Pemetaan Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita Tuberkulosis Di Wilayah Pesisir Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
Pemodelan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita Tuberkulosis Paru Menggunakan Regresi Logistik Biner

PEMETAAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PENDERITA TB (TUBERKULOSIS PARU) DI 11 KECAMATAN WILAYAH PESISIR KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Sidang Tugas Akhir. Analisa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Berdasarkan Ketahanan Pangan Pada Rumah Tangga Nelayan di Pesisir Surabaya

TUGAS AKHIR SS

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

Pemetaan Kelurahan Berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Nelayan Tradisional di Wilayah Kecamatan Bulak Surabaya

KECAMATAN KELURAHAN JUMLAH SEMAMPIR WONOKUSUMO 7,664 TAMBAK SARI KAPASMADYA BARU. REKAPITULASI BELUM REKAM ektp PERKELURAHAN

PEMODELAN STATUS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK BINER

OLEH HERDAYULI NRP : DOSEN PEMBIMBING Dr. Ir. ELLINA S. PANDEBESIE, MT

BAD V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengelompokkan Kecamatan berdasarkan nilai skor faktor dinilai cukup

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

DATA POS PIN POLIO TAHUN 2016 SURABAYA SELATAN

Persentase guru SD adalah perbandingan antara jumlah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUMAH TANGGA NELAYAN BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK

Pemetaan Kelurahan Berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Nelayan Tradisional Di Wilayah Kecamatan Bulak Surabaya

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 18 TAHUN

WALIKOTA SURABAYA TENTANG

Lampiran Surat Nomor : 005/ / /2014 Tanggal :

Konsumsi Pangan. Preferensi Pangan. Karakteristik Makanan:

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

Oleh : Fanial Farida Dosen Pembimbing : Santi Wulan Purnami, M.Si. Ph.D

1 SD NEGERI KEBONSARI I SDN ALON-ALON CONTONG I/ SDN Asemrowo SDN BABAT JERAWAT II/ 498 SURABAYA

DAFTAR INSTANSI GURU TENAGA HONORER KATEGORI II Lampiran Surat : Nomor : 800 / 3013 / /2013 Tanggal : 2 JULI 2013

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

Analisis Pengelompokan Kecamatan di Kota Surabaya Berdasarkan Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

JADWAL PELAKSANAAN PEMOTRETAN KEPLEK / PENGAMBILAN FOTO TANDA PENGENAL PEGAWAI HARI / TANGGAL PELAKSANAAN PUKUL

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari

BAB III METODE PENELITIAN

Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

LAMPIRAN Nomor : 005/ / /2012 Tanggal : 04 Mei NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN Tanggal/Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMODELAN REGRESI LOGISTIK PADA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PHBS PADA RUMAH TANGGA PENDERITA TBC DI PESISIR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Statistika ITS Surabaya

III. METODE PENELITIAN. kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan,

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

Analisis Dan Pembahasan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL

PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP EMISI CO 2 DI KOTA SURABAYA

Kenaikan jumlah lansia: 1990 ke tahun 2000 = 34,5% 2000 ke tahun 2010 = 32,8%

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data cross section. Data

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 357 / / 2008 TENTANG

Arrowiyah Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si. Seminar Tugas Akhir SS091324

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup seluruh definisi yang

TENTANG KODE WILAYAH UNTUK TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA.

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

ANALISIS DISTRIBUSI DAN FAKTOR RESIKO TUBERKULOSIS PARU MELALUI PEMETAAN BERDASARKAN WILAYAH DI PUSKESMAS CANDILAMA SEMARANGTRIWULAN TERAKHIR TAHUN

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ir. Sri Pingit Wulandari, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

GAMBARAN UMUM INDUSTRI KOTA SURABAYA DAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN PENCEMARAN ATMOSFER

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMETAAN KOTA SURABAYA BERDASARKAN INDIKATOR DERAJAT KESEHATAN. ANISA BETA CHANDRA R Pembimbing : Dr. Vita Ratnasari, S.Si, M.

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

Pemodelan Spline Truncated dalam Regresi Nonparametrik Birespon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KEPUASAN PELAYANAN DAN FASILITAS POLI UMUM DI PUSKESMAS KLAMPIS KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN.

