BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk dunia yang semakin pesat dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi. Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, pemerintah melakukan Program Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional yang mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun 2015. Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, mempunyai jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifudin, 2006). Dalam paradigma program Keluarga Berencana yang baru ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Keluarga adalah salah satu hal penting dalam kependudukan yang sangat mempengaruhi perwujudan penduduk yang berkualitas. Program ini mempunyai enam visi yaitu 1) memberdayakan masayarakat untuk membangun keluarga kecil yang berkualitas, 2) menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan keluarga, 3) 1
2 meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, 4) meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak hak reproduksi, 5) meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program KB dan 6) mempersiapkan sumber daya manusia yang berkulitas sejak pembuahan dalam usia kandungan sampai dengan lanjut (Saifudin, 2006). Pengendalian jumlah penduduk dilakukan melalui Program Keluarga Berencana (KB). Program KB dilakukan untuk menjarangkan, menunda dan menghentikan kehamilan atau kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi pengertian kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan akibat perkawinan sel telur yang matang dengan sel sperma (BKKBN, 2005). Hasil survey peserta KB aktif di Indonesia sampai dengan bulan Desember 2010 menunjukan kontrasepsi masih menjadi pilihan utama para Pasangan Usia Subur (PUS) di Indonesia dengan presentase sebesar 50,20%, disusul oleh kontrasepsi pil 28,30%, kondom 8,70%, implant 7,30 %, IUD 4,30%, MOW 1,00% dan MOP 0,20%. (BKKBN, 2011). Berdasarkan data BKKBN Jawa Tengah sampai dengan bulan April 2012, peserta KB aktif yang menggunakan kontrasepsi sebanyak 3.007.555 orang (56,88%). Peserta KB aktif Kota Semarang yang menggunakan kontrasepsi sebanyak 115.035 orang (57,88%).
3 BPM T yang dipilih sebagai tempat penelitian, selama periode bulan April Juni 2012 mempunyai kontrasepsi sebanyak 407 orang dengan rincian kontrasepsi 1 bulan sebanyak 190 orang dan kontrasepsi 3 bulan sebanyak 217 orang. Sebagai alat kontrasepsi, kontrasepsi mempunyai keuntungan dan efek samping. Keuntungan kontrasepsi secara umum yaitu mempunyai efektivitas yang tinggi selama tahun pertama penggunaan. Keuntungan kontrasepsi 1 bulan antara lain mempunyai efek kontrasepsi jangka panjang, mengurangi jumlah perdarahan haid, mengurangi nyeri haid dan tidak mengganggu hubungan suami istri. Keuntungan 3 bulan antara lain mempunyai efek kontrasepsi jangka panjang, mengurangi jumlah perdarahan haid, mengurangi nyeri haid, tidak mengganggu hubungan suami istri dan tidak mempengaruhi produksi ASI (Saifudin, 2006). Kontrasepsi mempunyai beberapa efek samping diantaranya perubahan pola, mual, pusing dan nyeri payudara ringan. Efek samping yang paling sering dikeluhkan kontrasepsi berupa perubahan pola. Secara umum siklus bisa memendek atau memanjang, perdarahan yang lebih banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak bahkan tidak sama sekali (Saifudin, 2006). Secara teori kontrasepsi 1 bulan dapat mengalami pola yang normal dan sebagian dapat mengalami perubahan pola. Akseptor kontrasepsi 3 bulan dapat mengalami gangguan
4 pola, seperti siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak bahkan tidak sama sekali (amenorhoe) (Saifudin, 2006). Uraian di atas didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Nur Mas adah (2010) bahwa ada hubungan pola dengan jenis kontrasepsi yang dipakai. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pola pada 1 bulan cenderung normal, sedangkan pola pada 3 bulan cenderung mengalami gangguan. Dari studi pendahuluan melalui wawancara pada 10 orang kontrasepsi. Kontrasepsi 1 bulan sebanyak 4 orang dan 3 bulan sebanyak 6 orang. Pada 1 bulan ditemukan 3 orang tidak mengalami perubahan pola dan 1 orang mengalami perubahan pola. Pada 3 bulan, 6 orang mengalami perubahan pola. Dari penelitian ini belum menggambarkan secara rinci bagaimana pola yang terjadi pada 1 bulan dan 3 bulan, serta di BPM T belum pernah dilakukan penelitian mengenai gambaran pola pada kontrasepsi 1 bulan dan 3 bulan. Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui Gambaran pola pada kontrasepsi 1 bulan dan 3 bulan di BPM T Tlogosari Kota Semarang Tahun 2012.
5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah Bagaimana gambaran pola pada kontrasepsi 1 dan 3 bulan di BPM T Tlogosari Kota Semarang Tahun 2012? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui gambaran pola pada kontrasepsi 1 bulan dan 3 bulan 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan karakteristik kontrasepsi 1 bulan dan 3 bulan berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan b. Mendeskripsikan pola pada kontrasepsi 1 bulan c. Mendeskripsikan pola pada kontrasepsi 3 bulan D. Manfaat penelitian 1. Institusi pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi untuk studi mengenai pola pada kontrasepsi dan menjadi landasan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
6 2. Bagi bidan Diharapkan dapat menjadi masukan untuk memberikan konseling mengenai pola saat menggunakan kontrasepsi pada 1 bulan dan 3 bulan. 3. Bagi masyarakat Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai pola pada kontrasepsi dan dapat mengatasi keluhan akibat dari perubahan pola. E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, Nama, Tahun Sasaran Variabel yang diteliti 1 Studi deskriptif tingkat pengetahuan tentang efek samping KB DMPA di Polindes Harapan Ibu Pemalang Mutmainah (2007) 2 Hubungan lama pemakaian DMPA dengan gangguan pola pada KB di BPS Ny. S Grobogan. Amruni (2009) 3 Hubungan Jenis KB Suntik yang Dipakai dengan Pola Menstruasi pada Akseptor KB Suntik di BPS Nurjanah Desa Ngemplak Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Semarang.Nur Mas adah 60 KB DMPA 29 KB DMPA 54 KB 1 bulan dan 3 bulan Tingkat pengetahuan tentang efek samping KB Lama pemakaian dan gangguan Pola dan penggunaan KB Metode Studi deskriptif Analitik dengan studi cross sectional Analitik dengan studi cross sectional Hasil 85% berpengetahuan baik, 7,5% berpengetahuan sedang, 7,5% berpengetahuan kurang Ibu yang sudah lama menggunakan DMPA banyak yang mengalami gangguan Akseptor KB 1 bulan cenderung mengalami pola normal, sedangkan KB 3 bulan cenderung mengalami pola tidak normal
7 Lanjutan tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, Nama, Tahun Sasaran Variabel yang diteliti Metode Hasil 4 Perbedaan siklus pada ibu yang menggunakan alkon IUD dan di dusun geneng, Sidoagung, sleman,diy Dewi Murdiyanti 64 IUD dan Siklus dan penggunaan alat kontrasepsi Analitik dengan studi cross sectional Ada perbedaan signifikan antara ibu pengguna alkon IUD dan Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya adalah dari jenis penelitian, variabel dan tempat penelitian.