DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.2 Tujuan Penelitian... 3 1.4 Manfaat Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.... 4 2.1 Sapi Bali... 4 2.2 Penyakit Sapi Bali... 5 2.3 Penyakit Cacingan pada Sapi Bali... 6 2.4 Paramphistomum Sp.... 7 2.5 Telur Paramphistomum Sp.... 8 2.6 Siklus Hidup Paramphistomum Sp.... 8 2.7 Pengendalian dan Penangannan Paramphistomosis Sapi Bali... 9 2.8 Albendazole... 10 2.9 Pencitraan Scaning Elektron Mikroskop (SEM)... 11 2.10 Kerangka Konsep... 12 BAB III MATERI DAN METODE... 14 3.1 Objek Penelitian.... 14 3.2 Alat dan Bahan... 14 3.2.1 Bahan yang Dipergunakan... 14 3.2.2 Alat yang Dipergunakan... 14 3.3 Rancangan Penelitian... 14 3.3.1 Penentuan Dosis Albendazole... 15 3.4 Variabel Penelitian... 15 3.4.1 Variabel Bebas... 15 3.4.2 Variabel Terikat... 15 3.4.3 Variabel Kendali... 15 3.5 Cara Kerja dan Prosedur Penelitian... 15 3.5.1 Pengoleksian Telur Cacing Paramphistomum... 15 3.5.2 Perlakuan Inkubasi Secara Invitro... 16 3.5.3 Metode Pemeriksaan Sampel Mikroskop Elektron... 16 3.5.4 Pembuatan Preparat SEM... 17 3.6 Analisis Data... 17 3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian... 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.... 19
4.1 Hasil... 20 4.2 Pembahasan... 21 BAB V SIMPULAN DAN SARAN.... 23 5.1 Simpulan... 23 5.2 Saran... 23 DAFTAR PUSTAKA... 24 LAMPIRAN
ABSTRAK Cacing Paramphistomum spp. merupakan golongan Trematoda yang dapat menyebabkan penyakit yang disebut Paramphistomiasis atau Paramphistomosis pada ternak ruminansia termasuk sapi bali. Pengobatan menggunakan Albendazole secara peroral yang ditujukan untuk mengobati cacing Paramphistomum sp. atau juga cacing lain akan berdampak pula pada telur cacing Paramphistomum sp. yang terdapat pada rumen sapi bali. Penelitian ini menggunakan telur cacing Paramphistomum sp. sebagai objek penelitian yang dibagi menjadi 4 perlakuan dosis yang berbeda dengan lima kali ulangan. Hasil scaning elektron microscope telur cacing Paramphistomum sp. yang direndam menggunakan albendazole dengan dosis 0,006 ml / 40 ml aquades, 0,012 ml / 40 ml aquades, 0,024 ml / 40 ml aquades mengalami perubahan struktur dinding telur cacing Paramphistomum sp.. peningkatan dosis albendazole bedampak pada peningkatan kerusakan struktur dinding telur cacing Paramphistomum sp.. Kata kunci : Paramphistomum sp., Albendazole, Scaning Electron Microskope (SEM), Sapi bali.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng). Warna bulu merah bata pada usia pedet baik pedet jantan maupun pedet betina. Sapi jantan akan berubah warna menjadi hitam pada usia dewasa. Warna bulu pada bagian belakang kedua pahanya dan dibawah persendian loncat keempat kaki berwarna putih. Pada bagian punggung terdapat garis berwarna hitam (alae stipe), serta ujung ekor berwarna hitam (Darmadja, 1980). Kemurnian bangsa sapi asli Indonesia seperti sapi bali sebagai cadangan plasma nuftah asli Indonesia memiliki keunggulan berupa kemampuan adaptasi dalam lingkungan dengan ketersediaan pakan kualitas rendah dan tingkat fertilitas yang tinggi (Sulistyowati 2002, dalam Sayuti, 2007). Sapi bali sangat mungkin dikembangkan untuk membantu memenuhi target pemerintah dalam ketahanan pangan dan swasembada dading sapi sehingga diperlukan kajian dan penelitian yang lebih banyak dan mendalam terkait dengan sapi bali. Beberapa penyakit pada sapi bali secara umum dikelompokkan menjadi 2 yaitu penyakit infeksius dan penyakit non infeksius. Penyakit yang disebabkan oleh agen non ifeksius antara lain bali sekta dan defisiensi mineral. Penyakit yang disebabkan oleh agen infeksius dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu : penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan parasit (Sapi Bali, Sumberdaya Genetik Asli Indonesia, 2012). Cacingan atau helminthiasis pada sapi merupakan penyakit infeksius pada tubuh sapi yang disebabkan oleh cacing gilig (Nematoda), cacing pita (Cestoda) atau cacing daun (Trematoda) yang menyerang baik pada saluran percernaan, pernapasan, hati, maupun pada bagian tubuh lainnya. Ketiga kelompok cacing tersebut