Transkripsi:

SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 T - 33 Pemetaan Status Rumah Tangga Penderita Tuberkulosis Di Wilayah Pesisir Surabaya Roudhothul Lathifah 1, Destri Susilaningrum 2, Sri Pingit Wulandari 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember rlathifah95@gmail.com Abstrak. Ketahanan pangan merupakan kondisi seseorang yang memiliki akses pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan yang aktif dan sehat. Skor PPH di Indonesia dari tahun 2009 sampai 2015 relatif rendah dan menurut Dinkes, kasus TB (Tuberkulosis) terbesar di Indonesia berada di provinsi Jawa Timur yaitu 48379 kasus pada tahun 2015 di Kota Surabaya. Gultom (2012) melakukan pemetaan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB di Kota Surabaya namun belum ada penelitian yang melakukan pemetaan faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan di wilayah Pesisir Kota Surabaya. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan pemetaan 11 kecamatan wilayah pesisir Surabaya berdasarkan faktorfaktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga penderita TB menggunakan metode cluster. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa alamat penderita TB dari Puskesmas dan data primer yaitu survey kepada responden penderita TB mengenai ketahanan pangan dengan variabel kondisi sosial ekonomi dan kondisi sanitasi. Hasil analisis deskriptif yaitu 64% rumah tangga berstatus rawan pangan, 50% rumah tangga penderita TB memiliki fisik rumah yang baik namun masih terdapat 5,63% rumah tangga menggunakan jamban tidak sehat. Hasil analisis cluster yaitu pendidikan kepala rumah tangga, kecukupan ventilasi rumah, kebersihan jamban, sumber listrik PLN, dan rumah bersih dari sampah berpengaruh signifikan terhadap pengelompokan wilayah pesisir Surabaya dimana kecamatan Kenjeran, Gunung Anyar, Sukolilo, dan Mulyorejo menjadi anggota kelompok pertama, Benowo menjadi anggota kelompok kedua, Bulak menjadi anggota kelompok ketiga, Asemrowo, Pabean Canikan, Semampir, Krembangan, dan Rungkut menjadi anggota kelompok keempat. Status ketahanan pangan rumah tangga penderita TB di Kecamatan Mulyorejo dan Benowo cenderung tahan pangan, sedangkan di Kecamatan Pabean dan 9 kecamatan lainnya rawan pangan. Kata Kunci : Analisis Cluster,, Pesisir Kota Surabaya, Tuberkulosis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut FIVIMS (Food Insecurity and Vulnerability Information and Mapping Systems, 2005), ketahanan pangan adalah kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik, sosial dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan pilihan pangan demi kehidupan yang aktif dan sehat. Skor PPP (Pola Pangan Harapan) menunjukkan tingkat kualitas konsumsi pangan di Indonesia. Selama tahun 2009 sampai 2013 skor PPH berfluktuasi pada angka sekitar 80 dimana jauh lebih rendah dari sasaran sebesar skor 95 pada tahun 2015. Rata-rata konsumsi energi per kapita per hari pada kurun waktu tersebut juga kurang dari 2000 kkal, jauh lebih rendah dari rekomendasi sebesar 2150 kkal. Keterjangkauan pangan ditentukan oleh daya beli. Secara agregat, besarnya masyarakat yang mempunyai daya beli rendah dapat diukur oleh obsarnya angka kemiskinan. Angka kemiskinan 5 tahun terakhir mengalami penurunan, namun lamban. Buktinya pada tahun 2013 penduduk miskin di Indonesia sebanyak 28,07 juta jiwa [1]. TB(Tuberkulosis) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang tahan terhadap asam pewarnaan, sehingga disebut sebagai basil tahan asam. Kuman tersebut cepat mati dengan sinar matahari langsung dan dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab karena memiliki jaringan tubuh bersifat dormant [2]. Negara Indonesia menduduki peringkat keempat jumlah penderita penyakit TB terbanyak setelah India, China, dan Afrika Selatan. PT-233

