BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. proses yang disebut proses belajar-mengajar yang berlangsung dalam situasi belajarmengajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB II KAJIAN TEORI. dimana siswa dapat bekerja sama dalam satu kelompok, metode kooperatif. berusaha menyelesaikan masalah bersama.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

*

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pranata pembangunan sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara masalah pendidikan sudah barang tentu tidak bisa lepas dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan( S.Pd ) Pada Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia juga akan menjadi baik. Pendidikan juga merupakan aspek

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Teori Tentang Belajar Skinner dalam Fathurrohman P. & Sutikno S (2014 hlm. 5) mengatakan, Belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Hilgard & Bower dalam Fathurrohman P. & Sutikno S (2014 hlm. 5) mengatakan, Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam siatuasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon bawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. C.T. Morgan dalam Fathurrohman P. & Sutikno S (2014 hlm. 6) mengatakan, Belajar suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman baru Trianto (2009 hlm. 16) mengatakan, belajar secara umm di artikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir 2. Teori Pembelajaran Trianto (2009 hlm. 17) mengatakan, Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar (Sadiman, dalam Trianto 2009 hlm. 20). Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran yaitu :

1. Persentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM; 2. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa; 3. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan; dan 4. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif,mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4) (Soemosasmito, dalam Trianto 2009 hlm. 20) 3. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai ujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. (Sjamsulbachri 2004 hlm. 174) 4. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (Wina Sanjaya, 2012 hlm. 242). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing anggota kelompok (Robert E. Slavin, 2005 hlm. 4). Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya

akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan konstribusi demi keberhasilan kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk aktif, kreatif, dan berlatih kemampuan bekerjasama, kemandirian, serta meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Wahyudin dalam Purnamasari, Y jurnal pendidikan dan keguruan 1 (1) (2014) menyatakan bahwa Keuntungan lain dari belajar kooperatif termasuk pengembangan skill-skill penalaran, peningkatan penghargaan terhadap diri sendiri, perbaikan sikap dan pemahaman terhadap kaum minoritas dan budaya lain, serta penerimaan terhadap para siswa yang mengikuti trend dominan. Adapun Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut : Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Pembelajaran ini menekankan pada kerja sama. Tujuannya tidak hanya akademik, tetapi juga memenuhi tujuan sosial. Karakteristik pembelajaran kooperatif. (Wina Sanjaya, 2012 hlm. 244-246).antara lain: a. Pembelajaran Secara Tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota kelompok harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan tim. b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen memiliki empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi pengawasan. Demikian pula dalam pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati. bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi pengawasan menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes. c. Kemauan untuk Bekerja Sama Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok perlu ditanamkan nilai-nilai kerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan. d. Keterampilan Bekerja Sama Kemauan untuk bekerja sama dalam kelompok kemudian akan diakomodasi oleh keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif Wina Sanjaya mengatakan di dalam bukunya (2012 hlm. 246-247), bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, empat prinsip model pembelajaran kooperatif harus diterapkan, yaitu:

a. Prinsip ketergantungan positif Penyelesaian tugas kelompok tergantung pada kinerja individu dalam kelompok. Tugas yang diberikan kepada masing-masing individu disesuaikan dengan kemampuan, sehingga satu sama lain akan saling melengkapi dan timbul hakikat ketergantungan positif dalam kelompok tersebut. b. Tanggung Jawab Perseorangan Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama, dimana keberhasilan kelompok bergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. c. Interaksi Tatap Muka Interaksi antar anggota merupakan hal yang pasti dilakukan ketika pembelajaran kooperatif dilaksanakan. Interaksi tatap muka yang terjadi dalam kelompok akan memberikan pengalaman bagi siswa tentang kerja sama antar anggota, menghargai perbedaan, dan saling mengisi kekurangan masingmasing di dalam kelompok. d. Partisipasi dan Komunikasi Unsur ini menghendaki agar siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berpartisipasi dan berkomunikasi. Sebelum menugaskan peserta didik ke dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggota kelompoknya untuk saling mendengarkan serta kemampuan mereka untuk saling mengutarakan pendapat.

