KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

III. KERANGKA TEORITIS

KERANGKA TEORITIS. 3.1 Keterkaitan Variabel-Variabel Industri Komoditi Kelapa Sawit dan Karet

BAB 2 LANDASAN TEORI

3 KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

VII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

V. FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENAWARAN DAN PERMINTAAN KAYU BULAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

II. PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

Wednesday, November 16, 2011 IPS SMP. S. Efiaty, S.Pd. SMP Negeri 5 Yogyakarta S. Efiaty, S.Pd.

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi Indonesia. Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

SEBUAH TEORI MAKROEKONOMI PEREKONOMIAN TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I. PENDAHULUAN. (DJR/DR) dan Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH/IHH). Penerimaan ini

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1.

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

Transkripsi:

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan absolut dari Adam Smith bahwa perdagangan internasional antara dua negara akan terjadi jika keduanya mendapatkan manfaat dari perdagangan internasional dan ini bisa terjadi apabila masing-masing negara memiliki keunggulan absolut yang berbeda. Teori dari Adam Smith ini dikritik dan dikoreksi oleh David Ricardo, yang pada dasarnya memiliki dasar pemikiran yang tidak berbeda tentang terjadinya perdagangan internasional, yaitu bahwa suatu negara akan berspesialisasi untuk mengekspor suatu barang dimana negara tersebut memiliki keunggulan komparatif terbesar dalam memproduksi barang tersebut dan suatu negara akan mengimpor suatu barang bila negara tersebut tidak mempunyai keunggulan komparatif bila memproduksi barang tersebut. Negara akan ekspor suatu barang bila negara tersebut memproduksi barang dengan biaya lebih murah dan akan impor suatu barang bila memproduksi barang tersebut biayanya menjadi lebih mahal. Jadi penekanan pada teori Ricardo adalah pada perbedaan efisiensi relatif antar negara dalam memproduksi dua atau lebih jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan internasional. Teori Heckscher-Ohlin menyatakan bahwa sebuah negara akan mengekspor komoditi yang produksinya menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah, dan akan mengimpor komoditi yang produksinya menyerap faktor produksi yang relatif langka dan mahal (Salvatore, 2004). Sehingga

40 perdagangan internasional akan menguntungkan kedua belah pihak karena masing-masing pihak dapat memanfaatkan perbedaan faktor produksi yang tersedia di negara-negara yang berbeda dan secara umum dapat dikatakan bahwa terjadinya perdagangan antar negara adalah karena adanya perbedaan harga relatif dari dua komoditi antar negara tersebut. Beradasarkan hasil perdagangan tersebut, kedua negara yang mengadakan transaksi akan mendapatkan manfaat dari perdagangan atau "gain from trade" melalui pertukaran komoditi tersebut pada beberapa rasio harga yang ditentukan sebelum mengadakan transaksi perdagangan (Krugman dan Obstfeld, 1994). Jadi pertukaran atau perdagangan antar negara timbul karena salah satu negara atau keduanya mengharapkan adanya manfaat atau keuntungan tambahan yang bisa diperoleh dari perdagangan tersebut, yaitu meningkatnya kepuasan kedua belah pihak dibandingkan dengan sebelum terjadinya perdagangan. Seperti halnya di pasar, keputusan untuk menjual atau membeli suatu barang biasanya sudah melalui proses negosiasi tawar menawar harga barang (Budiono, 1994). Mekanisme terjadinya ekspor dan impor (keseimbangan perdagangan internasional) antara dua negara dapat ditunjukkan secara grafis pada Gambar 2. Berdasarkan asumsi bahwa hanya ada dua negara, yaitu negara A dan negara B (atau gabungan dari negara-negara lain), dengan satu komoditi yang diperdagangkan, serta pasar dalam kondisi persaingan sempurna.