ISBN. 978-602-73403-2-9 (Cetak) 978-602-73403-3-6 (On-line) Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 sampai 2015, kasus TB di Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 kasus TB mencapai 41404 kasus, meningkat menjadi 42381 kasus pada tahun 2013 dan meningkat jauh menjadi 48379 kasus pada tahun 2015. Kota yang menempati urutan pertama kasus TB terbesar adalah Kota Surabaya dengan jumlah 4493 warga [3]. Status ketahanan pangan pada rumah tangga dengan penderita TB di Pesisir pantai Surabaya terbagi menjadi dua yaitu tahan pangan dan rawan pangan [4]. Pemetaan penyakit TB di kota Surabaya telah dianalisis berdasarkan faktor fasilitas kesehatan, kekurangan gizi, dan dampak lingkungan terhadap kesehatan. Hasil dari penelitian tersebut yaitu faktor dampak lingkungan dan kualitas manusia memiliki peranan atau kontribusi besar dalam penyebaran penyakit TB [5]. Pemetaan faktor-faktor yang mempengaruhi TB telah dilakukan di Kota Surabaya namun belum ada penelitian yang melakukan pemetaan status ketahanan pangan pada rumah tangga penderita TB di wilayah pesisir Kota Surabaya, sehingga pada penelitian ini akan dilakukan pemetaan status ketahanan pangan berdasarkan faktor-faktor ketahanan pangan rumah tangga penderita TB di 11 kecamatan wilayah pesisir surabaya. Wilayah pesisir yang dimaksud adalah wilayah yang letaknya berada di dekat kawasan pantai secara geografis. Pemetaan tersebut dilakukan dengan mengelompokkan wilayah berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan serta berdasarkan status ketahanan pangan menggunakan analisis cluster non hierarki yaitu analisis yang digunakan untuk mengelompokkan obyek-obyek berdasarkan kesamaan karakteristik atau relatif homogen di antara obyek-obyek tersebut[6]. B. Rumusan Masalah Menurut Suryana (2014), ketahanan pangan dari tahun 2009 sampai 2013 di Indonesia masih relatif rendah dikarenakan masih banyak rumah tangga miskin yang memiliki daya beli pangan dan pemenuhan energi yang rendah. Menurut Dinas Kesehatan, Kota Surabaya memiliki kasus TB terbesar di Provinsi Jawa Timur. Gultom (2012) telah melakukan pemetaan faktor-faktor penderita TB di Kota Surabaya namun belum ada penelitian yang melakukan pemetaan ketahanan pangan di wilayah pesisir Kota Surabaya, sehingga didapat rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana karakteristik ketahanan pangan rumah tangga penderita TB di wilayah pesisir Kota Surabaya? 2. Bagaimana pemetaan status ketahanan pangan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga penderita TB di wilayah pesisir Kota Surabaya? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan karakteristik ketahanan rumah tangga penderita TB di wilayah pesisir Kota Surabaya. 2. Memetakan status ketahanan pangan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga penderita TB di wilayah pesisir Kota Surabaya. D. Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pemetaan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan pada rumah tangga penderita TB di wilayah pesisir Kota Surabaya. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi acuan sarana kesehatan dan pemerintah setempat untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada dan sosialasi pemenuhan konsumsi pangan dan pencegahan TB di wilayah pesisir Kota Surabaya. E. Batasan Masalah Batasan masalah penelitian ini adalah rumah tangga penderita TB yang berada di 11 kecamatan wilayah pesisir Kota Surabaya dan tercatat menjadi penderita TB pada tahun 2015. 11 kecamatan tersebut antara lain Kec. Asemrowo, Kec. Benowo, Kec. Pabean Cantikan, Kec. Semampir, Kec. Krembangan, Kec. Bulak, Kec. Kenjeran, Kec. Rungkut, Kec. Gunung Anyar, Kec. Sukolilo, dan Kec. Mulyorejo. II. METODE PENELITIAN A. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder berupa alamat penderita TB selama bulan Januari - Desember tahun 2015 yang diperoleh dari puskesmas di masing-masing kecamatan yang terletak diwilayah pesisir Kota Surabaya yaitu sebanyak 11 kecamatan yang didalamnya terdapat 22 puskesmas. Data primer diperoleh secara langsung dengan melakukan PT-234

SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 survey ketahanan pangan pada rumah tangga penderita TB yang tercatat dalam administrasi puskesmas dan telah menjalani pengobatan. B. Metode Penngambilan Sampel Survei pengambilan data penelitian dilakukan terhadap sampel terpilih secara acak. Dengan menggunakan metode Simple Random Sampling (SRS) dengan taksiran parameter proporsional. Proporsi (p). Jumlah total atau populasi penderita TB (N) dari informasi 22 puskesmas tersebut adalah 1.338 penderita. Dengan demikian dapat ditetapkan jumlah sampel menggunakan rumus SRS sebagai berikut [7] Np( 1 p) B n =, D = Z ( N 1) D+ ( p( 1 p) ) dimana Z 1 α / 2 = Z 0, 975 =1,96pada taraf signifikan 5% (1) Diketahui proporsi jumlah penderita TB paru di wilayah pesisir pantai Surabaya sebesar p = 0,2833 Batas kesalahan estimasi (B) sebesar 0,063 maka diperoleh jumlah sampel (n) sebanyak 172. Jumlah sampel di setiap puskesmas dihitung secara proporsional menggunakan rumus pada persamaan (2) karena jumlah populasi di setiap puskesmas bersifat heterogen. n 1 α / 2 Ni = n (2) N i Dimana N i adalah jumlah populasi dan n i adalah sampel pada puskesmas ke-i. Rincian populasi dan sampel dapat dilihat pada Tabel 1. TABEL 1. JUMLAH SAMPEL PENELITIAN TIAP KECAMATAN No Kecamatan Puskesmas N i n i n riil 1 Asemrowo Asemrowo 63 8 6 2 Benowo Sememi 77 10 10 3 Pabean Cantikan Perak Timur 188 24 24 Pegirian 88 11 11 4 Semampir Sidotopo 72 9 9 Wonokusumo 80 10 10 Krembangan Sel 80 10 10 5 Krembangan Dupak 41 5 5 Morokrembangan 74 10 10 6 Bulak Kenjeran 29 4 2 7 Kenjeran Tanah Kali Kedinding 107 14 14 Sidotopo Wetan 69 9 9 Bulak Banteng 97 12 12 Tambak Wedi 22 3 3 8 Rungkut Kalirungkut 44 6 0 Medokan Ayu 49 6 6 9 Gunung Anyar Gunung Anyar 29 4 4 Menur 26 3 3 10 Sukolilo 11 Mulyorejo Klampis Ngasem 18 2 2 Keputih 18 2 2 Mulyorejo 33 4 4 Kalijudan 34 4 4 Jumlah 1338 172 162 Total sampel yang didapat adalah 172, namun terdapat 6 sampel yang seharusnya diperoleh dari puskesmas Kalirungkut tidak terpenuhi karena tidak memperoleh perizinan. 8 sampel dari puskesmas Asemrowo hanya terpenuhi 6 dan 4 sampel dari puskesmas Kenjeran hanya terpenuhi 2 karena pada saat survey banyak alamat penderita TB yang telah mutasi atau pindah rumah. Oleh karena itu, total sampel yang digunakan penelitian berkurang menjadi 162 sampel. PT-235