5. Model Pembelajaran Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) a. Pengertian model pembebelajaran Team Accelerated Instruction Menurut Robert E. Slavin (2005 hlm. 187-190) model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Accelerated Instruction) merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa belajar menggunakan LKS (lembar kerja siswa) secara berkelompok. Kemudian mereka berdiskusi untuk memahami konsep-konsep yang ditanyakan. Setiap anggota kelompok dapat mengerjakan satu persoalan sebagai bentuk tanggung jawab bersama. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini lebih menekankan pada penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu dan memperoleh kesempatan yang sama untuk berbagi hasil kepada setiap anggota kelompok. b. Kelebihan dan Kelemahan Team Accelerated Instruction (TAI) Tidak ada model pembelajaran kooperatif yang sempurna, sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI) juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI) yaitu: 1) Melalui model pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.

2) Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 3) Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4) Model pembelajaran kooperatif membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 5) Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan mengatur waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. 6) Melalui model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri serta menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya. 7) Interaksi selama pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Disamping kelebihan yang dimiliki, model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI) juga memiliki kelemahan dalam penerapannya, diantaranya yaitu: a. Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantungkan dirinya pada siswa yang pandai. b. Adanya anggota kelompok yang pasif dan tidak mau berusaha serta hanya mengandalkan teman sekelompoknya.

c. Tidak ada persaingan di dalam kelompok. Di dalam kelompok tidak terjadi persaingan, sebab keberhasilan siswa ditentukan dari keberhasilan kelompok. d. Tidak semua mata pelajaran yang diberikan cocok diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI). e. Apabila model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang baru diketahui, kemungkinan sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, dan sebagian mengganggu siswa lain. c. Langkah-langkah Team Accelerated Instruction (TAI) Model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI) memiliki delapan tahapan di dalam pelaksanaannya, yaitu: placement test, teams, teaching group, student creative, team study, fact test, team score, whole-class units. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI) adalah sebagai berikut: 1) Placement Tes Guru memberikan tes awal yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa yang heterogen. 2) Teams Guru membentuk kelompok-kelompok yang bersifat heterogen. Pembagian kelompok didasarkan pada hasil placement test yang telah dilaksanakan. 3) Teaching Group Guru memberikan materi singkat sebelum membagikan tugas kelompok kepada masing-masing kelompok. 4) Student Creative

Guru menekankan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya. 5) Team Study Guru mengkondisikan siswa belajar bersama kelompoknya dimana setiap kelompok mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan bersama-sama. 6) Fact Test Guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan pembelajaran yang diperoleh siswa, misalnya memberikan post test. 7) Team Score Guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil menyelesaikan tugas. Misalnya dengan menyebut mereka dengan kelompok OK dan memberikan hadiah kepada kelompok yang memiliki skor tertinggi. 8) Whole-Class Units Guru menyajikan kembali materi yang bertujuan untuk membahas materi yang tidak dimengerti oleh siswa. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran individual, model pembelajaran ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual, oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah Ciri khas pada model pembelajaran TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar model pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual di bawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. (Harahap, S & Sebayangg, N dalam jurnal Educational Building, 1(1) (2015) )

6. Teori Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Nana Sudjana (2013 hlm. 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2009 hlm. 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pembelajaran dari puncak proses belajar. Menurut Suprijono dalam Widodo Jurnal Fisika Indonesia 17(49) (2013), hasil belajar adalah polapola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikapsikap, apresiasi dan keterampilan. Selanjutnya Supratiknya dalam Widodo Jurnal Fisika Indonesia 17(49) (2013), mengemukakan bahwa hasil belajar yang menjadi objek penilaian kelas berupa kemampuankemampuan baru yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata pelajaran tertentu. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan mengacu pada klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Menurut Slameto (2010 hlm. 54), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang digolongkan menjadi dua, yaitu: 1) Faktor Internal yaitu faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar, antara lain faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan), dan faktor kelelahan. 2) Faktor Eksternal yaitu faktor yang ada di luar individu, antara lain: faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan pengertian orang tua), faktor

sekolah (model pembelajaran, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, dan tugas rumah), dan masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif ini menuntut keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran ekonomi. b. Indikator Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana (2013 hlm. 22-23) untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, maka dapat diperhatikan berdasarkan indikator atau kondisi yang telah berhasil dicapai peserta didik. Indikator hasil belajar ekonomi peserta didik dapat dilihat berdasarkan beberapa hal berikut, yaitu: 1) Berubahnya aspek kognitif siswa Aspek kognitif terkait dengan pengetahuan mengenai beberapa konsep yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Indikasi keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran dapat dilihat dari peningkatan aspek kognitif. Semakin bagus peningkatannya maka semakin berhasil proses pendidikan dan pembelajarannya. 2) Berubahnya aspek afektif siswa Aspek afektif adalah aspek yang terkait dengan nilai sikap yang ada dalam diri peserta didik. Aspek afektif ini merupakan indikator keberhasilan bagi proses pendidikan dan pembelajaran. Aspek afektif berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Dengan memperhatikan tingkat perubahan yang

