INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembentukan prilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja, kemampuan numerik maupun kemampuan-kemampuan sosio-kultural.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis untuk mewujudkan. sumber daya manusia dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di Sekolah Dasar (SD) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kundari Agustianingsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK

Joyful Learning Journal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

jumlah siswa sebanyak 423, maka jumlah kelas terbagi menjadi 12 kelas.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Ngabean yang menjadi subjek

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, pendidikan merupakan ujung tombak pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut adanya. pemecahan masalah itulah yang kita kenal dengan diskusi.

BAB I PENDAHULUAN. alam, ledakan penduduk, pengangguran dan lain-lain. Permasalahanpermasalahan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Meningkatkan Kemampuan Siswa Mengelompokan Hewan Berdasarkan Makanannya Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD Negeri 2 Wombo

MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DALAM PELAJARAN IPA DI KELAS IV SD NEGERI CINTA RAKYAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

7,0 dengan ketuntasan klasikal 85%. Persentase siswa yang mencapai kategori terampil pada setiap aspek. psikomotor meningkat setiap siklus.

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Nama Sekolah :... I. STANDAR KOMPETENSI I. PKn 1. Mengamalkan makna Sumpah Pemuda

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pendidikan dapat mengarahkan pola pikir manusia untuk menjadi lebih. pendidikan menjadi penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbahasa meliputi empat aspek dasar, yaitu keterampilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. yang dilaksanakan ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk memberikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM BELAJAR IPA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

ABSTRAK. Kata kunci: keterampilan proses saintifik, hasil belajar, model PBL

NURHASANAH 1), Eka WARNA 1), dan HARIZON 1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP Universitas Jambi

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK. Novi Wahyu Hidayati dan Hassana Nofari

Transkripsi:

ANALISIS KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA (STUDI DESKRIPTIF PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 4 KUTOSARI TAHUN AJARAN 2017/2018) Yufi Nurfitasari, Kartika Chrysti Suryandari, Suhartono Universitas Sebelas Maret yufinurfitasari07@gmail.com Abstrak. Pembelajaran IPA merupakan salah satu pembelajaran yang menanamkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan orang-orang sekitar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 4 Kutosari Tahun Ajaran 2017/2018. Desain penelitian ini berupa deskriptif sederhana. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA SD Negeri 4 Kutosari yang berjumlah 24 siswa. Objek penelitian ini adalah kemampuan kerjasama siswa pada mata pelajaran IPA. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif dan data-data yang ada berupa data kualitatif dari lembar observasi dan wawancara guru yang kemudian dideskripsikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA berkriteria baik dengan persentase 83% dengan menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari observasi yang menunjukkan bahwa siswa mampu berpartisipasi dalam kelompok, berinteraksi secara tatap muka dengan kelompoknya, menerima tanggung jawab, melakukan musyawarah, serta saling membantu sesama anggota kelompok. Kata kunci: diskusi, kemampuan kerjasama, pembelajaran IPA PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah (Sagala, 2014: 4). Berkaitan dengan usaha tersebut, harus ada kerjasama ataupun perpaduan antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah yang menyelenggarakan program pendidikan. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia untuk memperoleh pengetahuan, wawasan serta meningkatkan martabat dalam kehidupan. Sumber daya manusia dituntut untuk mampu menciptakan tata pendidikan yang dapat ikut menghasilkan sumber daya pemikir yang mampu membangun tatanan sosial dan ekonomi, sadar pengetahuan sebagaimana layaknya warga dunia pada abad 21 (Mukminan, 2014: 1). Tantangan ini ditekankan pada bidang pendidikan, sehingga dengan harapan dapat menciptakan sumber daya manusia yang mampu berpikir kritis, bersosialisasi, bekerja sama antar individu maupun kelompok dan paham akan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat menghadapi segala tuntutan dan persaingan yang ada pada era globalisasi. 160