dapat menyerang sapi secara bersama-sama atau sendiri sendiri. Tidak semua spesies cacing dapat menyerang sapi (Soulsby, 1982). Cacingan pada sapi bali dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar apabila tidak ditangani secara berkelanjutan, diperlukan pengkajian penggunaan obat cacing yang efektif dan efisien serta perlakuan biosecurity. Parasit cacing Paramphistomum sp. dapat menyebabkan penyakit yang disebut Paramphistomiasis atau Paramphistomosis. Parasit cacing ini termasuk dalam golongan Trematoda dan famili Paramphistomatidae, yang dalam jumlah sedikit tidak menimbulkan gejala-gejala klinis dan tidak menunjukkan rasa sakit pada ternak. Pada infeksi yang berat dapat
menimbulkan gastroenteritis dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi, terutama pada ternak muda. Sapi bali yang terinfestasi oleh parasit cacing ini biasanya memakan rumput yang telah ditempeli oleh metaserkaria yang masuk ke dalam saluran pencernaan, di usus halus akan berkembang menjadi cacing muda dan dapat menimbulkan kerusakan pada mukosa usus, karena gigitan asetabulumnya dan setelah dewasa bermigrasi ke rumen (Darmono, 1983). Cara mencegahan infeksi cacing yang paling mudah adalah tindakan biosecurity berupa memutus siklus hidup cacing, dengan cara sanitasi kandang dan lingkungan, mencuci rumput, membunuh inang antara dan lainnya. Disamping itu mutlak diperlukan tindakan medikasi dengan menerapkan program pemberian anthelmintik seperti albendazole, livamisole, ivermectin, peperasin dan lain lain secara terprogram (Ardana dkk., 2015). Albendazole adalah antihelmintik spektrum luas golongan benzimidazole dengan nama kimia methyl [5-(propylthio)-1 H- benzimidazol-2-yl] carbamate yang digunakan untuk infeksi cacing kremi, cacing gelang, cacing cambuk dan cacing tambang (Venkatesan, 1998; Horton, 2000). Secara farmakologi, Benzimidazole bekerja menghambat mitochondrial fumarate reductase, pelepasan posporilasi dan mengikat β-tubulin, sehingga menghambat kerja polimerisasi (Goodman dan Giltmants, 1996). Albendazole merupakan jenis antelmintik modern yang bersifat vermisidal, larvasidal, dan ovisidal (Brander et al., 1980; Boes et al., 1998). Albendazole memiliki efek larvasidal (membunuh larva) pada cysticercosis, ascariasis, dan infeksi cacing tambang serta efek ovicidal (membunuh telur) pada ascariasis, ancylostomiasis, dan trichuriasis (Katzung, 1989; Sukarno dkk., 1995; Goodman & Gilmants, 1996). Albendazole mempunyai daya ovisidal yang kuat terhadap cacing Ascaris suum dengan cara deformasi (merusak struktur dinding telur) (Maissoneuve et al., 1985). Penggunaan Albendazole sebagai obat cacing sudah digunakan sangat luas dikalangan dokter hewan untuk mengobati berbagai jenis cacing sekaligus pada sapi. Pemberian Albendazole secara peroral akan berdampak segaligus pada telur cacing Paramphistomum sp. yang berada pada rumen sapi bali. Maka dari itu perlu mengkaji efek ovisidal albendazole terhadap telur cacing Paramphistpmum sp. yang belum pernah dilaporkan. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kerusakan yang ditimbulkan albendazole terhadap dinding telur cacing Paramphistomum sp. dampak dari pemberian Albendazole secara invitro dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai kajian teoritis. Menggunakan metode Scaning Microscope Elektron (SEM) dapat memperlihatkan rincian dari permukaan obyek dalam kualitas tiga-dimensi
(Ardisasmita, 2000). Dengan memanfaatkan pencitraan SEM diharapkan mampu untuk mengetahui kerusakan struktur dinding telur cacing Paramphistomum dengan akurat. 1.2 Rumusan Masalah Apakah telur Cacing Paramphistomum sp. yang direndam dengan albendazole secara invitro dalam dosis yang berbeda mengalami kerusakan struktur dinding telur? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui gambaran kerusakan struktur dinding telur cacing Paramphistomum sp. yang direndam dengan albendazole dalam dosis yang berbeda. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi serta dapat dijadikan kajian teoritis efek albendazole terhadap kerusakan dinding telur cacing Paramphistomum sp.