terjadi pada askpek afektif ini, maka dapat diketahui tingkat keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran. 3) Berubahnya aspek psikomotorik siswa Aspek psikomotorik adalah aspek yang terkait dengan kompetensi keterampilan dan kemampuan bertindak siswa yang terdiri dari enam aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan, gerakan kompleks, serta gerakan ekspresif dan interpreatif. Semakin baik tingkat perubahan psikomotorik peserta didik, maka semakin berhasil proses pendidikan dan pembelajaran yang diikutinya. c. Fungsi dan Tujuan Hasil Belajar Nana Sudjana (2013 hlm. 3-4) menjelaskan fungsi dan tujuan penilaian hasil belajar sebagai berikut: 1) Fungsi Penilaian Hasil Belajar a) Alat untuk mengetahui ketercapaian tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran. b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, dan strategi mengajar guru. c) Sebagai dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada wali murid. Laporan tersebut mengemukakan tentang kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya. 2) Tujuan Penilaian Hasil Belajar a) Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai mata pelajaran yang ditempuhnya. Guru dapat mengetahui posisi kemampuan siswa dibandingkan siswa lainnya.

b) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, yaitu seberapa efektif dalam mengubah tingkah laku siswa ke arah tujuan pembelajaran yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan pembelajaran penting artinya mengingat perannya sebagai upaya membudayakan manusia, dalam hal ini agar para siswa menjadi manusia yang berkualitas dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan keterampilannya. c) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yaitu perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pembelajaran serta strategi pelaksanaannya. d) Sebagai pertanggungjawaban dari sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan wali murid.

B. Hasil Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2. 1 Hasil Hasil Penelitian Terdahulu C Nama No Peneliti / Tahun 1 Lilis Susilawati (2014) Judul Subjek penelitian Hasil penelitian Persamaan Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Accelerated Instruction Terhadap Peningkatan Hasil Beljar Siswa Kelas XI di SMK NEGERI 1 Aimas (Studi Experimen Siswa Kelas XI Akuntansi SMK N 1 Aimas Pada Pokok Bahasan Laporan seluruh kelas XI Berdasarkan hasil sama sama meneliti perbedaan penelitian ini SMKN Aimas penelitian bahwa pengaruh model adalah objek penelitian tahun ajaran hasil belajar siswa 2013/2014 dengan menggunakan model pembelajaran tipe Team Accelerated Instruction Lilis Susilawati meneliti seluruh kelas XI SMK N terhadap peningkatan Aimas tahun ajaran pembelajaran Tipe hasil belajar siswa 2013/2014. Sementara Team Accelerated dalam penelitian ini, Instruction objek penelitiannya mengalami peningkatan sebenyak 26,09% adalah kelas X MIPA 5 dan X MIPA 4 SMAN 18 Bandung. Perbedaan yang lainnya adalah waktu pelaksanaan 22

Rekonsiliasi Bank) penelitian. 2 Sri Yuliani Penerapan Model siswa kelas X Rata rata hasil Persamaan penelitian perbedaan penelitian Sri (2012) Pembelajaran Akuntansi pretest siswa yaitu ini dengan Sri Yuliani Yuliani adalah objek kooperative Tipe Team SMKN 11 61 dan setelah adalah sama-sama penelitian berada di Accelerated Instruction Bandung tahun mendapatkan menggunakan model seluruh kelas X SMKN Guna Meningkatkan ajaran 2011/2012 perlakuan rata rata pembelajaran tipe Team 11 Bandung. Sedangkan Hasil Belajar Siswa hasil posttest siswa Accelerated Instruction objek penelitian ini Pada Kompetensi Dasar menjadi 82,8, ini terhadap peningkatan adalah kelas X MIPA 5 Membukukan Jurnal berarti hasil belajar hasil belajar siswa dan X MIPA 4 SMAN Penyesuaian Di SMKN siswa terdapat 18 Bandung. Perbedaan 11 Bandung mengalami yang lainnya adalah peningkatan waktu pelaksanaan sebanyak 21,8. penelitian. Berdasarkan hal tersebut Sri Yuliani menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction dapat 23