(a) (b) (c) P P P S B S A S E Pb D B = S B Pw Pw Pw Pa D A = S A D E D B 0 Q 1 Q 2 D A Q Q 0 Qe 0 Q 3 Q 4 Q Negara A Pasar Dunia Negara B (Pengekspor) (Pengimpor) Gambar 2. Proses Terjadinya Perdagangan Antara Dua Negara Sumber : Salvatore (2004) 41

42 Pada Gambar 2(a), Kurva D A menunjukkan kurva permintaan dan kurva S A menunjukkan kurva penawaran di negara A. Harga domestik di negara A sebelum perdagangan yaitu sebesar Pada Gambar 2(b), menggambarkan pasar ekspor bagi negara A, dimana kurva penawaran ekspor negara A diturunkan dari Gambar 2(a), Selama harga dunia lebih tinggi dari harga domestik, maka terjadi ekspor (excess supply). Sesuai dengan hukum pasar, makin tinggi harga dunia, dengan asumsi tidak ada hambatan perdagangan, akan makin banyak jumlah produk yang dapat diekspor. Gambar 2(c), menggambarkan pasar negara B, dimana kurva permintaan (D B ) dan kurva penawaran (S B ) dengan harga domestik yang relatif lebih tinggi, yaitu sebesar Pb. Kurva permintaan impor oleh negara-negara lain (rest of the world = ROW) adalah D E yang diturunkan dari Gambar 2(c). Seperti pada pasar ekspor, selama harga dunia lebih rendah dari harga di negara yang bersangkutan, maka negara yang bersangkutan mempunyai kecenderungan untuk impor. Dengan asumsi tidak ada hambatan perdagangan, makin rendah harga dunia akan makin banyak jumlah komoditi yang diimpor. Pada harga dunia Pw, di negara A terjadi kelebihan penawaran sebesar Q 2 - Q 1, di lain pihak pada negara B terjadi kelebihan permintaan (excess demand) sebesar Q 4 Q 3. Pada kondisi ini, akan terjadi perdagangan dari negara A (negara pengekspor) ke negara B (negara pengimpor) dengan jumlah produk yang diperdagangkan sebesar Q 2 - Q 1 = Q e = Q 4 Q 3 (Kindleberger dan Lindert, 1982). Dari gambar tersebut dapat dikatakan bahwa perdagangan antar negara sangat dipengaruhi oleh adanya perbedaan harga barang antara negara pengimpor dan negara pengekspor.

43 3.1.1. Dampak Pembatasan Ekspor Pembatasan ekspor atau pengenaan kuota ekspor terhadap suatu barang bertujuan untuk menjamin jumlah persediaan suatu barang untuk kebutuhan domestik. Pengenaan kuota ekspor juga dimaksudkan untuk pengendalian harga sehingga tidak terjadi fluktuasi harga yang tinggi dan diharapkan harga akan relatif stabil sehingga produksi juga akan mudah untuk dikendalikan. Pada analisis ini diasumsikan hanya ada dua negara, yaitu (1) negara A sebagai negara pengekspor dan negara B (atau gabungan negara-negara lainnya, ROW) sebagai negara pengimpor, dan (2) negara pengekspor adalah negara besar dalam perdagangan. Dampak ekonomi dari pembatasan ekspor dalam perdagangan dijelaskan pada Gambar 3. Keseimbangan semula terjadi pada saat harga dunia (Pw) sama dengan harga domestik (Pd) pada jumlah ekspor dari negara A sebesar Q 2 - Q 1 = Qe. Adanya pembatasan jumlah ekspor oleh negara A sebesar Q' 1 - Q' 2, di pasar dunia kurva penawaran ekspor yang berasal dari negara A akan menjadi kurva patah S' E. Dari perpotongan antara kurva S' E dengan kurva D' E akan diperoleh keseimbangan baru pada harga dunia P'w. Pada harga dunia sebesar P'w, di negara A akan terjadi kelebihan penawaran. Keseimbangan baru di negara A akan tercapai jika harga domestik berada pada tingkat Pd', yaitu pada perpotongan antara kurva penawaran (S A ) dan kurva permintaan domestik plus kuota (D' A ), dimana kurva D' A sejajar dengan kurva D A dengan jarak horizontal sebesar kuota yang ditetapkan.