Persaingan pada era globalisasi terdapat dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya adalah bidang pendidikan, khususnya pendidikan IPA. Manusia dihadapkan pada tuntutan akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu berkompetensi. Sumber daya manusia yang berkualitas, yang dihasilkan oleh pendidikan yang berkualitas dapat menjadi kekuatan utama untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam pendidikan, sehingga melalui pendidikan IPA diharapkan dapat menciptakan sumber daya yang benar-benar berkualitas serta mampu berkompetisi. Menurut Kemendikbud (2013: 101) pembelajaran IPA menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya, serta menunjukkan perilaku ilmiah dalam aktivitas seharihari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi. Menurut Adistyasari (2013: 54) keterampilan sosial dan kerjasama anak merupakan hal penting yang dibutuhkan anak untuk berinteraksi dengan teman sebaya, keluarga dan lingkungan. Tetapi pada kenyataannya di negeri ini banyak fakta yang menunjukkan bahwa masih rendahnya kerjasama dan interaksi antar siswa atau pelajar. Hal ini terjadi karena kurang ditanamkannya perilaku sosialisasi dan kerjasama sejak dini. Seperti yang dituliskan dalam Kompas (2017) yaitu terjadi perkelahian siswa kelas 2 SD yang berujung kematian. Dari fakta yang ada dapat terlihat bahwa masih rendahnya kerjasama antar pelajar. Untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang mampu menghadapii era globalisasi, maka perlu adanya sikap kerjasama antar siswa, yang harus ditanamkan sejak dini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan melalui pendidikan, agar siswa dapat lebih memahami akan pentingnya kerjasama. Namun kenyataannya, masih banyak pula ditemui guru yang menggunakan metode ceramah yang menyebabkan guru kurang interaktif pada saat proses pembelajaran berlangsung. Salah satu contoh metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kerjasama siswa sehingga siswa tidak lagi bersikap pasif adalah dengan cara berdiskusi dalam kelompok yang akan melatih siswa untuk saling berinteraksi dengan teman kelompok. Penelitian dilakukan pada anak Sekolah Dasar (SD), karena pada jenjang tersebut sebagai dasar untuk anak dapat menanamkan kemampuannya dalam bersosialisasi dan bekerja sama yang didapatnya sebelum memasuki jenjang yang lebih tinggi, dengan harapan siswa dapat lebih terbiasa untuk bekerja sama atau berinteraksi dalam kelompok. Kelas V dipilih dikarenakan pada jenjang kelas tersebut, guru sering melakukan pembelajaran IPA dengan membentuk kelompok diskusi. Dari informasi yang didapat, maka penulis memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Kemampuan Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran IPA SD Negeri 4 Kutosari Tahun Ajaran 2017/2018. METODE PENELITIAN Desain penelitian yangdigunakan pada penelitian adalah desain deskriptif sederhana yang mengacu pada (Sudaryono, dkk., 2013: 9). Desain penelitian deskriptif sederhana digunakan karena penelitian dilakukan untuk mengambil informasi langsung yang ada di lapangan tentang deskripsi kemampuan kerjasama siswa di kelas V dalam pembelajaran IPA. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 15 September 2017 sampai tanggal 23 September 2017 di SD Negeri 4 Kutosari yang beralamat di Jalan Pahlawan No. 207, Kutosari, Kecamatan 161

Kebumen, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Subjek dalam penelitian ini adalah siswasiswi kelas VA SD Negeri 4 Kutosari tahun ajaran 2017/2018, yang terdiri dari 24 siswa. Data penelitian ini berupa data kualitatif yaitu berupa kemampuan kerjasama siswa dilihat berdasarkan kriteria sangat baik, baik, cukup, kurang baik dan sangat kurang baik. Data penelitian diambil menggunakan 2 teknik pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dimana data dan informasi yang diperoleh dari lapangan dideskripsikan secara kualitatif. Pada penelitian ini untuk mengamati kemampuan kerjasama siswa menggunakan lembar observasi. Lembar observasi ini digunakan peneliti untuk melihat kemampuan kerjasama yang terjadi pada saat dilaksanakan pembelajaran berkelompok dengan kriteria-kriteria mengenai kemampuan kerjasama. Untuk mengetahui tentang proses pembelajaran IPA menggunakan pedoman wawancara. Penelitii menerima informasi dari guru secara langsung dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisikan beberapa pertanyaan. Adapun langkah-langkah analisis penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengklasifikasikan skor 0 (sangat kurang), 1 (kurang), 2 (cukup), 3 (baik), 4 (sangat baik) yang diperoleh peneliti dari lembar observasi mengenaii kerjasama siswa. 2. Menghitung skor yang diperoleh dari lembar observasi dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus analisis deskriptif persentase yaitu sebagai berikut: Presentase = x 100 % Hasil perhitungan dalam bentuk persentase kemudian diinterpretasikan dengan tabel kriteria tingkat kemampuan kerjasama siswa sebagai berikut. 0 29 % :Sangat kurang baik 30-59 % : Kurang baik 60-79 % : Cukup 80-89 % : Baik 90 100 % : Sangat baik HASIL DAN PEMBAHASAN Serangkaian penelitian inii dirancang untuk mendeskripsikan kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA yang dilihat dari 5 aspek kerjasama menurut Isjoni (2010: 65-66). Hasil observasi peneliti, kerjasama siswa yang sudah disebutkan di atas dan disimpulkan ke dalam lima indikator yang diringkas dalam sebuah tabel sebagai berikut. Tabel 1. Kerjasama Siswa Indikator Kerjasama Kontribusi setiap anggota kepada kelompok Tanggung jawab setiap anggota untuk menyelesaikan tugas Aspek/kriteria yang diamati 1. Siswa memiliki kedudukan dan tugas dalam kelompok 2. Siswa berada dalam kelompok, saat kegiatan berlangsung 3. Siswa mencari jawaban dari permasalahan yang dihadapi Skor 0 1 2 3 4 162