meningkatkan hasil belajar siswa 3 Gita Pengaruh Penerapan Siswa Kelas X Hasil penelitian Persamaan penelitian perbedaannya adalah Sevtiani Model Cooperative di SMA Negeri menunjukan ini dengan penelitian penelitian ini untuk Roseti Learning (CL) 1 Gegesik terdapat pengaruh Gita S.R adalah meningkatkan hasil (2013) Melalui Metode penggunaan model menggunakan model belajar siswa dan Diskusi Dengan cooperative pembelajaran tipe penelitian Gita S.R Menggunakan Teknik learning melalui Team Accelerated untuk meningkatkan Team Accelerated metode diskusi Instruction pemahaman konsep. Instruction (TAI) dengan Perbedaan lainnya Terhadap menggunakan adalah subjek Pemahaman Konsep teknik Team penelitian, waktu, dan Pada Pokok Bahasan Accelerated tempat penelitia Pendapatan Nasional Instruction dalam (Studi Eksperimen peningkatan Pada Siswa Kelas X pemahaman di SMA Negeri 1 konsep pada pokok Gegesik Kabupaten bahasan Cirebon ) pendapatan nasional 24

C. Kerangka Pemikiran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Semakin tepat guru memilih model pembelajaran, maka semakin efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, karakteristik perkembangan siswa, kebutuhan siswa, materi pelajaran, serta sumber belajar yang tersedia. Saat ini, pembelajaran ekonomi SMA masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang ditandai dengan kegiatan ceramah guru sehingga proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Kegiatan pembelajaran ekonomi masih terfokus pada penguasaan hafalan materi pelajaran, kegiatan siswa mencatat materi yang sudah ada di dalam buku teks, serta ceramah guru lebih mendominasi dalam menyampaikan materi pembelajaran. Keadaan ini menyebabkan pembelajaran ekonomi monoton dan membosankan dimana siswa yang berperan sebagai subjek pembelajaran pasif di dalam kelas. Pembelajaran ekonomi di SMA masih menekankan pada hasil akhir pencapaian kognitif dan kurang memperhatikan berlangsungnya proses belajar yang dialami siswa. Akibatnya siswa kurang mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kemampuan menganalisis masalah, dan kemampuan memecahkan masalah sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik bertugas untuk mengubah model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi. Salah satu caranya menggunakan model pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis model kooperatif yaitu tipe Team Accelerated Instruction (TAI). Model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI) adalah model yang mengutamakan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran (teacher centers) yang selama ini diterapkan khususnya dalam mata pelajaran ekonomi. Pada model pembelajaran

kooperatif ini, siswa belajar menggunakan lembar kerja siswa (LKS) secara berkelompok. Kemudian mereka berdiskusi untuk menemukan atau memahami konsep-konsep yang ditanyakan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction ini lebih menekankan pada penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan memperoleh kesempatan yang sama untuk berbagi hasil kepada setiap anggota kelompok. Dari uraian kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan paradigm penelitian sebagai berikut : Variable X Model pembelajaran kooperatif tipe Time Accelerated Instruction Variable Y Hasil Belajar Siswa Gambar 2.1 Hubungan Antar Variabel D. Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi Dari penelitian yang akan peneliti lakukan, maka peneliti berasumsi bahwa : a) Guru mata pelajaran ekonomi di SMAN 18 Bandung menggunakan model pembelajaran di kelas dalam setiap pemyampaian materi pelajaran. b) Guru mata pelajaran ekonomi di SMAN 18 Bandung memberikan kesempatan kepada siswa agar mengajukan pertanyaan pada saat belajar c) Sarana dan prasarana yang lengkap d) Siswa yang aktif, kreatif, dan mandiri serta memiliki rasa ingin tahu saat belajar 2. Hipotesis a. H0=H1 : Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran tipe Team Accelerated Instruction (TAI) terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas X MIPA 5 SMA Negeri 18 Bandung, dimana nilai seswa meningkat

setelah diterapkannya model pembelajaran tipe tipe Team Accelerated Instruction (TAI) dibandingkan ketika siswa hanya menggunakan metode pembelajaran yang konvensional saja. b. H0 H1 : Tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran tipe Team Accelerated Instruction (TAI) terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas X MIPA 5 SMA Negeri 18 Bandung, dimana nilai seswa meningkat setelah diterapkannya model pembelajaran tipe tipe Team Accelerated Instruction (TAI) dibandingkan ketika siswa hanya menggunakan metode pembelajaran yang konvensional saja.