan stock card harus tertib baik kuantum maupun harga. 7. Pembelian retur maupun potongan pembelian harus diteliti terus menerus. 8. Pencatatan yang tertib dan tepat waktu atas daftar langganan / daftar harga. 9. Pengecekan yang terus menerus atas sistem dan prosedur pembelian yang berjalan oleh bagian pengawasan intern. Sedangkan sistem pengendalian intern atas pembelian bahan baku menurut Sunarto (2003:140) adalah: 1. Mengamankan harta perusahaan. 2. Menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi. 3. Meningkatkan efisiensi perusahaan. 4. Mendorong ditaatinya kebijakan-kebijakan yang telah digariskan pimpinan perusahaan. 2.4 Persediaan Persediaan pada umumnya merupakan pas yang jumlahnya cukup besar dan penting bagi suatu perusahaan, karena mempunyai peranan yang berpengaruh langsung terhadap keuntungan perusahaan dan menentukan kontinuitas dari aktivitas perusahaan. Selain itu juga merupakan harta yang sensitif terhadap pencurian, pemborosan, kerusakan, kelebihan biaya sebagai akibat salah pengelolaan dan lainlain. Oleh karena itu persediaan ini harus direncanakan dan diawasi dengan sebaikbaiknya. Setiap perusahaan harus dapat menentukan jumlah persediaan yang dapat memenuhi kebutuhan produksi. Karena persediaan yang berlebihan akan merugikan perusahaan dalam hal, terlalu besarnya modal yang tertanam dalam persediaan, besarnya biaya penyimpanan dan pemeliharaan, kerusakan dan keusangan. Sebaliknya persediaan yang terlalu kecil juga akan merugikan perusahaan karena dapat mengganggu kelancaran proses produksi.

18 Pengertian Persediaan dan Persediaan Bahan Baku Persediaan terdiri dari beberapa macam bentuk yang berbeda. Khusus untuk perusahaan garment umumnya mempunyai persediaan yang terdiri dari bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan barang jadi yang siap dijual. Pengertian persediaan menurut Standar Akuntansi Keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia (2006-hal.14.1.03), sebagai berikut : Persediaan adalah aktiva a. tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; b. Dalam proses produksi / dalam perjalanan; atau c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplier) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, persediaan juga mencakupi barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahwan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Rangkuti dalam bukunya Manajemen Persediaan (2002,1) mendefinisikan persediaan sebagai berikut : Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal / persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan / proses produksi / persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. 2.5 Sistem Pengendalian Intern Persediaan Bahan Baku Sistem pengendalian intern persediaan bahan baku meliputi semua aktivitas yang berhubungan dengan usaha untuk mengamankan persediaan sejak mendatangkannya, menerima, menyimpan, dan pengeluaran baik fisik maupun kualitas dan pencatatannya, termasuk penentuan dan pengaturan jumlah persediaan. 2.5.1 Pengendalian Fisik Persediaan Bahan Baku Pengendalian fisik berarti melindungi dan mengamankan persediaan dari kemungkinan terjadinya hal-hal yang merugikan perusahaan, misalnya pencurian, penggelapan, keusangan, atau susut.

19 Pada dasarnya pengendalian fisik berhubungan secara langsung dengan fungsi atau tugas bagian gudang dalam perusahaan. Yang bertanggung jawab sepenuhnya adalah kepala gudang, yang bertugas menerima, menyimpan, dan mengeluarkan bahan dari dan ke gudang perusahaan. Petugas yang menyimpan tidak mengetahui tentang maslah harga tiap jenis persediaan, tapi hanya mengenai kuantitasnya saja. 2.5.2 Pengendalian Akuntansi Persediaan Bahan Baku Ruang lingkup pengendalian akuntansi ditekankan terhadap prosedur-prosedur akuntansi yang harus dilaksanakan, menyangkut transaksi yang timbul sehubungan dengan pengelolaan bahan baku. Dalam pelaksanaanya terdapat unsur-unsur pemisahan fungsi di antara beberapa bagian atau orang yang melaksanakan. Pemisahaan fungsi tersebut merupakan titik tolak untuk melakukan Internal Check dalam mengevaluasi dan mencocokkan hasil pekerjaan masing-masing pelaksana. Prosedur-prosedur yang harus didukung pengendalian akuntansi biasanya terdiri dari: prosedur pembelian, prosedur penerimaan, prosedur penyimpanan dan prosedur pengeluaran. 2.5.3 Sistem Pencatatan Persediaan Bahan Baku Sistem pencatatan perpetual merupakan bagian yang penting dari sistem pengendalian intern bahan baku. Dengan catatan perpetual ini maka setiap waktu dapat diketahui jumlah persediaan yang ada di tempat penyimpanan, yang digunakan untuk kegiatan produksi maupun jumlah pembelian bahan. Dengan menggunakan sistem ini setiap terjadi mutasi persediaan suatu bahan baik pembelian maupun pemakaian bahan baku selalu dicatat di kartu persediaan dan kartu gudang. Sistem pencatatan ini merupakan salah satu bagian dari unsur-unsur sistem pengendalian intern yaitu: perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai untuk membantu pencatatan secara semestinya transaksi dan peristiwa. Dengan demikian cara untuk menentukan jumlah pembelian adalah dengan menggunakan Economic Order Quantity (EOQ).