16 P (a) (b) (c) P P S E S E S B D A Pw Pw = Pd a Pd b D A c e d S A Pw Pw S E = D E S E = D E Pw Pw 1 2 3 4 D B D E 0 Q 0 Q 1 Q 1 Q 2 Q 2 Q Q 0 Q e Q 3 Q 3 Q 4 Q 4 Q e Negara A Pasar Dunia Negara B (Pengekspor) (Pengimpor) Gambar 3. Dampak Pembatasan Ekspor 44

45 Dari proses perubahan yang terjadi, nampak bahwa adanya pembatasan jumlah ekspor akan mengakibatkan turunnya harga domestik di negara A (dari Pd ke P'd) dan naiknya harga dunia (dari Pw ke P'w). Disamping itu volume perdagangan akan turun, dari (Q 2 - Q 1 ) menjadi (Q' 2 - Q' 1 ). Dampak adanya pembatasan ekspor terhadap kesejahteraan masyarakat dibandingkan dengan perdagangan bebas dapat dianalisis melalui perubahan-perubahan surplus produsen dan surplus konsumen, sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Analisis Dampak Pembatasan Ekspor terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Negara Pengekspor dan Pengimpor Perubahan Pengekspor Pengimpor Surplus Produsen Surplus Konsumen Penerimaan dari kuota Kesejahteraan Nasional (Net) - (a + b + c + d) a+b c+e - d + e 1 - (1 + 2 + 3 + 4) - - ( 2 + 3 + 4) Kesejahteraan Dunia (Net) = ((- d + e) - ( 2 + 3 + 4)) = - d - 2 4 Keterangan : daerah e pada Gambar 3 (a) = daerah 3 pada Gambar 3 (c). Secara umum dampak dari pembatasan ekspor akan menurunkan kesejahteraan dunia. Di negara pengekspor, jika daerah e lebih besar dari daerah d pada Gambar 3 (a), maka negara pengekspor akan memperoleh manfaat dari pembatasan ekspor dimana konsumen dan pemegang kuota akan memperoleh keuntungan. Akan tetapi, di negara pengimpor terjadi penurunan kesejahteraan nasional yang jauh lebih besar dari manfaat yang diperoleh oleh negara pengekspor, sehingga secara total terjadi penurunan kesejahteraan dunia sebesar daerah (d+2+4).

46 3.1.2. Pemberlakuan Pajak Ekspor Volume dan pola perdagangan internasional selain dibentuk oleh kekuatan pasar juga tidak terlepas dari intervensi atau campur tangan pemerintah yang berupa hambatan-hambatan perdagangan ataupun insentif-insentif untuk mendorong kinerja ekspor suatu komoditi, banyak perangkat yang digunakan oleh pemerintah, salah satu yang penting adalah melalui pajak ekspor. Pajak ekspor adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas barangbarang yang diekspor. Besarnya pajak ekspor berbeda-beda tergantung kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Menurut Grennes (1984), pengenaan pajak ekspor akan mengakibatkan harga yang diterima oleh produsen akan menjadi lebih rendah dari harga dunia, yaitu sebesar pajak yang dikenakan. Dengan adanya pengenaan pajak ekspor, maka biaya ekspor akan meningkat sehingga akan mengurangi volume ekspor suatu komoditi. Dampak ekonomi dari pengenaan pajak ekspor tersebut secara grafis disajikan pada Gambar 4. Pengenaan pajak ekspor sebesar (t) akan menggeser kurva penawaran ekspor S E ke atas dengan jarak sebesar pajak (t) menjadi S E '. Pada kasus negara besar, dimana slope kurva permintaan impor yang dihadapi adalah negatif, maka penurunan jumlah penawaran ekspor pada harga tertentu akan meningkatkan harga dunia. Harga dunia yang tinggi jelas akan berpengaruh pada pengurangan daya beli konsumen dalam hal ini negara-negara pengimpor.