ISBN. 978-602-73403-2-9 (Cetak) 978-602-73403-3-6 (On-line) C. Variabel Penelitian Variabel faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan serta variabel penentuan status ketahanan pangan dirangkum dalam Tabel 2. Variabel Faktor-faktor yang Mempengaruhi D. Teknik Analisis Status TABEL 2. VARIABEL PENELITIAN Keterangan X 1 Persentase RT berpendidikan X 2 Persentase RT tidak bekerja X 3 Persentase RT memiliki anak usia sekolah X 4 Persentase RT memiliki anak balita X 5 Persentase RT ventilasi cukup X 6 Persentase RT kepadatan cukup X 7 Persentase RT jamban sehat X 8 Persentase RT sumber listrik PLN X 9 Persentase RT bersih sampah X 10 Persentase RT tahan pangan X 11 Persentase RT rawan pangan Persediaan beras X 12 1. Ada, <20 hari 2. Ada, 20 hari 3. Tidak ada Frekuensi makan X 13 1. < 3x sehari 2. 3x sehari 3. > 3x sehari X 14 Lokasi pasar 1. 2km; 2. > 2km X 15 Jumlah Anggota RT 1. <7; 2. 7 Pendidikan Terakhir Kepala RT X 16 1. Minimal SD/MI/Sederajat 2. Tidak Sekolah Cara memperoleh makanan X 17 1. Tidak berhutang 2. Berhutang Protein yang di Konsumsi X 18 1. Hewani dan Nabati 2. Hewani Saja 3. Nabati Saja 1) Penentuan Status Status ketahanan pangan rumah tangga dibedakan menjadi dua kategori, yaitu rumah tangga tahan pangan dan rumah tangga rawan pangan. 1. Rumah tangga tahan pangan adalah rumah tangga yang memiliki kualitas atau keamanan pangan baik (mengkonsumsi bahan makanan berupa protein hewani dan nabati atau protein hewani saja), memiliki aksesibilitas atau keterjangkauan terhadap pangan baik (lokasi pasar berada di dalam kecamatan atau berjarak 2 km, jumlah anggota rumah tangga kurang dari 7 orang, tingkat pendidikan kepala rumah tangga minimal SD dan cara memperoleh makanan pokok tidak berhutang), memiliki ketersediaan pangan stabil yaitu memiliki ketersediaan makan pokok cukup (beras 20 hari dan jagung 30 hari) dan frekuensi makan anggota rumah tangga dapat 3 kali dalam sehari. 2. Rumah tangga rawan pangan adalah rumah tangga yang memiliki kontinyuitas pangan tetapi mengkonsumsi bahan makanan berupa protein nabati saja atau tidak sama sekali, rumah tangga yang tidak memiliki kontinyuitas pangan tetapi mengkonsumsi bahan makanan berupa protein hewani dan nabati atau protein hewani saja, serta rumah tangga yang tidak memiliki kontinyuitas pangan dan juga mengkonsumsi bahan makanan berupa protein nabati saja atau tidak sama sekali.[8]. 2) Pemetaan Wilayah Metode pemetaan wilayah atau pengelompokkan wilayah pada penelitian ini menggunakan analisis cluster Non-hirarki. Metode ini disebut juga metode K-means dan dipakai jika banyaknya kelompok sudah diketahui dan biasanya metode ini dipakai untuk mengelompokkan data yang berukuran besar. Untuk menyatakan suatu observasi atau variabel menpunyai sifat yang lebih dekat dengan observasi PT-236

SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 tertentu daripada dengan observasi yang lain digunakan fungsi yang disebut jarak (distance). Suatu fungsi disebut jarak jika mempunyai sifat : d 0 a. Tak negatif ij d = 0 dan ij jika i=j d ij = d ji b. Simetri d ij d ik + d jk c. panjang salah satu sisi segitiga selalu lebih kecil atau sama dengan jumlah dua sisi yang lain Dengan d merupakan suatu jarak yang digunakan yang menyatakan suatu observasi atau variabel mempunyai sifat yang lebih dekat dengan observasi tertentu daripada dengan observasi yang lain. p { } 2 xik x jk d = (3) ij k = 1 E. Langkah Analisis Langkah-langkah analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Mengumpulkan data faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan penderita TB di 11 kecamatan. 2) Melakukan analisis statistika deskriptif untuk mengetahui karakteristik ketahanan pangan rumah tangga penderita TB. 3) Melakukan analisis cluster pada faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan serta status ketahanan pangan rumah tangga penderita TB 4) Menginterpretasikan hasil analisis 5) Mengambil kesimpulan dan saran III. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah rumah tangga penderita TB yang dianalisis adalah 162 rumah tangga, namun terdapat 20 rumah tangga yang memiliki status kepala rumah tangga duda atau janda. Berikut analisis karateristik ketahanan pangan 142 rumah tangga penderita TB di 11 kecamatan yang termasuk wilayah pesisir Kota Surabaya pada sub bab 4.1 serta karakteristik ketahanan pangan 20 rumah tangga penderita TB yang memiliki status kepala rumah tangga duda atau janda. A. Deskripsi Ketahanan Rumah Tangga Penderita TB Gambar 1 merupakan penentuan status ketahanan pangan pada rumah tangga penderita TB di wilayah pesisir. Gambar kiri merupakan status ketahanan pangan pada rumah tangga lengkap. 1.Ketersediaan Pangan 40 RT Tidak 1.Ketersediaan Pangan 8 RT Tidak 102 RT 12 RT 2.Kestabilitas Ketersediaan 17 RT Tidak 2.Kestabilitas Ketersediaan 1 RT Tidak 85 RT Stabil 11 RT 3.Keterjangkauan Terhadap 28 RT Buruk 3.Keterjangkauan Terhadap 3 RT 57 RT Baik 8 RT Baik 4.Kualitas Pangan 6 RT Tidak 4.Kualitas Pangan 51 RT Baik 8 RT Baik GAMBAR 1. PENENTUAN STATUS KETAHANAN PANGAN Terdapat 51 rumah tangga penderita TB yang memiliki status ketahanan pangan baik dan terdapat 8 rumah tangga penderita TB yang memiliki status ketahanan pangan baik. Hasil penentuan status ketahanan di 11 wilayah pesisir Surabaya dapat dijelaskan bahwa ] terdapat 36% rumah tangga penderita TB di wilayah pesisir Kota Surabaya memiliki status tahan pangan dimana 10,6% berada di Kecamatan Kenjeran dan 5,2% berada di Kecamatan Benowo. Terdapat 64% memiliki status rawan pangan dimana Kecamatan PT-237

ISBN. 978-602-73403-2-9 (Cetak) 978-602-73403-3-6 (On-line) Kenjeran memiliki persentase tertinggi yaitu 16% disusul oleh Kecamatan Pabean Cantikan, Krembangan, dan Semampir sebesr 12%,11%, dan 10%. Kondisi sosial dan ekonomi rumah tangga dapat diidentifikasi melalui pendidikan terakhir kepala rumah tangga, pekerjaan kepala rumah tangga, bekerja atau tidaknya istri, dan asal rumah tangga. *Pendidikan Terakhir Ayah *Pekerjaan Rumah Tangga GAMBAR 3. KONDISI SOSIAL EKONOMI Gambar 3 menunjukkan bahwa 34% rumah tangga penderita TB di wilayah pesisir Kota Surabaya memiliki kepala keluarga yang berpendidikan terakhir SD/MI/Sederajat dimana 9,15% rumah tangga berasal dari Kecamatan Kenjeran. Hanya 6% rumah tangga penderita TB di wilayah pesisir yang memiliki kepala keluarga berpendidikan terakhir PT/Sederajat dan 10% rumah tangga penderita TB di wilayah pesisir memiliki kepala keluarga yang tidak sekolah. 41% rumah tangga penderita TB di wilayah pesisir Kota Surabaya memiliki kepala rumah tangga yang bekerja sebagai pegawai swasta dimana 10,56% rumah tangga dari Kecamatan Kenjeran, 9,15% rumah tangga dari Kecamatan Pabean Cantikan, dan 6,34 rumah tangga dari Kecamatan Semampir. Sebesar 24% rumah tangga penderita TB di wilayah pesisir Kota Surabaya memiliki kepala rumah tangga yang tidak bekerja/pensiunan dan hanya 4% rumah tangga memiliki kepala rumah tangga bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil). Selain kepala keluarga dalam rumah tangga penderita TB yang bekerja, ada beberapa istri dalam rumah tangga penderita TB yang bekerja untuk menambah pemasukan ekonomi rumah tangga. Sebesar 72% rumah yang memiliki atap genting dan terdapat 25% rumah yang masih beratap asbes/seng. 14% rumah penderita TB memiliki lantai dengan jenis plester/semen dan 1% rumah penderita PT-238

SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 TB memiliki alas rumah tanah liat sedangkan sisanya 85% rumah penderita TB sudah memiliki lantai dengan jenis keramik/porselen. Berdasarkan jenis dinding, 94% rumah penderita TB memiliki dinding yang terbuat dari batu bata dan sisanya 6% rumah masih memiliki dinding yang terbuat dari kayu. GAMBAR 4. KONDISI SANITASI Gambar 4 menunjukkan bahwa sebesar 87% rumah telah memiliki toilet/wc/jamban sendiri dan 13% rumah tangga tidak memiliki toilet/wc/jamban dan menggunakan sarana toilet/wc/jamban umum disekitar rumahnya. Rumah tangga penderita TB yang menggunakan toilet/wc/jamban umum terbanyak adalah rumah tangga di Kecamatan Pabean Cantikan yaitu sebesar 5,63%. 82% rumah tangga penderita TB di wilayah pesisir Kota Surabaya sudah memiliki sumber air dari PDAM dimana 19,01% rumah tangga dari di Kecamatan Kenjeran dan 15,49% rumah tangga dari Kecamatan Krembangan. 16% rumah tangga memiliki sumber air dari sumur dan hanya 2% rumah tangga mendapatkan air untuk kebutuhan seharihari dengan membeli. B. Pemetaan Ketahanan Rumah Tangga Penderita TB Pemetaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengelompokkan 11 kecamatan wilayah pesisir Surabaya menggunakan analisis cluster metode K-means. Pengelompokkan wilayah berdasarkan faktorfaktor yang mempengaruhi ketahanan pangan dan berdasarkan status ketahanan pangan dibutuhkan 2 iterasi sampai menghasilkan pengelompokkan yang tepat sehingga didapat jarak D seperti berikut. Berdasarkan Status,11946,12379,07806,16308,07106,25383,17475,21994,12240,10690,12379 TABEL 3. JARAK VARIABEL Berdasarkan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan 0,48638 0,00000 0,40305 0,44818 0,29214 0,00000 0,29252 0,37085 0,48582 0,29038 0,32760 PT-239 TABEL 4. SIGNIFIKANSI VARIABEL Berdasarkan Faktor- Berdasarkan Status Faktor yang Mempengaruhi F pvalue F pvalue x1 5,574,029 x10 22,569,001 x2 1,601,273 x11 x3 3,234,091 x4 1,629,267 x5 18,577,001 x6 2,646,130 x7 11,575,004 x8 9,435,007 x9 4,390,049 19,089,002 Tabel 4 menunjukkan siginifikansi variabel terhadap pembentukan kelompok wilayah. Semakin besar F hitung maka kontribusi variabel terhadap pembentukan kelompok wilayah semakin tinggi. Kontribusi variabel terhadap pembentukan kelompok juga dapat dilihat dari nilai pvalue yang kurang dari taraf signifikan alpha 5%. Berdasarka hasil iterasi didapatkan variabel yang memiliki kontribusi tinggi terhadap pembentukan kelompok yaitu x1 (pendidikan kepala rumah tangga), x5 (kecukupan ventilasi rumah), x7(kebersihan jamban), x8(sumber listrik PLN), x9(rumah bersih dari sampah). Tabel 3 merupakan jarak euclidian, berdasarkan kedekatan jarak tersebut didapat pengelompokkan wilayah berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan dan berdasarkan status ketahanan pangan seperti berikut. TABEL 5. HASIL PEMETAAN WILAYAH Berdasarkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berdasarkan Status