20 Biaya-biaya yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang mempengaruhi dan menentukan besarnya EOQ antara lain: 1. Biaya pesanan atau Step Up Costs (Procurement Costs) untuk setiap kali pesan. Biaya-biaya ini akan semakin besar apabila frekuensi pembelian menjadi lebih besar, antara lain: a) Biaya selama proses persiapan, meliputi: persiapan yang diperlukan untuk pesanan dan penentuan besarnya kuantitas yang akan dipesan. b) Biaya pengiriman pesanan c) Biaya penerimaan bahan baku yang dipesan, meliputi pembongkaran dan pemasukan ke gudang, pemeriksaan material yang diterima, mempersiapkan laporan penerimaan, mencatat ke dalam material record card. 2. Biaya pergudangan atau Carrying Cost Biaya ini akan menjadi besar apabila persediaan bahan baku yang disimpan semakin banyak, biaya-biaya ini antara lain: biaya sewa ruangan gedung, biaya penyusutan, biaya asuransi, biaya modal, pajak dari stock yang ada dalam gudang, biaya menimbang barang yang dibeli dan biaya atas barang-barang yang usang. Reorder Point (tingkat pesanan kembali) Mengingat bahwa EOQ adalah merupakan cara untuk menentukan jumlah bahan baku yang harus dibeli atau dipesan dengan biaya yang paling ekonomis, tetapi selain itu dapat digunakan untuk melihat jenis-jenis bahan baku yang sudah kadaluarsa atau yang perputarannya lambat serta sebagai alat pengecekan terhadap hasil perhitungan fisik.

21 2.5.4 Safety Stock, Economic Order Quantity, Reorder Point Safety Stock (Persediaan Penyelamat) Arti safety stock menurut Supriyono dalam bukunya Manajemen Biaya Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis (2001,138) yaitu : Safety Stock / Persediaan inti / Persediaan minimal bahan baku yaitu persedian dari bahan baku yang harus dipertahankan untuk menjamin kontinuitas usahanya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa safety stock merupakan batasan persediaan yang paling rendah yang harus ada untuk suatu jenis bahan, dengan tujuan untuk menghindari kekurangan bahan yang diperlukan dalam proses produksi yang dapat menyebabkan kemacetan proses produksi. Economic Order Quantity (EOQ) Konsep EOQ ini sangat berguna dan dapat membantu manajemen dalam menentukan besarnya investasi persediaan bahan baku agar selalu dapat memenuhi kebutuhan proses produksi. Untuk itu, sebelumnya harus diketahui besar kebutuhan bahan baku selama periode tertentu, kemudian baru dapat ditentukan dan dihitung besarnya jumlah pembelian atau pesanan yang optimal dan disertai dengan jumlah biaya yang paling ekonomis. Tapi dalam EOQ tidak menyebutkan kapan akan dilakukan maka sebagai pelengkap perlu digunakan Reorder Point. Pengertian Reorder Point menurut Supriyono dalam bukunya Manajemen Biaya Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis (2001,136) adalah sebagai berikut : Reorder Point ialah saat atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat pada waktu dimana persediaan atas Safety Stock sama dengan nol. Cara tersebut dilakukan karena biasanya suatu kegiatan usaha dalam menjalankan operasinya sering mengadakan persediaan minimal atau Safety Stock untuk berjaga-jaga terhadap keterlambatan datangnya bahan baku. Jadi sebelum persediaan bahan baku habis, perusahaan harus sudah melakukan pemesanan kembali.

22 Dengan demikian diharapkan datangnya bahan baku yang dipesan tersebut tidak melewati batas waktu atau melanggar Safety Stock. 2.6 Efektivitas 2.6.1 Pengertian Efektivitas Pengertian fungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:201) adalah sebagai berikut: Kegiatan atau usaha yang dapat membawa dampak baik, normal kembali Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu usaha yang diambil sebagai upaya untuk membuat sesuatunya menjadi lebih baik atau kembali normal. Efektifitas Pembelian Bahan Baku Suatu hal dapat dikatakan efektif jika tanggung jawab dalam melaksanakan organisasi telah dilakukan sesuai dengan apa yang telah menjadi tanggung jawabnya. Atribut dari efektifitas, meliputi: a. Keingintahuan b. Kemampuan menganalisis c. Ajakan d. Ketentuan bisnis yang baik e. Perasaaan yang umum f. Objektivitas g. Kemampuan untuk berkomunikasi h. Inisiatif untuk mengembangkan teknologi di beberapa area seperti pengukuran kinerja, diagram alur, analisis biaya manfaat, analisis biaya organisasi, informasi teknologi, dan lain-lain. i. Kebebasan j. Kepercayaan diri.

23 Pengendalian efektifivitas dari pembelian bahan baku mensyaratkan perbandingan pembelian bahan baku aktual dengan pembelian bahan baku yang direncanakan dan analisis terhadap varians-variansnya. Pengendalian pembelian bahan baku juga mensyaratkan pembandingan dan analisis terhadap faktor-faktor lainnya, termasuk biaya yang dianggarkan dibandingkan dengan biaya pemesananan dan penyimpanan. Pengendalian kerugian persediaan dan pemeliharaan tingkat persediaan optimal juga penting dalm pengendalian persediaan secara menyeluruh.