19 (a) (b) (c) S B P P P S E P w P w P w -t a b c f d e S A P w P w t S E P w P w D E 1 2 3 4 D B Pa D A Q Q Q 0 Q 3 Q 3 Q 4 Q 4 0 Q 1 Q 1 Q 2 Q 2 0 Q e Q e Negara A Pasar Dunia Negara B (Pengekspor) (Pengimpor) Gambar 4. Dampak Pemberlakuan Pajak Ekspor 47

48 Ilustrasi secara grafis pada Gambar 4, diperoleh gambaran bahwa harga yang diterima oleh produsen di negara A setelah dikenakannya pajak ekspor adalah sebesar Pw'-t. Pada harga ini konsumsi domestik naik menjadi Q' 1 dan produksi akan turun menjadi Q' 2, sehingga terjadi kelebihan penawaran sebesar Q' 2 - Q' 1. Pada negara pengimpor, pada tingkat harga dunia sebesar Pw' produksi akan meningkat menjadi Q' 3 dan konsumsi domestik akan turun menjadi Q 4 '. Dengan demikian terjadi kelebihan permintaan sebesar Q 4 ' - Q 3 ' yang dapat dipenuhi melalui impor dari negara A sebesar Q' 2 - Q' 1. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberlakuan pajak ekspor, dengan asumsi negara pengekspor adalah negara besar, akan menyebabkan penurunan harga yang diterima produsen, penurunan produksi domestik, penurunan volume ekspor, peningkatan konsumsi domestik dan dapat memberikan penerimaan bagi pemerintah di negara pengekspor. Sedangkan di negara pengimpor, terjadi kenaikan harga sehingga merangsang kenaikan produksi dan penurunan konsumsi yang selanjutnya akan mengakibatkan penurunan volume impor. Dampak kesejahteraan dari pemberlakuan pajak ekspor dibandingkan dengan perdagangan tanpa distorsi (liberalisasi perdagangan), dapat dianalisis melalui perubahan-perubahan pada surplus konsumen dan surplus produsen serta penerimaan yang diperoleh pemerintah, sebagaimana disajikan pada Tabel 5.

49 Tabel 5. Analisis Dampak Pemberlakuan Pajak Ekspor terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Negara Pengekspor dan Pengimpor Perubahan Pengekspor Pengimpor Surplus Produsen - (a + b + c + d + e) 1 Surplus Konsumen a + b - (1 + 2 + 3 + 4) Penerimaan Pemerintah d + f - Kesejahteraan Nasional (Net) - c - e + f - ( 2 + 3 + 4) Kesejahteraan Dunia (Net) = ((- c - e + f )- ( 2 + 3 + 4)) = - c - e - 2-4 Keterangan : daerah f pada Gambar 4 (a) sama dengan daerah 3 pada Gambar 4 (c) Dampak pemberlakuan pajak ekspor secara umum akan menurunkan kesejahteraan. Penurunan kesejahteraan di negara pengimpor adalah sebesar daerah (2+3+4), sedangkan di negara pengekspor dampaknya terhadap kesejahteraan nasional sangat ditentukan oleh elastisitas permintaan dan penawaran domestik. Pajak yang optimal bagi negara pengekspor akan berada pada kondisi (f-c-e) maksimum. Oleh karena itu, untuk tingkat pajak ekspor tertentu, kesejahteraan nasional bersih bagi negara pengekspor akan negatif bilamana (c + e) lebih besar dari f. Turunnya pajak ekspor dari kondisi yang diuraikan di atas berarti memperkecil penurunan kesejahteraan masyarakat dunia. Produsen di negara pengekspor akan menerima penurunan harga yang lebih kecil sehingga dapat merangsang terjadinya peningkatan volume ekspor, sementara konsumen di negara pengimpor akan membayar dengan harga yang lebih rendah.