Penyamaan pendapat seluruh anggota Sikap saling membantu sesama anggota kelompok Adanya interaksi tatap muka yang dapat meningkatkan sukses satu sama lain diantara anggota kelompok. 4. Siswa menghormati setiap anak yang menyampaiakan pendapat 5. Siswa menyampaikan tanggapan terhadap pendapat yang disampaikan anak lain 6. Siswa ikut berpartisipasi dan antusias menyamakan pendapat 7. Siswa menerima dan menyetujui jawaban yang telah di diskusikan 8. Siswa menjelaskan kepada anggota kelompok yang belum jelas 9. Siswa mau memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa lain yang tidak aktif di dalam kelompok 10. Siswa saling berhadapan dan berinteraksi secara langsung ketika berdiskusi/berkelompok Berdasarkan hasil observasi terhadap kemampuan kerjasama siswa kelas VA dalam pembelajaran IPA, maka diperoleh data sebagai berikut: 1. Kontribusi setiap anggota kepada kelompok a. Siswa memiliki kedudukan dan tugas dalam kelompok. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa siswa memiliki kedudukan karena ditunjuk teman tetapi memiliki tugas karena inisiatif sendiri. b. Siswa berada dalam kelompok saat kegiatan berlangsung Pada aspek ini, siswa berada dalam kelompok selama proses diskusi berlangsung. 2. Tanggung jawab setiap anggota untuk menyelesaikan tugas a. Siswa mencari jawaban dari permasalahan yang dihadapi Dari hasil observasi terlihat siswa mencari jawaban, menemukan jawaban, kemudian meminta pertimbangan teman satu kelompok 3. Penyamaan pendapat seluruh anggota a. Siswa menghormati setiap anak yang menyampaikan pendapat Siswa memberikan kesempatan kepda teman untuk menyampaikan pendapat, mau mendengarkan tetapi memotong penyampaian pendapat yang disampikan teman. b. Siswa menyampaikan tanggaan terhadap pendapat yang disampaikan anak lain Siswa mau memberikan tanggapan terhadap pendapat teman, tidak mempertimbangkannya, langsung menerima atau menolak dengan kata-kata yang sopan. c. Siswa ikut berpartisipasi dan antusias menyamakan pendapat 163

Siswa ikut berpartisipasi, mau mendengarkan apa yang disampaikan teman, dan ikut berbicara menyamakan pendapat. d. Siswa menerima dan menyetujui jawaban yang telah didiskusikan Siswa mau menerima, tetapii kurang menyetujui kesimpulan jawaban hasil diskusi dengan disertai alasan yang jelas. 4. Sikap saling membantu sesama anggota kelompok a. Siswa menjelaskan kepada angota kelompok yang belum jelas Siswa menanyakan apakah ada teman yang belum jelas dan mau menjelaskan tanpa ada permintaan dari teman. b. Siswa mau memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa lain yang tidak aktif di dalam kelompok Siswa memberikan dorongan kepada siswa lain yang tidak aktif dengan kata-kata yang sopan, tetapi karena disuruh teman. 5. Adanya interaksi tatap muka yang dapat meningkatkan sukses satu sama lain diantara anggota kelompok. a. Siswa saling berhadapan dan berinteraksi secara langsung ketika berdiskusi/berkelompok. Siswa saling berhadapan dan berinteraksi dengan temannya tetapi terkadang membahas yang bukan menjadi bahan diskusi. Selanjutnya dihitung skor yang diperoleh dari lembar observasi dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus analisis deskriptif persentase yaitu sebagai berikut: Presentase= x 100 % = x 100 % = 0,825 x 100 % = 82,5% = 83% Jadi, secara keseluruhan kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA berkriteria baik yaitu dengan persentase 83%. Aspek yang menjadi titik tekan dari peneliti dan paling mencolok untuk diamati dalam penerapan metode diskusi di SD Negeri 4 Kutosari, yaitu (1) partisipasi (kontribusi) dalam kelompok, (2) interaksi tatap muka dengan kelompok, (3) menerima tanggung jawab, (4) melakukan musyawarah, serta (5) saling membantu sesama anggota kelompok. Berikut ini pembahasannya: 1. Partisipasi (kontribusi) dalam kelompok Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara, semua siswa sudah mampu mendorong partisipasi dalam kelompoknya. Hal tersebut ditunjukkan dengan sikap mereka yang tenang dan serius saat teman dalam kelompok menyampaikan 164