ISBN. 978-602-73403-2-9 (Cetak) 978-602-73403-3-6 (On-line) Wilayah 1 Kecamatan Kenjeran, Gunung Anyar, Sukolilo, Mulyorejo Tahan Pangan Kecamatan Mulyorejo, Kecamatan Benowo Wilayah 2 Kecamatan Benowo Rawan Pangan Kecamatan Kenjeran, Gunung Anyar, Sukolilo, Bulak, Asemrowo, Pabean Cantikan, Semampir, Krembangan, Rungkut. Wilayah 3 Kecamatan Bulak Wilayah 4 Kecamatan Asemrowo, Pabean Cantikan, Semampir, Krembangan, Rungkut IV. SIMPULAN DAN SARAN Karakteristik ketahanan pangan rumah tangga penderita TB di 11 kecamatan wilayah pesisir Surabaya yaitu bahwa 64% rumah tangga penderita TB dengan kepala keluarga tidak duda/janda berstatus rawan pangan dimana 16% rumah tangga rawan pangan berada di Kecamatan Kenjeran. Berdasarkan kondisi sosial ekonomi, 34% rumah tangga penderita TB memiliki kepala keluarga dengan pendidikan terakhir SD/MI/Sederajat, 41% rumah tangga penderita TB memiliki kepala keluarga yang bekerja swasta dan 62% memiliki istri yang tidak bekerja dimana 15,49% berada di Kecamatan Kenjeran. Berdasarkan kondisi sanitasi, lebih dari 50% rumah tangga penderita TB memiliki fisik rumah yang baik dan memiliki sumber air dari PDAM, namun masih terdapat 13% rumah tangga penderita TB yang menggunakan Toilet/WC/Jamban tidak sehat dimana 5,63% rumah tangga berada di Kecamatan Pabean Cantikan. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pengelompokkan ketahanan pangan di 11 kecamatan wilayah pesisir Surabaya yaitu pendidikan kepala rumah tangga, kecukupan ventilasi rumah, kebersihan jamban, sumber listrik PLN, dan rumah bersih dari sampah. Hasil pengelompokkan wilayah yaitu Kecamatan Kenjeran, Gunung Anyar, Sukolilo, Mulyorejo merupakan wilayah 1, Kecamatan Benowo adalah wilayah 2, Kecamatan Bulak adalah wilayah 3, dan sisanya termasuk wilayah 4. Sedangkan hasil pengelompokkan wilayah berdasarkan status ketahanan pangan adalah Kecamatan Mulyorejo dan Kecamatan Benowo termasuk dalam rumah tangga penderita TB yang tahan pangan sedangkan lainnya berstatus rawan pangan. Dari hasil penelitian ketahanan pangan di wilayah pesisir Surabaya, diharapkan pemerintah Surabaya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Surabaya memberikan sosialisasi akan pentingnya pendidikan dan sanitasi rumah meliputi memiliki kepemilikan toilet, sumber air, dan kebiasaan bersih sampah kepada masyarakat di wilayah pesisir Surabaya khususnya kepada rumah tangga penderita TB berstatus rawan pangan di Kecamatan Kenjeran, Gunung Anyar, Sukolilo, Bulak, Asemrowo, Pabean Cantikan, Semampir, Krembangan, dan Rungkut. DAFTAR PUSTAKA [1] Suryana, A. (2014). Menuju Indonesia Berkelanjutan 2025: Tantangan dan Penanganannya. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 32, 123-135. [2] Dwikentarti, F. (2010). Tugas Akhir: Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit Tuberculosis pada Pasien dengan Regresi Logistik Multinoomial. Semarang: Jurusan Statistika Universitas Diponegoro. [3] Dinkes. (2011). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Dinkes. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Dinkes. (2015). Profil Kesehatan Surabaya Tahun 2015. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. [4] Purwanti, N. (2015). Pemodelan Infeksi Tuberkulosis Paru Berdasarkan Tngkat Ketaanan Pangan Rumah Tangga di Wilayah Pesisir Pantai Surabaya Menggunakan Regresi Logistik Biner Stratifikasi. Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Statistika FMIPA ITS. [5] Gultom, Z. A.,. (2012). Tugas Akhir:Pemetaan Penyakit Tuberkulosis di Kota Surabaya Tahun 2012, Analisa Statistik Multivariat. Surabaya: Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember. [6] Wichern, D and Johnson, N. 2007. Aplied Multivariate Statistical Analysis, Prentice Hall. Englewood cliffs, N.J [7] Mendenhall, S. (1986). Elementary Survey Sampling (3 ed.). USA: Wadsworth. [8] Kependudukan-LIPI, P. (2009). Konsep dan Ukuran Rumah Tangga di Pedesaan. Diambil kembali dari http://www.ppk.lipi.go.id/file/publikasi/ PT-240