50 3.2. Suku Bunga Bunga adalah harga dari penggunaan uang yang dipinjamkan dalam pasar dana investasi. Investor mau membayar bunga untuk dana yang dipinjam dengan harapan bahwa uang yang di dapat dari pinjaman untuk digunakan untuk investasi yang nantinya dapat menghasilkan penerimaan yang lebih besar daripada jumlah yang diinvestasikan. Suku bunga sangat terkait dengan kegiatan investasi suatu perusahan. Investasi merupakan pengeluaran atau pembelian atas tambahantambahan terhadap barang modal baru, seperti peralatan mesin-mesin baru, pabrik atau bangunan. Biaya untuk investasi biasanya berasal dari pinjaman bank, bank akan mengenakan biaya atau jasa yang berbentuk bunga terhadap uang yang dipinjamkan. Nilai bunga ditentukan oleh bank sentral dan tinggi rendahnya suku bunga akan mencerminkan keberpihakan pemerintah terhadap perekonomian negara. Bila bunga yang ditentukan oleh bank sentral tinggi maka akan diikuti oleh bank-bank pelaksana dengan bunga yang tinggi pula. Dengan adanya kenaikan suku bunga bank maka biaya untuk investasi akan bertambah mahal. (Abimanyu, 2004). Pada gambar 5. menjelaskan bahwa pada tingkat suku bunga r 1 investasi yang terjadi pada I (r 1 ). Perubahan suku bunga dari r 1 ke r 2, ceteris paribus, maka peningkatan suku bunga ini akan menurunkan invesatsi dari I (r 1 ) ke I (r 2 ).

51 r (Suku Bunga) r 2 r 1 I (r 2 ) I (r 1 ) I (Investasi) Gambar 5. Fungsi Investasi Keterangan : r = suku bunga I = investasi r 1, r 2 = perubahan tingkat suku bunga I (r 1 ), I ( r 2 ) = rencana investasi Penurunan investasi ini akan berdampak pada penurunan produksi barang suatu industri, hal ini tentunya akan berdampak pada perdagangan secara keseluruhan. Karena penurunan produksi jelas akan mengurangi penawaran suatu barang dan hal ini akan berlanjut pada kenaikan harga barang tersebut. Kenaikan harga barang akan mengurangi daya saing ekspor suatu barang. 3.3. Perubahan Nilai Tukar Dampak nilai tukar terhadap perdagangan berpengaruh terhadap harga produk ekspor, bila nilai mata rupiah terlalu tinggi dibanding dollar US, maka daya saing produk ekspor dipasar dunia akan menurun. Sehingga nilai tukar mata uang Rupiah yang stabil akan membantu kinerja perdagangan terutama untuk produk industri yang berorientasi ekspor.

52 Sistem nilai tukar yang umum digunakan adalah sistem nilai tukar tetap dan nilai tukar mengambang (floating exchange rate). Dalam sistem nilai tukar tetap, pemerintah menetapkan nilai mata uang secara tetap terhadap suatu mata uang asing, sedangkan pada sistem nilai tukar mengambang pemerintah menyerahkan nilai mata uang pada mekanisme pasar. Sejak adanya krisis ekonomi Bank Indonesia telah menggunakan sistem tukar mengambang, sehingga intervensi pemerintah sangat minimal (Abimanyu, 2004). 3.4. Upah Tenaga Kerja Kebijakan upah tenaga kerja sebetulnya tidak secara langsung berdampak pada kinerja ekspor suatu barang tetapi sangat berkaitan dengan daya saing suatu produk barang, sehingga kebijakan ini akan berdampak pada kinerja perdagangan produk kayu olahan yaitu kebijakan yang dapat masuk kebijakan input produksi antara lain kebijakan upah minimum tenaga kerja di Indonesia yaitu yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.1/1990. Upah minimum adalah upah pokok ditambah dengan tunjungan tetap, dengan ketentuan pokok serendah rendahnya 75 persen dari upah minimum. Dikarenakan industri perkayuan banyak yang merupakan labour intensif, yaitu dimulai dari produksi kayu bulat sampai ke industri pulp, maka kenaikan upah tenaga kerja jelas akan mempengaruhi biaya produksi. Upah pada dasarnya harus sebanding dengan kontribusi yang diberikan seseorang untuk memproduksi barang tertentu. Dalam hal ini upah dapat ditentukan menurut satuan waktu atau satuan hasil. Berdasarkan satuan waktu, dapat ditentukan upah per jam, per hari, per minggu, berdasarkan satuan hasil, upah ditentukan menurut jumlah produk yang dihasilkan (Payaman, 1996 dalam Safrida, 1999).