pendapatnya pada setiap pertemuan. Kepedulian mereka juga ditunjukkan dengan mengajak teman lain untuk ikut berpartisipasi apabila ada teman dalam kelompok itu yang kurang aktif atau yang hanya diam saja. Siswa yang terampil dalam kerjasama tidak hanya menyatakan komitmennya saja untuk mencapai tujuan kelompok akan tetapi juga sanggup secara nyata memberikan perannya dengan mendorong partisipasi kepada teman lain untuk mencapai tujuan kelompok. Dengan demikian hasil observasi dan wawancara sesuai dengan indikator kemampuan partisipasi (kontribusi) setiap anggota kepada kelompok. 2. Interaksi tatap muka dengan kelompok Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara, maka ditemukan bahwa sudah nampak interaksi secara tatap muka antar siswa dalam kelompok. Hal ini terlihat dari keseriusan mereka memperhatikan teman lain saat menyampaikan pendapatnya, walau sesekali ada yang menyanggah, namun mereka tetap mau memperhatikan dengan serius. Dengan demikian hasil observasi dan wawancara sesuai dengan indikator kemampuan interaksi tatap muka dalam kelompok. 3. Menerima tanggung jawab Berdasarkan data hasill observasi dan wawancara, maka ditemukan bahwa siswa sudah mampu menyampaikan ide secara jelas dan tidak ambigu misalnya siswa menggunakan kalimat yang jelas dan mudah dipahami. Selain itu, siswa sudah dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru dengan tepat waktu. Dengan demikian hasil observasi dan wawancara sesuai dengan indikator kemampuan siswa dalam menerima tanggung jawab. 4. Melakukan musyawarah Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara, ditemukan bahwa siswa tidak hanya diam saja, namun sudah aktif memberikan ide pada kelompoknya walau masih malumalu. Semua siswa sudah mulai percaya diri menyumbangkan idenya dalam kelompok dan tidak hanya mengikuti teman yang lain. Dengan demikian hasil observasi dan wawancara sesuai dengan indikator kemampuan melakukan musyawarah. 5. Saling membantu sesama anggota kelompok Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, maka ditemukan bahwa sebagian siswa sudah mampu mendengarkan pendapat teman lain dan tidak memaksakan pendapatnya, dan apabila menyampaikan pendapat yang salah, siswa mau memperbaikinya dan mau menerima masukan dari teman lain. Dengan demikian hasil observasi dan wawancara sesuai dengan indikator kemampuan saling membantu sesama anggota kelompok. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan kerjasama siswa pada pembelajaran IPA di SD Negeri 4 Kutosari sudah mencapai dalam kriteria baik dilihat dari hasil persentase yaitu 83%. Hasil ini diperoleh dari observasi yang menunjukkan siswa mampu berpartisipasi/berkontribusi dalam kelompok, berinteraksi tatap muka dengan kelompok, menerima tanggung jawab, melakukan musyawarah, serta saling membantu sesama anggota kelompok. 165

DAFTAR PUSTAKA Adistyasari, R. (2013). Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Kerjasama Anak Dalam Bermain Angin Puyuh, Skripsi Universitas Negeri Semarang. Isjoni. (2012). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar SD/MI. Diunduh dari: https:// kememdikbud.go.id/kemendikbud/dokuumen/paparan/paparan%20wamendik.pdf. Diakses pada tanggal 24 September 2017. Kompas. (2017). Pelajar Kelas 2 SD Terlibat Perkelahian Dengan Temannya. Diunduh dari https:// www.google.co.id/amp/amp.kompas.com/regional/read/2017/08/08/19252521/berk elahi-dengan-temannya-siswa-sd-di-sukabumi. Diakses pada tanggal 27 September 2017. Mukminan. (2014). Tantangan Pendidikan Di Abad 21. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta: Diakses pada tanggal 25 September 2017. Sagala, S. (2014). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sudaryono, dkk. (2013). Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 166