53 Kebijakan tenaga kerja khususnya bidang pengupahan diarahkan pada sistem pembayaran upah secara keseluruhan, tetapi tidak termasuk uang lembur. Sistem ini didasarkan atas prestasi seorang pekerja dan tidak dipengaruhi oleh tunjangan-tunjangan yang tidak berhubungan dengan bentuk uang, namun tidak mengurangi kemungkinan pemberian sebagian upah dalam bentuk barang yang jumlahnya dibatasi. Upah tidak dibayar bila pekerja tidak melakukan pekerjaan. Ketentuan ini merupakan suatu azas yang berlaku umum dan berlaku untuk setiap golongan pekerja, kecuali pekerja tidak bisa bekerja karena bukan kesalahan yang bersangkutan. Berdasarkan teori penetapan upah minimum selalu berada diatas upah keseimbangan, karena tujuan dari upah minimum adalah untuk melindungi pekerja agar tidak terjadi pembayaran yang rendah. Tetapi penetapan upah minimum diatas upah keseimbangan akan mengakibatkan peningkatan jumlah pengangguran. Berdasarkan pengamatan, untuk menghindari peningkatan jumlah pengangguran, maka penetapan upah minimum di Indonesia diupayakan selain sebagai jaring pengaman (safety net), upah minimum juga diupayakan sebagai penyerap tenaga kerja. 3.5. Kerangka Model Ekonomi Untuk mengetahui dampak kebijakan perdagangan terhadap kinerja ekspor produk industri pengolahan kayu primer, maka perlu diketahui ruang lingkup perdagangan yang berkaitan dengan produk industri pengolahan kayu. Perdagangan produk industri pengolahan kayu sangat terkait dengan sistem pasar produk industri pengolahan kayu primer yaitu dimulai dari Kayu Bulat, Kayu

54 Gergajian, Kayu Lapis dan Pulp. Kayu bulat sangat terkait dengan pasar produk industri pengolahan kayu primer karena kayu bulat selain sebagai bahan baku utama industri penolahan kayu primer juga merupakan komponen terbesar biaya produksi industri pengolahan kayu primer, yaitu lebih dari 75 persen dari total biaya produksi suatu produk industri kayu primer. Menurut Pujo Widodo (2004) untuk kayu lapis dan kayu gergajian, 77 persen biaya produksinya merupakan biaya untuk penyediaan bahan baku kayu bulat sedangkan pulp menyerap 75 persen. Pasar kayu dan produk kayu olahan merupakan mata rantai yang sangat kompleks dari hubungan permintaan dan penawaran yang menentukan aliran kayu bulat sebagai bahan baku utama industri pengolahan kayu primer, mulai dari hutan ke industri perkayuan. Industri pengolahan kayu dapat dilihat sebagai tahapan produksi dan pasar. Pada Gambar 6, memperlihatkan gambaran sistem pasar dan keterkaitannya dengan produksi dan sistem ekonomi produk industri pengolahan kayu primer. Dalam tahapan produksi, output dari sub industri kayu bulat menjadi input bagi sub industri pengolahan kayu primer. Jadi produksi kayu bulat merupakan bagian integral dari industri pengolahan kayu primer. Masing-masing sub industri juga mempunyai sistem pasar tersendiri. Keterkaitan antara pasar dan proses produksi tersebut yang mendasari penyusunan model pasar komoditi oleh Labys (1973). Persamaan permintaan biasanya dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri dan harga barang substitusinya, kegiatan ekonomi lainnya dan faktor teknologi. Demikian pula dengan penawaran biasanya dipengaruhi oleh harga komoditi,

55 faktor-faktor alam, dan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan kebijakan perdagangan. Persamaan harga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan dan juga harga sebelumnya. Persamaan-persamaan tersebut secara simultan saling mempengaruhi, dimana perubahan variabel pada persamaan pertama akan berpengaruh pada hasil persamaan yang lain.

33 GDP Upah Bunga Riil Restriksi Ekspor Permintaan Domestic KB IHH/ DR Produksi KB Ekspor KB Penawaran Domestik KB Harga Domestik KB Harga dunia KB Ekspor KB Dunia Impor KB Dunia Impor KB Permintaan Domestik KG K1 Produksi KG Ekspor KG Penawaran Domestik KG Harga Domestik KG Harga dunia KG Ekspor KG Dunia Impor KG Dunia Impor KG Permintaan Domestik KL K2 Produksi KL Ekspor KL Penawaran Domestik KL Harga Domestik KL Harga dunia KL Ekspor KL Dunia Impor KL Dunia Impor KL Permintaan Domestik Pulp K3 Produksi Pulp Ekspor Pulp Penawaran Domestik Pulp Harga Domestik Pulp Harga dunia Pulp Ekspor Pulp Dunia Impor Pulp Dunia Impor Pulp = Variabel Eksogen = Variabel Endogen = Konversi Gambar 6. Diagram Model Ekonomi Industri Produk Pengolahan Kayu Primer Indonesia 55a

56 Variabel-variabel pada persamaan dasar yang dikembangkan oleh Labys (1973) dapat lebih kompleks bila ada kebijakan ekonomi atau intervensi pemerintah terhadap pelaku ekonomi, baik dari sisi produksi maupun sisi pasar. Dalam studi ini karena fokus dalam analisis adalah pada kinerja ekspor, maka model ekonometrika yang akan disusun mengacu pada model ekonomi pasar komoditi oleh Labys (1973). Kebijakan perdagangan yaitu intervensi pemerintah yang terkait pada input produksi dan restriksi perdagangan internasional. Intervensi pemerintah yang terkait dengan masalah input produksi adalah Provisi Sumber Daya Hutan dan Dana Reboisasi, nilai upah minimum, dan kebijakan suku bunga bank. Sedangkan kebijakan perdagangan yang berkaitan dengan perdagangan adalah kebijakan larangan ekspor kayu bulat. Sesuai dengan kerangka pemikiran dengan pendekatan proses pasar oleh Labys tersebut maka untuk setiap komoditi (Kayu Bulat, Kayu Gergajian, Kayu Lapis dan Pulp) dapat persamaan model operasionalnya. Karena fokus analisis adalah untuk ekspor maka untuk kayu bulat persamaan operasionalnya adalah yang terkait dengan produksi dan ekspor secara total tidak diperinci per negara. 3.6. Produksi Blok produksi menggambarkan perilaku produsen yaitu produsen selalu berperilaku memaksimumkan keuntungan. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa setiap produsen berada dalam pasar kompetitif, baik untuk input maupun outputnya, dimana harga adalah tertentu dan merupakan variabel eksogen dalam maksimisasi keuntungan. Berikut adalah fungsi produksi industri pengolahan kayu primer (kayu gergajian, kayu lapis dan pulp), dengan asumsi bahwa semua produsen bersaing

57 sempurna dalam memperoleh kayu bulat, pada penawaran dan harga kayu bulat yang sama. Jika fungsi produksi industri pengolahan kayu primer adalah : Q j = q(l j,x j )... (3.1) dimana : j = 1, 2, 3, ( kayu gergajian, kayu lapis, pulp) Q j = Jumlah produksi industri ke j L j = Jumlah kayu bulat yang digunakan oleh industri ke j X j = Jumlah input lainnya untuk industri ke j Jika harga input dan output masing-masing adalah : P j P l P ij = Harga output industi ke j per unit = Harga kayu bulat per M3 = Harga input lainnya untuk industri ke j Jika fungsi biaya adalah : C = P l L j + P ij X j... (3.2) dan fungsi penerimaannya adalah : R = P j q(l j, X j )... (3.3) sedangkan fungsi keuntungannya adalah : = P j q(l j, X j ) - P l L j - P ij X j... (3.4) maka fungsi tujuan dari industri ke j adalah : Max. = P j q(l j, X j ) - P l L j - P ij X j... (3.5) kondisi maksimisasi keuntungan dari industri ke j adalah : P j q l = P l... (3.6) P j q x = P ij... (3.7)

58 dimana : q l dan q x = turunan pertama secara parsial dari fungsi produksi industri ke j terhadap input kayu bulat dan input lainnya Dari persamaan (3.6) dan (3.7) yang merupakan sistem dua persamaan dengan dua variabel endogen (L j dan X j ) dan tiga variabel eksogen (P l,p j,p ij ), secara simultan dapat ditentukan fungsi permintaan terhadap input oleh industri ke j sebagai berikut : L j =l(p l,p j,p ij )... (3.8) X j = x (P ij, P j, P l )... (3.9) dimana : L j = Permintaan terhadap kayu bulat oleh industri ke j X j = Permintaan terhadap input lainnya oleh industri ke j Persamaan (3.8) adalah jumlah kayu bulat yang diminta oleh industri kayu hulu ke j, dan merupakan fungsi dari harga kayu bulat (P l ) serta harga produk industri kayu hulu ke j (P j ) dan harga input lainnya (P ij ). Persamaan (3.7) dan (3.8) juga dapat disubstitusikan ke dalam fungsi produksi industri pengolahan kayu hulu (3.1) menjadi fungsi penawaran produk industri pengolahan kayu hulu sebagai berikut : Q j = q(p l, P j, P ij )... (3.10) Prosedur penurunan penawaran seperti tersebut di atas juga berlaku untuk penurunan penawaran kayu bulat. 3.7. Perdagangan Dalam perdagangan hanya transaksi ekspor 3 (tiga) produk utama industri pengolahan kayu primer dan negara tujuan ekspor utama yang di susun dalam persamaan ekspor Indonesia ke masing-masing negara, sedangkan untuk impor Indonesia tidak masuk dalam model persamaan dengan asumsi bahwa Indonesia

59 tidak mengimpor produk pengolahan kayu primer karena Indonesia masih melimpah produksi. Unsur eksogen yang diasumsikan akan mempengaruhi perdagangan dimasukkan dalam model yang digunakan yaitu memasukkan unsur kebijakan perdagangan dalam negeri maupun kondisi luar negeri. Kebijakan perdagangan dalam negeri adalah larangan ekspor kayu bulat. Dengan memasukkan unsur eksternal seperti kondisi pendapatan domestik bruto negara importir yang dapat mempengaruhi volume ekspor negara eksportir, diharapkan analisisnya dapat menggambarkan pengaruh internal seperti harga dan volume produksi dan pengaruh eksternal terhadap perilaku ekspor-impor. 3.8. Persamaan Ekspor Menurut Salvatore (1990), perilaku penawaran ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar, dan tingkat produksi. Secara matematis persamaan perilaku ekspor produk industri pengolahan kayu primer dapat dituliskan sebagai berikut: QX jt = f (PXj t, ER t, Q jt )... (3.11) dimana : j = 1, 2, 3 (kayu gergajian, kayu lapis, pulp) t = 1. n QX jt = Volume ekspor produk industri ke j pada tahun ke t PX jt = Harga ekspor produk industri ke j pada tahun ke t ER t = Nilai tukar riil pada tahun ke t Q jt = Volume produksi industri ke j pada tahun ke t Sedangkan intervensi pemerintah dibidang perdagangan akan berpengaruh pada persamaan perilaku ekspor suatu komoditi ke suatu negara, antara lain pajak ekspor, sering digunakan pemerintah sebagai salah satu instrumen untuk menjaga

60 ketersediaan stok suatu komoditi didalam negeri. Sehingga persamaan ekspor produk kayu Indonesia adalah sebagai berikut: Volume ekspor produk kayu j: QXj = f ( PXj, TEXind, ER, LagXQj)..... (3.12) Harga ekspor produk kayu j : PXj = f ( PWj, ER, lagpxj)...... (3.13) Nilai ekspor produk kayu j : X j = QXj * PXj....... (3.14) dimana: QXj Qj PXj ER PWj = Volume ekspor produk kayu j = Produk kayu j = Harga ekspor produk kayu j = Nilai tukar rupiah terhadap USD = Harga dunia produk kayu j TEX ind = Pajak ekspor Indonesia Xj j lag = Nilai ekspor produk kayu j = Jenis produk kayu olahan yang diamati = Periode satu tahun sebelumnya Untuk memudahkan dalam analisis maka keterkaitan antar variabel-variabel dalam persamaan akan dibagi menjadi empat blok yaitu: blok kayu bulat, blok kayu gergajian, blok kayu lapis dan blok pulp.